OLEH:
NAMA : IDA BAGUS NGURAH SATHYA DHARMANANDA
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Catur Purusa Artha Dalam Agama Hindu.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian Catur Purusa Artha
3. Untuk mengetahui ajaran Catur Asrama dalam Agama Hindu
4. Untuk mengetahui bagian-bagian Catur Asrama
3. Untuk mengetahui hubungan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama dalam
Pendidikan
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
perikemanusiaan yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Setiap
pekerjaan dan usaha akan berhasil dengan baik, apabila dilandasi dengan
Sad Paramitha untuk menuju keluhuran. Selalu bertingkah laku yang baik
(Tri Kaya Parisudha) dalam pergaulan
b) Dharma Santosa adalah mencari kedamaian lahir batin didalam diri
sendiri Terwujudnya Dharma Santosa untuk mencapai kedamaian lahir
bathin dalam diri sendiri agar nantinya dapat mewujudkan kedamaian,
kesentosaan dalam keluarga, apalagi bangsa dan negara.
c) Dharma Jati adalah menjamin kesejahteraan kan kepentingan umun
dibanding diri sendiri. Tugas Dharma Jati sebagai kewajiban yang
dilaksanakan agar selalu dapat mengutamakan kepentingan umum
disamping kepentingan diri sendiri.
d) Dharma putus adalah melakukan kewajiban dengan penuh keiklasan
berkorban serta bertanggung jawab demi terwujudnya keadilan sosial.
Tanggung Jawab Dharma Putus / Rahayu yang dilakukan sebagai
kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban untuk selalu
mengutamakan prilaku yang baik atau subha karma dengan segala bentuk
tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama.
2. Artha
Artha dapat diartikan sebagai tujuan hidup ataupun kepentingan orang
lain. Namun dalam hal ini, Artha lebih di fokuskan pada kekayaan atau
harta. Agama Hindu sangatlah memperhatikan kedudukan dan fungsi
artha dalam kehidupan. Mencari Harta atau Kekayaan, bukanlah sesuatu
yang dilarang, malahan itu merupakan hal yang dianjurkan asalkan
semuanya itu diperoleh berdasarkan Dharma dan digunakan untuk
kepentingan Dharma pula.
Dalam Agama Hindu, sebenarnya Artha bukanlah merupakan tujuan.
Melainkan, Moksa lah yang menjdai tujuan tertinggi umat Hindu yang
hidup di dunia ini. Artha hanyalah merupakan sarana untuk mencapai
tujuan tersebut yang sangat penting pula setelah Dharma. Di dalam kitab
Sarassamuscaya dijelaskan bahwa jika harta diperoleh dengan jalan
Dharma, maka bahagia lah orang yang memperolehnya itu, tetapi jika
harta tersebut diperoleh dengan cara Adharma, maka noda dan dosa lah
vii
yang ia dapatkan. Seperti itulah arti dari kutipan salah satu sloka di kitab
Sarassamuscaya.
Harta yang diperoleh seseorang harus dapat di bagi tiga, yakni:
a) Sadhana ri Kasiddhan in dharma
Dipakai untuk memenuhi Dharma. Contohnya untuk melakukan
kewajiban- kewajiban dharma, seperti pelaksanaan Panca Yadnya.
b) Sadhana ri kasiddhan in Kama
Dipakai untuk memenuhi Kama. Contohnya, untuk kesenian,
olahraga, rekreasi, hobby, dan lain sebagainya.
c) Sadhana ri kasiddhan in Artha
Dipakai untuk mendapatkan harta kembali, contohnya, untuk
memproduksi sesuatu, berjualan, dan lain sebagainya. Dalam ajaran
Agama Hindu berkalikali ditekankan bahwa Harta tidak akan dibawa
mati. Yang akan meringankan dan menuntun pergi ke akhirat adalah
perbuatan baik dan buruk. Oleh karena itu, harta kekayaan hendaknya
di sedekahkan, dipakai, dan diabdikan untuk perbuatan dharma. Hanya
dengan cara demikian lah harta tersebut memiliki nilai yang utama.
3. Kama
Kama dalam ajaran Agama Hindu berarti nafsu atau keinginan yang dapat
memberikan kepuasan atau kesejahteraan hidup. Kenikmatan tersebut
merupakan salah satu tujuan hidup utama manusia karena manusia
memiliki 10 indriya yaitu:
a. Srotendriya: keinginan untuk mendengar
b. Tvagendriya: keinginan untuk merasakan sentuhan
c. Caksvindriya: keinginan untuk melihat
d. Jihvendriya: keinginan untuk mengecap
e. Ghranendriya: Keinginan untuk mencium
f. Wagindriya: keinginan untuk berkata
g. Panindriya: keinginan untuk memegang
h. Sesuatu Padendriya: keinginan untuk bergerak atau berjalan
i.Payvindriya: keinginan untuk membuang kotoran
j.Upasthendriya: keinginan untuk kenikmatan dengan kelamin
viii
Kesepuluh indriya tersebut menyebabkan manusia berbuat sesuatu,
perasaan ingin tahu. Kita harus dapat mengontrol indria tersebut agar
tidak terjerumus kepada hal-hal negative karena sering sekali indria
menjerumuskan manusia ke arah yang negatif jika manusia itu tidak dapat
mengendalikan indria itu sendiri. Menurut ajaran agama Hindu, Kama
atau nafsu tidak ada artinya jika diperoleh dengan cara yang menyimpang
dari Dharma. Karena Dharma menduduki tempat paling utama dari Kama
dan menjadi pedoman dalam mencapai Kama. Dalam kekawin Ramayana,
dikatakan bahwa, Kenikmatan (Kama) hendaknya terletak dalam
kemungkinan yang diberikan kepada orang lain untuk merasakan
kenikmatan. Jadi,pekerjaan yang bersifat ingin menguntungkan diri
sendiri dalam memperoleh harta dan kenikmatan tidak dilaksanakan.
4. Moksa
Moksa merupakan tujuan tertinggi umat Hindu. Moksa memiliki arti,
yakni pelepasan atau kebebasan. Maksud dari kebebasan disini adalah
kebahagiaan dimana atma dapat terlepas dari pengaruh maya dan ikatan
Subha-Asubha Karma, serta bersatunya sang Atman dengan Brahman
(asalnya).
Moksa juga dapat diartikan sebagai Mukti atau Nirvana. Pada
hakekatnya, manusia mengharapkan kebahagiaan yang tertinggi (Sat Cit
Ananda). Namun kebahagiaan seperti ini tidak dapat kita rasakan di
kehidupan duniawi ini. Menurut ajaran Agama Hindu, Kebahagiaan yang
kekal dan abadi hanya di dapat dengan persatuan oleh Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang disebut dengan Moksa. Umat manusia harusnya sadar
bahwa perjalanan hidup mereka di dunia adalah untuk mencari Ida Sang
Hyang Widhi dan bersatu dengan beliau. Tentu kita tidak mengharapkan
kembali bahwa kita akan lahir ke dunia berulang-ulang dan sengsara.
Apabila kita masih lahir ke dunia, itu berarti kita belum mencapai
Kebahagiaan yang tertinggi.
ix
kerohanian. Empat tahapan masa kehidupan adalah brahmacari (masa belajar
dan menuntut ilmu pengetahuan), grhasta (masa yang dimulai setelah menikah
dan berkeluarga) wanaprasta (masa mengasingkan diri menekuni ilmu
kerohanian) dan sannyasin (meninggalkan semua yang berkaitan dengan
duniawi agar dapat bersatu dengan Tuhan)
x
duniawi dan hanya mengabdi kepada Sang Hyang Widhi melalui
penyebaran ajaran-ajaran kesucian.
xi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama dan penerapannya dalam
Pendidikan:
A. Dharma dengan Brahmacari
Saya adalah Mahasiswa Kedokteran di Universitas Nusa Cendana, pada saat
ini saya sedang memasuki tahapan Brahmacari, yaitu sedang mencari dan
menuntut ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Menurut saya ini adalah
masa yang tepat untuk mencari ilmu, karena kita masih muda dan banyak yang
kita tidak ketahui yang menyebabkan meningkatnya rasa keingintahuan kita.
xii
Pendidikan saya yang kedua, saya akan menfokuskan untuk menyiapkan
finansial yang cukup dan stabil untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu
pernikahan (Grahasta).
Ketika saya telah memiliki seorang anak, saya ingin mengajarkan mengenai
Dharma sejak dini, agar Ketika sudah dewasa ia memiliki fondasi yang kuat
serta bersandar kepada Tuhan. Kita juga akan melakukan Panca Yadnya
sebagai proses penyucian dan peningkatan kualitas diri, untuk menciptakan
keluarga yang harmonis, dan juga sebagai sarana untuk mendekati diri dengan
Tuhan serta untuk mengucapkan terimakasih kepadaNya. Kita juga akan hidup
bermasyarakat.
xiii
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Untuk dapat melaksanakan jalan mencapai moksa yang sesuai dengan landasan
pendidikan, maka diperlukan adanya abyasa atau kebiasaan untuk berpikir, berkata
dan berbuat baik untuk seluruh elemen pendidikan. Inilah yang dimaksudkan moksa
dalam pendidikan sehingga dalam mencapai suatu tujuan sesuai dengan landasan
pendidikan maupun ajaran Agama Hindu.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Juni, Ngakan Ketut. “Wiku Catur Asrama Menurut Lontar Wasista Tattwa”. Jurnal Teologi
11, no.1 (2020) : 4 – 8.
xv
Santiawan, I Nyoman. “Implementasi Catur Asrama dalam Mencapai Tujuan Hidup (Catur
Purusa Artha)”. Jurnal Widya Aksara 26, no.2 (2021) : 294.
xvi