Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA DALAM


PANDANGAN ISLAM

OLEH

KELOMPOK 5

CITRA LESTARI ( 20022014022 )

NUR ASAF ABDULLAH ( 20022014014 )

YUSUF TASMI RANDI ( 20022014043 )

YUYUN ( 20022014049 )

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK MESIN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Dalam
Pandangan Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Makassar.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Makassar, 17 November 2020


Penulis

II
DAFTAR ISI

SAMPUL...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 2
A. Latar Belakang .................................................................................................... 2
B.Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Penyebutan Manusia Dalam Al-Quran ............................................................... 3
B. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran................................................... 4
C. Eksistensi dan Martabat Manusia........................................................................ 7
D. Peran dan Tugas Manusia di Muka Bumi........................................................... 9
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 13
A. Kesimpulan......................................................................................................... 14
B. Saran.................................................................................................................. 14

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari
saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya menjadi
wujud yang sekarang ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk
yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut
pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan
moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya
akal dan nafsu. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat
manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT.
Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya
akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban.
Kewajiban yang utama adalah beribadah kepada Allah SWT yang merupakan tugas pokok
dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan
perintah Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana penyebutan manusia dalam Al-Quran ?
2) Bagaimana proses penciptaan manusia ?
3) Apa saja eksistensi dan martabat manusia ?
4) Apa peran dan tugas manusia di muka bumi ?

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui penyebutan nama manusia di dalam Al-Quran
2) Untuk mengetahui proses penciptaan manusia
3) Untuk mengetahui eksistensi dan martabat manusia
4) Untuk mengetahui apa saja peran dan tugas manusia di muka bumi
BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Penyebutan Manusia Dalam Al-Quran


Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya ( Al-kahfi 110 ) :

... ِ ‫ ٌراَنَنَّ َم ۠ٓااقُاْل‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ِّم ْثلُ ُك ْمبَ َش‬


“(sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu...)”. Kata basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering ( Al
-hijr : 33 )

َ َ‫ ُج َدَأ ُكنلَ ْمق‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫نخلَ ْقتَ ۥهُلِبَ َش ٍرَأِّل ْس‬


‫ال‬ َ ٰ ‫ص ْل‬
َ ‫صلٍ ِم‬ َ ‫َّم ْسنُونٍ َح َمٍإ ِّم ْن‬
Artinya : Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah
menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk"
(QS.Al-Hijr:33)

Manusia makan dan minum (al-mu’minun : 33)

‫ر ٌَوِإاَّل ٰهَ َذٓا َما‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ْش َربُونَ ِم َّمايَ ْش َربُ ِم ْنهُتَْأ ُكلُونَ ِم َّمايَْأ ُكلُ ِّم ْثلُ ُك ْمتَ َش‬

Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan
adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :

3
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal
yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup
berkumpul bersama manusia.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia
mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa
jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang
alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak
saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.

B. Proses penciptaan manusia


Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai
manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi
dengan segala karakter kemanusiaannya.

Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia
adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih

4
memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang proses
penciptaan manusia, antara lain dalam( Q.S al-mu’minun:23 ayat 12,13 dan 14 )

ٍ ‫ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن َسانَ ِم ْن سُاللَ ٍة ِم ْن ِط‬.


‫ين‬
‫ين‬
ٍ ‫ار َم ِك‬ ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر‬ْ ُ‫ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬.
ُ‫اركَ هَّللا ُ َأحْ َسن‬
َ َ‫خَلقًا آ َخ َر فَتَب‬ ْ ُ‫طفَةَ َعلَقَةً فَخَ لَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِعظَا ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِعظَا َم لَحْ ًما ثُ َّم َأ ْن َشْأنَاه‬
ْ ُّ‫ثُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬
ْ
َ‫ال َخالِقِين‬.
Artinya:
12.  Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
13.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
14.  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin minthin (sari
pati tanah)”. Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang di sarikan,
sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati tanah berproses
manjadi nuthfah (air mani).
Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah nuthfah,
perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan khalqan akhar
(makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah yang mengental sebagai
kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang menempel di dinding rahim. Mudhghah
berarti sebuah daging yang merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah.
Izham (tulang-belulang) selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai
pada pencapaian kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti
ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa manusia
berasal dari air ( Q.S al-furqan 25: 54).

ِ  ‫ َّو‬ ‫نَ َسبًا‬  ٗ‫فَ َج َعلَه‬ ‫بَ َشرًا‬ ‫ ۡال َمآ ِء‬  َ‫ ِمن‬ ‫ق‬


ؕ ‫ص ۡهرًا‬ َ َ‫ َخل‬ ‫الَّ ِذ ۡى‬ ‫ َوهُ َو‬ ‫قَ ِد ۡيرًا‬ ‫ك‬
َ ُّ‫ َرب‬  َ‫َو َكان‬
Artinya:

5
54.  Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia) itu
adalah air hina (mani ) yang terpancar dari (antara) tulang sulbi (pinggang) dan tulang dada
(Q.S at-tariq 86:6-7)

ٍ ۙ ِ‫ق ِم ۡن َّمآ ٍء دَاف‬


‫ق‬ َ ِ‫ُخل‬
 ؕ‫ب‬ ِ ‫ َوالتَّ َر ِٕآٮ‬ ‫ب‬ ۡ  ‫بَ ۡي ِن‬ ‫ ِم ۡۢن‬ ‫ي َّۡخ ُر ُج‬
ِ ‫الصُّل‬
Artinya:
6. Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.

Pada ayat lain Allah menjelaskan bahwa manusia tercipta dari segumpal darah yang
melekat pada rahim. Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya
segumpal darah yang disebut ‘alaqah.

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).

Di dalam Al-Qur’an juga di kenal beberapa istilah lain yang mengungkapkan tentang
asal kejadian manusia antara lain sebagai berikut :
1. Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam surat al-kahfi (18) :37.
2. Tiin yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam surat as-sajada (32) :7.
3. Tiinul laazib yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana di sebut dalam surat As-
shaffaat (37) :11.
4. Shalshalun, yaitu lempeng yang dikatakan kalfakhar (seperti tembikar).
5. Shalshalin min hamain masnuun  ( lempeng dari lumpur yang di cetak/diberi bentuk)
sebagai mana dalam surat Al-hijr (15) :26.
6. Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang di sarikan dari
sesuatu yang lain.
7. Air yang di anggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan sebagaimana di sebut  dalam Q.S
(251) :54.
Tentang Ruh dan Nafas
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan
manusia. Ruh merupakan getaran ilahiyah atau sinyal ketuhanan sebagai mana rahmat ,

6
nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar di pahami
hakekatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai
belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dan sebagainya. Istilah nafs banyak di sebutkan
dalam Al-Qur’an , meski termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar di pahami, istilah nafs
memiliki pengertian yang sangat terkait dengan aspek fisik manusia. Gejolak nafs dapat
dirasakan menyebar keseluruhan bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan
kumpulan dari bermilyar -milyar sel hidup yang saling berhubungan.
Hubungan antara nafas dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui
dengan pasti bagai mana hubungan itu berjalan , dua hal yang berbeda , mental dan fisik,
dapat menjalin interaksi sebab akibat.
Firman Allah itu menyatakan bahwa masalah ruh adalah urusan Tuhan sendiri dan
akal manusia terlalu picik untuk memikirkan serta memahami kenyataan yang gaib mutlak
itu. Penelitian tentang ruh telah pernah dilakukan secara ilmiah, namun sampai saat ini
mereka yang penelitian itu masih belum dapat mengetahui hakikat ruh itu.

C. Eksistensi Martabat Manusia

Eksistensi martabat manusia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap
hamba-hambaNya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan
manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia
dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan memikirkan ciptaan-Nya
untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Tujuan Penciptaan Manusia


“Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku”
(Q.S.Adz-Dzariyaat : 56)

Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan manusia di
dunia.
Manusia di dunia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk pengabdiannya
tersebut berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT, melaksanakan perintahNya serta
menjauhi laranganNya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah adalah dengan mengikuti
Rukun Iman dan Rukun Islam. Rukun Iman terdiri dari enam perkara, yakni percaya kepada
Allah SWT, Malaikat, Nabi-nabi Allah, Kitab-kitab Allah, percaya kepada Hari Kiamat dan
percaya terhadap Takdir (Qadha dan Qadar) Allah SWT. Sebagai bagian dari mengabdi

7
kepada Allah SWT adalah menunaikan Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua
kalimat syahadat sebagai karcis masuk Islam, melakukan shalat, membayar zakat,
melakukan puasa serta menunaikan ibadah haji. Dengan demikian dapat disimpulkan
keberadaan manusia diciptakan Allah untuk menjadi manusia yang Islami (Islam yang benar).
Menjadi Islam yang benar adalah dengan mengerti, memahami dan melaksanakan
dalam kehidupan apa yang telah dilarangNya, dengan kata lain secara konsisten
melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam. Eksistensi manusia di dunia adalah
sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hambaNya, bahwa dialah yang
menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia.

Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”

Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini
adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan cara
melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu.
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan
amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah
mereka kerjakan
3. Tujuan Individu Dalam Keluarga
Hampir semua manusia, pada awalnya merupkan bgian dari anggota kelompok sosial
yang dinamakan keluarga. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dan keluarga adalah
agar individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan membentuk keluarga
sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab utu,
sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia
berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:

8
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa
kasih sayang, Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaaum yang mau berfikir." Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh
supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih
sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan
kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian,
kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan
bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan
siksa dan jauh dari keberkahan. Allah berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami


akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96)

5. Tujuan Individu Dalam Bernegara


Tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam
lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur.

6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional


Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling
membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang
baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam
percaturan dunia.

D. Peran dan Tugas Manusia di Muka Bumi

1. Tugas Manusia
a. Tugas manusia sebagai “Abdullah (hamba Allah)

9
Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi dari mengemban amanah
dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi,
kalimat La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid, dan atau ma’rifah kepadaNya. Sedangkan
Khalifah Allah merupakan realisasi dari mengemban amanah dalam arti: memelihara,
memanfaatkan, atau mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat
potensial (termasuk indera, akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna
menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup.
Tugas hidup manusia sebagai ’abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam Q.S. Adz-
Dzariyat ayat 56:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku”.
Mengapa manusia bertugas sebagai ‘abdullah? Untuk menjawab masalah ini bisa
dikaitkan dengan proses kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu. Dari uraian
terdahulu dapat difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu
jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal dari alam materi (saripati yang
berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti tunduk kepada aturan-aturan atau hukum
Allah yang berlaku di alam materi (Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak
berada di alam arwah, sudah mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka
mengakui Allah sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-
A’raf: 172). Karena itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya atau
naturnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah ’abdullah
(hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan KehendakNya serta
hanya mengabdi kepadaNya).
Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemampuan dasar untuk memilih atau
mempunyai “kebebasan” (Q.S. al-Syams: 7-10), sehingga walaupun roh Ilahi yang
melekat pada tubuh material manusia telah melakukan perjanjian dengan Tuhannya (untuk
bersedia tunduk dan taat kepadaNya), tetapi ketundukannya kepada Tuhan tidaklah terjadi
secara otomatis dan pasti sebagaimana robot, melainkan karena pilihan dan keputusannya
sendiri. Dan manusia itu dalam perkembangannya dari waktu ke waktu suka melupakan
perjanjian tersebut, sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya (jalan
ketaqwaan) dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan kefasikan).
Karena itu Allah selalu mengingatkan kepada manusia, melalui para Nabi atau Rasul-
rasulNya sampai dengan Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi/rasul terakhir, agar

10
manusia senantiasa tetap berada pada naturnya sendiri, yaitu taat, patuh dan tunduk kepada
Allah SWT. (’abdullah). Setelah rasulullah SAW. wafat, maka tugas memperingatkan
manusia itu diteruskan oleh para shahabat, dan para pengikut Nabi SAW. (dulu sampai
sekarang) yang setia terhadap ajaran-ajaran Allah dan rasulNya, termasuk di dalamnya
adalah para pendidik muslim.

b. Tugas manusia sebagai Khalifah Allah


Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat difahami
dari firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 30 :
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”

Apa yang dimaksud dengan khalifah? Kata khalifah berasal dari kata “khalf”
(menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf” (orang yang datang kemudian) sebagai
lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu). Sedangkan arti khilafah adalah
menggantikan yang lain, adakalanya karena tidak adanya (tidak hadirnya) orang yang
diganti, atau karena kematian orang yang diganti, atau karena kelemahan/tidak
berfungsinya yang diganti, misalnya Abu Bakar ditunjuk oleh umat Islam sebagai khalifah
pengganti Nabi SAW, yakni penerus dari perjuangan beliau dan pemimpin umat yang
menggantikan Nabi SAW. setelah beliau wafat, atau Umar bin Khattab sebagai pengganti
dari Abu Bakar dan seterusnya; dan adakalanya karena memuliakan (memberi
penghargaan) atau mengangkat kedudukan orang yang dijadikan pengganti.

Pengertian terakhir inilah yang dimaksud dengan

“Allah mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi”, sebagaimana firmanNya


dalam ( Q.S. Fathir ayat 39, Q.S. al-An’am ayat 165 )
Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain (Q.S. al-
Isra’: 70)

dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun
psikisnya (Q.S. al-Tin: 5),

11
Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas
mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61),

serta mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah :
16),

dengan cara beriman dan beramal saleh (Q.S. al-Ra’d : 29),

bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan


kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3).

Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak manusia
pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang, dan merupakan perwujudan
dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya (’abdullah).

Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri;


tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam masyarakat;
dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi tugas-tugas
(1)  menuntut ilmu pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43), karena manusia itu adalah
makhluk yang dapat dan harus dididik/diajar (Q.S. al-Baqarah: 31) dan yang mampu
mendidik/mengajar (Q.S. Ali Imran: 187, al-An’am: 51);
(2) menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya
dan kesengsaraan (Q.S. al-Tahrim: 6) termasuk di dalamnya adalah menjaga dan
memelihara kesehatan fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya; dan
(3) menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata khuluq
atau khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan bentuk lahir/
jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas gabungan dari keduanya
itu yakni jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani tanpa rohani adalah benda mati, dan
rohani tanpa jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang tidak menghiasi diri dengan
akhlak yang mulia sama halnya dengan jasmani tanpa rohani atau disebut mayit (bangkai),
yang tidak saja membusukkan dirinya, bahkan juga membusukkan atau merusak
lingkungannya.

2. Peran Manusia

12
Peran yang hendaknya dilakukan seorang manusia sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri
sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi
akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran
menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia
dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).

Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari nabi
Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci sebagai
dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para
ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi merupakan
hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang
paling sempurna. Teori kedua yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara
teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.

Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap.
Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia
pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan
air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu

13
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut
kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada
Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (2)
pokok, yaitu:

Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

2. Saran

Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan, hendaknya setiap
manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena
jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan,
serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya.
Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al
Fajr : 27-30)

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh
aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai pencipta
semua makhluk.

Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang
senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

14
15

Anda mungkin juga menyukai