Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AGAMA HINDU

CATUR PURUSA ARTHA


Kelompok 5

Nama Anggota Kelompok


1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
6. F

Kelas F

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL


2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Agama Hindu yang sudah ditempuh dari Sekolah Dasar (SD) hingga
di Perguruan Tinggi memuat banyak ajaran mengenai Ketuhanan dan Budi Pekerti.
Ajaran yang terkandung didalamnya seperti ajaran Sradha, Yadnya, Catur Purusa Artha,
Catur Asrama, dan masih banya lagi. Agama Hindu memiliki tujuan yang termuat di
dalam sloka yang berbunyi “Moskartham Jagadhitaya ca iti dharma” yang memiliki arti
bahwa tujuan dari agama Hindu yaitu untuk untuk membina kehidupan yang sejahtera dan
bahagia secara lahir dan batin. Dari tujuan tersebut terlihat bahwa semua manusia yang
diciptakan dan hidup di dunia ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencapai tujuan
hidup yang tertinggi yaitu, Moksha. Selain Moksha manusia juga memiliki 3 tujuan hidup
lainnya yaitu, Dharma, Artha, dan Kama. Keempat tujuan tersebut merupakan bagian dari
Catur Purusa Artha.
Di masa yang serba modern ini, banyak orang yang mengabaikan ajaran-ajaran
agama dan malah mengikuti perkembangan zaman yang ada. Misalnya, banyak orang
yang bestatus siswa malah mengikuti gaya barat dimana mereka sudah terbiasa
melakukan kegiatan sex sebelum menikah yang harusnya mereka masih ada di masa
menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ada juga kepala keluarga yang menafkahi istri dan
anaknya dengan menggunakan uang yang tidak halal, seperti hasil mencuri, merampok,
dan korupsi. Permasalah ini menunjukkan betapa penting nya mempelajari Catur Purusha
Artha dan Catur Asrama, karena di dalam nya mengandung banyak ajaran mengenai
batasan batasan dan tujuan hidup manusia. Kedua ajaran ini juga sangat berguna dalam
kehidupan dan dijadikan pedoman hidup beragama di masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana pengertian dari Catur Purusa Artha?
 Apa saja bagian-bagian dari Catur Purusa Artha?
 Bagaimana hubungan Catur Purusa Artha dengan Catur Asrama?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
 Untuk memenuhi tugas yang berikan oleh dosen pengajar Agama Hindu.
 Untuk mengetahui pengertian Catur Purusa Artha.
 Untuk mengetahui bagian-bagian Catur Purusa Artha.
 Untuk mengetahui hubungan antara Catur Purusa Artha dengan Catur Asrama.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Bagian-bagian Catur Purusartha

Perenungan
“Mā ṡredhata somino dakṣatā mahe kṛṇudhvaṁ rāya ātuje taraṇir ij jayati kṣeti puṣyati na
devāsaá kavatnave”.
Terjemahaannya: “Wahai orang-orang yang berpikiran-mulia, janganlah tersesat. Tekunlah dan
dengan tekad yang keras mencapai tujuan-tujuan yang tinggi. Bekerjalah dengan tekun untuk
mencapai tujuan. Orang yang bersemangat berhasil, hidup berbahagia dan menikmati
kemakmuran. Para dewa tidak menolong orang yang bermalas-malasan” (Rgveda VII. 32. 9).
Catur Purusha Artha adalah empat tujuan hidup yang utama. Catur Purusaartha dapat juga
diartikan empat kekuatan atau dasar kehidupan menuju kebahagiaan, yaitu dharma, artha, kama,
dan moksa. Urut-urutan ini merupakan tahapan yang tidak boleh ditukar-balik karena
mengandung keyakinan bahwa tiada artha yang diperoleh tanpa melalui dharma; tiada kama
diperoleh tanpa melalui artha, dan tiada moksa yang bisa dicapai tanpa melalui dharma, artha,
dan kama.
Berikut ini adalah bagian-bagian dari Catur Purusartha;
1. Dharma Dharma berasal dari akar kata “dhr” yang berarti menjinjing, memelihara, memangku
atau mengatur. Jadi kata dharma dapat berarti sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia
beserta semua makhluk. Hal ini dapat pula berarti ajaran-ajaran suci yang mengatur, memelihara,
atau menuntun umat manusia untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketenteraman batin
(rohani). Dalam Santi Parwa (109,11) dapat ditemui keterangan tentang arti dharma sebagai
berikut.
“Dharanad dharman ityahur, dharmena widhrtah prajah” (Santi Parwa (109,11).
Terjemahannya: “Dharma dikatakan datangnya dari kata dharana (yang berarti memangku atau
mengatur)”.
Makna yang terkandung dalam kata dharma sebenarnya sangat luas dan dalam. Bagi
mereka yang menekuni ajaran-ajaran agama akan memberi perhatian yang pokok pada pengertian
dharma tersebut. Kutipan dari salah satu sloka kitab Santi Parwa di atas telah menggambarkan
bahwa semua yang ada di dunia ini telah mempunyai dharma, yang diatur oleh dharma tersebut.
Agar mudah menangkap pengertian dharma tersebut, kita ambil beberapa contoh.
Manusia yang memelihara dan mengatur hidupnya untuk mencapai jagadhita dan moksa adalah
telah melaksanakan dharma. Artinya melaksanakan kewajibankewajiban sebagai manusia tak lain
adalah pelaksanaan dharma. Sebagaimana kitab Sarasamuccaya menjelaskan, bahwa kalau artha
dan kama yang dituntut, maka seharusnya dharma dilakukan lebih dahulu, tak disangsikan lagi,
pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya jika artha dan kama itu
diperoleh menyimpang dari dharma. Pernyataan di atas menekankan bahwa jika dharma harus
dilaksanakan, maka artha dan kama datang dengan sendirinya. Bila petunjuk suci itu dapat kita
jalani dalam hidup ini berarti kita telah dapat memfungsikan dharma dalam kehidupan ini.
Sehubungan dengan itu, kitab Manu Samhita menyebutkan sebagai berikut.
“Veda” pramanakah Gryah sadhanani dharma”
Terjemahannya adalah. “Di dalam ajaran suci Veda dharma dikatakan sebagai alat untuk
mencapai kesempurnaan (moksa)”
Selanjutnya di dalam kitab Udyoga Parwa khususnya bagian dari Asta Dasa Parwa dijumpai
pernyataan berikut.
“Ikang dharma ngaranya, hetuning mara ring swarga ika, kadi gatining perahu, an hetuning
banyaga nentasing tasik”.
Terjemahannya: “Yang disebut dharma adalah jalan untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu,
sesungguhnya merupakan alat bagi pedagang dalam mengarungi lautan”.
Berdasarkan sloka di atas, yang dimaksud dengan dharma adalah kebenaran yang abadi
(agama), atau sebagai hukum guna mengatur hidup dari segala perbuatan manusia yang
berdasarkan pada pengabdian keagamaan. Di samping itu dharma juga merupakan suatu tugas
sosial di masyarakat. Untuk mengamalkan ajaran ini dipakai pedoman “Catur Dharma” yang
terdiri dari dharma kriya, dharma santosa, dharma jati, dan dharma putus.
a. Dharma Kriya Dharma Kriya berarti manusia harus berbuat, berusaha dan bekerja untuk
kebahagiaan keluarga pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan menempuh
cara peri kemanusiaan sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu. Setiap pekerjaan dan usaha
akan berhasil dengan baik apabila dilandasi dengan Sad Paramita, seperti diuraikan di bawah
ini.
1. Dana Paramita: suka berbuat dharma, amal dan kebajikan.
2. Ksanti Paramita:suka mengampuni orang lain.
3. Wirya Paramita: mengutamakan kebenaran dan keadilan.
4. Prajna Paramita: selalu bersikap tenang, cakap dan bijaksana dalam menghadapi segala
sesuatu persoalan.
5. Dhiyana Paramita: merasa bahwa segalanya ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
dan oleh karenanya wajib menyayangi sesama makhluk hidup.
6. Sila Paramita: selalu bertingkah laku yang baik (Tri Kaya Parisuda) dalam pergaulan.

b. Dharma Santosa. Dharma Santosa berarti berusaha untuk mencapai kedamaiaan lahir bathin
dalam diri sendiri, dilanjutkan ke dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Tanpa adanya kebahagiaan dan kedamaian dalam diri sendiri akan sangat sukar
untuk mewujudkan kedamaian dan kesentausaan dalam keluarga, bangsa dan negara.
c. Dharma Jati. Dharma Jati berarti kewajiban yang harus dilakukan untuk menjamin
kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta selalu mengutamakan kepentingan umum di
samping kepentingan diri sendiri (golongan).
d. Dharma Putus. Dharma Putus berarti melakukan kewajiban dengan penuh keikhlasan,
berkorban serta bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan sosial bagi umat manusia dan
selalu mengutamakan penanaman budhi baik untuk menjauhkan diri dari noda dan dosa yang
menyebabkan moral menjadi rusak. Secara singkat Dharma itu dapat dilaksanakan dengan
mengamalkan ajaran “Tri Kaya Parisadha” yaitu tiga usaha dan jalan utama dalam seluruh
kehidupan untuk mencapai tujuan agama yang terdiri dari beberapa hal berikut ini.
1. Kayika artinya tingkah laku dan perbuatan yang baik.
2. Wacika artinya perkataan dan pembicaraan yang jujur dan benar.
3. Manacika artinya pikiran perasaan yang baik dan suci serta tresnasih

Anda mungkin juga menyukai