Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Sahabuddin A.Md, S.Pdi, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

FAUZAAN DHIYYA NOUVAL SYAM (4422064)

AQIL FARID SYAM (4422065)

REZA ANISA (4422069)

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2023/2024

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Manusia ............................................................................... 3
2. Hakikat Manusia .................................................................................... 3
3. Tujuan Penciptaan Manusia ...................................................................4
4. Fungsi dan Peranan Manusia ................................................................. 5
5.Tanggung Jawab Manusia ..........................................................................
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai
hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lembaga
pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri,
masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah mencetuskan pengertian
manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian
manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya
homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala
disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.

Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam
kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan
semua karunia Allah SWT. dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak
mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajat manusia akan turun, bahkan
jauh lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
A’raf ayat 179.

‫َٰل‬
‫َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَج َهَّنَم َك ِثيًرا ِم َن اْلِج ِّن َو اِإْل ْنِسۖ َلُهْم ُقُلوٌب اَل َيْفَقُهوَن ِبَها َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَل ُيْبِص ُروَن ِبَها َو َلُهْم آَذ اٌن اَل َيْس َم ُعوَن ِبَها ُأو ِئَك َكاَأْلْنَع اِم‬
‫َبْل ُهْم َأَض ُّل ۚ ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلَغاِفُلون‬
1

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
1
Yasir Nasution Muhammad, Konsep manusia menurut Al-Ghazali sebagai terkandung dalam buku-
buku falsafat dan tasawufnya. Syarif Hidayatullah;1987

1
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal
dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam
hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di
muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk
dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan
kepada yang Maha Kuasa, yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha
Sempurna, ialah Allah rabbul’alamin, Allah Tuhan Yang Maha Esa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengetian Manusia Dalam Islam?


2. Bagaimana Hakikat Manusia dalam Islam?
3. Apa Tujuan Penciptaan Manusia dalam Islam?
4. Bagimana Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam?
5. Bagaimana Tanggung jawab Manusia dalam Islam?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak tasawwuf
dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Manfaat dari penulisan makalah
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang manusia dalam
pandangan islam dan untuk membuat kita lebih memahami islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Pengetian Manusia

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-basyar, al-insaan,
an-naas, al-abd, bani adam dan sebagainya. Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali.
Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS. Ali ‘Imran 3:
47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum,
hubungan seksual dll. Kata Al-Insan dituturkan sampai 65 kali dalam Al-Qur’an yang berarti
suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Kata An-Nas disebut sebanyak
240 kali dalam Al-Qur’an yang mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan
karakteristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak. Al-abd
berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari
keturunan nabi Adam. Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia
adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk
kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

2. Hakikat Manusia

Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an :


a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya;
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya serta mampu menentukan nasibnya;
c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya;
d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati;
e. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas;

f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat
3
g. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
h. Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti mencari jawaban,
mencari jwaban berarti mencari kebenaran.

• Hakekat Manusia (Menurut Islam - Mohammad Sholihuddin, M.HI)


Manusia terdiri dari sekumpulan organ tubuh, zat kimia, dan unsur biologis yang semuanya
itu terdiri dari zat dan materi Secara Spiritual manusia adalah roh atau jiwa. Secara Dualisme
manusia terdiri dari dua subtansi, yaitu jasmani dann ruhani (Jasad dan roh). Potensi dasar
manusia menurut jasmani ialah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, di darat, laut maupun udara. Dan jika dari Ruhani, manusia mempunyai akal
dan hati untuk berfikir (kognitif), rasa (affektif), dan perilaku (psikomotorik). Manusia
diciptakan dengan untuk mempunyai kecerdasan.

3. Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan


kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual
yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum
Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut
hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut
horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).

Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap


terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu
penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun
pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambahku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka
member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).

4
Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang
lurus. (Bayinnah, 98:5)

Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam
dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan
manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah
tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.

4. Fungsi dan Peranan Manusia Dalam Islam

Berpedoman kepada QS. Al-Baqarah 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai
pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk
menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang
dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran yang
hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya
adalah :

1) Belajar (surat An Naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2) Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka
wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain. Yang dimaksud dengan ilmu Allah
adalah Al Quran dan juga Al Bayan.

3) Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam beberapa surah yang lain juga disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan
Allah kepada manusia.

5
a. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada
nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan
apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga
tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az
Dzariyat : 56 “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah_Ku”.

b. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa
hanya Dialah Tuhannya. Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir
nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya
yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum
dalam QS Al A’raf : 172.

‫َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِم ْن َبِني آَد َم ِم ْن ُظُهوِرِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰى َأْنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْم ۖ َقاُلوا َبَلٰى ۛ َش ِهْد َناۛ َأْن َتُقوُلوا َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِإَّنا‬
‫ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا َغاِفِليَن‬

“Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka
menjawab: ”Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.

c. Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi
yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan
bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden
tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang
mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah
kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul
tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.

5. Tanggung jawab manusia sebagai Hamba Allah

6
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk
dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan
kepada yang Maha Kuasa, yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha
Sempurna, ialah Allah rabbul’alamin, Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Kebahagian manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho Allah. Dan untuk
itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka untuk
mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah SWT. Sungguh ak
dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan kalau kita mau
menghitung-hitung nikmat dari Allah, kita tidak dapat menghitungnya, karena terlalu amat
sangat banyaknya. Secara moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai
khaliknya, yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Jadi berdasarkan
hadits AL-Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar besarnya ada 2 :

1) mentauhidkannya yakni tidak memusyriknya kepada sesuatu pun


2) beribadah kepadanya.

Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi
pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali
lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran
kewajiban ini diformulasikan dengan Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut
takwa. Dalam ayat (Q.S al-baqorah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa
dengan perincian :

1) iman kepada Allah :


kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan kepada nabi-nabi

2) amal saleh :

7
a. Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu,
kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada musafir yang
membutuhkan pertolongan (ibnu sabil);
b. Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat;
c. Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan,
penderitaan dan peperangan.

Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap
khalik.

Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah


Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di
hadapan-Nya. Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan,
yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara
alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi.Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya mengolah dan mendayagunakanvapa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar manusia bisa
menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran
dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum
yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan
rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan. Dua peran yang di pegang
manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd merupakan perpaduan tugas dan tanggung
jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang
selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu hidup seorang muslim akan di
penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti, sebab bekerja bagi seorang muslim
adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan
sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang
padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah ralisasi dari pengabdiannya kepada Allah
yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
8
derajat manusia meluncur jatuh ke tingkat yang paling rendah, seprti firman Allah dalam
Surat Ath-Thin ayat 4.

Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada keterbatasan.

Perwujudan kualitas keinsanian manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya, atau
dengan kata lain kekhalifaan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks indvisu dan
sosial yang berporos pada Allah, seperti firman Allah dalam Muthathohirin:112.

BAB III
PENUTUP
9
A. KESIMPULAN

Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama, yaitu beribadah kepada Allah
SWT. Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT.

Hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang mampu
merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah
adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal
dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan
Allah yang paling sempurna.

Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk
dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan
kepada yang Maha Kuasa, yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha
Sempurna, ialah Allah rabbul’alamin, Allah Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

10
https://aristasefree.wordpress.com/tag/fungsi-dan-peranan-manusia-dalam-islam/

http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html

http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html

http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/proses-kejadian-manusia-dalam.html

https://plus.google.com/106347448607544468273/posts/BdH3WbGGgMy

https://annisawally0208.blogspot.com/2016/06/contoh-makalah-konsep-manusia-
menurut.html

http://www.scribd.com/doc/48595986/6/Tanggung-Jawab-Manusia-sebagai-Hamba-dan-
Khalifah-Allah

Yasir Nasution Muhammad, Konsep manusia menurut Al-Ghazali sebagai terkandung dalam
buku-buku falsafat dan tasawufnya. Syarif Hidayatullah;1987

Modul pembelajaran, Ilmu pengetahuan Sosial untuk Smp/MTs; Ganeca.2006

(Wallahu'alam)..

11
12

Anda mungkin juga menyukai