Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“HAKIKAT MANUSIA”

Dosen Pembimbing : Hendra S.pdi,M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 13
1.) Nanda Ilham Saputra ( 2110015211001 )
2.) Arimun Agung Abdillah ( 2110015211019 )
3.) Nurul Huda Diani ( 2110015211021 )
4.) Adelga Rahma ( 2110015211031 )
5.) Wahyudimansyah ( 2110015211048 )
6.) M.Riski ( 2110015211075 )
7.) Della Putri Septiani ( 2110015211081 )

Universitas Bung Hatta


Fakultas Teknik Sipil
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “HAKIKAT MANUSIA”, yang mana makalah ini disusun
yang bertujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak Hendra S.pdi,M.A
dalam mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan


dalam penyajian data dalam makalah ini.Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini berguna dan
menambah wawasan pembaca.

Demikian makalah ini disusun, apabila ada kata- kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Padang, 28 september 2021


DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I......................................................................................................1
PENDAHULIAN....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan.............................................................................................2

BAB II.....................................................................................................
PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertia hakikat agama.................................................................
B. Asal usul manusia...........................................................................
C. Tujuan hidup manusia....................................................................

BAB III...................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang


sempurna.Diciptakan dari saripati tanah yang kemudian
menjadi nutfah,alaqah,dan mudgah hingga akhirnya menjadi
wujud yang sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki
oleh mahluk lain ialah adanya akal dan nafsu.Dua hal inilah
yang membuat manusia dapat berfikir,beranggung
jawab,serta memilih jalan hidup,kelebihan – kelebihan ini
seperti yang dijelaskan pada QS Al – Isra 70.Selain itu ada
kelebihan lain yang dimiiki oleh manusia sehingga membuat
manusia berbeda dari sesama manusia,yaitu hati.
Jika hati manusia kotor,derajatnya tentu akan sangat
rendah di mata Allah SWT.Namun sebaliknya jika hatinya
bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu
derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai mahluk tuhan tentu manusia selain memiliki
hak juga memiliki kewajiban.Kewajiban yang utama adalah
beribadah kepada Allah SWT yang merupakan tugas pokok
dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan
manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh
Allah SWT.Di dunia ini adalah sebagai kekhalifatullah dan
sebagai abdi/hamba Allah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
 Pengertian Hakikat Manusia
 Darimana asal-usul manusia
 Apa Fungsi dan Tujuan Hidup manusia menurut Islam

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


 Dapat memahami pengertian dari HAKIKAT MANUSIA
 Dapat mengetahui dari mana asal-usul manusia
 Dapat mengetahui fungsi dan tujuan hidup manusia
menurut islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Usul Manusia

Dalam logika sederhana, dapat dipahami bahwa yang


mengerti tentang penciptaan manusia adalah Sang Pencipta itu
sendiri. Allah merupakan Sang Maha Pencipta, jadi Allah yang
lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam al-
qur’an dijelaskan tentang penciptaan manusia, antara lain dalam
Q.S al-Mukminun,(23):12, 13 dan 14

imem me mmemNmw mi msNe R iee imNsNNe ime iee

12.. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari


suatu saripati (berasal) dari tanah.

iNe NismNmem ime NN iee iRmsmN iee e

13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).
iNe mmemNmw mime Nm R imemNme mmemNmwme mimemNme R ime eN mm emNmwme mime Ne R essee mNsmsm me missee R esm
iNe NisN mwNm eNmw msmwsR mimi mNmwme Nsme Nims mR mieeee mw R

14.. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik

Ayat tersebut menjelaskan asal penciptaan manusia dari


“sulalatin min thin” (saripati tanah). Kata sulalatin dapat diartikan
dengan hasil akhir dari sesuatu yang disarikan, sedangkan thin
berarti tanah. Pada tahap berikutnya saripati tanah berproses

menjadi nuthfah (air mani). Kata nuthfah berarti air yang telah
bercampur (setelah terjadi pembuahan antara spermatozoid
dengan ovum). Posisi nuthfah ini berada pada tempat yang
terpelihara dan kokoh yaitu rahim.

Pada ayat 14 dijelaskan tentang tahapan reproduksi


manusia setelah nuthfah. Perubahan nuthfah secara berurut
menjadi ‘alaqah, mudhghah, ‘izham, lahm dan khalqan akhar
(makhluk lain/manusia sempurna). ‘Alaqah memiliki dua
pengertian, pertama darah yang mengental sebagai kelanjutan
dari nuthfah dan kedua sesuatu yang menempel di dinding rahim.
Pengertian pertama dipahami dari segi bentuk atau materi
perubahan setelah nuthfah sedangkan yang kedua dari segi
posisinya. Mudhghah berarti segumpal daging yang merupakan
proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan dari ‘alaqah.
Daging tersebut masih belum berbentuk sampai akhirnya diberi
kerangka dengan proses berikutnya yaitu ‘izham (tulang-
belulang). Izham (tulang-belulang) selanjutnya dibalut dengan
lahm (daging ). Pada fase ini sudah mulai menampakkan bentuk
bagian-bagian tubuh. Fase ini sampai pada pencapaian
kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqan
akhar, berarti ciptaan baru yang jauh berbeda dengan keadaan
dan bentuk sebelumnya.

Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim dijelaskan


bahwa penciptaan manusia sebagai nuthfah berlangsung selama
40 hari, sebagai ‘alaqah selama 40 hari dan sebagai mudhgah
selama 40 hari. Pada tahap berikutnya baru ditiupkan roh ke
dalam diri manusia. Pada tahap ini, disebut juga sebagai
makhluk sempurna yaitu manusia yang telah memiliki jasad dan
ruh. Di dalam al-quran juga dikenal beberapa istilah lain yang
mengungkapkan tentang asala kejadian manusia antara lain
sebagai berikut:

1. Turaab, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebutkan dalam


surat Al-Kahfi [18]: 37.
2. Tiin, yaitu tanah lempung sebagaimana firman Allah dalam
surat As-Sajadah [32]: 7.
3. Tiinul Laazib,yaitu tanah lempung yang pekat sebagaimana
disebut dalam surat Ash-Shaffaat [37]: 11.
4. Shalshalun, yaitu lempung yang dikatakan kalfakhar (seperti
tembikar). Citra di ayat ini menunjukkan bahwa manusia
dimodelkan.
5. Shalshalin min Hamain Masnuun (lempung dari lumpur yang
dicetak/diberi bentuk) sebagaimana disebut dalam surat Al-
Hijr [15]: 26.
6. Sulalatun min tiin, yaitu dari sari pati lempung. Sulaa’at berarti
sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain.
7. Air yang dianggap sebagai asal usul seluruh kehidupan
sebaimana disebut dalam Q.S. Al-Furqaan [25]: 54.

1. Ruh dan Nafs

Ruh adalah satu komponen penting yang menentukan ciri


kemanusiaan manusia. Allah meniupkan ruh tersebut setelah
selesainya proses pembuatan fisik. Dijelaskan dalam surat Shaad,
38: 71-72. mengenai hakikat ruh merupakan misteri besar yang
dihadapi oleh manusia. Secara jelas dalam al-quran dinyatakan
bahwa yang mengetahui hakikat ruh hanyalah Allah SWT. Hal ini
menjadi bukti tentang keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh
manusia karena sampai saat ini masih belum ada dan bahkan
tidak akan pernah ada manusia yang mampu mengungkap
hakikat ruh tersebut. Pernyataan ini dikemukakan oleh Allah
dalam Q.S. Al-Isra’, 17: 85.

Istilah nafs banyak disebutkan dalam al-quran, meski


termasuk dalam wilayah abstrak yang sukar dipahami, istilah nafs
memiliki pengertian yang sangat terkait dalam aspek fisik
manusia. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebar keseluruh
bagian tubuh manusia karena tubuh manusia merupakan
kumpulan dari bermilyar-milyar sel hidup yang saling
berhubungan. Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya sistem
biologis manusia Az-Zumar [39]: 42.

Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat


meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagaimana hubungan
itu berjalan. Dua hal yang berbeda, mental dan fisik, dapat
menjalin interaksi sebab akibat. Kesedihan dapat menyebabkan
mata mengeluarkan cairan, kesengsaraan membuat badan kurus.
Dikenal pula istilah psikomatik, yaitu penyakit-penyakit fisik yang
menyebabkan oleh masalah kejiwaan. Perpisahan antara nafs
dan fisik disebut maut dan ini adalah peristiwa yang paling
misterius dalam kehidupan manusia sebelum ia menjumpai
peristiwa-peristiwa lainnya di dunia yang lain pula Al-An’aam [6]:
93.

imeme NimN mR eieee ssmweR mNme esme mesmN emR mi mN mie eNR im eR im me misN eiem eR iim imee
mi mN NieeNN me mieee me mimeNmR Nsme sm me issm eieR misNeeNsms R iee eissmeme eisme R Nim eNesNme Rme
RisN ee mm ies ei mR RisN eswmR iN msNeNmR misme mR miemeeN miRmsme eisNs R meem iNwmNN misN sNem mNme esme
mseme mims R iNwmNNme ime iews sR mieNseN mwsm

93. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat
kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan
kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun
kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan
seperti apa yang diturunkan Allah." alangkah dahsyatnya
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat
memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawamu" di hari Ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat
menghinakan, Karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah
(Perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.

2. Fitrah Manusia

Kata fitrah berasal dari kata “fatara”, artinya ciptaan, suci


dan seimbang.
Louis Ma’luf dalam kamus Al-Munjid (1980-120) menyebutkan
bahwa: fitrah adalah sifat yang ada pada setiap yang ada pada
awal penciptaannya, sifat alami manusia, agama, sunnah.
Menurut Imam Al-Maraghi (1974-200), fitrah adalah kondisi
dimana Allah menciptakan semua manusia yang menghadapkan
dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan
pikirannya. Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat
diartikan sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal
manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung
kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam arti hanif ini dijelaskan
dalam Al-quran Ar-Ruum [30]: 30.

Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan


dengan arti penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti rohaniah,
yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik karena fitrah itu
disebutkan dalam konotasi nilai.
Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat
dirujukkan pada Al A’raf(7): 172.

ieRme msmwmR miNmmi iee iiemmm mimesR iee ieeeisNsN iNsmw miNi iNemims mRme isNme iesesNeNmR Nism mR iN mmmsem
RsN mN sNmm mNiesm imR RsN sNem mism eimeseee R NeR mNN ime Rmsse mieeNeese

172. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi


(tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman),
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya
ketika itu kami lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Ayat tersebut merupakan penjelasan dari fitrah yang berarti


hanif ( kecendrungan kepada kebaikan) yang dimiliki manusia
karena terjadi proses persaksian sebelum digelar di muka bumi.
Persaksian ini merupakan proses fitrah manusia yang selalu
memiliki kebutuhan terhadap agama ( institusi yang menjelaskan
tentang Tauhan), karena itu dalam pandangan ini manusia
dianggap sebagai makhluk religius. Ayat di atas juga menjadi
dasar bahwa manusia memiliki potensi baik sejak awal
kelahirannya. Ia bukan makhluk amoral, sebagaimana yang
dianut para pengikut teori tabula rasa.
Potensi fisik manusia telah dijelaskan pada bagian yang lalu,
sedangkan potensi rohaniah adalah akal,qalbu dan nafsu. Akal
dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau ratio.

Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya


(bahasa Arab), yaitu menahan dan orang ‘aqil di zaman jahiliyah
yang dikenal daerah panasnya dapat mengambil sikap dan
tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah
yang dihadapinya
.

3. Fungsi dan Tujuan Hidup Manusia Menurut


Islam

A. Fungsi Manusia

Fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah.


Khalifah berarti pemimpin, wakil, pengelola dan pemelihara.
Tentang fungsi manusia sebagai khalifah ini dijelaskan dalam
firman Allah dalam surat Al-Baqarah, 2: 30.

ieRme mi mN miNmmi eim eNesNmeNe imNRe iee m ee eiim R imeeeNmw RisN mN Nimeem mR mseee ime NieseN mseee
Nieesm me mie memi R NismNme NimNmsNN miie emsem NimimeNNme mim mi mN iimNeR NimNemR me m misNemNem

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."

Khalifah Allah berarti wakil atau pengganti yang memegang


mandat Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia itu bersifat kreatif
yang memungkinkan dirinya untuk mengolah serta mendaya
gunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya. Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks
sebagai khalifah dilandasi dengan ketundukan dan ketaatan
kepada Allah SWT. Ketundukan dan ketaatan ini tidak lain adalah
refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah yang diberikan
oleh Allah dan akan dipertanggung jawabkan oleh manusia.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT Q.S. Faathir, [35]: 39.

msNe ies R iN mNmem mieNesNmw ee eiim R imeme msmemN eiemNmeme imNseNN m me iN eem mi esees R iNeNseNN
mimee iesmmmi eR weme m me Ni eem mi esees R iNeNseNN eR i msmw

39. Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka


bumi. barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya
menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir
itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain
hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.

Fungsi manusia sebagai khalifah juga dipahami sebagai


makhluk yang bertugas mengurus dan menjaga alam dengan
baik agar terciptanya kehidupan yang baik bagi semua mahluk
Allah, dijelaskan oleh Allah dalam Q.S Al-Anbiya’, [21]: 107.

meme mismNmeimR eR ime mi mieeemNseNm

107. Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk


(menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Penjelasan mengenai fungsi manusia sebagai khalifah di atas


memberikan pemahaman bahwa jabatan khalifah adalah tugas
berat yang mesti dipikul dan dipertanggungjawabkan. Potensi
yang dimiliki manusia harus dikerahkan secara optimal dan
dinamis untuk mencapai tujuan hidup seperti yang digariskan
oleh zat yang Maha Pencipta.

B. Tujuan Hidup Manusia

Tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah


SWT (ibadah). Adapun semua tujuan-tujuan kecil yang lain
tunduk dan di dalam lingkaran tujuan tertinggi pengabdian
tersebut. Tujuan hidup manusia ini dijelaskan oleh Allah SWT
dalam Q.S. Al-Zariyaat, 51:56.
meme NiemNmw iee R miNe Rme eR eieNiNNemee

56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Penciptaan manusia sebagai pengabdi atau untuk beribadah


dipahami dengan kepatuhan, ketundukan dan pengabdian
manusia kepada Allah. Jadi, semua aktivitas hidup yang
dilakukan seorang manusia yang dilandasi dengan sikap
ketundukan jiwa terhadap Sang Khalik merupakan ibadah.

Ibadah yang dilakukan manusia didasari oleh kebutuhan


terhadap Allah SWT, karena manusia diciptakan, diatur, dan akan
kembali kepada-Nya. Oleh karena itu, ibadah atau penyambahan
harus dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, karena Allah
tidak membutuhkan sedikit pun kepada manusia termasuk ritual-
ritual penyembahannya. Keikhlasan manusia dalam
melaksanakan ibadah merupakan nilai tertinggi dalam
pengabdian yang dilakukan. Tuntutan pelaksanaan ibadah
dengan ikhlas ini dijelaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-Bayyinah,
98 ayat 5.
BAB III
PENUTUP

III. 1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah, manusia sudah diciptakan


oleh Allah dengan konsep yang penuh dengan perhitungan yang
sempurna dari makhluk lain. Dan manusia sendiri pun memiliki
sebutan yang bermacam macam, dan penyebutan itu dapat
ditentukan oleh karakter maupun tingkah pola manusia itu sendiri.
Allah menciptakan segala sesuatu pasti memiliki tujuan,
termasuk dalam penciptaan manusia, dan ada banyak sekali
tujuan penciptaan manusia, yang salah satu tujuan utama nya
adalah agar manusia selalu beribadah kepada tuhan Yang Maha
Esa. Selain itu, fitrah manusia sebagai manusia yang terlahir
dalam keadaan yang baik, jadi memang sepatutnya dalam
pengembangan hidupnya juga menjalani dengan berbagai
kebaikan pula. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang sudah
diciptakan dengan penuh keistimewaan sudah sepatutnya
mempertanggungjawabkan keistimewaan ini di dunia maupun
akhirat kita kelak.
III. 2 SARAN

Dengan segala yang telah melekat pada manusia, mulai dari


proses penciptaan sampai dengan keistimewaan yang dimiliki
oleh nya, hendaknya manusia lebih bisa mengetahui apa
sebenarnya tujuan dari hidupnya, untuk apa dan siapa dia hidup.
Hingga dapat mencapi titik kemuliaan yang sesunggyhnya di sisi
Tuhan Yang Maha Kuasa.
DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, 1997, Ushul Fiqh, h. 74-79.

Hasbi ash Shiddiqy, 1991, Pengantar Ilmu Fiqh, 192-200.

Tim Dosen Agama UNP, 2006, Pendidikan Agama Islam, h. 56-59.

Wahab Khalaf, 1979, Ilmu Ushul Fiqh, h. 36-44.

https://www.researchgate.net/publication/323608519_HAKIKAT_MANUSIA_MENU
RUT_ISLAM

Anda mungkin juga menyukai