Disusun oleh :
1. Dita : 17111024330004
Khusumahati
2. Nur Annisa : 17111024330011
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan dengan baik
tugas mata Kemanusiaan dan Keimanan dengan pokok bahasan “Akal Dan Wahyu:
Perspektif Tujuan Penciptaan Manusia”. Tak lupa kami ucapkan terima kasih pada
dosen pengampu mata kuliah Kemanusiaan dan Keimanan yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pemahaman mengenai Akal Dan Wahyu Dalam Perspektif Tujuan Penciptaan
Manusia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini, masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya buat di waktu yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.......................................................................................
Bab I Pendahuluan....................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan......................................................................................
Bab II Pembahasan....................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
Daftar Pustaka...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah yang diberi kelebihan
berupa akal dan bahkan wahyu. Tanpa adanya akal manusia tidak akan bisa hidup dengan
baik bahkan (mungkin) manusia tidak dapat bertahan hidup. Tanpa akal manusia tidak
dapat berkomunikasi dengan sesama manusia dan makhluk hidup yang lainnya, tidak
dapat mengetahui bagaimana terjadinya kehidupan dan tidak dapat mengetahui apa saja
yang ada didalamnya.
Oleh karena itu manusia diberi akal agar dapat mengetahui bagaimana adanya
kehidupan ini selain itu dengan akal juga dapat melahirkan ilmu-ilmu yang ada sampai
sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akal dan Wahyu ?
2. Bagaimana Akal dan Wahyu dalam Al-Quran ?
3. Bagaimana Akal dan Wahyu dalam Perspektif Tujuan Manusia ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam kajian filosofis, subjek yang mencipta segala yang ada (maujudat) disebut
Tuhan, sementara segala yang ada sebagai objek penciptaan-Nya disebut alam. Alam
merupakan tanda-tanda Tuhan. Al-Qur’an sebagai firman Allah menyebutkan: Akan
kami tunjukkan tanda-tanda Kami di jagat raya dan di dalam diri mereka sendiri
(manusia) [QS Fushshilat (41):53]. Di ujung ayat, d isebutkan secara tidak langsung
adanya manusia. Manusia adalah salah satu makhluk (ciptaan) Tuhan yang ada di alam
(semesta) ini. Dengan demikian, manusia menduduki posisi unik antara alam dan
Tuhan, yang memungkinkan dirinya berkomunikasi dengan keduanya
(Kartenegara,2002:137). Dengan posisinya yang unik itu, manusia diciptakan Tuhan
bukan tanpa tujuan. Adapun tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mentaati
perintah Allah SWT.
Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh isi alam
adalah untuk manusia, ibarat seluruh akar, batang dan daun pisang
dipersiapkan untuk buahnya. Apabila mau direnungkan, bukankah apa saja
yang ditemukan di dunia ini adalah untuk manusia? Tentang ini, sebuah hadist
qudsi menyatakan: “Lau laka wa lan laka, ma khalaqtu al- alama kullaha”
(“Kalau bukan karenamu, tidak akan Kuciptakan alam semesta ini
seluruhnya”). Al-Qur’an sendiri menyebutkan: “Dialah (Tuhan) yang
menjadikan segala apa yang ada di bumi untukmu.” [QS Al-Baqarah (2):29].
Hal ini kembali ke contoh Bumi ibarat buah, melalui bijinya, yang
terkandung di dalamnya semua unsur pohon yang melahirkannya, seperti akar,
batang, dahan, ranting dan daun. Karena itulah, manusia sering disebut juga
sebagai mikrokosmos (dunia kecil) yang di dalam dirinya terkandung semua
unsur dalam kosmos. Mengandung unsur mineral, dapat diartikan bahwa
manusia memiliki daya atomik. Mengandung unsur tumbuh-tumbuhan berarti
bahwa manusia memiliki daya-daya nabati, yaitu makan (nutrition, al-
ghadziyah), tumbuh (growth, al-munmiyah), dan berkembang biak
(reproduction, al-muwallidah). Mengandung unsur-unsur hewan berarti bahwa
manusia memiliki daya-daya hewani, yaitu penginderaan (sense perception, al-
mudrikah) dan gerak (locomotion, al-muharrikah). Khusus tentang
penginderaan, Ibnu Sina, seorang pemikir Islam klasik, memperkenalkan
indera-indera batin di samping indera-indera lahir yang kita kenal; kebetulan
ada lima, sehingga dapat disebut panca indera. Kelima indera batin itu adalah
(1) indera bersama (common sense, al-hiss al-musyatarak); (2) daya retentive
(al-khayal), kemampuan untuk merkam bentuk-bentuk lahiriah; (3) daya
imajinasi (al-mutkhayyilah), kemampuan untuk menggabungkan secara mental
berbagai bentuk fisik sehingga menghasilkan bentuk yang unik, yang mungkin
tidak ditemui dalam dunia nyata, seperti kuda terbang; (4) daya estimatif (al-
wahmiyah), kemampuan untuk menilai sebuah objek dari sudut manfaat atau
bahayanya; dan (5) daya memori (al-hafizhah), kemampuan menyimpan data
baik yang empiris maupun non-empiris (Nasution, 1973: 30-31; dan
Kartanegara, 2002:49).
Selain itu manusia juga di berikan tugas oleh Alloh untuk menjadi
khalifah di muka bumi, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah dalam
firmannya pada al-Qur’an surat al-Baqaroh ayat 29-30 yang berbunyi : هُ َو الَّ ِذي
َ Sَ ْي ٍء َعلِي ٌم َوِإ ْذ قS ت َوه َُو بِ ُك ِّل َش
الS ٍ ض َج ِميعًا ثُ َّم ا ْستَ َوى ِإلَى ال َّس َما ِء فَ َسوَّاه َُّن َس ْب َع َس َما َوا
ِ ْق لَ ُك ْم َما فِي األر
َ َخَ ل
ُ ِفSا َويَ ْسSَ ُد فِيهSا َم ْن يُ ْف ِسSَ ُل فِيهSالُوا َأتَجْ َعSَض َخلِيفَةً ق
بِّ ُحSك ال ِّد َما َء َونَحْ نُ نُ َس ِ ْك لِ ْل َمالِئ َك ِة ِإنِّي َجا ِع ٌل فِي األر
َ َُّرب
َونSا ال تَ ْعلَ ُمSال ِإنِّي َأ ْعلَ ُم َمS
َ َكَ قSَدِّسُ لSَ ِدكَ َونُقS" بِ َح ْمDia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu (manusia), dan Dia berkehendak (menciptakan)
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu." – (QS.2:29) "Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para
Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi'. Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan
mensucikan Engkau'. Rabb berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa
yang tidak kamu ketahui'." – (QS.2:30)” Untuk melaksanakan fungsi
khalifahnya ini, manusia telah diberi anugerah oleh tuhan dengan dua buah
hadiah yang sangat istimewa, yaitu ilmu pengetahuan (‘Ilm) dan kebebasan
memilih (Ikhtiyar) (Kartanegara, 2002: 138). Dan untuk menerima kedua
hadiah itu, manusia telah dilengkapi di dalam drinya sarana atau piranti, berupa
akal dan fasilitas lain di luar dirinya, berupa wahyu Tuhan yang diturunkan
kepada manusia yang telah mencapai tingkat kesempunaan (al-insan al-kamil)
yang dalam bentuk kongkretnya diwakili oleh nabi Muhammad s.a.w (Santoso
dkk, 2013 : 24 - 25). Maka jelaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini
dapat terjaga dengan baik jika manusia dapat menjalankan fungsi
kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal selain naluri yang
membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali membuat manusia
memiliki agenda sendiri ketika melakukan penciptaan, bahkan tak jarang
bertentangan dengan misi penciptaan dirinya. Islam merupakan sistem hidup
yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita
lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan
kita, surge atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama
yang dimotori oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan
kebudayaan, kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa
manusia muslim dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan umat manusia
(Febrina, 2011).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Simpulan dari penjelasan-penjelasan dan ayat yang telah dipaparkan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan Allah dari setetes air
yang hina, lalu dalam tahapan yang cukup panjang terbentuklah tulang, daging,
wajah dan struktur tubuh yang lengkap dalam tubuh ibu, lalu ditiupkan ruh
kedalam tubuh tersebut dan hiduplah seorang manusia yang sempurna. Allah
menganugerahkan kepada manusia yaitu berupa akal dan wahyu yang nantinya
digunakan oleh manusia untuk memenuhi tugas-tugasnya di dunia. Akal dan
wahyu merupakan suatu hal yang sangat di butuhkan oleh manusia untuk
memenuhi tugas-tugasnya. Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk
Allah lainnya adalah memiliki akal yaitu untuk berfikir dan wahyu yang
langsung turun dari Allah sebagai penyeimbang dari akal.
B. SARAN
Shobron, Sudarno. (2014). Studi Islam 3; Akal Dan Wahyu Prespektif Tujuan
Penciptaan Manusia. Surakarta : LPIK (Lembaga Pengembngan Al-Islam dan
Kemuhammadiahan)