Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Disusun untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu


dengan dosen pengampu Prof. Dr. Abd. Rahman A. Ghani, S.H., M.Pd

Disusun oleh :
1. Fielda Erniza Ervani (2209087076)
2. Fitria Nirwa (2209087078)
3. Ratnawati (2209087091)
4. Saripah (2209087126)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas


segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan segala nikmat serta
menurunkan agama melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasullullah
pilihan-Nya, Sholawat serta salam senantiasa kami sampaikan kepada penghulu
mulia kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menuntun kita umatnya
kepada jalan kebenaran.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Abd. Rahman A. Ghani, S.H., M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Filsafat Ilmu yang telah mengizinkan kami untuk membahas dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan dengan judul
materi Manusia sebagai Makhluk Sosial.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Atas keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juli 2023

Penyusun
Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manusia sebagai Makhluk Sosial.................................................3
B. Karakteristik Manusia sebagai Makhluk Sosial ..................................................9
C. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial.....................................................10
D. Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Sosial..............................................11

BAB III PENUTUP


A. Simpulan..............................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12

Daftar Pustaka..........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan
rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya
untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri
maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk
menggunakan fisik/jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan
fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat
mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan kepercayaan
yang dianutnya. Manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat
erat karena diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu
kehidupan yang sesuai kodratnya.
Manusia merupakan makhluk individu yang harus mengembangkan
diri dan kepribadiannya agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan
manusia lain di masyarakat sebagai makhluk sosial. Maka dari itu, manusia
tidak bisa melepaskan dirinya dari orang lain. Itulah hakikat manusia sebagai
makhluk sosial atau homo socius.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan akal pikiran yang berkembang serta
dapat dikembangkan. Dalam hubungannya manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat
yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai
bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. 
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial juga karena pada diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak
hidup di tengah-tengah manusia. Diperkuat dengan dalil Aristoteles

1
mengatakan Manusia itu Zoon Politicon yang artinya satu individu dengan
individu lainnya saling membutuhkan satu sama lain sehingga terdapat
keterkaitan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang
menurut Freud, super-ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika ia
berumur 5-6 tahun dan perkembangan super-ego tersebut berlangsung terus
menerus selama ia hidup. Super-ego yang terdiri dari atas hati nurani, norma-
norma, dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang
tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah jelas
bahwa tanpa pergaulan sosial itu manusia itu tidak dapat berkembang sebagai
manusia seutuhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial?
2. Bagaimana karakteristik manusia sebagai makhluk sosial?
3. Bagaimana kedudukan manusia sebagai makhluk sosial?
4. Bagaimana Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dasar manusia sebagai makhluk sosial.
2. Menjelaskan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.
3. Menjelaskan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial.
4. Menjelaskan pengembangan manusia sebagai makhluk sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manusia sebagai Makhluk Sosial


1. Pengertian Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manusia adalah
makhluk yang berakal budi/al-insan al-kamil maksudnya makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT yang sangat sempurna dilihat dari segi jasmani
serta rohani karena manusia makhluk yang yang berbudaya dan
bermasyarakat. Manusia sebagai suatu fenomena, bisa dikatakan khususnya
sama dengan makhluk hidup. Sebab manusia juga mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya dan tunduk kepada
hukum Allah (sunattulah). Menurut sejarah, manusia membawa perubahan
pada ruang muka bumi, sangat berbeda kondisi saat sebelum manusia lahir
(Nursid, 2012: 42). Menurut sosiologi manusia ialah makhluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri.
Dalam bahasa al-Qur’an istilah untuk menyebut manusia ada beberapa
macam, yaitu basyar, insan, an-nas, bani Adam, dan sebagainya.
)۱۱· ( .... ‫ي َأن ََّما ِإلهَُٰ ُك ْم‬
ََّ ‫قُلْ ِإن ََّما َأنَا بَ َش ٌر ِّمثـْلُ ُك ْم يُو َح ٰى ِإل‬
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu.” (QS. Al-Kahfi: 110)
ٍ ‫“ ِإ َّن اِْإلن َسانَ لَفِي ُخس‬
)۲( ‫ْر‬
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.” (QS.
Al-‘Asyr:
ِ َّ‫قُلْ َأعُو ُذ بِ َربِّ الن‬
)۱( ‫اس‬
“Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia.” (QS. An-Nas:1) sebutan basyar dalam al-Qur’an
berarti suatu dengan baik dan indah.
Dari pangkal kata yang sama, yaitu kata basyarah berarti kulit.
Manusia dinamakan basyar sebab kulitnya tampak jelas dan berbeda
dengan kulit binatang yang lain. Kata insan terambil dari pangkal kata uns

13
yang berarti jinak, humoris, tampak, lupa, dan berguncang. Pendapat ini
jika ditinjau dari sudut pandangan Al-Qur’an lebih tepat dari yang
berpendapat bahwa kata tersebut terambil dari kata nasiya (lupa) ataupun
nas-yanusa (berguncang).
Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia
dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara
seorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental serta kecerdasan.
Dengan demikian Al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk yang membutuhkan materi (basyar), manusia
sebagai makhluk yang memiliki aspek kejiawaan (insan), manusia sebagai
makhluk sosial (al-nas), maka dapat dipahami bahwa manusia adalah untuk
meyembah kepada penciptanya, yaitu Allah SWT.
Oleh karena itu, manusia yang dilihat dari pemikiran Islam merupakan
makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk lain-Nya yang
diciptakan dengan keistimewaan yang terdapat pada manusia tersebut,
semacam akal yang mampu membedakan antara baik maupun buruk
kemudian memilihnya.
Manusia diciptakan oleh Allah sebaik-baiknya cipta (ahsanutaqwim)
untuk menundukkan alam semesta supaya bisa memelihara dan
memakmurkan kemudian untuk melestarikan keberlangsungan hidup di
alam semesta. Dengan hatinya manusia memutuskan suatu masalah sesuai
petunjuk yang diberikan oleh Rabb- Nya. Maka, Allah SWT menegaskan
misi khusus kepada umat manusia untuk menguji serta mengenali mana
yang jujur, beriman, dan dusta dalam beragama.

2. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu sendiri berasal dari kata in dan divided yang dalam Bahasa
Inggris mengandung arti tidak, sedangkan divided berarti terbagi. Jadi
individu artinya tidak berbagi, atau satu kesatuan. Dalam Bahasa latin
individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak berbagi, jadi

4
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai
manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu pada dirinya.
Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut
sebagai makhluk individu. Setiap manusia mempunyai keunikan dan ciri
khas tersendiri, tidak ada yang sama persis.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip.
Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ini
merupakan faktor keturunan. Sedangkan faktor fenotip adalah faktor yang
dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat
kita sebut dengan kepribadian.

3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat. Selain diberikan kelebihan berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial juga karena dalam diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Dapat disimpulkan, bahwa
manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu
sebagai berikut:
1) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2) Perilaku manusia menghadapkan suatu penilaian dari orang lain.
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

13
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia.
4. Fungsi dan Peran Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial
1) Fungsi Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Sebagaimana makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat
dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisah antara jiwa dan raganya.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak
dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia perorangan. Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya
dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti
bahwa tiap-tiap orang itu merupakan individu yang khas menurut
corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta
kelemahan-kelemahannya.
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan
dibutuhkan oleh orang lain dalam kehidupan. Ia akan bergabung
dengan manusia lain untuk membentuk kelompok-kelompok dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan hidup.
Pada usia bayi ia sudah menjalin hubungan dengan ayah dan ibu,
dalam bentuk gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun ia
mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan melakukan
kontak social. Pada usia-usia selanjutnya ia berhasil dengan norma-
norma pergaulan dengan lingkungan yang semakin luas. Manusia
hidup dalam lingkungan sosialnya.
2) Peran Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Manusia dianugerahi hidup bukan hanya sekedar untuk hidup. Ia
memiliki visi dan misi yang sebenarnya harus dikerjakan baik dalam
kehidupan di dalam lingkungan masyarakat maupun negara. Manusia
sebagai makhluk sosial memiliki peranan diantaranya menjaga
kelestarian alam, hubungan antar manusia, serta hubungan dengan
sang pencipta.

6
a. Peranan manusia sebagai makhluk Individu
Perbedaan yang ada seperti ras, suku, keyakinan, lingkungan,
dan golongan tidak meniadakan persamaan akan harkat dan
martabat manusia.
Manusia sebagai makhluk individu akan berusaha:
a) Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
b) Mengupayakan terpenuhi hak - hak dasarnya sebagai manusia.
c) Merealisasikan segenap potensi diri, baik sisi jasmani maupun
rohani.
d) Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan
dirinya.
b. Peranan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Kebutuhan
akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehidupan
berkelompok pada manusia. Dalam kehidupannya manusia
membutuhkan norma-norma sosial sebagai patokan dalam
bertingkah laku, norma-norma tersebut adalah:
a) Norma agama atau religi
Norma ini bersumber dari Tuhan yang berisi perintah agar
dipatuhi dan menjauhi larangan-Nya. Norma agama ada dalam
ajaran-ajaran agama.
b) Norma kesusilaan atau moral
Norma ini bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajak
pada kebaikan dan menjahui keburukan.
c) Norma kesopanan atau adat
Norma ini bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas
pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
d) Norma hukum
Norma ini dibuat masyarakat secara resmi (negara) yang
pemberlakuannya dapat dipaksakan, berisi perintah dan

13
larangan. Bersifat tertulis dan mempunyai sangsi yang tegas
dan mengikat.
Pada hakekatnya, manusia ialah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri karena saling membutuhkan. Secara alami
keberadaannya membutuhkan hubungan dengan orang lain. Oleh
karena itu, manusia selalu berhubungan dengan lingkungan sosial
di lingkungannya. Secara bahasa sosial dari Bahasa latin socius
yang memilki arti teman, ikatan. Secara etimologi makhluk yang
berteman, memilki ikatan antar satu dengan yang lainnya. Karena
kata sosial ini untuk menekankan terdapatnya kedekatan seorang
individu dengan individu, kelompok dengan individu, atau
kelompok dengan kelompok (Sijarwa, 2011: 288 – 289).
Manusia hidup secara berkelompok, sehingga akan mempunyai
sebuah ikatan. Ikatan tersebut akan membentuk suatu kelompok
sosial dapat di artikan kumpulan individu yang mempunyai
kesadaran bersama dalam keanggotaannya dan saling berinteraksi.
Setiap anggota kelompok sosial saling mencermati dan
berhubungan satu sama lain (Farida, 2011: 46).
Jadi, kesimpulan dari para ahli tersebut makhluk sosial adalah
makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, di dalam hidupnya
manusia saling berhubungan satu sama lain yang tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh orang lain yang dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat serta berhubungan dengan orang lain. Sebagai
makhluk sosial ingin tidak ingin akan memerlukan lingkungannya
untuk berinteraksi dengan manusia lain, untuk mewujudkan
lingkungan yang tenang tanpa terganggu oleh berbagai hal yang
dapat merugikan dirinya. Karena terdapatnya lingkungan sosial
yang ramah, peduli, santun, menyayangi, bantu membantu, saling
menjaga dan taat pada aturan yang berlaku disiplin, tertib,
menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya. Dengan
demikian, perlunya keinginan untuk mendorong setiap manusia

8
untuk membina masyarakat yang berpendidikan, beriman, dan
bertakwa kepada Allah.

B. Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Sudah beradad-abad konsep manusia terhadap makhluk sosial ada yang
menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu,
semacam dorongan untuk makan, dorongan untuk mempertahankan diri,
dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis. Hal ini manusia yang
memiliki unsur keharusan biologis.
Dengan keharusan biologis karena terdapatnya saling ketergantungan dan
membutuhkan seorang untuk mempertahankan hidup. Karena adanya
ketergantungan tersebut yang mengambarkan betapa individu manusia dalam
perkembangannya sebagai makhluk sosial. Adanya saling komunikasi
terhadap lingkungan hendak terjadinya suatu masyarakat yang membentuk
perkumpulan antar manusia yang disebut makhluk sosial.
Banyak faktor yang mendorong manusia secara individual membutuhkan
dirinya sebagai makhluk sosial sehingga terbentuknya interaksi sosial antar
manusia dengan yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang
memengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni:
1. Tekanan emosional
Tekanan emosional yang tinggi membuat manusia bersimpati dan
berempati dengan apa yang terjadi pada manusia lainnya, sehingga
mendorong mereka untuk membantu manusia tersebut keluar dari
permasalahannya ataupun ikut merasakannya.
2. Harga diri
Harga diri mendorong manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.
Ketika kondisi harga diri mereka rendah, maka mereka akan terpacu untuk
melakukan hubungan dengan orang lain karena pada kondisi ini mereka
membutuhkan dukungan atau kasih sayang dari orang lain untuk bangkit
dari masalahnya.

13
3. Isolasi sosial
Isolasi sosial memaksa seseorang untuk bersoasialisasi dengan manusia
lainnya yang memiliki pemikiran yang sepaham agar terbentuk interaksi
sosial yang harmonis.

C. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial


Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial diharapkan dapat
melaksanakan peran yang sesuai dengan tuntuan pada kedudukan tersebut,
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat karena peranan
tersebut sangat penting dalam lingkungan masyarakat. Tokoh masyarakat
menjadi panutan dalam menerapkan serta memahami nilai dan norma yang
berlaku di lingkungan masyarakat secara luas serta membagikan motivasi dan
bimbingan di dalam pembentukan kepribadian karakter seorang.
Manusia sebagai makhluk sosial maksudnya manusia sebagai warga
masyarakat. Meskipun mempunyai kedudukan dan kekayaan, dalam
kehidupannya tentu membutuhkan pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan
bersosialisasi dengan manusia yang lain. Apalagi semanjak lahir juga, manusia
sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Dalam bermacam kelompok sosial, manusia tentu membutuhkan peranan
norma-norma untuk pengaturannya. Bersamaan dengan tumbuhnya kebutuhan
manusia untuk saling berinteraksi maupun bersosialisasi. Norma-norma
tersebut seperti norma agama atau religi, norma kesusilaan atau moral, norma
kesopanan, dan norma hukum.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia
melaksanakan peranan semacam melaksanakan interaksi dengan manusia lain
atau berkelompok. Membentuk kelompok-kelompok sosial menghasilkan
norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia akan menemukan realitas bahwa sebagai
makhluk sosial akan ada kecendurungan untuk melakukan kesalahan sesama
warga manusia. Sifat sosial ini selalu timbul pada setiap diri manusia karena

10
ada sesuatu yang saling membutuhkan. Kemudian akan timbul suatu struktur
antar hubungan yang beraneka ragam, hingga terbentuklah apa yang diketahui
dengan istilah “masyarakat”.
Jadi, peran yang sangat utama pada manusia sebagai makhluk sosial
adalah membentuk masyarakat serta melakukan aturan yang berlaku dalam
masyarakat itu sendiri.

D. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat hidup dalam kesendiriannya
tentu memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesama. Aristoteles
mengatakan makhluk sosial “zoon politicon” maksudnya manusia senantiasa
ingin hidup bersama-sama ataupun berkelompok. Dengan demikian, suatu
realita bahwa, sepanjang sejarah kehidupan manusia belum pernah ada
manusia yang hidup sendiri (soliter), meskipun kehidupan manusia yang
memilki sifat individual. Kenyataanya bahwa manusia senantiasa dalam
ikatan kelompok, meskipun sebagai makhluk yang memikirkan kehidupan
pribadinya.
Dengan demikian manusia memiki dua aspek yaitu, sebagai makhluk
yang memiliki sifat bersosial maupun memilki sifat individual. Untuk
mempertahankan kehidupannya (masyarakat), manusia senantiasa
menembangkan sarana interaksi untuk saling berinteraksi, tetapi harus
mengetahui dan mematuhui norma aturan atau pedoman tingkah laku di dalam
masyarakat. Dengan terdapatnya norma yang berlaku di dalamnya diharapkan
terjalinnya ketertiban di dalam masyarakat. Karena kehidupan bersama
maupun bermasyarakat sudah menjadi kodrati manusia yang terbentuk apabila
ada dua orang atau lebih untuk hidup bersama. Dengan adanya ini, maka
kehidupan dengan yang lainnya akan saling mengenal dan mempengaruhi.

13
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dan
dibutuhkan oleh orang lain dalam kehidupan. Ia akan bergabung dengan
manusia lain untuk membentuk kelompok-kelompok dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan tujuan hidupnya. Peran yang sangat utama pada manusia
sebagai makhluk sosial adalah membentuk masyarakat serta melakukan aturan
yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Sebagai makhluk social yaitu
kehidupan bersama maupun bermasyarakat sudah menjadi kodrati manusia
maka manusia dengan yang lainnya akan saling mengenal dan mempengaruhi.
Oleh karena itu, bermasyarakat merupakan suatu yang bersifat alamiah dan
menjadi tujuan dan fitrah manusia, pada dasarnya sebagai makhluk social.

B. Saran
Dengan terdapatnya norma yang berlaku diharapkan terjalinnya
ketertiban di dalam masyarakat. Karena kehidupan bersama maupun
bermasyarakat sudah menjadi kodrati manusia yang terbentuk apabila ada dua
orang atau lebih untuk hidup bersama.

12
Daftar Pustaka

Hedi Supriyadi. 2009. Pengantar Filsafat Islam Konsep Filsuf dan Ajarannya.
Bandung: CV Pustaka Setia hlm. 89
Mustafa, Manusia Sebagai Makhluk Sosial dalam Perspektif Al-Qur’an, Artikel
IKMAL Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 2020
Sayid Qutb. 1978. Masyarakat Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif

13

Anda mungkin juga menyukai