Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA HINDU

MANUSIA HINDU

DISUSUN OLEH:

KM.DEVINA MAIA ANGRENI (2318031007)

NI KADEK SUBENING METIA PUTRI (2311031069)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan Makalah Agama Hindu mengenai
Manusia Hindu dengan baik dan tepat waktu. Makalah Agama Hindu ini memuat
tentang konsep manusia dan manusia hindu, baik dari pengertian, hakikat, martabat
dan tanggung jawab, selain itu dipaparkan juga mengenai Avatara dan orang suci.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih banyak
terdapat kekurangan pada makalah kami, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Serta kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Singaraja, 16 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Konsep Manusia dan Manusia Hindu......................................................3


B. Hakikat Manusia Hindu......................................................................... 5
C. Martabat Manusia Hindu ...................................................................... 6
D. Tanggung Jawab Manusia Hindu .......................................................... 8
E. Avatara ................................................................................................... 9
F. Orang Suci ............................................................................................ 12

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 14

A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat manusia sudah sepantasnya bersyukur kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena diantara makhluk hidup di dunia ini manusia lah yang paling
tinggi derajatnya dikarenakan memiliki pikiran. Kelebihan inilah yang
menyebabkan manusia dapat berpikir untuk berbuat dan berkata yang baik.
Memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu
membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu
sebelum melakukan tindakan. Sebagai akibat pikiran sebagai kelebihan yang
dimilikinya, maka manusia harus mengetahui serta memahami asal, tujuan, tugas
serta mampu melaksanakan kewajibannya hidup di dunia. Secara sederhana
manusia dapat diketahui berdasarkan diri manusia itu sendiri.
Mempelajari tentang manusia, berarti kita mempelajari hakikat diri manusia.
Oleh sebab itu dalam mempelajari tentang manusia, manusia menjadi subjek yang
mempelajari atau pengamat sekaligus sebagai objek yang dipelajari atau objek yang
diamati. Menurut Agama Hindu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk
hidup lainnya di dunia dapat ditelusuri dari konsep Tri Pramana. Tri Pramana terdiri
dari Bayu, Sabda, dan Idep. Di sisi lain, sebagai akibat kelebihan-kelebihan yang
dimiliki manusia, tak jarang manusia menjadi lupa diri. Ketika manusia merasa
dirinya sebagai makhluk yang derajatnya paling tinggi, mereka sering angkuh dan
berbuat semaunya. Sifat-sifat buruk manusia merupakan musuh terbesar manusia
dalam hidup ini. Musuh besar itu disebut Sad Ripu. Melalui pengendalian Sad Ripu
diharapkan manusia mampu untuk mendapat ketenangan, keindahan, serta rasa
damai di dalam dirinya. Oleh sebab itu maka sangat penting untuk mempelajari
“manusia”. Belajar adalah cara untuk mengetahui seperti apa itu manusia, harkat
dan martabat manusia, kewajiban manusia agar dapat mengendalikan diri menjadi
manusia yang lebih baik berlandaskan agama Hindu.

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana konsep manusia dan manusia Hindu?
2. Apa saja hakikat, martabat, dan tanggung jawab manusia Hindu?
3. Apa itu avatara dan apa saja bagian dari Avatara?
4. Apa itu orang suci?
C. Tujuan
Untuk memahami dan mengetahui mengenai konsep manusia, konsep manusia
Hindu, hakikat manusia Hindu, martabat manusia Hindu, tanggung jawab
manusia Hindu, pengertian Avatara dan orang suci.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Manusia dan Manusia Hindu


Manusia memiliki kelebihan tersendiri yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki akal budi dan juga perasaan, yang
dimana kelebihan itulah yang menjadikan manusia memiliki derajat lebih tinggi
dari makhluk hidup lainnya di dunia. Dalam Agama Hindu, kelebihan manusia
dapat dicermati melalui konsep Tri Pramana. Tri Pramana merupakan tiga
kemampuan atau kekuatan makhluk hidup yaitu, Bayu (kemampuan untuk
hidup atau tenaga), Sabda (kemampuan untuk bersuara, dan Idep (kemampuan
untuk berpikir). Tumbuhan hanya memiliki Bayu, hewan memiliki Bayu dan
Sabda, sedangkan manusia memiliki ketiganya sekaligus yaitu, Bayu, Sabda,
dan Idep.
Dengan kemampuan istimewa tersebut diharapkan manusia memiliki
pikiran yang berguna untuk menentukan segala tindakan baik atau buruk yang
akan diperbuat atau disebut Subha Asubha Karma, menggunakan pikiran
sebelum melakukan tindakan, serta mampu menjalani kewajibannya di dunia
sambil mengucap rasa syukur kepada tuhan atas karunia yang diberikan. Namun
tidak jarang karena kelebihan tersebut, manusia menjadi penuh akan
kesombongam dan merasa derajatnya paling tinggi dan mengakibatkan
munculnya sifat – sifat manusia yang tidak sesuai ajaran dharma untuk
memuaskan hasrat duniawi. Sifat – sifat buruk tersebut merupakan musuh besar
manusia yang disebut dengan Sad Ripu, setiap manusia memiliki Sad Ripu.
Oleh sebab itu, manusia harus dapat mengendalikan Sad Ripu dalam dirinya
melalui pengendalian diri dan pikiran. Manusia merupakan makhluk sosial yang
artinya tidak dapat hidup sendiri. Tujuan hidup manusia adalah untuk
memperkaya kehidupan manusia terhadap hakikatnya sebagai makhluk sosial
dan makhluk spiritual.
Agama Hindu merupakan agama yang universal yang mengatur kehidupan
umatnya dengan ajaran – ajaran yang berlandaskan dharma. Svambhu

3
merupakan manusia pertama. Kata manusia berasal dari kata “manu” yang
berarti pikiran, yang kemudian kata tersebut dikembangkan menjadi “manusya”
yang memiliki arti menggunakan pikiran atau berpikir. Menurut agama Hindu,
Swayambu Manu dan Satarupa adalah manusia pertama di dunia, atau era
kehidupan pertama. Masa Manu yang baru dimulai setelah masa Swayambu
Manu berakhir, dan sampai empat belas Manu terlahir. Manu pada sekarang
disebut dengan Waiwaswata Manu. Manusia merupakan kesatuan dari jasmani
(tubuh manusia) dan rohani (jiwa atau atman pada tubuh manusia), dalam Hindu
dimuat dalam Bhuana Alit dan Bhuana Agung.
Manusia memiliki Tri Sarira yaitu tiga lapisan badan manusia, yang terdiri dari
:
1. Stula Sarira
Stula Sarira merupakan badan kasar jasmani yang terdiri dari unsur Panca
Maha Butha (lima elemen dasar) yaitu, Prtiwi (unsur padat), Apah (unsur
cair), Teja (unsur panas, Bayu (unsur angin), dan Akasa (unsur
kosong/ether). Selain itu Stula Sarira juga terbentuk dari Sad Kosa (enam
lapisan pembungkus) yaitu, Asti (tulang) , Adwad (otot), Sumsum, Mamsa
(dagimg), Rudira (darah), dan Carma (kulit).
2. Suksma Sarira
Suksma Sarira adalah badan halus yang terdiri dari unsur Tri Antakarana
(tiga penyebab akhir) yang memiliki fungsinya masing – masing yaitu,
Budhi untuk menentukan keputusan, Manah untuk berpikir, dan Ahamkara
untuk merasakan serta bertindakan. Suksma Sarira juga dibentuk oleh
Dasendrya yang dibagi menjadi dua yaitu,
a. Panca Budhindrya (lima indra pengenal)
1. Cakswindrya adalah indra penglihat (mata)
2. Srotendrya adalah indra pendengaran (telinga)
3. Ghranendrya adalah indra penciuman (hidung)
4. Jihwendrya adalah indra pengecap (lidah)
5. Twakindrya adalah indra sentuhan (kulit)
b. Panca Kamendrya (lima indra penggerak)
1. Panindrya indra penggerak pada tangan

4
2. Padendrya indra penggerak pada kaki
3. Garhendrya indra penggerak pada perut
4. Upasthendrya indra penggerak pada kemaluan pria dan
Bhagendrya indra penggerak pada kemaluan wanita
5. Pagwindrya indra penggerak pada dubur
3. Anta Karana Sarira
Anta Karana Sarira adalah komponen spiritual, yaitu jiwatman sendiri, yang
memiliki sifat kekal dan abadi seperti parama atman yang merupakan
lapisan paling halus.
Tiap manusia memiliki perbedaan, yaitu perbedaan daya pikir, sifat, dan
perilaku. Namun dari perbedaan tersebut diharapkan manusia dapat saling
melengkapi dalam kehidupan di dunia (Rwa Bineda), serta dalam Agama Hindu
mempercayai filsafat Tat Twam Asi yang memiliki arti “aku adalah kamu dan
kamu adalah aku” yang diartikan juga dengan apapun perbedaan yang dimiliki
oleh tiap manusia, bagi tuhan semua manusia itu sama. Selain itu karena
manusia sangat bergantung pada lingkungannya, baik alam maupun manusia,
sudah seharusnya manusia dapat hidup harmonis dengan lingkungannya. Hal
ini sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha. Untuk membangun hubungan yang
harmonis dengan sesama manusia, diperlukan kerukunan dalam kehidupan
bermasyarakat.
B. Hakikat Manusia Hindu
Manusia terlahir pada kondisi yang berbeda antara manusia satu dan yang
lainnya. Manusia pada hakikatnya memiliki sifat baik dan sifat buruk. Manusia
dilahirkan juga memiliki tujuan hidup untuk melakukan kebaikan.
Hakikat manusia terlahir di dunia berdasarkan kitab suci Sarasamuscaya
adalah manusia terlahir dengan memiliki tujuan hidup. Manusia dilahirkan
memiliki perbedaan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Perbedaan yang dimaksud beragam, di antaranya berupa perbedaan sikap,
perbedaan perilaku, perbedaan warna (Catur Warna), perbedaan status sosial,
perbedaan kemakmuran, dan sebagainya. Perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia akan menjadi pahala manusia dalam menjalani kehidupan. Perbedaan

5
manusia satu dengan yang lainnya tidaklah menjadi tolak ukur, misalnya ada
orang kaya dan ada orang miskin
Sekalipun kehidupan manusia salam kondisi sangat miskin tetapi memiliki
perbuatan dan pahala yang baik itulah yang sangat mulia. Hakikatnya manusia
hidup adalah untuk menolong dirinya dari kesengsaraan atau penderitaan
melalui jalan dharma. Kelahiran menjadi manusia hendaknya digunakan
dengan sebaik-baiknya untuk melaksanakan kebaikan yang sesuai dengan
ajaran Dharma. Selanjutnya dapat melaksanakan ajaran-ajaran Agama Hindu di
kehidupan sehari-hari.
C. Martabat Manusia Hindu
Martabat manusia didefinisikan sebagai tingkat kemanusiaan dan harga diri
yang membuat manusia dipandang sebagai makhluk yang paling berharga dari
semua makhluk hidup. Manusia dikatakan memiliki derajat dan martabat yang
tinggi. Martabat manusia Hindu dibedakan berdasarkan profesinya atau yang
disebut dengan Catur Warna (empat penggolongan profesi masyarakat) yaitu,
Brahmana (profesi bidang keagamaan), Ksatria (profesi bidang keamanan),
Waisya (profesi bidang perdagangan dan pertanian), dan Waisya (profesi
bidang pelayanan). Selain itu martabat manusia Hindu juga diimplementasikan
secara langsung maupun tak langsung pada aspek berikut yaitu, kelahiran,
kewajiban hidup, karma perbuatan, sifat, tingkat keimanan, dan wawasan
pengetahuan.
Namun, pada masa kini martabat seorang manusia tidak dilihat dari
sebanyak apa hartanya melainkan seberapa luas wawasan pengetahuan suci
yang dimiliki, bagaimana ia menggunakan wawasan tesebut dalam
kehidupannya, perilaku atau tindakan yang dilakukannya kepada lingkungan
sekitar, kebijaksanaanny, dan hal – hal baik lainnya yang memperlihatkan
bahwa orang tersebut merupakan sosok terpelajar yang memiliki martabat
tinggi. Selain itu manusia yang bermatabat tinggi ialah manusia yang rendah
hati, mampu memposisikan dirinya sesuai dengan kondiri, tidak
menyombongkan ataupun mengelompokan kelebihan diri, dan selalu
mengembangkan ilmu dan wawasan untuk kehidupannya.

6
Hakikat sifat manusia secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu sifat baik dan sifat buruk. Sifat baik seperti tekun menjalankan ajaran
spiritual akan menghantarkan manusia terhindar dari penderitaan, sedangkan
sifat buruk seperti sifat sombong, angkuh, pemarah, dan lain-lain akan
menyebabkan manusia terikat sifat keduniawian dan menuju ke penderitaan.
Sifat-sifat buruk manusia tidak dapat dihilangkan, namun dapat
dikendalikan. Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan Panca Niyama
Brata. Pengertian Panca Niyama Brata adalah lima jenis pengekangan diri
berdasarkan atau tunduk dan mengikuti ajaran Dharma. Bagian-bagian Panca
Niyama Brata adalah :
1. Akrodha yaitu Tidak dikuasai oleh nafsu kemarahan
2. Guru Susrusa yaitu Hormat dan taat kepada guru serta patuh pada ajaran-
ajarannya
3. Sauca yaitu Senantiasa menyucikan diri lahir batin
4. Aharalagawa yaitu Pengaturan makan (puasa) dan tidak hidup berfoya-foya
atau boros
5. Apramada yaitu Tidak menyombongkan diri dan takabur
Hakikat manusia sebagai pribadi yang memiliki badan jasmani dan jiwa
telah memunculkan pemikiran dalam pandangan filsafat manusia. Ada dua
pandangan yang berbeda tentang manusia, pandangan materialisme
menganggap badan jasmani lebih bernilai daripada jiwa, sedangkan pandangan
spiritualisme menganggap bahwa jiwa jauh lebih penting dibandingkan badan
rohani.
Tetapi dalam pandangan Hindu, baik badan jasmani dan badan rohani
memiliki hakikat yang sama pentingnya. Agama Hindu mengkaji hakikat badan
jasmani manusia Hindu sebagai substansi semesta adalah Mayatattma, yaitu
filsafat kebendaan, atau maya. Bidang yang mengkaji hakikat jiwa atma sebagai
substansi berpikir adalah Purusatattma, yaitu filsafat non kebendaan atau
purusa. Manusia yang berupa penyatuan badan jasmani dan jiwa ini adalah
perwujudan dari substansi semesta atau makrokosmos. Dengan demikian
eksistensi dan hidup manusia di dunia ini adalah satu kesatuan, maksudnya
pemahaman tentang hakikat manusia (nilai manusia dan kemanusiaannya )

7
tidak saja terkait dengan diri pribadi, tetapi juga dengan makhluk hidup lainnya
di alam semesta ini.
D. Tanggung Jawab Manusia Hindu
Tanggung jawab adalah tidak hanya berarti siap menanggung segala risiko
atas perbuatan sendiri, tetapi juga berarti melakukan semua tugas dan
kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Begitupun manusia Hindu juga
memiliki tanggung jawabnya tersendiri. Tanggung jawab umat Hindu d9ibagi
menjadi dua yaitu :
1. Tanggung jawab horizontal
Tanggung jawab horizontal adalah tanggung jawab manusia terhadap
sesama manusia dan makhluk hidup lainnya (Tat Twam Asi)
2. Tanggung jawab vertikal
Tanggung jawab vertikal ialah tanggung jawab manusia kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa.
Selain kedua tanggung jawab tersebut, dalam Hindu juga dipaparkan konsep Tri
Hita Karana yaitu tiga penyebab kesenangan dan keseimbangan yang terdiri
dari Parahyangan (hubungan manusia dengan tuhan), Pawongan (hubungan
manusia dengan manusia), dan Palemahan (hubungan manusia dengan
lingkungannya). Beberapa contoh dari tanggung jawab manusia Hindu
diantaranya, menjalankan dharma, melaksanakan yadnya, melaksanakan Catur
Marga Yoga, melahirkan anak yang suputra, dan menjalankan ajaran – ajaran
agama Hindu yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari – hari
seperti,
1) Menjalankan Dharma
Menjalankan dharma memiliki menjalankan kehidupan dengan hal – hal
yang positif baik dari tindakan maupun pikiran dan perkataan, contoh
sederhananya adalah berpikir sebelum bertindak, sopan dan hormat kepada
orang lain, serta menjauhi perilaku buruk.
2) Melaksanakan Yadnya
Dalam agama Hindu kita mengenal Yadnya yang memiliki arti pengorbanan
suci yang tulus ikhlas. Kita sebagai umat Hindu memiliki tanggung jawab
untuk melaksanakan lima Yadnya atau yang disebut Panca Yadnya yaitu,

8
Dewa yadnya (pengorbanan suci kepada Sang Hyang Widhi) seperti
melakukan persembahyangan pada hari raya, Rsi yadnya (pengorbanan suci
kepada para Rsi) seperti ikut ngayah atau membantu melayani orang suci
dalam memimpin upacara yadnya, Pitra yadnya (pengorbanan suci kepada
para leluhur/orang tua) seperti melakukan pengabenan dan melayani orang
tua di masa tuanya, Manusa yadnya (pengorbanan suci kepada sesama
manusia) contohnya seperti otonan, metatah, dan pawiwahan, dan Bhuta
yadnya (pengorbanan suci kepada bhuta kala) seperti dengan menghaturkan
segehan dan juga pecaruan.
3) Melaksanakan Catur Marga Yoga
Catur Marga Yoga adalah empat cara untuk menghormati dan menuju jalan
Sang Hyang Widhi Wasa. Keempat cara tersebut diantaranya, Bhakti marga
(menunjukkan bakti Tuhan) seperti Tri Sandya, Karma marga (melakukan
kegiatan dengan tulus ikhlas) seperti berbuat amal, Jnana marga
(meningkatkan pengetahuan spiritual) seperti bermeditasi, dan Raja marga
(pengendalian diri dari nafsu duniawi).
4) Melahirkan anak yang suputra
Salah satu cara untuk menerapkannya adalah dengan melahirkan anak dari
satu pernikahan. Ketika pasangan memiliki anak, mereka bertanggung
jawab untuk merawat, mengajarkan, dan membimbing anaknya agar
menjadi anak yang bermanfaat, berpengetahuan agama, dan berbakti kepada
catur guru. Dengan demikian, anak yang dilahirkan akan dianggap sebagai
anak yang suputra.
5) Menjalankan ajaran – ajaran agama Hindu dan Tat Twam Asi
Manusia memiliki tanggung jawab untuk saling melengkapi antar sesama
manusia seperti tolong menolong dan mau bekerja sama dengan tetap
mengikuti ajaran – ajaran Hindu.
E. Avatara
Avatara atau Avatar adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa dan
manifestasinya. Mereka turun ke alam untuk menyelamatkan alam dari
kerusakan dan kejahatan, menegakkan dharma, dan menyelamatkan mereka
yang melakukan dharma atau kebenaran. Avatara dibagi menjadi sepuluh atau

9
yang dikenal dengan Dasa Avatara, Dasa Awatara sangat dikenal di selang
Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang dianggap sebagai
representasi fisik Dewa Wisnu dalam upaya menyelamatkan alam. Sembilan
Awatara di tengahnya dianggap telah menyelamatkan dunia, dan Awatara
terakhir, yang disebut Kalki Awatara, berada di selangnya dan dipercaya
menunggu waktu yang tepat, mungkin pada akhir Kali Yuga, untuk turun ke
dunia. Kitab yang disebut Purana memuat semua cerita Awatara.
1. Matsya Avatara
Matsya Avatara berwujud ikan raksasa yang muncul pada zaman Satya
Yuga, munculnya Matsya bertujuan untuk memberi tahu Maharaja Manu
tentang bencana air bah yang akan melanda bumi. Ia menyuruhnya
membuat bahtera besar segera.
2. Kurma Avatara
Kurma Avatar berwujud kura – kura raksasa yang bernama Akupa dan
muncul pada zaman Satya Yuga, yang bertujuan untuk mengambil tirta
amerta, yang memiliki kemampuan untuk memberi peminumnya hidup
abadi. Gunung Mandara digunakan untuk mengaduk lautan oleh para Dewa
dan Asura, yang bersaing untuk mendapatkankannya.
3. Waraha Avatara
Wahara Avatara merupakan avatara dengan wujud babi hutan dan juga
muncul pada zaman Satya Yuga. Wahara avatara bertujuan untuk
menyelamatkan dunia dari raksasa Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu.
4. Narasimha Avatara
Wujud dari Narasimha Avatara yaitu manusia berkepala singa yang muncul
pada zaman Satya Yuga dengan tujuan untuk menyelamatkan anak
Hiranyakasipu bernama Pralahda yang akan dibunuh oleh ayahnya sendiri
dikarenakan rasa benci yang dimiliki oleh Hiranyakasipu pada dewa Wisnu
atas kematian adiknya, namun bertolak belakang dengan Pralahda yang
merupakan pemuja dewa Wisnu yang taat.
5. Wamana Avatara
Wahama avatara berwujud orang kerdil dan muncul pada zaman Treta
Yuga. Munculnya Wahama bertujuan untuk menegakkan kebenaran dan

10
mengajar Raja Bali, seorang Asura dan cucu Prahlada. Karena Raja Bali
telah merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, Wisnu turun tangan dan
turun ke dunia untuk menghukum Raja Bali.
6. Parasurama Avatara
Wujud dari Parasurama avatara adalah sosok seorang brahmana bersenjata
kapak atau dari namanya diartikan sebagai Rama yang bersenjata kapak.
Turunnya dewa Wisnu dengan wujud Parasurama pada zaman Treta Yuga
bertujuan untuk menumpas para kesatria yang saling berperang hingga
mengakibatkan kekacauan dunia.
7. Rama Avatara
Rama avatara merupakan avatar dengan wujud raja dan juga kestaria
pemberani yang muncul pada zaman Treta Yuga. Ia disebut sebagai
Maryada Purushottama, yang berarti "Manusia Sempurna", dan Rama
adalah karakter terkenal dari cerita Ramayana.
8. Krisna Avatara
Berwujud sosok Krisna anak dari Basudewa dan Devaki dan turun ke dunia
pada zaman Dwapara Yuga. Ia juga diberikan karunia menjadi seorang
pengembala yang mahir bersuling, bijaksana dean berwibawa.
9. Budha Avatara
Budha avatar yaitu sosok pangeran Sidharta Gautama yang muncul pada
zaman Kali Yuga. Turunnya Budha avatara bertujuan untuk mengajarkan
cara mendapatkan pencerahan dan pengetahuan yang sempurna.
10. Kalki Avatara
Kalki avatara adalah avatara Wisnu kesepuluh dan terakhir. Dia akan
muncul pada akhir zaman Kali Yuga, atau zaman kegelapan dan
kehancuran. Seorang kesatria bernama Kalki Awatara mengendarai kuda
putih bersayap bernama Devadatta. Pedang berkilat yang dihunus oleh
Kalki digunakan untuk menghancurkan kejahatan dan iblis zaman.
Kemudian mereka menegakkan dharma dan memulai zaman yang baru.
Seperti yang dinyatakan dalam Sloka Bhagawad Gita, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa akan selalu melindungi orang-orang baik dan senantiasa memusnahkan
orang-orang yang tidak berdharma. Dia juga akan menjelma setiap saat untuk

11
menegakkan prinsip ajaran dharma yang murni. Orang yang baik selalu ingat
prinsip Tat Twan Asi, berbuat baik, dan mengamalkan dharma, dan
menghindari semua larangan Tuhan.
F. Orang Suci
Orang-orang suci memiliki kemampuan dan otoritas untuk memimpin orang
lain dan memimpin suatu upacara. Mereka juga memiliki mata batin dan
mampu memancarkan kekuatan rohani, dan mereka sensitif terhadap pengaruh
gaib. Dalam mengamalkan ajaran agama dengan kemurnian lahir dan batin, dia
dapat terlihat tenang dan penuh welas asih tanpa terpengaruh oleh gelombang
suka dan duka hidup. Orang suci memiliki pemikiran yang luhur, luas, dan
cerdas. Mereka dianggap sebagai teladan bagi generasi muda Hindu dan semua
orang Hindu.
Orang suci didefinisikan sebagai orang yang telah disucikan secara ritual
Hindu melalui status dwijati atau diksa pariksa. Dengan demikian, orang suci
Hindu dapat didefinisikan sebagai orang yang memiliki status dwijati atau
pandita, melakukan ajaran kesucian dalam agama Hindu, dihormati, dan
diteladani. Mereka juga melepaskan kehidupan duniawi dengan menaati
persyaratan sebagai orang suci atau Resi Sasana yang berlaku dalam agama
Hindu, sehingga dalam kehidupan mereka sebagai orang suci.
Adapun orang – orang suci Hindu yaitu,
1. Sapta Rsi adalah para Rsi yang menerima wahyu tuhan pada kitab Veda.
Sapta Rsi terdiri dari, Rsi Gritsamada, Rsi Wiswamitra, Rsi Wamadewa, Rsi
Atri, Rsi Bharadwaja, Rsi Wasista, dan Rsi Kanwa.
2. Maha Rsi Vyasa melakukan pekerjaan besar dalam mengumpulkan dan
menuliskan ajaran weda dalam empat himpunan (samhita). Pekerjaan
tersebut dibantu oleh para sisya atau muridnya yaitu, Rsi Pulaha
menciptakan Rg Veda, Rsi Vaisampayana menciptakan Yajur Veda, Rsi
Jaimini menciptakan Sama Veda, dan Rsi Sumantu menciptakan Atharva
Veda.
3. Orang-orang suci Hindu lainnya diberi gelar yang sesuai dengan
perkembangan mereka yang bergelar Pandita, seperti Bhagawan (Bhagawan

12
Wyasa), Empu (Empu Kuturan, Empu Bharadah), Dang Hyang Dwijendra,
Dang Hyang Astapaka, Pedanda, dan sulinggih.
4. Orang suci yang bergelar Pinandita seperti, pemangku, basir, wasi, kadong,
dan sebutan lainnya oleh umat Hindu di Indonesia.
Mereka yang dianggap sebagai orang suci Hindu memiliki sejumlah peran
mulia dan suci, seperti
a) Sebagai rohaniwan Hindu
b) Sebagai pemuka agama Hindu
c) Sebagai guru suci yang mengajarkan ajaran agama Hindu kepada orang
Hindu
d) Sebagai pemimpin upacara agama Hindu
e) Sebagai sumber pendidikan yang menuntun orang Hindu
f) Sebagai panutan mulia bagi orang Hindu
g) Sebagai figur suci secara wahyadyatmika atau spiritual.
Di dunia modern, orang-orang suci dapat memberikan panutan dan
menyelamatkan orang dari kemerosotan moral. Pandita dan orang suci lainnya
memainkan peran penting dalam kehidupan religius, terutama untuk memimpin
sebuah upacara, yang biasanya dipimpin atau dipimpin oleh Pandita, dalam
kehidupan sehari-hari umat Hindu.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manusia satu pada dasarnya berbeda dengan manusia lain, manusia
memiliki kesadaran dan kelebihan akal budi yang membedakannya
dengan makhluk lain, sekaligus menempatkannya sebagai makhluk
yang derajatnya paling tinggi.
2. Hakikat manusia dilahirkan memiliki tujuan hidup untuk melakukan
kebaikan. Hakikat manusia sebagai pribadi yang memiliki badan
jasmani
3. Martabat manusia Hindu berdasarkan Catur Warna digolongkan
berdasarkan profesinya yakni Brahmana, Ksatria, Waisya dan
Sudra. Manusia Hindu yang bermartabat tinggi adalah orang yang
memiliki pengetahuan suci agama, terpelajar dan bijaksana.
4. Tanggung jawab manusia Hindu dibedakan menjadi dua yakni
tanggung jawab secara vertikal adalah tanggung jawab kepada sang
pencipta yakni Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tanggung jawab
secara horizontal adalah tanggung jawab antar sesama manusia dan
tanggung jawab terhadap makhluk hidup lain.
5. Awatara atau Avatar adalah reinkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa
maupun manifestasinya mengambil wujud tertentu untuk
menyelamatkan dunia dari kehancuran.
6. Orang suci adalah orang yang mampu dan berwenang untuk
memimpin umat dan memimpin suatu upacara serta memiliki mata
batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, orang-orang suci
agama Hindu di antaranya adalah Sapta Rsi, Maha Rsi Vyasa,
Bhagawan, Empu, Dang Hyang Dwijendra, Dang Hyang Astapaka,
dan lain-lain.
B. Saran

14
Dalam makalah Manusia Hindu ini diharapkan pembaca sebagai manusia
harus memiliki sikap bersyukur dan selalu mengucapkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena telah dikarunia kemampuan bepikir. Makalah
ini masih kurang dari kata sempurna karena itu mohon kritik dan saran dari
pembaca terhadap makalah Manusia Hindu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Artiningrat, Ketut Sri (2016, Januari 25), Tri Sarira: Tiga Lapis Unsur dalam Diri
Manusia, Mantra Hindu Bali, dilihat pada 16 September 2023, melalui
https://www.mantrahindu.com/tri-sarira-tiga-lapis-unsur-diri-manusia/.

Awatara (Tanpa Tahun), p2k.unkris.ac.id, dilihat pada 16 September 2023, melalui


http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Avatar_22009_p2k-unkris.html.

Buddha Awatara (2016), kebudayaan.kemdikbud, diakses pada 16 September


2023, melalui https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/buddha-
awatara/.

Santyasa, I Wayan (2023), Manusia Hindu, Buku Pendidikan Agama Hindu,


diakses pada 16 September 2023.

Sarjana, I Putu (2012), Makna Kehidupan Manusia Menurut Ajaran Agama Hindu,
repo.unhi.ac.id, dilihat 16 September 2023, melalui
http://repo.unhi.ac.id/bitstream/123456789/35/1/MAKNA%20KEHIDUPA
N%20MENURUT%20AJARAN%20AGAMA%20HINDU.pdf.

Sudarsana, I Gede (2002:419), Kita Hidup Bukan Untuk Kehidupan Ini, phdi.or.id,
dilihat 16 September 2023, melalui https://phdi.or.id/artikel.php?id=kita-
hidup-bukan-untuk-kehidupan-ini.

16

Anda mungkin juga menyukai