Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MKU AGAMA HINDU

CATUR PURUSA ARTHA

OLEH:
NAMA : IDA BAGUS NGURAH SATHYA DHARMANANDA

PRODI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah MKU Agama Hindu
tentang "Catur Purusa Artha".
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat bagi
pembaca.

Kupang, 21 Oktober 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 2
C. Tujuan ………………………………………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………3
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Agama Hindu kaya akan ajaran mengenai Ketuhanannya. Diantaranya seperti,


Sraddha, Yadnya, Tri Hita Karana, Catur Asrama, Catur Purusa Artha, dan lainnya.
Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan
tujuan hidup manusia. Dalam ajaran Agama Hindu mengajarkan bahwa tujuan
beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin .
Manusia diciptakan dan hidup di dunia ini untuk mencapai tujuan hidup yang
tertinggi, yaitu Moksa. Selain itu manusia juga memiliki tiga tujuan hidup lainnya,
yaitu Dharma, Artha, dan Kama. Dalam kehidupan di era modern ini , kita dituntut
untuk mengikuti perkembangannya.
Dewasa ini banyak sekali orang yang tidak lagi menuruti aturan agama. Agama
Hindu telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan
ini melalui ajarannya, dan ajaran yang paling banyak membahas tentang hal-hal ini
adalah ajaran catur purusartha. Dimana ajaran ini dapat menjadi pedoman bagi kita
semua. setelah menerapkan ajaran Catur Purusa Artha sebagai landasan pendidikan,
tujuan – tujuan dari peserta didik yang semakin jelas sehingga dapat mencapai
kualitas pendidikan yang lebih baik lagi. Setiap jenjang pendidikan tentu saja
mengharapkan memiliki lulusan yang cerdas dan memiliki karakter yang baik. Untuk
memiliki peserta didik yang berkarakter tentu saja dalam pendidikan tersebut haruslah
berlandaskan konsep Catur Purusa Artha agar nantinya peserta didik dapat memiliki
tujuan hidup yang jelas sebagaimana yang diajarkan dalam ajaran Agama Hindu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka , dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa itu ajaran Catur Purusa Artha dalam Agama Hindu ?
2. Apa saja bagian-bagian Catur Purusa Artha?
3. Apa itu ajaran Catur Asrama dalam Agama Hindu ?
4. Apa saja bagian -bagian Catur Asrama?
5. Apa hubungan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama dalam Pendidikan ?

iv
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Catur Purusa Artha Dalam Agama Hindu.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian Catur Purusa Artha
3. Untuk mengetahui ajaran Catur Asrama dalam Agama Hindu
4. Untuk mengetahui bagian-bagian Catur Asrama
3. Untuk mengetahui hubungan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama dalam
Pendidikan

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Catur Purusa Artha


Catur Purusa Artha berasal dari akar kata Catur yang berarti Empat, purusa yang
berarti Jiwa, dan Artha yang berarti Tujuan Hidup. Jadi, Catur Purusa Artha adalah
Empat Tujuan hidup manusia. Catur Purusa Artha memiliki kaitan yang erat
dengan Catur Varga yang berarti empat tujuan hidup manusia yang terjalin erat
satu dengan yang lainnya. (Riana. I Gede. 2011) Kitab-kitab tersebut merupakan
kitab yang banyak dibaca dan digemari sampai saat ini, maka ajaran Catur Purusa
Artha merupakan ajaran yang bersifat universal dan berlaku sepanjang jaman.

B. Bagian –Bagian Catur purusa Artha


Menurut Suhardana (1991:28) bagian –bagian dari Catur Purusa Artha dalam
Agama Hindu adalah sebagai berikut :
1. Dharma
Kata Dharma berasal dari kata dhr yang berarti menjinjing, memelihara,
memangku, mengatur. Jadi, dharma dapat diartikan sebagai sesuatu yang
mengatur atau memelihara dunia beserta semua makhluk. Ada sebuah
kutipan seperti ini: Dharma su Satyam Utamam yang artinya Lakukanlah
segala sesuatu berdasarkan Dharma. Artinya, jika kita hendak melakukan
sesuatu, lakukanlah hal tersebut berdasarkan Dharma, jangan pernah
menyimpang dari Dharma. Sebab, dengan melakukan Dharma terlebih
dahulu, baik Kama atau Artha akan mengikuti. Sesungguhnya, Kebenaran
Tertinggi adalah Brahman itu sendiri. Dharma itu seperti layaknya sebuah
perahu. Perahu mengantarkan nelayan menyeberangi lautan, sedangkan
Dharma adalah jalan untuk mencapai Tuhan (Brahman).
Disamping itu juga Dharma juga merupakan suatu tugas sosial
dimasyarakat yang berpedoman pada Catur Dharma , yakni :
a) Dharma Kriya adalah mencari kedamaian dan kebahagiaan untuk
keluarga dan masyarakat umum. Dengan Dharma Kriya, manusia harus
berbuat, berusaha dan bekerja untuk kebahagiaan keluarga pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan menempuh. Cara

vi
perikemanusiaan yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Setiap
pekerjaan dan usaha akan berhasil dengan baik, apabila dilandasi dengan
Sad Paramitha untuk menuju keluhuran. Selalu bertingkah laku yang baik
(Tri Kaya Parisudha) dalam pergaulan
b) Dharma Santosa adalah mencari kedamaian lahir batin didalam diri
sendiri Terwujudnya Dharma Santosa untuk mencapai kedamaian lahir
bathin dalam diri sendiri agar nantinya dapat mewujudkan kedamaian,
kesentosaan dalam keluarga, apalagi bangsa dan negara.
c) Dharma Jati adalah menjamin kesejahteraan kan kepentingan umun
dibanding diri sendiri. Tugas Dharma Jati sebagai kewajiban yang
dilaksanakan agar selalu dapat mengutamakan kepentingan umum
disamping kepentingan diri sendiri.
d) Dharma putus adalah melakukan kewajiban dengan penuh keiklasan
berkorban serta bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan sosial.
Tanggung Jawab Dharma Putus / Rahayu yang dilakukan sebagai
kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban untuk selalu
mengutamakan prilaku yang baik atau subha karma dengan segala bentuk
tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama.
2. Artha
Artha dapat diartikan sebagai tujuan hidup ataupun kepentingan orang
lain. Namun dalam hal ini, Artha lebih di fokuskan pada kekayaan atau
harta. Agama Hindu sangatlah memperhatikan kedudukan dan fungsi
artha dalam kehidupan. Mencari Harta atau Kekayaan, bukanlah sesuatu
yang dilarang, malahan itu merupakan hal yang dianjurkan asalkan
semuanya itu diperoleh berdasarkan Dharma dan digunakan untuk
kepentingan Dharma pula.
Dalam Agama Hindu, sebenarnya Artha bukanlah merupakan tujuan.
Melainkan, Moksa lah yang menjdai tujuan tertinggi umat Hindu yang
hidup di dunia ini. Artha hanyalah merupakan sarana untuk mencapai
tujuan tersebut yang sangat penting pula setelah Dharma. Di dalam kitab
Sarassamuscaya dijelaskan bahwa jika harta diperoleh dengan jalan
Dharma, maka bahagia lah orang yang memperolehnya itu, tetapi jika
harta tersebut diperoleh dengan cara Adharma, maka noda dan dosa lah

vii
yang ia dapatkan. Seperti itulah arti dari kutipan salah satu sloka di kitab
Sarassamuscaya.
Harta yang diperoleh seseorang harus dapat di bagi tiga, yakni:
a) Sadhana ri Kasiddhan in dharma
Dipakai untuk memenuhi Dharma. Contohnya untuk melakukan
kewajiban- kewajiban dharma, seperti pelaksanaan Panca Yadnya.
b) Sadhana ri kasiddhan in Kama
Dipakai untuk memenuhi Kama. Contohnya, untuk kesenian,
olahraga, rekreasi, hobby, dan lain sebagainya.
c) Sadhana ri kasiddhan in Artha
Dipakai untuk mendapatkan harta kembali, contohnya, untuk
memproduksi sesuatu, berjualan, dan lain sebagainya. Dalam ajaran
Agama Hindu berkalikali ditekankan bahwa Harta tidak akan dibawa
mati. Yang akan meringankan dan menuntun pergi ke akhirat adalah
perbuatan baik dan buruk. Oleh karena itu, harta kekayaan hendaknya
di sedekahkan, dipakai, dan diabdikan untuk perbuatan dharma. Hanya
dengan cara demikian lah harta tersebut memiliki nilai yang utama.
3. Kama
Kama dalam ajaran Agama Hindu berarti nafsu atau keinginan yang dapat
memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup. Kenikmatan tersebut
merupakan salah satu tujuan hidup utama manusia karena manusia
memiliki 10 indriya yaitu:
a. Srotendriya: keinginan untuk mendengar
b. Tvagendriya: keinginan untuk merasakan sentuhan
c. Caksvindriya: keinginan untuk melihat
d. Jihvendriya: keinginan untuk mengecap
e. Ghranendriya: Keinginan untuk mencium
f. Wagindriya: keinginan untuk berkata
g. Panindriya: keinginan untuk memegang
h. Sesuatu Padendriya: keinginan untuk bergerak atau berjalan
i.Payvindriya: keinginan untuk membuang kotoran
j.Upasthendriya: keinginan untuk kenikmatan dengan kelamin

viii
Kesepuluh indriya tersebut menyebabkan manusia berbuat sesuatu,
perasaan ingin tahu. Kita harus dapat mengontrol indria tersebut agar
tidak terjerumus kepada hal-hal negative karena sering sekali indria
menjerumuskan manusia ke arah yang negatif jika manusia itu tidak dapat
mengendalikan indria itu sendiri. Menurut ajaran agama Hindu, Kama
atau nafsu tidak ada artinya jika diperoleh dengan cara yang menyimpang
dari Dharma. Karena Dharma menduduki tempat paling utama dari Kama
dan menjadi pedoman dalam mencapai Kama. Dalam kekawin Ramayana,
dikatakan bahwa, Kenikmatan (Kama) hendaknya terletak dalam
kemungkinan yang diberikan kepada orang lain untuk merasakan
kenikmatan. Jadi,pekerjaan yang bersifat ingin menguntungkan diri
sendiri dalam memperoleh harta dan kenikmatan tidak dilaksanakan.
4. Moksa
Moksa merupakan tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa memiliki arti,
yakni pelepasan atau kebebasan. Maksud dari kebebasan disini adalah
kebahagiaan dimana atma dapat terlepas dari pengaruh maya dan ikatan
Subha-Asubha Karma, serta bersatunya sang Atman dengan Brahman
(asalnya).
Moksa juga dapat diartikan sebagai Mukti atau Nirvana. Pada
hakekatnya, manusia mengharapkan kebahagiaan yang tertinggi (Sat Cit
Ananda). Namun kebahagiaan seperti ini tidak dapat kita rasakan di
kehidupan duniawi ini. Menurut ajaran Agama Hindu, Kebahagiaan yang
kekal dan abadi hanya di dapat dengan persatuan oleh Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang disebut dengan Moksa. Umat manusia harusnya sadar
bahwa perjalanan hidup mereka di dunia adalah untuk mencari Ida Sang
Hyang Widhi dan bersatu dengan beliau. Tentu kita tidak mengharapkan
kembali bahwa kita akan lahir ke dunia berulang-ulang dan sengsara.
Apabila kita masih lahir ke dunia, itu berarti kita belum mencapai
Kebahagiaan yang tertinggi.

C. Pengertian Catur Asrama


Catur asrama berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu dari kata catur yang
memiliki arti ‘empat’ dan asrama yang memiliki arti ‘kerohanian’. Jadi , catur
asrama adalah empat tahapan dalam kehidupan manusia untuk mencapai

ix
kerohanian. Empat tahapan masa kehidupan adalah brahmacari (masa belajar
dan menuntut ilmu pengetahuan), grhasta (masa yang dimulai setelah menikah
dan berkeluarga) wanaprasta (masa mengasingkan diri menekuni ilmu
kerohanian) dan sannyasin (meninggalkan semua yang berkaitan dengan
duniawi agar dapat bersatu dengan Tuhan)

D. Bagian-Bagian Catur Asrama


1. Brahmacari
Brahmacari terdiri dari dua kata yaitu kata Brhama dan kata cari, kata
Brahma yang berarti ilmu pengetahuan dan kata cari yang berarti tingkah
laku dalam mencari dan menuntu ilmu, jadi Brahmacari dapat diartikan
sebagai tingkatan dalam kehidupan seseorang yang sedang menunutut ilmu
pengetahuan.
2. Grhasta
Grhasta adalah tahap kedua dari Catur Asrama. Grhasta adalah tahapan
dalam kehidupan yang dimulai ketika perkawinan. Perkawinan merupakan
salah satu acara suci bagi seorang Hindu. Sebuah rumah tangga harus
mendapatkan artha yang berlandaskan dhrma dan dipergunakan dengan
cara yang pantas.
Beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam berumah tangga :
1) Melanjutkan keturunan
2) Membina rumah tangga
3) Bermasyarakat
4) Melaksanakan panca yajnya
3. Wanaprasta
Wanaprasta merupakan tahap ketiga dari Catur Asrama, dan merupakan
persiapan untuk tahap terakhir yaitu Sannyasin. Pada Wanaprasta orang
tersebut meninggalkan kewajibannya sebagai kepala keluarga dan lebih
menfokuskan diri kepada kerohanian dengan tujuan membebaskan diri
dari ikatan duniawi.
4. Sannyasin
Sannyasin merupakan tahap terakhir dari Catur Asrama, yaitu
menfokuskan diri untuk bermeditasi dan menyatukan dirinya dengan
Tuhan. Sannyasin adalah tingkat kehidupan yang terlepas dari ikatan

x
duniawi dan hanya mengabdi kepada Sang Hyang Widhi melalui
penyebaran ajaran-ajaran kesucian.

E. Hubungan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama


Ketika kita berada pada tahap Brahmacari, yaitu tahap untuk mencari dan
menuntut ilmu, kita membutuhkan bimbingan dari seseorang agar dapat
belajar dengan baik, belajar dengan efisien serta dapat mengimplementasikan
ilmu pengetahuan kami dengan benar (Dharma). Kita membutuhkan
bimbingan tersebut agar dapat selalu berada dijalan yang benar, yang akan
diaplikasikan di dunia kerja. Pada usia yang matang, dengan hasil yang kita
dapatkan (Artha) dari hasil kerja, kita dapat melanjutkan kehidupan ke tahap
selanjutnya yaitu kawin dan dan berumah tangga (Grhasta). Dengan artha
yang didapakan dari hasil kerja dengan benar (Dharma), kita dapat mencukupi
keluarga dan memiliki kehidupan tanpa rasa takut akan finansial keluarga.
Pada masa ini kehidupan kita telah ditunjang dengan harta yang telah kita
dapatkan pada masa Grahasta untuk mencapai kesejahtraan (Kama). Pada saat
lansia, kita berada dalam tahap Wanaprasta, sudah mulai mengurangi
keinginan terhadap hal- hal yang bersifat duniawi, sudah mulai rajin
mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi. Selanjutnya masuk pada tahap
Sannyasin, dimana kita tidak lagi peduli dengan hal berkaitan dengan materi
dan mencoba untuk fokus mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widi melalui
meditasi (semedi). Masa tersebut adalah saat dimana manusia mempersiapkan
diri menuju penyatuan diri yakni atman dengan Brahman hingga tercapai
moksa.

xi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama dan penerapannya /aplikasinya:
A. Dharma dengan Brahmacari
Saya adalah Mahasiswa Kedokteran di Universitas Nusa Cendana, pada saat
ini saya sedang memasuki tahapan Brahmacari, yaitu mencari dan menuntut
ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Menurut saya ini adalah masa yang
tepat untuk mencari ilmu, karena kita masih muda dan banyak yang kita tidak
ketahui yang menyebabkan meningkatnya rasa keingintahuan kita.

Dengan mengikuti tujuan Dharma serta melaksanakannya kita dapat belajar


dengan lebih baik, lebih efisien serta memiliki pemikiran yang benar dan
kuat. Saya sebagai Mahasiswa Kedokteran harus mempelajari bidang
kesehatan seluas-luasnya dan harus sesuai dengan Dharma agar kedepannya
saya dapat mengimplementasikan pengetahuan saya sesuai dengan tujuan
Dharma. Setelah menyelesaikan pendidikan dokter akan dilanjutkan dengan
tahap pendidikan selanjutnya yakni pendidikan dokter spesialis. Ilmu yang
didapatkan akan diterapkan di masyarakat.

B. Artha dengan Grahasta


Grahasta adalah tahap menikah dan berkeluarga. Sebelum mencapai memasuki
grahasta, idealnya secara finansial harus cukup mapan dari segi finansial
sehingga nantinya dapat menafkahi keluarga dengan baik baik kebutuhan
pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan (rumah) serta kebutuhan
lainnya.
Saat berumahtangga dan memiliki anak, saya menanamkan pendidikan budi
pekerti dan agama (Dharma sejak dini), sehingga diharapkan anak tersebut
menjadi anak yang suputra berbakti kepada keluarga dan bermanfaat
masyarakat, nusa dan bangsa, melaksanakan Panca Yadnya sehari-hari.

xii
C. Kama dengan Wanaprastha
Wanaprasta merupakan tahap ketiga dari Catur Asrama, dan merupakan
persiapan untuk tahap terakhir yaitu Sannyasin. Pada masa ini saya telah
memasuki masa lansia, dan secara perlahan lahan mulai mengurangi
keinginan terhadap hal-hal yang bersifat keduniawian , fokus kepada
kerohanian dan pendekatan diri kepada Tuhan, dengan cara lebih banyak
sembahyang, melaksanakan tirtayatra dan melakukan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang ada di pura. Karena dengan melakukan ini saya dapat lebih
dekat dengan Tuhan dan dapat membebaskan diri dari ikatan duniawi.

D. Moksa dengan Sannyasin


Sannyasin merupakan tahap terakhir dari Catur Asrama, yaitu menfokuskan
diri untuk bermeditasi dan menyatukan diri dengan Sang Hyang Widi.
Sannyasin adalah tingkat kehidupan yang terlepas dari ikatan duniawi dan
hanya mengabdi kepada Sang Hyang Widhi melalui penyebaran ajaran-ajaran
kesucian , sehingga dapat mencapai tujuan akhir yakni penyatuan diri dengan
Tuhan (moksa).

xiii
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Untuk dapat melaksanakan jalan mencapai moksa yang sesuai dengan landasan
pendidikan, maka diperlukan adanya abyasa atau kebiasaan untuk berpikir, berkata
dan berbuat baik untuk seluruh elemen pendidikan. Inilah yang dimaksudkan moksa
dalam pendidikan sehingga dalam mencapai suatu tujuan sesuai dengan landasan
pendidikan maupun ajaran Agama Hindu.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Parisada Hindu Dharma Indonesi (PHDI).2013. Mengejar Artha berdasarkan Dharma.


Denpasar, Bali
Riana.I Gede. 2011. Dampak Penerapan Kultur Lokal Tri Hita Karana terhadap Orientasi
Kewirausahaan dan Orientasi Pasar. Jurnal Teknik Industri, Vol.13 No.1 Juni 2011
Sudarsana, I. K. (2014). Pengembangan Model Pelatihan Upakara Berbasis Nilai Pendidikan
Agama Hindu Untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan: Studi pada Remaja Putus
Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.
Suhardana, K.M.2007. Catur Purusartha Empat Tujuan Hidup Umat Hindu. Surabaya :
Paramita
Sukardjo, M dan Komarudin, Ukim. 2012. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : Rajawali Pers
Titib, I Made.1996. Veda Sabda Suci.Surabaya:Paramita
UU Sisdiknas No.20 tahun 2003
Julianngsih, Eka. “Penerapan Ajaran Catur Asrama Dan Catur Purusha Arta Dalam Konsep
Manajemen Pendidikan Keluarga Hindu”. Jurnal Pendidikan Agama Hindu 1, no. 2, (2020) :
112 – 114

Juni, Ngakan Ketut. “Wiku Catur Asrama Menurut Lontar Wasista Tattwa”. Jurnal Teologi
11, no.1 (2020) : 4 – 8.

Santiawan, I Nyoman. “Implementasi Catur Asrama dalam Mencapai Tujuan Hidup (Catur
Purusa Artha)”. Jurnal Widya Aksara 26, no.2 (2021) : 294.

xv

Anda mungkin juga menyukai