Anda di halaman 1dari 20

Tugas Agama Hindu

KONSEP DAN HAKEKAT


MANUSIA HINDU

Disusun Oleh:
Nama: PUTU NAGITA
NIM: P00313021032
Prodi: D-IV Gizi
Tingkat: 1A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
KATA PENGANTAR

Puja Astungkare kita panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kulih Agama Hindu Semester satu
yang berjudul “Konsep Manusia Hindu dan Hakekat Manusia Hindu”.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dan materi pembahasan karya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis masih mengharapkan saran dan kritikan
yang bersifat membangun dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas makalah di
kemudian hari.

Makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak, Maka saya
mengucapkan terima kasih.

Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan berguna untuk kita semua, serta
dapat menjadi acuan dan pedoman hidup sehingga kita dapat hidup menjadi lebih baik.

Jati Bali, 24 Agustus 2021

Penyusun,

Putu Nagita
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1.1

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 1.2

1.4 Manfaat ………………………………………………………………………………………………………. 1.3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manusia Hindu….……………………………...................................................... 2

2.2 Hakekat Manusia Hindu……….............................................................................. 2.1

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 3

3.2 Saran................................................................................................................... 3.1

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"),sebuah spesiesprimata dari golongan
mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana dalamagama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga
seringkali dibandingkan dengan ras lain.

Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,


organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan
terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.Pada hakikatnya manusia adalah makhluk
beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk
keselamatan hidupnya.Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya
makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia
berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir,Manusia juga di sebut makluk yang
memiliki Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan
berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan
berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang
disebut subha asubha karma.

Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu
menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir
menjadi manusia.Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan pikiran tersebut agar nantinya kita
mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk
menghasilkan pemikiran – pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa
akan berkata dan berbuat yang baik.
B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah makalah ini adalah bagaimana Konsep Manusia Hindu dan
Hakekat Manusia Hindu?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui Konsep Manusia Hindu dan Hakekat
Manusia Hindu.

D. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah memberi pengetahuan mahasiswa mengenai


konsep Manusia Hindu dan Hakekat Manusia hindu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia Menurut Hindu

Manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang
menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang
artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang
berpikir atau menggunakan pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan
antara badan jasmani dan jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang.
Secara kosmologis, manusia (yang berupa kesatuan jiwa badan jasmaninya) yang sering
disebut mikrokosmos (bhuana alit) yang merupakan perwujudan dari makrokosmos (bhuana
agung). Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga
kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda
dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia
melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan
mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong
dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi
manusia. Dimana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.

B. Konsep Manusia Hindu

Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan
rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat
Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang
disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira.

Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi
manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk
lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep.
Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki
bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan
mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh
manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan
manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran
dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan
pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan
mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu
mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan
ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama.

 Tujuan Hidup Manusia Menurut Agama Hindu

Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-


masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang
jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan
hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan spiritual.Tujuan duniawi berupa keinginan untuk
mengejar harta, kekayaan dan keinginan.

Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat dan asal
yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha.
Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran
kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu kekayaan yang
berupa materi.

Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman
dengan yang lebih tinggi. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan
moksa. Namun dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, kebajikan dan
kebenaran, bukan dengan cara-cara yang tidak baik. Penyatuan kepada yang hakekat
merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan
dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu
bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat
terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan
mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu telah disebutkan bahwa
menjelma menjadi manusia merupakan suatu keberuntungan dan hal yang utama. Dengan
manas atau pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan
samsara dengan jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang
selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi.

Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan :

Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita cañcalam,

bhavakûayem atiá kàyà bhavopakaraóesu ca.

artinya :

Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan
petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan
dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya.

Dalam kehidupan modern ini, seseorang menghargai orang lain dari penampilannya,
sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah dan memancarkan budhi
pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat
bekerja, rendah hati dan ramah, serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan
mendapatkan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih
sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan tujuan
hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran Agama Hindu, tujuan hidup yang
pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan, kebaikan, kebenaran, kasih sayang,
taat kepada hukum dan taat kepada ajaran agama. Dan tujuan akhir adalah untuk mencapai
moksa yaitu bersatunya atma dengan paramatma.

Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan
tujuan hidup manusia. Dalam ajaran Agama Hindu ada suatu sloka yang berbunyi:
“Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah“, yang berarti bahwa tujuan beragama adalah
untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (kedamaian abadi). Ajaran
tersebut dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga adalah empat dasar
dan tujuan hidup manusia.
1. Dharma

Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir).
Tujuan hidup yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma
berarti agama atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama.
Beragama berarti hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan
hidup berikutnya.

2. Artha

Tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut
uang, secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya
manusia memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan
rumah tangga, pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama?

Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan
sesuai dengan moral agama.

3. Kama

Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan
kesenangan karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai
prokreasi (regenerasi dan penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi
(re=kembali, kreasi=menciptakan), peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami
dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi oleh dharma. Hubungan seksual itu harus
dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam arti luas kama juga mencakup
kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh keindahan dan seni.

4. Keseimbangan Jiwa dan Raga

Sebagaimana dikatakan dalam bahasan sebelumnya (Atman: Jiwa yang Kekal), manusia
terdiri dari dua aspek yang saling melingkupi, yaitu badan dan jiwa. Masing-masing aspek ini,
memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha dan kama (lebih) merupakan tujuan dari raga
dan badan kita. Sedangkan dharma dan moksha merupakan tujuan dari jiwa kita.

Jadi kebutuhan raga dan jiwa kita harus dipenuhi secara seimbang. Agama Hindu sama
sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Tapi agama Hindu juga tidak
mengajarkan kita hanya memikirkan dunia. Tujuan kita yang tertinggi yaitu moksha dicapai
melalui perjalanan kita dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat dikatakan ketiga tujuan di
atas, yaitu dharma, artha dan kama, merupakan tangga bagi tujuan hidup yang terakhir yaitu
moksha. Bagaimana kita memperoleh ketiga tujuan ini, bagaimana kita mempergunakan
artha dan kama akan menentukan apakah kita akan mencapai tujuan tertinggi itu atau tidak.

 Tugas dan Kewajiban sebagai Manusia Hindu

Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan


duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran.
Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan
apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu
penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan
tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jika arah dan jalan yang ditempuh itu
salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma.Untuk
itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran
Dharma ( kebajikan yang utama ), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya
keseimbangan alam semesta.

Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan
untuk berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Seseorang tidak bisa ikut campur tangan
atas karma orang lain sehingga kita hendaknya berusaha melepaskan keterikatan tersebut.
Kesenangan duniawi hanya memberikan kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia.
Itu bukanlah kebahagiaan yang sejati karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-
kata semata.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya, laki dan
perempuan. Juga adalah penggolongan berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-
anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua. Dalam Agama Hindu dikenal
dengan tahapan pembelajarannya dimasyarakat, yang dikenal dengan catur asrama: yaitu:
brahmacari, grhasta, wanaprasta, dan biksuka.
Pada hakekaktnya manusia diciptakan tuhan untuk mencapai kebahagiaan, yang
sudah tentu akan sangat dipengaruhi oleh amal ibadahnya sendiri karena manusia,
merupakan makhluk ciptaan tuhan yang tiggi derajatnya yang diperkenankan untuk
menentukan karmanya sendiri.

Dalam Bhagawad Gitta III.10, mengenai penciptaan manusia ini, walau masih samar-
samar dijelaskan bahwa: Dahulu Kala Sang Hyang Widhi menciptakan manusia dengan jalan
Yadnya, dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan
atau khamaduk sesuai dengan keinginanmu.

Manusia merupakan salah satu titik sentral, dalam yadnya di dalam yadnya yang
dilakukan umat manusia sebagai kewajibannya dalam memperbaiki taraf kehidupan dalam
kehidupan ini. Yadnya tersebut adalah Manusa Yadnya. Diantara manusia yadnya yang kita
lakukan sehari-hari adalah sebagai berikut :

(1) Berbuat baik sesama manusia,

(2) Menghormati sesaama manusia (tamu),

(3) Memberikan dana punia dan

(4) menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga.

Keempat cara melakukan manusia yadnya tersebut, pada hakekatnya adalah


melakukan pengorbanan secara tulus ikhlas kepada sesama manusia, dalam keluarga maupun
kepada luar keluarga. Dalam yadnya ini sangat banyak etika yang perlu kita perhatikan. Pada
kegiatan berbuat baik kepada sesama manusia, dapat kita terapkan etika-etika: trikaya
parisuda; ahimsa, tat wam asi, dll.

Menghormati sesama manusia, dengan memberikan suguhan semampu kita kepada


tamu, dalam aswameda parwa dikisahkan akan lebih bermakna dibandingkan dengan pesta
besar yang dilakukan kerajaan –Pandawa-.

Tentang memberikan Dana Punia, dibahas dalam Bagawad Gita XVIII.20 :


menyebutkan bahwa : Pemberian dana punia hendaknya dilakukan dengan tanpa
menharapkan balasan, dan diberikan kepada orang yang patut menerimanya. Terkait dengan
orang yang patut menerima dana punia ini disebutkan pada Sarasamuscaya sloka 187: orang
yang diberikan dana punia adalah orang yang miskin, sulit memperoleh makanan, dan
berkelakuan baik.

Terkait dengan menjaga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarga, sudah


merupakan tugas seorang manusia yang berkeluarga, dengan memenuhi kebutuhan sesuai
dengan jenjang kebutuhan Maslow. Hirarki Kebutuhan Manusia menurut Maslow:

(1) Kebutuhan phisiologis,

(2) Kebutuhan Keamanan,

(3) Kebutuhan Sosial,

(4) Kebutuhan penghargaan,

(5) Kebutuhan Aktualisasi Diri.

Pemenuhan kebutuhan ini akan berkembang sesuai dengan kemampuan yang


mengikuti kemajuan kehidupan kita. Kegiatan Dana Punia dan yadnya ini juga dilakukan
dengan melaksanakan upacara-upacara yang terkait dengan tahapan umur manusia Hindu,
sejak lahir sampai meninggal.

 Martabat Manusia Hindu.

Martabat manusia selalu dikaitkan dengan penguasaan mereka pada masalah


keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Sang Hyang Widi Wasa, maupun masalah
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tingkatan mastabat manusia Hindu,
juga dilihat dari masalah tersebut seperti : tingkat pendidikan dikaitkan dengan penguasaan
ilmu dan pengetahuan dan teknologi.Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada
umumnya untuk pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha,
meliputi : Dharma, Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam
menunaikan tugas hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan
untuk memperbaiki taraf hidupnya.
C. Hakekat Manusia Hindu

Realitas manusia sebagai pribadi yang memiliki badan jasmani dan jiwa telah
membuka beberapa pemikiran dalam pandangan filsafat manusia (kaum carwaka di India),
menganggap badan jasmani lebih bernilai (penting) dari pada jiwa. Sebaliknya pandangan
spiritualisme beranggapan bahwa jiwa jauh lebih bernilai (penting) dibandingkan badan
jasmani.
Akan tetapi dalam pandangan Veda (Hindu), baik badan jasmani maupun jiwa memiliki
hakikat yang sama pentingnya; jiwa-atma dapat menjadi dasar dalam pemahaman badan
jasmani (wadag) atau dapat juga sebaliknya. Ajaran Samkhya Darsana sebagai salah satu
cabang filsafat Veda yang bersifat dualistik-analisis rupanya dapat membantu menjelaskan
hakikat badan jiwa atau purusa-prakerti (pradhana) atau cetana-acetana yang selanjutnya
menjadi pokok kajian bagi bidang Mayatatawa dan purusatatwa. menurut pandangan
Shamkya, mahluk hidup dalam hal ini adalah manusia pada dasarnya terbentuk dan tersusun
atas 25 tatwa (unsur), yakni:
1. Purusa : Unsur, rohani, spiritual, jiwa-atma.
2. Prakrti : Unsur badani, matri, material, jasmaniah.
3. Buddhi : Kesadaran, kecerdasan, intelektual.
4. Ahamkara : Ego, rasa aku (keakuan).
5. Manah : Pikiran, rasio.
Panca buddhi indriya (lima indria untuk mengetahui).
6. Cakswindriya : Indria pada mata.
7. Srotendriya : Indria pada telinga.
8. Granendriya : Indria pada hidung.
9. Jihvendriya : Indria pada lidah.
10. Twakindriya : Indria pada kulit.
Panca karmendriya (lima indria pelaku/penggerak).
11. Panindriya : Indria pada tangan.
12. Padendriya : Indria pada kaki.
13. Vakindriya : Indria pada mulut.
14. Abastendrya/Bhagendriya: Indria pada kelamin pria/wanita.
15. Paiwindriya : Indria pada pelepasan (anus).
Panca tan mantra (lima macam sari, benih, tak terukur).
16. Sabda yan matra : Benih suara.
17. Starsa tan matra : Benih raba.
18. Rupa tan matra : Benih warna.
19. Rasa tan matra : Benih rasa.
20. Gandha tan matra : Benih bau/penciuman.
Panca Maha Bhuta (lima unsur besar)
21. Akasa : Eter, ruang.
22. Wahyu : Udara, hawa, atmosfer.
23. Teja : Api.
24. Apah : Air.
25. Pertiwi : Tanah.

Badan jasmani akan mati tetapi jiwa hidup terus. Matinya fisik bukan akhir sebuah
kehidupan. Antara roh dan kehidupan harus seimbang, semasih fisik itu dijiwai oleh roh.
Untuk menyeimbangkan diperlukan sebuah penetralisir. Jasmani harus dijaga secara terus
menerus agar selalu dalam keadaan sehat, maka perlu dilakukan pengobatan baik melalui
biomedis maupun biokultural, sehingga keadaan jasmani tetap seimbang dengan rohani
sampai menjelang jasmani ini ditinggalkan oleh penghuninya.

Manusia dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga kemampuan
utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk
lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan
baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan
perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu menolong dirinya sendiri,
mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah keistimewaan lahir menjadi manusia. Dimana
tidak dimiliki oleh makhluk lain selain manusia.

Secara umum manusia senang pada keindahan, baik itu keindahan alam maupun seni,
dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu. Sad
Ripu ini berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat – sifat tersebut akan mempengaruhi
watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya watak dan perilaku manusia berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita hilangkan karena begitu melekat dalam diri
manusia. Satu – satunya cara adalah dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa
mengendalikan sifat tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati
kita tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran – pemikiran yang
jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata dan berbuat yang baik.

Dalam Sarasamuccaya, I.2: disebutkan bahwa Dari sedemikian banyak mahluk hidup
yang dilahirkan, sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat baik dan buruk, mempunyai
kemampuan untuk melebur perbuatan buruk kedalam perbuatan baik, demikianlah
pahalanya menjadi manusia.

Dalam ajaran Hindu manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan atma. Tubuh mempunyai
wujud nyata bersifat fana. Sedangkan atma itu bersifat kekal. Ini dinyatakan dalam petikan
Bagawad Gita II.20: yang diartikan sebagai berikut : Apa yang tak pernah ada, apa yang ada
tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan pernah berhenti ada. Keduanya hanya bisa
dimengerti oleh orang yang melihat kebenaran. Yang tak pernah lahir dan mati, juga setelah
ada tak akan berhenti ada, tidak dilahirkan, kekal, abadi, selamanya, tidak mati dikala tubuh
jasmani tiada.

Dalam zaman Brahmana, diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama adalah bagian yang tampak, dan kedua adalah bagian yang tak tampak. Bagian yang
tampak terdiri dari lima unsur: rambut, kulit, daging, tulang dan sumsum. Bagian yang tidak
nampak terdiri dari unsur-unsur penentu hidup, yaitu : nafas (prana atau atman), akal (budi),
pemikiran (manas), penglihatan (caksu), dan pendengaran (srotra).

Manusia mempunyai:

a. lima indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa;

b. lima alat bertindak, yaitu : tangan, alat melahirkan, alat pengeluaran, kaki dan lidah;

c. lima skandha, yaitu : rupa, wedana, sanna, sankhara, dan winnana.

Rupa merupakan kerangka anatomis, alat badani atau tubuh manusia; Wedana adalah
perasaan yang badani maupun yang rohani, menyenangkan atau tidak; sanna pengamatan
dari segala macam baik rohani maupun jasmani; sankhara merupakan skanda yang sangat
kompleks mampu menyusun khayalah; dan winnana adalah kesadaran. Kelima skandha ini
merupakan jiwa yang sebenarnya, baik bersama sama maupun sendiri-sendiri.
Atman diselubungi oleh lapisan-lapisan, yaitu (1) annamana, lapisan tubuh sebagai
selubung jasmani, (2) pranayama, lapisan selubung nafasi , (3) manomaya, lapisan selubung
akali, (4) widnyanamaya, sebagai lapisan kesadaran, dan (5) anandamaya, sebagai lapisan
dalam atman dalam keadaan bahagia sebagai intisari manusia.

Dalam agama Hindu manusia pada hakekeatnya dilahirkan untuk memperbaiki


karmanya, sehingga dia dapat semakin cepat mencapai tujuan hidup yang sesusungguhnya
yaitu moksa. Disini, pada hakekatnya, manusia dituntut untuk selalu memperbaiki dirinya
sendiri. Sehingga secara mudah dapat dikatakan bahwa pilihan itu ada pada manusia itu
sendiri. Mau menuju ke arah yang lebih baik, atau menuju ke arah yang lebih buruk.

Dalam konteks Psikologis hakekat manusia juga relevan bila dikaitkan dengan hakekat
manusia menurut agama Hindu Dalam tinjauan psikologis, hakekat manusia adalah sebagai
berikut:

· Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

· Individu Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.

· Individu yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

· Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya. Long life development

· Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati,

· Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.

· Individu yang sangat dipengaruhi dan mempengaruhin oleh dan kepada lingkungan
turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial
Bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan
manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta
menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia
dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku
manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dengan kepribadian yang baik manusia
dapat menjalankan swadarmanya sebagai umat Hindu.

Dari tinjauan ini terlihat bahwa hakekat manusia dari versi agama Hindu, sejalan
dengan tinjauan psikologis manusia, yang pada hakekatnya menuju yaitu minmal sama-sama
menuju perbaikan dan memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya.

Tinjauan Biologi : Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis,
rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens, Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu",
Dikaitkan dengan Ia yang mempunyai pikiran, maka sangat erat konteksnya, bahwa manusia
itu merupakan makhluk yang memiliki pikiran, serta mahluk yang memiliki pengetahuan atau
tahu.

Manusia merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang paling
sempurna karena dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dalam agama. Dalam agama Hindu telah
dijelaskan sebelumnya bahwa manusia terdiri dari badan kasar, jiwa dan atma.

Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan dan dikelompokkan berdasarkan


bahasanya, komunitas organisasi mereka dalam masyarakat, perkembangan teknologinya,
dan kemampuannya untuk membentuk kelompok dalam memberi dukungan satu sama
lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya makhluk berpikir pertama yang
menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu yang
artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk genetif menjadi kata “manusya”, artinya ia yang
berpikir atau menggunakan pikirannya. Secara umum manusia senang pada keindahan, baik
itu keindahan alam maupun seni, dan yang merupakan musuh besar manusia menurut agama
Hindu yang disebut Sad Ripu. Pengertian Manusia dalam persepsi Agama Hindu. Manusia
berasal dari manushya yang berarti makhluk hidup yang mempunyai pikiran. Dalam ajaran
Hindu manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan atma. Dalam zaman Brahmana, diuraikan bahwa
manusia terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah bagian yang tampak, dan kedua
adalah bagian yang tak tampak. Dalam agama Hindu manusia pada hakekeatnya dilahirkan
untuk memperbaiki karmanya, sehingga dia dapat semakin cepat mencapai tujuan hidup yang
sesusungguhnya yaitu moksa. Manusia merupakan sebuah spesies primata dari golongan
mamalia yang paling sempurna karena dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Konsep Hindu
mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Manusia secara
harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Setiap kelahiran jika
dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya masing-masing. Tentang tujuan hidup
manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan
pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Agama Hindu memberikan
tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia. Agama Hindu
sama sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Kecendrungan
manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah
prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Dalam Bhagawad Gita telah
banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat
ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu: Bhakti Marga Yoga, Karma
KarmaYoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Setiap manusia telah menentukan
sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk berpaling dari jalan yang telah
diyakininya. Dan semua yang dilakukan oleh manusia Hindu pada umumnya untuk
pencapaian tujuan hidup manusia itu sendiri yaitu Catur Purusa Artha, meliputi: Dharma,
Artha, Kama, Mokhsa. Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas
hidup kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk
memperbaiki taraf hidupnya.

Jadi,manusia dalam konsep Hindu,merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang paling sempurna,karena Manusia Memiliki Tri Pramana,yang terdiri dari Sabda,Bayu,dan
Idep. Tumbuhan dan Hewan tidak memiliki tri pramana seperti manusia,jadi yang
membedakan manusia dengan mahluk lain adalah terletak pada idep,yang berarti
pemikiran.manusia di anugrahi pemikiran yang di gunakan untuk membedakn mana yang baik
dan mana yang buruk dan untuk menjalankan Dharma (kebajikan).Karena dalam
Hindu,Manusia memiliki tujuan hidup,seperti yang terdapat dalam Catur Purusartha, Yang
terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma (kebikan atau kebajiakan), Artha (kekayaan), Kama
(kesenangan),dan Moksa (menyatunya Atman dnegan Paratman).

B. Saran

Setelah kita mengetahui apa yang kita miliki sebagai mahluk Tuhan yang paling
sempurna, maka kita hendaknya mulai berfikir dan dapat menjunjung tinggi tujuan hidup
Agama Hindu dengan mempelajari dan mengamalkan ajaran Dharma (kebajikan) ke dalam
diki kita. Mengingat pentingnya pelajaran Agama karena ini termasuk pelajaran yang sangat
penting sebagai umat yang beragama untuk itu penulis menyarankan bagi mahasiswa harus
rajin sembahyang dan percaya dengan adanya tuhan agar mendapatkan berkah dan
kedamaian.Selalu aktif dalam pembelajaran agama. Mengerjakan tugas yang di berikan dan
rajin belajar.Karena kita tidak ada ruginya dalam belajar agama dan juga untuk mendapatkan
nilai yang kita inginkan dan juga jika kita mau berlatih dan berusaha semua kata sulit itu bisa
di atasi, tingkatan prestasi dan belajar anda dalam pelajaran agama hindu.
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan, I Gusti Bagus. 2007. Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi. Surabaya:
Pāramita. Darmayasa. 2012. Bhagavad-gītā (Nyanyian Tuhan). Denpasar: Yayasan Dharma
Sthapanam.

Anda mungkin juga menyukai