Disusun oleh :
1. Fielda Erniza Ervani (2209087076)
2. Fitria Nirwa (2209087078)
3. Ratnawati (2209087091)
4. Saripah (2209087126)
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manusia sebagai Makhluk Sosial.................................................3
B. Karakteristik Manusia sebagai Makhluk Sosial ..................................................9
C. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial.....................................................10
D. Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Sosial..............................................11
Daftar Pustaka..........................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengatakan Manusia itu Zoon Politicon yang artinya satu individu dengan
individu lainnya saling membutuhkan satu sama lain sehingga terdapat
keterkaitan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang
menurut Freud, super-ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika ia
berumur 5-6 tahun dan perkembangan super-ego tersebut berlangsung terus
menerus selama ia hidup. Super-ego yang terdiri dari atas hati nurani, norma-
norma, dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang
tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah jelas
bahwa tanpa pergaulan sosial itu manusia itu tidak dapat berkembang sebagai
manusia seutuhnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial?
2. Bagaimana karakteristik manusia sebagai makhluk sosial?
3. Bagaimana kedudukan manusia sebagai makhluk sosial?
4. Bagaimana Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial?
C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial.
2. Menjelaskan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.
3. Menjelaskan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial.
4. Menjelaskan pengembangan manusia sebagai makhluk sosial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
13
yang berarti jinak, humoris, tampak, lupa, dan berguncang. Pendapat ini
jika ditinjau dari sudut pandangan Al-Qur’an lebih tepat dari yang
berpendapat bahwa kata tersebut terambil dari kata nasiya (lupa) ataupun
nas-yanusa (berguncang).
Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia
dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara
seorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental serta kecerdasan.
Dengan demikian Al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk yang membutuhkan materi (basyar), manusia
sebagai makhluk yang memiliki aspek kejiawaan (insan), manusia sebagai
makhluk sosial (al-nas), maka dapat dipahami bahwa manusia adalah untuk
meyembah kepada penciptanya, yaitu Allah SWT.
Oleh karena itu, manusia yang dilihat dari pemikiran Islam merupakan
makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk lain-Nya yang
diciptakan dengan keistimewaan yang terdapat pada manusia tersebut,
semacam akal yang mampu membedakan antara baik maupun buruk
kemudian memilihnya.
Manusia diciptakan oleh Allah sebaik-baiknya cipta (ahsanutaqwim)
untuk menundukkan alam semesta supaya bisa memelihara dan
memakmurkan kemudian untuk melestarikan keberlangsungan hidup di
alam semesta. Dengan hatinya manusia memutuskan suatu masalah sesuai
petunjuk yang diberikan oleh Rabb- Nya. Maka, Allah SWT menegaskan
misi khusus kepada umat manusia untuk menguji serta mengenali mana
yang jujur, beriman, dan dusta dalam beragama.
4
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai
manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu pada dirinya.
Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut
sebagai makhluk individu. Setiap manusia mempunyai keunikan dan ciri
khas tersendiri, tidak ada yang sama persis.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip.
Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ini
merupakan faktor keturunan. Sedangkan faktor fenotip adalah faktor yang
dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat
kita sebut dengan kepribadian.
13
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia.
4. Fungsi dan Peran Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial
1) Fungsi Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Sebagaimana makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat
dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisah antara jiwa dan raganya.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak
dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia perorangan. Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya
dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti
bahwa tiap-tiap orang itu merupakan individu yang khas menurut
corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta
kelemahan-kelemahannya.
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan
dibutuhkan oleh orang lain dalam kehidupan. Ia akan bergabung
dengan manusia lain untuk membentuk kelompok-kelompok dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan hidup.
Pada usia bayi ia sudah menjalin hubungan dengan ayah dan ibu,
dalam bentuk gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun ia
mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan melakukan
kontak social. Pada usia-usia selanjutnya ia berhasil dengan norma-
norma pergaulan dengan lingkungan yang semakin luas. Manusia
hidup dalam lingkungan sosialnya.
2) Peran Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Manusia dianugerahi hidup bukan hanya sekedar untuk hidup. Ia
memiliki visi dan misi yang sebenarnya harus dikerjakan baik dalam
kehidupan di dalam lingkungan masyarakat maupun negara. Manusia
sebagai makhluk sosial memiliki peranan diantaranya menjaga
kelestarian alam, hubungan antar manusia, serta hubungan dengan
sang pencipta.
6
a. Peranan manusia sebagai makhluk Individu
Perbedaan yang ada seperti ras, suku, keyakinan, lingkungan,
dan golongan tidak meniadakan persamaan akan harkat dan
martabat manusia.
Manusia sebagai makhluk individu akan berusaha:
a) Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
b) Mengupayakan terpenuhi hak - hak dasarnya sebagai manusia.
c) Merealisasikan segenap potensi diri, baik sisi jasmani maupun
rohani.
d) Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan
dirinya.
b. Peranan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Kebutuhan
akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehidupan
berkelompok pada manusia. Dalam kehidupannya manusia
membutuhkan norma-norma sosial sebagai patokan dalam
bertingkah laku, norma-norma tersebut adalah:
a) Norma agama atau religi
Norma ini bersumber dari Tuhan yang berisi perintah agar
dipatuhi dan menjauhi larangan-Nya. Norma agama ada dalam
ajaran-ajaran agama.
b) Norma kesusilaan atau moral
Norma ini bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajak
pada kebaikan dan menjahui keburukan.
c) Norma kesopanan atau adat
Norma ini bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas
pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
d) Norma hukum
Norma ini dibuat masyarakat secara resmi (negara) yang
pemberlakuannya dapat dipaksakan, berisi perintah dan
13
larangan. Bersifat tertulis dan mempunyai sangsi yang tegas
dan mengikat.
Pada hakekatnya, manusia ialah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri karena saling membutuhkan. Secara alami
keberadaannya membutuhkan hubungan dengan orang lain. Oleh
karena itu, manusia selalu berhubungan dengan lingkungan sosial
di lingkungannya. Secara bahasa sosial dari Bahasa latin socius
yang memilki arti teman, ikatan. Secara etimologi makhluk yang
berteman, memilki ikatan antar satu dengan yang lainnya. Karena
kata sosial ini untuk menekankan terdapatnya kedekatan seorang
individu dengan individu, kelompok dengan individu, atau
kelompok dengan kelompok (Sijarwa, 2011: 288 – 289).
Manusia hidup secara berkelompok, sehingga akan mempunyai
sebuah ikatan. Ikatan tersebut akan membentuk suatu kelompok
sosial dapat di artikan kumpulan individu yang mempunyai
kesadaran bersama dalam keanggotaannya dan saling berinteraksi.
Setiap anggota kelompok sosial saling mencermati dan
berhubungan satu sama lain (Farida, 2011: 46).
Jadi, kesimpulan dari para ahli tersebut makhluk sosial adalah
makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, di dalam hidupnya
manusia saling berhubungan satu sama lain yang tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh orang lain yang dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat serta berhubungan dengan orang lain. Sebagai
makhluk sosial ingin tidak ingin akan memerlukan lingkungannya
untuk berinteraksi dengan manusia lain, untuk mewujudkan
lingkungan yang tenang tanpa terganggu oleh berbagai hal yang
dapat merugikan dirinya. Karena terdapatnya lingkungan sosial
yang ramah, peduli, santun, menyayangi, bantu membantu, saling
menjaga dan taat pada aturan yang berlaku disiplin, tertib,
menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya. Dengan
demikian, perlunya keinginan untuk mendorong setiap manusia
8
untuk membina masyarakat yang berpendidikan, beriman, dan
bertakwa kepada Allah.
13
3. Isolasi sosial
Isolasi sosial memaksa seseorang untuk bersoasialisasi dengan manusia
lainnya yang memiliki pemikiran yang sepaham agar terbentuk interaksi
sosial yang harmonis.
10
ada sesuatu yang saling membutuhkan. Kemudian akan timbul suatu struktur
antar hubungan yang beraneka ragam, hingga terbentuklah apa yang diketahui
dengan istilah “masyarakat”.
Jadi, peran yang sangat utama pada manusia sebagai makhluk sosial
adalah membentuk masyarakat serta melakukan aturan yang berlaku dalam
masyarakat itu sendiri.
13
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dan
dibutuhkan oleh orang lain dalam kehidupan. Ia akan bergabung dengan
manusia lain untuk membentuk kelompok-kelompok dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan tujuan hidupnya. Peran yang sangat utama pada manusia
sebagai makhluk sosial adalah membentuk masyarakat serta melakukan aturan
yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Sebagai makhluk social yaitu
kehidupan bersama maupun bermasyarakat sudah menjadi kodrati manusia
maka manusia dengan yang lainnya akan saling mengenal dan mempengaruhi.
Oleh karena itu, bermasyarakat merupakan suatu yang bersifat alamiah dan
menjadi tujuan dan fitrah manusia, pada dasarnya sebagai makhluk social.
B. Saran
Dengan terdapatnya norma yang berlaku diharapkan terjalinnya
ketertiban di dalam masyarakat. Karena kehidupan bersama maupun
bermasyarakat sudah menjadi kodrati manusia yang terbentuk apabila ada dua
orang atau lebih untuk hidup bersama.
12
Daftar Pustaka
Hedi Supriyadi. 2009. Pengantar Filsafat Islam Konsep Filsuf dan Ajarannya.
Bandung: CV Pustaka Setia hlm. 89
Mustafa, Manusia Sebagai Makhluk Sosial dalam Perspektif Al-Qur’an, Artikel
IKMAL Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 2020
Sayid Qutb. 1978. Masyarakat Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif
13