Anda di halaman 1dari 16

MANUSIA MENURUT PRESPEKTIF ISLAM

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutrisno, M Ag.

Dr. Muhammad Anshori, M. Ag

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. Ahmad Suryadin
2. Muhammad Rizky Pratama
3. Ailsa Mahsanaya Putri Y.
4. Laila Dewi A.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan nikmat-Ny
a sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Manusia Menurut
Prespektif Islam dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi sala
h satu tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Humaniora.

Kami mengucapakan terima kasih banyak kepada Bapak Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag.
dan Dr. Muhammad Anshori, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Islam dan Ilmu
Humaniora. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dan
turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga Allah memberikan balasan yang berli
pat ganda.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari peny
usunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan re
ndah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan manfaat dan j
uga inspirasi untuk pembaca.

Yogyakarta, 14 Maret 2024

Hormat kami,

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian Manusia dalam Islam................................................................................................3
B. Penciptaan Manusia Dalam Islam...............................................................................................4
C. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain....................................................6
1. Aspek Kreasi.........................................................................................................................7
2. Aspek Ilmu............................................................................................................................8
3. Aspek Kemauan....................................................................................................................8
4. Pengarahan akhlak................................................................................................................8
D. Tujuan Penciptaan Manusia........................................................................................................8
1. Al-Ibadah..............................................................................................................................9
2. Al-Khilafah.........................................................................................................................10
3. Al-Amanah.........................................................................................................................11

BAB III....................................................................................................................................13
KESIMPULAN.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik. Di
katakan misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal-hal me
ngenai manusia yang belum terungkapkan. Dan dikatakan menarik karena manusia se
bagai subjek sekaligus sebagai objek kajian yang tiada henti-hentinya terus dilakukan
manusia khusunya para ilmuwan. Oleh karena itu manusia telah menjadi sasaran studi
sejak dulu, kini dan kemudian hari. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengka
ji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan ling
kungan hidupnya.
Al-Quran tidak menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang (animal
) selama manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun, kalau ma
nusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat t
inggi nilainya yakni pemikiran (rasio), kalbu, jiwa, raga, serta panca indra secara baik
dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri seperti hewan.1
Mengenai proses terciptanya manusia banyak teori-teori yang muncul sebelum
turunnya al-Quran. Dari mulai teori Aristoteles, Louis Pasteur, hingga Charles Darwin.
Mereka mencoba mengungkap tentang dari mana asal-usul hidup dan kehidupan. Se
menjak itulah (tepatnya 1860) muncul teori baru yang menyatakan bahwa semua yang
hidup berasal dari yang hidup sebelumnya. Walaupun teori baru itu nampaknya lebih
hebat dan rasional, namun ternyata masih belum mampu menjabarkan “misteri” hidup
itu sendiri. Karena teori-teori tersebut tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaa
n tentang dari manakah asal-usul hidup pertama kali. Karena itulah, orang menjadi bin
gung. Pada abad pertengahan al-Qur’anul-Karim dan Rasulullah salah satunya pendob
rak pintu kegelapan teori ini dengan mengemukakan fakta-fakta penciptaan manusia y
ang sangat rumit dan ajaib.2

1
Albert Thomson, Manusia Menurut Islam, 2014, hlm 4.
2
St. Rahmatiah, Konsep Manusia Menurut Islam, 2015, hlm 1.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian manusia menurut perspektif Islam?
2. Bagaimana penciptaan manusia dalam Islam?
3. Apa persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain?
4. Apakah tujuan penciptaan manusia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manusia menurut perspektif Islam.
2. Mengetahui proses penciptaan manusia dalam islam.
3. Memahami persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain menurut
Islam.
4. Memahami tujuan manusia dalam Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia dalam Islam


Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia be
rasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal bu
di atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat di
artikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelomp
ok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spe
sies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Pengertian manusia menurut para ahli
1. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir,
dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh),
manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
2. Erbe Sentanu
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk
yang lain.
3. Nicolaus D. & A. Sudiarja
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan
rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insa
an, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jina
k, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd bera
rti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal d
ari keturunan nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk
kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

3
Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya menjadi
manusia sempurna, yaitu terdiri dari Jasmani dan rohani, disamping itu manusia juga t
elah dikaruniai fitrah. Kita hidup di dunia ini bisa menyaksikan sendiri ada persamaan-
persamaan yang dimiliki manusia. Seperti Cinta keadilan, kasih sayang, dan lainnya, it
ulah menurut kami yang disebut fitrah.
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keun
ikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersif
at rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan ma
khluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagain
ya.3

B. Penciptaan Manusia Dalam Islam

Alquran yang diturunkan 1.400 tahun lalu banyak mengungkap informasi yang
baru saat ini berhasil ditemukan oleh ilmuwan melalui penelitian. Fenomena atau fakta
saat ini yang kemudian sesuai dengan Alquran, menunjukkan tanda-tanda kebesaran A
llah dan bahwa kitab suci umat Islam ini benar yang datangnya dari Sang Maha Pencip
ta.

Dalam buku berjudul 'Sains berbasis Alquran' karya Ridwan Abdullah Sani, me
ngungkap bahwa keterangan tentang manusia yang merupakan keturunan Nabi Adam
diciptakan dari saripati tanah.

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. K
emudian, Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (r
ahim)," bunyi Surah Al-Mu'minun Ayat 12-13.

Bila Ayat tersebut dibaca dalam teks Arab (Alquran), ditemukan kata sulalah y
ang dapat diartikan sebagai saripati atau intisari. Sementara itu, kata nuthfah memiliki
banyak arti, dapat berarti satu tetes air atau ukuran kecil dari benda yang dapat memba
sahi.

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang
Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan

3
Nur Fadilah, Hakikat Manusia, 2014, hlm 1-2.

4
dia mendengar dan melihat," bunyi Surah Al-Insan Ayat 2.

Nuthfah yang disimpan di dalam rahim tersebut mengalami proses sebagaiman


a yang diterangkan dalam Surah Al-Mu'minun Ayat 14. Proses tersebut tidak diketahui
pada zaman Rasulullah, namun sesuai dengan penelitian tentang perkembangan janin y
ang dilakukan oleh ilmuwan pada saat ini.

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lal
u tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia mak
hluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik," S
urah Al-Mu'minun Ayat 14 menjelaskan.

Perkembangan embrio manusia di dalam rahim untuk menjadi fetus memerluka


n waktu 8 minggu atau 56 hari setelah sel telur dibuahi. Setelah 8 minggu, mulai terbe
ntuk struktur utama janin. Alquran menyatakan bahwa embrio yang menempel tersebu
t merupakan gumpalan darah yang bersifat menempel atau alaq. Kata alaq atau alaqah
berasal dari kata alaqa yang artinya sesuatu yang membeku, tergantung atau berdempe
t. Surah Al-Alaq yang pertama diturunkan kepada Rasulullah dengan perantaraan Mala
ikat Jibril, menerangkan bahwa manusia diciptakan dari Alaq. Urgensi dari hal tersebu
t adalah mengajari manusia tentang ilmu yang belum mereka ketahui pada saat itu. Per
intah membaca yang diikuti dengan informasi pengetahuan tersebut mengindikasikan
bahwa manusia harus mempelajari tentang dirinya sendiri dan bagaimana ia diciptakan
4

Dalam surat al’mu’minun ayat 12-15Allah S.W.T berfirman:

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) d
ari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segum
pal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tu
lang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang

4
Ibid, hlm 9-12.

5
paling baik.Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
mati.”

Dari ayat diatas ini diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara berta
hap. Tahapan-tahapan yang digambarkan dua ayat ini sama persis dengan temuan ilmu
pengetahuan modern. Secara global, pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan diletakan pada s
emacam tabung yang disebut fallopian. Saat bersenggama, akan ada satu sperma laki-l
aki yang membuahi sel telur. Sel telur yang dibuahi akan bergerak ke rahim
(uterus)dan menempel pada dinding rahim.Ketika menempel di dinding rahim, embrio
akan berkembang sekitar 3 bulan.Setelah itu, terjadi perkembangan janin selama
kurang lebih 6 bulan pada masa persalinan.

Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengik


uti tahapan tertentu.Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi kehidupa
n manusia pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori besar, kelahir
an dan pasca kelahiran.Al-quran juga menyatakan, sebagimana petikan (Q.S Al-hajj 5)
bahwa periode perkelahiran telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal)
Namun Al-quran juga menyebutkan bahwa ada kasus-kasus pengecualian dimana peri
ode prakelahiran dihentikan, sebelum atau setelah waktu yang normal.5

C. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain


Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fungsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan ditemukan oleh moniker, pola-pola tingkah laku
yang khas, yang pada pasangannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan.
Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya.
Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat ditemukan intelegensi, yaitu
penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehinnag memungkinkan
binatang melampaui pola kelakuan yang telah digariskan secara rata-rata. Namun
setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar ekstensinya yang
tertentu masih tetap sama.

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk mencapai tujuan dengan didukung oleh
5
Ibid, hlm 12-14.

6
pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan antara keduanya terletak pada dimensi
pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di dalamnya letak kelebihan dan
keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.

Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan
makhluk yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu
berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir disamakan dengan binatang.
Perbedaan paling utama antara manusia dengan makhluk lain adalah dalam
kemampuan melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang
memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
naluriah.

Di antara makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu


membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah
kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya
mampu bergerak di ruang yang terbatas. Meskipun ada binatang yang dapat hidup di
darat dan di udara, namun tetap mempunyai batasan dan tidak bisa melampaui
manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain di i surat al-Isra ayat 70.

Di sisi lain manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu
yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya
manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.6

Manusia memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain


yang paling mirip sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan
adanya konsekuensi kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan
pembayaran. Di antara ciri-ciri manusia adalah:

1. Aspek Kreasi

Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan
yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk lain dalam
aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih
fungsional dari tangan sinpanse, demikian pula organ-organ lainnya.

6
Arista Sefreeyeni, HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM, 2013, hlm 14-16.

7
2. Aspek Ilmu

Hanya manusia yang mempunyai kesempatan untuk memahami lebih jauh


hakekat alam semesta di sekitarnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa
hosting dasar yang tidak bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran.
Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.

3. Aspek Kemauan

Manusia memiliki kemauan yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan


dalam hidup. Makhluk lain yang hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tak
akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk
yang sombong atau maksiat.

4. Pengarahan akhlak

Manusia adalahmakhluk yang dapat berbentuk akhlaknya. Ada manusia yang


sebelulmnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi
penjahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu lembaga pendidikan diperlukan
untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang.

Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak akan
mungkin lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang. Seperti
dalam surat al-Araaf, 129 dan at-Tin, 4.7

D. Tujuan Penciptaan Manusia


Terdapat beberapa ayat yang memiliki indikasi tentang maksud atau tujuan pe
nciptaan manusia, indikasi ter- sebut antara lain termuat dalam ungkap- an seperti; al-i
badah, al-khilafah (khalifah) dan al-amanah. Ketiga ungkapan kata tersebut tertuang d
alam beberapa ayat al-Quran.

1. Al-Ibadah

Ungkapan kata al-Ibadah beserta musytaq-nya dalam al-Quran terulang sebanyak 27


5 kali (M. Fuad Abdul Baqiy, t.th.:560-565). Namun demikian disini hanya akan dip
aparkan beberapa ayat yang paling relevan dengan pokok kajian, yaitu:
7
Ibid, hlm 17-18.

8
” Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah: 21)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan ‫ ا‬manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku” (QS Al- Dzariyat: 56)

Ayat 21 dari surat al-Baqarah merupakan ajakan untuk menghambakan diri ha


nya kepada Allah SWT. Ayat-ayat sebelumnya menggambarkan beberapa kelompok
manusia, yaitu kelompok orang-orang kafir yang menolak hidayah dan kelompok or
ang-orang munafik yang masih dalam keadaan ragu-ragu. Lalu pada ayat ini manusi
a diajak untuk memeluk agama tauhid, yaitu dengan menghambakan diri pada Allah
SWT, Tuhan satu-satunya, tunduk serta mengikhlaskan diri pada-Nya. Kemudian m
ereka diingatkan bahwa Allah-lah Tuhan yang telah mencipta, mengatur urusan den
gan sunnah-Nya serta menganugerahi mereka hidayah dan jalan untuk bertaqarrub.
Maka dari itu tidak ada yang layak dan pantas untuk disembah selain Dia, sebab me
nsyarikatkan-Nya hanya akan mendatangkan azab dan kehancur- an.

Lalu dijelaskan bahwa penghambaan diri kepada-Nya serta sesuai dengan kete
ntuan yang telah digariskan, dapat menghantarkan mereka kepada taqwa, yaitu suatu
derajat dimana seseorang dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam diri serta memili
ki kesadaran ketuhanan yang matang. Kemudian pada ayat 56 surat al- Dzariyat dije
laskan bahwa tujuan hakiki dari penciptaan jin dan manusia adalah dalam rangka ber
ubudiyah kepada-Nya. Pada ayat sebelumnya diungkapkan bagaimana pengingkaran
orang-orang Quraisy terhadap kerasulan Muhammad bahwa mereka menuding bahw
a Muhammad adalah tukang sihir dan se- bagainya. Hal itu bukanlah sesuatu yang b
aru, karena umat-umat sebelumnya juga berbuat serupa ketika menolak para nabi ya
ng diutus. Lalu Nabi Muhammad diajak untuk berpaling dari mereka serta hendakla
h ia senantiasa berzikir, sebab itulah yang dapat mendatangkan manfaat bagi kaum b
8
eriman.

2. Al-Khilafah

Lafaz al-khalifah dan yang se- makna dengannya (al-khalifah, al- khalaif dan alkhul
afa) terulang dalam al- Quran sebanyak 9 kali, yaitu dalam al- Quran Surat al-Baqar
ah ayat 30, surat al- An’am ayat 165, surat al-A’raf ayat 69 dan 74, surat Yunus ayat

8
Inong Satriadi, Tujuan Penciptaan Manusia dan Nilai Edukasinya, 2009, hlm 34-35.

9
14 dan 73,surat al-Namal ayat 62, surat Fathir ayat 39 dan surat Shad ayat 26. (M.Fu
ad Abdul Baqiy, t.th.: 305). Dalam hal ini akan dikemukakan beberapa ayat yaitu:

QS. al-Baqarah ayat 30, ” Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaika
t: "Sesungguh- nya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." merek
a berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senanti
asa bertasbih dengan memuji Engkau dan men- sucikan Engkau?" Tuhan berfirman
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
QS. al-An’am ayat 165 , ” Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa
di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) bebera
pa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesunggu
hnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun l
agi Maha Penyayang”.

Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat bahwa Alla
h menciptakan khalifah (Adam dan keturunannya) di muka bumi. Ayat ini dan ayat-
ayat sebelumnya mengungkap- kan betapa banyaknya nikmat yang dianugerahkan k
epada manusia beriman, dimana mereka berpaling serta meng- hindarkan diri dari ke
maksiatan dan ke- kafiran sekaligus mengajak manusia lainnya menuju keimanan da
n ketaqwa- an. Adapun ayat-ayat sesudahnya meng- ungkapkan bagaimana pertumb
uhan manusia dalam bentuk dialog dan dis- kusi, dimana semua itu menggambarkan
rahasia dan hikmah yang agung.
Khalifah adalah pengganti Allah yang mengatur urusan-Nya di tengahtengah k
ehidupan manusia. Di samping itu khalifah juga dapat dipahami sebagai “suatu re
generasi yang silih berganti dimana mereka bertugas untuk me- makmurkan dan
mensejahterakan bumi”. Dengan demikian khalifah adalah hamba Allah yang ditu
gaskan untuk menjaga ke- maslahatan dan kesejahteraan dunia.9

3. Al-Amanah

Ungkapan kata al-amanah terulang dalam al-Quran sebanyak 6 kali yang juga terd
apat dalam enam ayat. Kata tersebut dalam bentuk mufrad (tunggal/ singular) teru

9
Ibid, hlm 35-37.

10
lang sebanyak dua kali, sedangkan dalam bentuk jamak/ plural terulang sebanyak
empat kali. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 283
surat al-Nisa’ayat 58, surat al-Anfal ayat 27, surat al- Mukminun ayat 8, surat al-
Ahzab ayat 72 dan surat al-Ma’arij ayat 32. Dalam tulisan ini akan dikemukakan
QS al-Ahzab ayat 72 mengingat bahwa ayat ini sangat terkait erat dengan pokok p
ermasalahan, khususnya tentang tugas yang diemban oleh manusia.

” Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gun
ung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka kha
watir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguh
nya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”

Allah SWT memerintahkan kepada kaum beriman agar senantiasa bertaqwa ke


pada Allah SWT serta juga senantiasa mengungkapkan perkataan yang benar (qau
lan sadidan). Dengan mematuhi kedua hal tersebut, Allah akan mengarahkan kau
m beriman pada amal shaleh, mengampuni dosa serta menjauhkannya dari azab. S
elanjutnya Allah jelaskan bahwa siapa saja yang mentaati Dia dan Rasul-Nya, ma
ka kelak mereka akan memperoleh balasan yang agung serta kemuliaan di hari ak
hir. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam kedua ayat ini terdapat dua buah
perintah Allah SWT, yaitu berkata benar dan senantiasa berbuat kebaikan. Denga
n melakukan kedua hal ini berarti mereka telah bertaqwa kepada-Nya sekaligus m
enjauhi iqab-Nya.
Kemudian Allah memotivasi dan memberikan kabar gem- bira bagi kaum beri
man dengan menjanjikan dua hal, pertama, Allah akan memuliakan amalan merek
a, sebab taqwa dengan sendirinya akan mem- perindah amalan seseorang, sedangk
an amalan akan mengangkat kedudukan pelakunya ke tempat yang lebih tinggi, di
mana disana mereka akan memperoleh kesenangan dan kebahagian yang abadi. K
edua, Allah SWT menjanjikan mereka berupa ampunan. Di samping itu, Allah jug
a akan menutup aibnya serta juga terbebas dari azab yang maha dahsyat.10

10
Ibid, hlm 37.

11
BAB III

KESIMPULAN

Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan t
erhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang sangat sempurna. Manusia di
beri akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah berupa Al-Quran m
elalui Rasulullah Saw. Dengan ilmu manusia dapat memahami segala sesuatu dan Allah men
ciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Manusia adalah makhluk yang sadar d
iri. Ini berarti bahwa ia adalah satusatunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas
kehadirannya sendiri. Ia harus mampu mengetahui, mempelajari dan menganalisis bagaimana
asal mula dirinya sendiri.

Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia da
ri nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan Al-Quran. Pendap
at kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuwan yang berpendapat bahwa asal u
sul manusia sesuai dengan teori evolusi yang artinya hasil evolusi dari kera-kera besar selama
bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Proses kejadian manusia be
rdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah terjadi dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yai
tu dimana proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi,
yang dimana manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang t
ersimpan dalam tempat kokoh (rahim). Kemudian nuthfah akan menjadi darah beku (‘alaqah)
didalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) da
n kemudian dibalut dengan tulang belulang serta ditiupkan ruh kepadanya. Allah menciptaka
n manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi d
erajatnya dari manusia dan tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyemba
h dan mengabdi kepada Allah SWT.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Hadari. Hakikat Manusia Menurut Islam. Surabaya; Al-Ikhlas. 1993.


Thomson, Albert. Manusia Menurut Islam. 2014.
https://www.academia.edu/8831757/Manusia_menurut_islam?source=swp_share
[Diakses pada 14 maret 2024]
St. Rahmatiah, Konsep Manusia Menurut Islam. 2015.
https://www.academia.edu/112660395/Konsep_Manusia_Menurut_Islam?source=sw
p_share [Diakses pada 14 Maret 2024]
Fadilah, Nur. Hakikat Manusia. 2014
https://www.academia.edu/9786/Hakikat_Manusia_Menurut_Islam?source=
swp_share
[Diakses pada 14 maret 2024]
Sefreeyeni, Arista. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM. 2013.
Wulandari, Reni. MANUSIA MENURUT ISLAM. 2016.
https://www.academia.edu/25335557/MANUSIA_MENURUT_ISLAM?source=
swp_share
[Diakses pada 14 maret 2024]
Satriadi, Inong. Tujuan Penciptaan Manusia dan Nilai Edukasinya. Ta’dib Vol. 12,TID. 2009

13

Anda mungkin juga menyukai