Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Islam dan Moderasi Agama

Dosen Pengampu: Dr. ABNAN PANCASILAWATI, M.Ag

Disusun Oleh:

Deas sukma (2221508007)


Ahmad Saparullah (2221508075)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA

2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat ALLAH
Subhanahu Wa Ta’ala. atas berlimpahnya nikmat ,rahmat, dan taufiqnya sehingga
tugas makalah yang berjudul “Kebutuhan Manusia terhadap Agama” ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan kepada kelompok
kami, yaitu tentang Kebutuhan Manusia terhadap Agama.
Kami sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah
ini, untuk itu secara khusus kami selaku tim penyusun menyampaikan terima
kasih,semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan pembahasan……………………………………………… 1

I
BAB 2 PEMBAHASAN
AGIAN 1
A. Pengertian Manusia .................................................................................. 2
B. Manusia dalam Pandangan Islam.............................................................. 3
C. Tugas Manusia........................................................................................... 5
BAGIAN 2
A. Pengertian Agama……………………………………………….............. 6
B. 4 Unsur Pokok Agama……………………………………………........... 8
C. Tujuan Hidup Beragama…………………………………………............ 9
D. Keistimewaan Agama Islam………………………………………........10
BAGIAN 3
A. Ketertarikan Manusia dengan Agama…………………………….........12
B. Hubungan Manusia dengan Agama………………………………........... 14
C. Kebutuhan Manusia akan Agama…………………………………........17
D. Agama Islam dalam Kehidupan Modern…………………………........... 20
E. Manfaat Agama untuk Kelangsungan Hidup Manusia……………........22
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Seperti mahluk-mahluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah. Manusia
mempunyai dua fungsi yaitu individu dan sosial. Dalam fungsinya sebagai
mahluk individu, manusia mempunyai kebutuhan pribadinya, misalnya
pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara social
manusia memerankan fungsinya sebagai mahluk sosial yang hidup dan
berinteraksi dengan masyarakat.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu
menjawab segala pertanyaan yang ada didalam benaknya. Segala keingintahuan
itu akan menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan
timbulnya tindakan irrasionalitas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda
merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut
terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya. Rasa takut terhadap sesuatu itu
menjadikan manusia beragama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manusia dalam pandangan Islam?
2. Bagaimana pengertian inti agama?
3. Bagaimana keterkaitan manusia dengan agama jika ditinjau dari beberapa
hal?
4. Bagaimana hubungan manusia dengan agama?
5. Apakah kebutuhan manusia akan agama dapat tergantikan?
6. Bagaimana agama Islam dalam kehidupan modern?
7. Apakah terdapat manfaat agama untuk kelangsungan hidup manusia?
C. Tujuan Pembahasan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan
dan hubungan antara manusia dan agama, serta menganalisa mengapa manusia

1
membutuhkan agama, dan manfaat apa yang dapat diperoleh manusia dari agama
untuk kelangsungan hidupnya.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia

Ayat-ayat al-Quran mengenai penciptaan manusia terdapat pada


beberapa surat, surat Nuh: 17, surat Ash-Shaffat ayat 11, surat Al-
Mukminuun 12-13, surat Ar-Rum ayat : 20, Ali Imran ayat: 59, surat As-
Sajdah: 7-9, surat Al-Hijr ayat: 28, dan Al-Hajj ayat: 5. 1

Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-


macam istilah, seperti : Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan
sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur
kimiawi yang ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya
tidak terdapat dalam Al-Quran secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan
manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanya dipahami secara lahiriah
saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT
berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi.
Disisi lain sebagian dari umat Islam memiliki asumsi bahwa Nabi Adam AS.
bukan manusia yang pertama diciptakan. Pendapat ini didasarkan pada asumsi
bahwa: Ayat-ayat Quran yang menerangkan tentang manusia diciptakan berasal
dari tanah bukan berarti bahwa seluruh unsur kimia yang ada pada tanah turut
mengalami reaksi kimia. Hal itu sebagaimana pernyataan bahwa tumbuh-
tumbuhan merupakan bahan makanannya berasal dari tanah, sebab semua unsur
kimia yang ada pada tanah tidak semua ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi
hanya sebagian saja. 2

Oleh karenanya bahan-bahan yang membentuk manusia disebutkan dalam al-


Quran merupakan petunjuk bagi manusia disebutkan dalam al-Quran, sebenarnya
bahan-bahan yang membentuk manusia yaitu menthe, air, dan ammonia terdapat
pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur

1
Depag,2003
2
Rahmat,1991

3
hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang ada
pada Lumpur hitam, kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia).3

B. Manusia Dalam pandangan Islam

Dalam al-Qur'an Allah SWT. menciptakan manusia dari saripati


yang berasal dari tanah. Firman Allah : (QS. Al-Mukminun 12-16)

ً *‫*ة َعلَ َق‬


‫*ة‬ َ *‫) ُث َّم َخلَ ْق َنا ال ُّن ْط َف‬13( ‫ِين‬ ٍ ‫ار َمك‬ ٍ ‫) ُث َّم َج َع ْل َنا ُه ُن ْط َف ًة فِي َق َر‬12( ‫ين‬ ٍ ِ‫ساللَ ٍة مِنْ ط‬ ُ ْ‫سانَ مِن‬ َ ‫َولَ َقدْ َخلَ ْق َنا اإل ْن‬
ُ‫س*ن‬ َ ‫*ار َك هَّللا ُ َأ ْح‬
َ *‫آخ* َر َف َت َب‬ َ ‫ش*ْأ َنا ُه َخ ْل ًق**ا‬
َ ‫س ْو َنا ا ْل ِع َظا َم لَ ْح ًم**ا ُث َّم َأ ْن‬
َ ‫ض َغ َة ِع َظا ًما َف َك‬
ْ ‫ض َغ ًة َف َخلَ ْق َنا ا ْل ُم‬
ْ ‫َف َخلَ ْق َنا ا ْل َعلَ َق َة ُم‬
َ‫) ُث َّم ِإ َّن ُك ْم َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة ُت ْب َع ُثون‬15( َ‫) ُث َّم ِإ َّن ُك ْم َب ْع َد َذلِ َك لَ َم ِّي ُتون‬14( َ‫ا ْل َخالِقِين‬
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu se-gumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu Hilang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
Dalam pandangan Islam, manusia didefinisikan sebagai makhluk,
mukalaf, mukaram, mukhaiyar, dan mujizat. Manusia adalah makhluk
yang mempunyai nilai-nilai fitri dan sifat-sifat insaniah, seperti dha'if,
lemah (an-Nisaa‟: 28), jahula, bodoh‟(al-Ahzab: 72), faqir,
ketergantungan atau memerlukan‟ (Faathir: 15), kafuuro „sangat
mengingkari nikmat‟ (al Israa‟: 67), syukur (al-Insaan:3), serta fujur dan
taqwa (asy-Syams: 8). Selain itu juga tugas manusia diciptakan yaitu
untuk mengimplementasikan tugas-tugas ilahiaah yang mengandung
banyak kemaslahatan dalam kehidupannya. Manusia membawa amanah
dari Allah yang mesti diimplementasikan pada kehidupan nyata.
Keberadaan manusia didunia memiliki tugas yang mulia, yaitu sebagai
khilafah.4

Keberadaannya tidaklah untuk sia-sia dan tanpa 'tujuan'. Perhatikanlah ayat-ayat


Qur`an di bawah ini. Firman Allah (al-Baqarah: 30)

3
Ibrahim, 1993
4
Imam Syafe’I, 2009

4
ۤ
ُ‫ ِّد َم ۤا ۚ َء َونَ ْحن‬:‫فِ ُك ال‬:‫س‬
ْ َ‫ا َوي‬::‫ ُد فِ ْي َه‬:‫س‬ ِ ‫َواِ ْذ قَا َل َربُّ َك لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل ِفى ااْل َ ْر‬
ِ ‫ا َمنْ يُّ ْف‬::‫ ُل فِ ْي َه‬:‫ض َخلِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَت َْج َع‬
َ‫ِّس لَ َك ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُم ْون‬
ُ ‫سبِّ ُح بِ َح ْم ِد َك َونُقَد‬ َ ُ‫ن‬

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Firman Allahn(QS. Al-Ahzab : 72)

‫ش* َف ْقنَ ِم ْن َه*ا َو َح َملَ َه*ا‬


ْ َ‫*ال َف*ا َ َب ْينَ اَنْ َّي ْح ِم ْل َن َه*ا َوا‬
ِ ‫ض َوا ْل ِج َب‬
ِ ‫ت َوااْل َ ْر‬ َّ ‫ض َنا ااْل َ َما َن َة َعلَى‬
ِ ‫الس* ٰم ٰو‬ ْ ‫ِا َّنا َع َر‬
ۗ ‫س‬
‫انُ ِا َّن ٗه َكانَ َظلُ ْو ًما َج ُه ْول ًۙا‬ َ ‫ااْل ِ ْن‬

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.

Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari


makhluk ciptaan-Nya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada
pada manusia, seperti akal manusia yang mampu membedakan antara yang
baik dan yang buruk, kemudian memilihnya. Allah SWT menciptakan
manusia dengan sebaik-baiknya cipta (ahsanutaqwim), dan menundukkan
alam semesta baginya agar dia dapat memakmurkan dan memelihara
kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini.
Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan
petunjuk Robbnya, dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan
karya besar dan tindakan yang benar, hingga ia tetap pada posisi
kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya seperti ahsanu taqwim,
ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka, dengan semua sifat kemuliaan
dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan,
Allah SWT menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk menguji
dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan dusta dalam beragama.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:

5
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabuut: 2-
3).5

Oleh karena itu, manusia haruslah mampu mengimplementasikan


kehendak Allah dalam setiap risalah dan misi yang diembannya.

C. Tugas Manusia

Manusia, di muka bumi ini mengemban tugas utama, yaitu


beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Beribadah baik ibadah
mahdoh yaitu menjaga hubungan manusia dengan sang Maha Pencipta
Allah SWT sedangkan ibadah ghaoiru mahdoh, merupakan usaha sadar
yang harus dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial yaitu menjaga
hubungan baik dengan sesama manusia. Karena setiap ibadah yang
dilakukan oleh manusia baik ibadah yang langsung berkaitan dengan Allah
atau ibadah yang berkaitan dengan sesama manusia dan alam, pastilah
mengandung makna filosofi yang mendalam dan mendasar untuk
dipahami oleh manusia, sebagaia bekal untuk mempermudah menjalankan
misi mulia yang diemban oleh manusia. Firman Allah dalam QS. Al-
Baqarah ayat 153 :

َّ ٰ ‫صلَ ٰو ِة ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َم َع ٱل‬


‫صبِ ِرين‬ َّ ‫صب ِْر َوٱل‬
َّ ‫وا بِٱل‬ ۟ ُ‫َ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا ٱ ْستَ ِعين‬
َ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi


disamping untuk beribadah, juga harus mampu memelihara dan
memakmurkan alam.6 Kerusakan yang ada di dunia, dan kerusakan di
darat, maupun yang ada di lautan, tetapi oleh tangan-tangan manusia yang
keluar dari rambu-rambu yang sudah ditetapkan oleh Allah. Benar, semua

5
Harun Yahya, 2001
6
Huud: 61

6
isi yang ada di muka bumi ini diciptakan oleh Allah SWT. untuk manusia,
namun tentunya menggunakan aturan main yang sudah Allah tetapkan,
tidak bebas sekehendak manusia.7

Firman Allah dalam QS. Ar-Ruum ayat 41 :

َ‫ِي َع ِملُ ْوا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِج ُع ْون‬ َ ‫اس لِ ُي ِذ ْي َق ُه ْم َب ْع‬


ْ ‫ض الَّذ‬ َ ‫َظ َه َر ا ْل َف‬
َ ‫سا ُد فِى ا ْل َب ِّر َوا ْل َب ْح ِر ِب َما َك‬
ِ ‫س َبتْ اَ ْيدِى ال َّن‬

Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Oleh karena itu, alam ini membutuhkan pengelolaan dari manusia


yang ideal. Manusia yang mempunyai sifat luhur seperti disebutkan pada
ayat berikut ini: Syukur (Luqman: 31), Sabar (Ibrahim: 5), Mempunyai
belas kasih (at-Taubah: 128), Santun (at-Taubah: 114), Taubat (Huud: 75),
Terpercaya (al-A‟raaf: 18), dan Jujur (Maryam: 54). Maka, manusia yang
sadar akan misi sucinya tersebut harus bisa mengendalikan hawa nafsu dan
tidak sebaliknya, diperbudak oleh hawa nafsu hingga tidak mampu
menjalankan tugas utamanya sebagai manusia.

A. Pengertian Agama

Di masyarakat Indonesia, selain kata agama, dikenal pula kata din (


‫ )ديِن‬religi dari bahasa Eropa. Kata agama mengatakan bahwa kata itu
tersusun dari dua kata, a yang berarti tidak, dan gam yang berarti pergi.
Jadi "agama" berarti "tidak pergi, tetap di tempat, dan berarti pergi". Jadi,
"agama" berarti "tidak pergi, tetap di tempat, dan diwarisi secara turun
temurun".8 Jadi agama berarti tidak berantakan atau teratur. Dengan makna
ini, dapat dipahami bahwa agama memberikan serangkaian aturan kepada
para penganutnya sehingga hidupnya tidak berantakan. Agama
menyampaikan para pemeluknya kepada suatu cara hidup yang teratur.
Din dalam Bahasa semit berarti "undang-undang" atau "hukum". Dalam
bahasa Arab, kata ini mengandung arti "menguasai, menun-dukkan, patuh,

7
Farid, 2000
8
Harun, 1985 : 13

7
hutang, balasan, kebiasaan-peraturan" yang merupakan hukum yang harus
dipatuhi orang. Religi berasal dari bahasa Latin. Ada sejumlah ahli yang
berpendapat bahwa asal kata religi adalah relegere, yang mengandung arti
mengumpulkan, membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-
cara mengabdi kepada Tuhan yang tertuang dalam kitab suci yang harus
dibaca. Selain itu, dikenal pula istilah religion bahasa Inggris, religio atau
religi dalam bahasa Latin, al-din dalam bahasa Arab, dan dien dalam
bahasa Semit. Kata-kata itu ditengarai memiliki kemiripan makna dengan
kata "agama" yang berasal dari bahasa sanskerta itu. Religious (Inggris)
berarti kesalehan, ketakwaan, atau sesuatu yang sangat mendalam dan
berlebih-lebihan.Yang lain menyatakan bahwa religion adalah: (1)
keyakinan pada Tuhan atau kekuatan supramanusia untuk disembah
sebagai pencipta dengan penguasa alam semesta; (2) sistem kepercayaan
dan peribadatan tertentu.9

Dari makna etimologis ini, agama dapat didefinisikan sebagai


seperangkat aturan atau ketentuan hidup yang melekat dalam diri manusia
agar hidupnya teratur yang merupakan cara menuju suatu dalam agama ini
harus bersumber dari sesuatu yang dipandang melebihi kekuasaan
manusia, yakni Tuhan. Yang harus juga ditegaskan di sini adalah bahwa
aturan lepas dari keragaman istilah yang terkait dengan agama seperti
dijelaskan di atas, intisari keberagamaan adalah ikatan. Agama
mengandung arti ikatan yang mengikat dan harus dipegang dan dipatuhi
oleh manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam
kehidupan sehari-hari manusia. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang
lebih besar di luar diri manusia, yang bersifat gaib atau tak dapat
ditangkap dengan pancaindera. Agama adalah ajaran yang berasal dari
Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci
yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan
tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang di dalamnya mencakup
unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan

9
Rahmat : 2012

8
respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut
tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib
tersebut. Sedangakan Agama Islam adalah agama Allah, dari Allah dan
milik Allah. Diamanatkan kepada umat pengikut utusan Allah. Jadi, sejak
jaman Nabi Adam, Musa, dan Isa agama Allah adalah Islam, makna Islam
dapat dipersempit lagi sebagai agama yang diamanatkan kepada umat
pengikut Rasulullah, Muhammad SAW. Agama, dalam hal ini adalah
islam, Islam ( ‫( اسالم‬berasal dari kata-kata: salam ( ‫( سالم‬yang berarti damai
dan aman salamah ( ‫( سالمة‬berarti selamat istilah islaam ( ‫( االسالم‬sendiri
berarti penyerahan diri secara mutlak kepada Allah SWT untuk
memperoleh ridho-Nya dengan mematuhi perintah dan larangan-Nya. 10

Agama Islam terdiri atas akidah dan syariat: akidah atau


kepercayaan (ilmunya) syariat peribadatan syariat akhlak (moral) dan
muamalah, Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dibenarkan
serta diakui oleh Allah SWT, dalam firmannya, QS. Ali Imran [3]: 85,
yaitu:

َ‫َو َمن َي ْب َت ِغ َغ ْي َر ٱِإْل ْس ٰلَ ِم دِي ًنا َفلَن ُي ْق َبل َ ِم ْن ُه َوه َُو فِى ٱلْ َءاخ َِر ِة مِنَ ٱ ْل ٰ َخسِ ِرين‬

Artinya : Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali


tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-
orang yang rugi.

Substansi agama menurut definisi-definisi di atas adalah sesuai


dengan definisi yang digunakan dalam berbagai agama, termasuk agama
Islam. Dalam Islam, agama dipercayai terdiri dari dua unsur pokok, yaitu
"beliefs" "kepercayaan" atau aqidah dan "patterns of behavior" atau
"ritual" atau syariah sebagai konsekuensi daripada aqidah tersebut. Dalam
konsep Islam, kepercayaan atau aqidah adalah "rukun iman" sedangkan
ritual atau syariah adalah "rukun islam".11

Dari fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa inti agama adalah kepercayaan
adanya Zat Yang Ghaib dan kepada-Nya manusia bergantung dan memohon
10
Gholib: 2016, 12
11
Maezali, 2010, 16

9
pertolongan. Maka watak/kodrat manusia itu beragama. Kalau manusia tidak
beragama berarti ia melawan kodratnya sendiri.

B. 4 Unsur Pokok Agama

Dengan mendasarkan pada berbagai definisi tentang agama, Harun


Nasution menegaskan bahwa unsur-unsur pokok yang ada dalam agama
adalah:

a. Kekuatan gaib. Dengan adanya kekuatan gaib ini manusia merasa dirinya lemah
dan berhajat kepadanya sebagai tempat minta tolong. Karena itu, manusia
merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut.

b. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di


akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang
dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan
kebahagiaannya yang dicari juga akan hilang.

c. . Respons itu bisa mengambil Respons yang bersifat emosional dari


manusiabentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama
primitif, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama agama
monoteisme.

d. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib,
dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan
dalam bentuk tempat-tempat tertentu. Berdasar pada fenomena-fenomena
keagamaan dan kebudayaan yang ada di tengah-tengah masyarakat dan juga
dalam kajian antropologi dapat ditemukan adanya lima unsur atau komponen
pokok dalam agama, yaitu:

a. Emosi keagaman (religious emotion/getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa


manusia didorong untuk berperilaku keagamaan.

b. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang dunia, alam,


alam gaib, hidup, mati, dan sebagainya. Sistem kepercayaan ini dalam Islam
dikenal dengan aqidah atau iman.

10
c. Sistem ritus dan upacara keagamaan terwujud dalam aktivitas dan tindakan
manusia dalam melaksanakan pengabdian dan kebaktiannya kepada Tuhan dan
dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan-Nya. Dalam Islam sistem ritus ini
dikenal dengan ibadah dan muamalah.

d. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan


dan mengaktifkan agama berikut upacaya-upacara keagamaannya. Kelompok
inilah yang biasa disebut pemeluk agama atau umat beragama.

e. Alat-alat fisik yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan yang
berujud tempat-tempat ibadah dan sarana prasarana untuk melakukan aktivitas
keagamaan.12

C. Tujuan Hidup Beragama

Dalam Islam tujuan beragama bukan hanya membersihkan diri dan


mensucikan jiwa dan rokh. Tujuan beragama adalah hidup yang baik di
dunia, baik dalam keluarga, negara atau dunia internasional, agar di akhirat
juga dapat hidup yang baik, karena akhirat adalah kelangsungan dari
dunia.

Agama Islam mempunyai dua pokok ajaran yaitu hubungan antara


manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia dengan manusia.
Hubungan antara manusia dengan Tuhan adalah bermacam ibadat seperti
Salat. Tetapi banyak juga ibadat yang ada hubungannya dengan
masyarakat seperti puasa, zakat dan haji. Hubungan antara manusia
dengan manusia terdapat dalam ajaran Islam yang mengenai keluarga,
negara, ekonomi, hukum dan hubungan internasional yang semua itu
terdapat dalam ayat-ayat Al Our-an.

D. Keistimewaan Agama Islam

12
Harun Nasution, Islam Ditiinjau dari Berbagai Aspeknya

11
Agama Islam ialah agama terakhir merupakan Agama
Penyempurna dari agama-agamasebelumnya dan tetap mutakhir, agama
selalu menuntun manusia untuk menggunakan akalnya agar senantiasa
memahami ayat-ayat kauniyah yang terdapat di alam semesta, dan juga
memahami ayat-ayat qur‟aniyah yang terdapat didalam al-qur‟an. Agama
Islam adalah agama penyeimbang antar dunia dan akhirat, Islam tidak
mempertentangkan antara iman dengan ilmu, bahkan menurut Rasulullah
SAW, Islam mewajibkan manusia, baik laki-laki maupun perempuan
untuk belajar dan mendalami ilmu pengetahuan sejak dari buaian hingga
akhir kehidupan : “Minal mahdi ilal lahd”, yaitu dengan pendidikan
seumur hidup. Singkat cerita, dengan ilmu, hidup dan kehidupan manusia
pasti akan bermutu, dengan agama hidup jadi terarah, dan lebih bermakna.
Oleh karena itu, dengan ilmu yang baik dan agama Islam kehidupan
manusia menjadi sempurna, bahagia dan penuh rahmat. Dalam kehidupan
masyarakat modern agama pun tetap diperlukan oleh manusia. Pemikiran
kalangan cendekiawan muslim Indonesia ada wacana untuk memadukan
antara Ilmu Pengetahuan dengan agama, menjadikan agama sebagai
pengendali perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi supaya
manusia dapat tenteram dan sejahtera. Islam mempunyai keistimewaan
yang dapat dijadikan pegangan akidah umat selamanya, diantarnya.13

1) Luwes, logis dan praktis

Islam merupakan agama yang Ajarannya luwes, jelas dan dapat dipahami. Islam
tidak membenarkan adanya khurafat, tidak pula keyakinan-keyakinan yang
mematikan akal dan membuat kejumudan intelektual, islam tidak membenarkan
keyakinan yang bisa melenyapkan keimanan akan keEsaan Allah SWT, risalah
Muhammad SAW, dan kehidupan akhirat, yang semua itu menjadi dasar pokok
akidah islamiah. Semua berdiri di atas dasar ”Akal pikiran yang sehat dan logika
yang tepat dan pasti.” Agama Islam menganjurkan manusia untuk
mempergunakan akal pikirannya dan merenungkan segala perkaranya. Islam
sangat menganjurkan ummatnya untuk mengkaji dan menemukan hakikat serta
berupaya untuk memperoleh pengetahuan. Allah SWT memerintahkan kepada
13
Farid,2000

12
umat manusia untuk memohon diberi pengetahuan yang luas, sebagaimana
difirmankan: (Q.S. Thahaa, 20:114)

ِ ‫َف َت ٰ َعلَى ٱهَّلل ُ ٱ ْل َملِ ُك ٱ ْل َحقُّ ۗ َواَل َت ْع َجلْ ِبٱ ْلقُ ْر َء‬
َ ‫ان مِن َق ْب ِل َأن ُي ْق‬
‫ض ٰ ٓى ِإلَ ْي َك َو ْح ُيهُۥ ۖ َوقُل َّر ِّب ِزدْ نِى عِ ْل ًما‬

Artinya : Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan".

Islam pun menjelaskan, betapa jauh perbedaan antara orang


berilmu dan tidak berilmu. Allah berfirman: (Q.S. Az-Zumar, 39:9)

۟ ‫سا ِج ًدا َو َقٓاِئ ًما َي ْح َذ ُر ٱلْ َءاخ َِر َة َو َي ْر ُج‬ ٰ


َ‫وا َر ْح َم َة َر ِّبهِۦ ۗ قُلْ َه* لْ َي ْس* َت ِوى ٱ َّلذِينَ َي ْعلَ ُم**ون‬ َ ‫َأ َّمنْ ه َُو َقنِتٌ َءا َنٓا َء ٱلَّ ْي ِل‬
ِ‫وا ٱَأْل ْل ٰ َبب‬
۟ ُ‫َوٱلَّذِينَ اَل َي ْعلَ ُمونَ ۗ ِإ َّن َما َي َت َذ َّك ُر ُأ ۟ول‬

Artinya : (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Islam menuntun dan menyelamatkan umat manusia dari khurafat,


dan kebodohan. Islam senantiasa membimbing manusia kearah
pengetahuan dan cahaya kebenaran yang hakiki. Islam merupakan agama
yang luwes dan praktis, tidak hanya teori kosong. Islam menegaskan, iman
itu tidak cukup hanya percaya, tetapi islam menegaskan, agar iman
dijadikan sumber kehidupan konkret, mengakar kepada seluruh amal
perbuatan Islami, bagaikan air yang mengalir ke dalam sel makhuk hidup.
Karenanya maka iman kepada Allah SWT, mewajibkan manusia untuk
taat atas perintah-Nya. Maka ajaran Islam bukan hanya ungkapan kata
melalui zikir, memuji serta menyanjung-Nya, namun seluruh kehidupan
ummat manusia. secara menyeluruh kehidupan manusi harus
mencerminkan nilai-nilai islami. Karena itu Allah SWT berfirman: (Q.S.
Ar-Ra'd, 13:29)

ٍ ‫ت ُطو َب ٰى لَ ُه ْم َو ُح ْسنُ َمـَٔا‬


‫ب‬ َّ ٰ ‫وا ٱل‬
ِ ‫صل ٰ َِح‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
۟ ‫ٱلَّذِينَ َءا َم ُن‬

13
Artinya : Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik.

A. Keterkaitan manusia dengan agama

Keterkaitan antara manusia dengan agama, dapat dilihat dari


beberapa hal, di antaranya kodrat manusia beragamadan gambaran
manusia beragama.

a. Kodrat Manusia Beragama

Untuk mengetahui kodrat manusia beragama ini dapat dilihat


padabeberapa fenomena berikut:

1) Tentang Doa Keselamatan.

Setiap orang pasti ingin mendapatkan keselamatan. Ia merasa


dirinya selalu terancam. Makin serius ancamannya, doanya akan makin
serius pula. Ia merasa kecil hidup di jagat raya ini seperti perahu kecil
yang terapung di samudra yang amat luas. Karena ancaman tersebut ia
ingin berpegangan dan menyandarkan diri kepada sesuatu yang ia anggap
sebagai yang Maha Ghaib dan Maha Kuasa.

2) Tentang Kebahagiaan Abadi

Setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang ia


harapkan bukanlah kebahagiaan yang sementara tetapi kebahagiaan abadi.
Anehnya tidak setiap orang mendapatkan kebahagiaan abadi seperti yang
ia harapkan.

3) Memerhatikan Tubuh Kita Sendiri

Apabila kita merenungkan dan memperhatikan tubuh kita sendiri sebagai manusia
dengan kerangka dan susunan badan yang indah dan serasi dengan indra hati dan
otak yang cerdas untuk menanggapi segala sesuatu di kanan kiri kita, akan sadar
bahwa kita bukan ciptaan manusia, tetapi ciptaan Sang Maha Pencipta, Zat Yang
Maha Ghaib dan Mahakuasa.

4) Apabila Kita Mendapatkan Persoalan Yang Dilematis

14
Dalam kehidupan sehari-hari orang sering dihadapkan pada
persoalan yang sulit. Ia dihadapkan pada berbagai pilihan. Ia harus
memeras otak, memperimbangkan untung-rugi, plus-minus, dan aspek-
aspek lain yang akhirnya dapat menentukan keputusannya.

5) Firman Allah SWT

Disamping empat fenomena di atas Allah dengan tegas


menyatakan dalamdalam Al-Quran bahwa sejak dalam kandungan
manusia sudah memiliki agama. Allah SWT berfirman: Artinya: Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)

Dari ayat di atas Allah mempersaksikan diri-Nya di hadapan jiwa-


jiwa manusia dan jiwa-jiwa itu mengakui eksistensi-Nya. Jadi, sebelum
manusia lahir ke muka bumi Allah telah membekali manusia dengan
keyakinan akan adanya Tuhan (agama), sehingga ketika manusia akhirnya
mengingkari fitrah kejadiannya ini, manusia akan menanggung resiko
akibat kelalaiannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa keberadaan
manusia tidak dapat dipisahkan dengan agama.

b. Gambaran Manusia Beragama (Ekspresi Religius)

Gambaran pokok manusia beragama adalah penyerahan diri. Ia


menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung. Ia
tunduk lagi patuh dengan rasa hormat dan khidmat. Ia berdo’a, shalat, dan
berpuasa sebagai hubungan vertikal (hablun minallah) dan ia juga berbuat
segala sesuatu kebaikan untuk kepentingan sesama umat manusia (hablun
minannas), karena ia percaya bahwa semua itu diperintahkan oleh Zat
Yang Maha Ghaib serta Zat Yang Maha Pemurah. Penyerahan diri itu oleh

15
manusia yang beragama tidak merasa dipaksa oleh sesuatu kekuatan yang
ia tidak dapat mengalahkan. Pengalaman manusia beragama dalam
menjalankan aturan-atura agama mengintegrasikan hidupnya, sehingga
hidupnya menjadi bertujuan dan bermakna. Tujuan itu terdapat dalam
agama. Seringkali kita melihat orang yang berkecukupan, berilmu,
berpangkat, dan berkuasa tetapi merasa bahwa hidupnya sepi, kosong,
tidak ada kesatuan dan merasa adanya disintegrasi karena tidak adanya
tujuan (lonely in the crowd).

B. Hubungan manusia dengan agama

a. Hubungan Manusia dengan Agama Islam

1) Fitrah terhadap Agama

Sering ditemukannya beraneka macam ritual keagamaan dalam


masyarakat semenjak dahulu hingga hingga sekarang ini membuktikan
bahwa kehidupan di bawah keyakinan adalah tabiat hidup pada manusia.
Tabiat ini ada sejak manusia dilahirkan sehingga hampir tak ada
pertentangan di dalamnya, dari yang baru tumbuh dewasa dalam sebuah
sistem kehidupan. Agama-agama dengan corak yang berbeda-beda telah
berkembang dalam masyarakat tersebut. Susunan alam dan jagat raya yang
sedemikian rupa mengagumkan itu telah menggiring manusia kepada
keberadaan Sang Pencipta yang Maha Sempurna.

Manusia membutuhkan Tuhan untuk disembah, penyembahan


yang dilakukan manusia kepada sang maha Pencipta merupakan bagian
dari karekteristik penciptaan itu sendiri sebagaimana penciptaan satelit
mengorbit pada planetnya.

2) Pencarian Manusia terhadap Agama

16
Kesempurnaan akal senantiasa menuntut manusia untuk berpikir.
Oleh sebabnya, pencarian umat manusia terhadap kebenaran ajaran agama
yang dianutnya tidak pernah lepas dari muka bumi ini. Penyimpangan
pemahaman ajaran agama dalam konteks perjalanan sejarah kehidupan
manusia pada akhirnya dapat diketahui oleh terpenuhinya kepuasan
berpikir manusia yang hidup kemudian. Nabi Ibrahim a.s. dikisahkan
sangat tidak puas menyaksikan manusia-manusia pada saat itu
mempertuhankan benda-benda mati di alam ini seperti patung, matahari,
bulan, dan bintang. Demikian pula Nabi Muhammad SAW, pada akhirnya
memerlukan tahannus karena jiwanya tidak dapat menerima aturan hidup
yang dikembangkan oleh masyarakat Quraisy di Mekkah yang mengaku
masih menyembah Tuhan Ibrahim. Allah berfiman;( Q.S: Ad-Dhuhaa,
93:7)

‫ض ۤااًّل َف َه ٰد ۖى‬
َ ‫َو َو َجدَ َك‬

Artinya: ”Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia
memberikan petunjuk.”.

Seiring dengan sifat-sifat mendasar yang ada pada diri manusia itu
Alqur‟an dalam sebagian besar ayat-ayatnya menantang kemampuan
berpikir manusia untuk menemukan kebenaran yang sejati sebagaimana
yang dibawa dalam ajaran Islam. Keteraturan alam dan sejarah bangsa-
bangsa pada masa terdahulu menjadi obyek yang dianjurkan untuk
dipikirkan. Perbandingan ajaran antar berbagai agama pun diketengahkan
Alqur‟an dalam rangka mengokohkan pengambilan pendapat manusia.14

Akibat dari adanya proses berpikir ini, baik itu merupakan sebuah kemajuan atau
kemunduran, maka terjadilah sebuah perpindahan (transformasi) agama dalam
kehidupan umat manusia. Ketika seseorang merasa gelisah dengan jalan yang
dilaluinya dan kemudian ia menemukan sebuah titik pencerahan, maka niscaya ia
akan memasuki dunia yang jauh lebih memuaskan akal dan jiwanya itu.
Ketenangan merupakan modal dasar dalam upaya mengarungi kehidupan pribadi.
Padahal masyarakat itu adalah kumpulan pribadi-pribadi. Masyarakat yang
14
Imam Syafe’I, 2014

17
tenang, dan bangsa damai yang sejuk sesungguhnya tercipta dari masyarakat yang
menjalanai kehidupannya. Allah berfirman:(Q.S: Ar-Ra‟d, 13:27-28)
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ُ ‫اَلَّذ ِۡينَ ٰا َم ُن ۡوا َو َت ۡط َم ِٕٮنُّ قُلُ ۡو ُب ُهمۡ ِبذ ِۡك ِر ِ‌ ؕ اَاَل ِبذ ِۡك ِر ِ َت ۡط َم ِٕٮنُّ ۡالقُلُ ۡو‬
‫ب‬

Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram.

3) Agama sumber Ketenangan Jiwa manusia

Adapun manusia merupakan makhluk yang memiliki ruh, ia juga


membutuhkan ketenangan-ketenangan yang bersifat ruhaniah, yakni
ketenangan hakiki. Ketenangan ruhaniah mempunyai kontribusi yang
sangat penting terhadap kebahagiaan hidup manusia, baik secara lahiriah
maupun batiniah. Kebahagiaan hidup itu tidak akan bisa didapatkan jika
manusia tidak memperoleh ketenangan hakiki. Bahkan fisik manusia itu
bisa hancur jika ketidaktenangan manusia mencapai titik yang paling
memprihatinkan.Nabi Muhammad saw bersabda:

“Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia itu ada segumpal


daging. Jika segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh
jasadnya. Jika segumpal daging itu rusak, maka akan rusaklah seluruh
jasadnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Namun ketenangan hakiki itu tidak akan bisa didapatnya tanpa diri
manusia itu sendiri mengenal pemilik ruh, yaitu Allah SWT. Manusia
tidak mungkin mampu mengenal Allah SWT tanpa Agama. Bahkan
manusia tidak akan pernah tahu untuk apa ia diciptakan dan kemana
pertanggungjawabanya.

5) Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial

Rasulullah SAW bersabda : “Innamaa bu‟itstu liutammima


makarimal akhlaq” Sesungguhnya aku diutus (Nabi Muhammad) untuk
menyempurnakan akhlak. Orang yang bertanggung jawab dalam
pendidikan akhlak adalah orangtua pada pendidikan informal, guru atau

18
ustad pada pendidikan formal dan lain sebagainya. Pendidikan akhlak
sangat penting karena menyangkut perilaku dan sikap yang harus di
tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal
maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas).
Akhlak yang terpuji merupakan hal sangat penting harus dimiliki oleh
setiap umat muslim (sebab maju atau mundurnya suatu bangsa atau
Negara itu sangat tergantung kepada akhlak tersebut). Untuk mencapai
maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinergis dari berbagai
pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulia dan menghancur
leburkan faktor-faktor penyebab timbulnya akhlak yang buruk.

C. Kebutuhan Manusia Akan Agama

Kebutuhan manusia akan agama tidak dapat digantikan dengan


kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga dapat memenuhi
kebutuhan manusia dalam aspek material. Kebutuhan manusia akan materi
tidak dapat menggantikan peran agama yang ternyata masih belum mampu
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Terkait dengan hal ini agama sangat
berperan dalam mempertahankan manusia untuk tetap menjaganya sebagai
manusia. Kebutuhan manusia terhadap agama mendorongnya untuk
mencari agama yang sesuai dengan harapan-harapan rohaniahnya.

Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan


dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan
membuat hati manusia menjadi jernih, halus dan suci. Disamping itu,
agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim
dalam menghadapi berbagai aliran sesat. Agama juga mempunyai peranan
penting dalam pembinaan akidah dan akhlak dan juga merupakan jalan
untuk membina pribadi dan masyarakat yang individu-individunya terikat
oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong menolong. Islam dengan
berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang melaksanakan
hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi. Al-qur’an
mengisyaratkan bahwa pada dasarnya manusia itu secara naluri adalah

19
beragama atau percaya pada Tuhan. Firman Allah dalam QS. al-A'raf
[7]:172, yaitu:

۟ ُ‫*ر ِّب ُك ْم ۖ َق**ال‬


َ ۛ ‫وا َبلَ ٰى‬
ۛ ‫ش * ِهدْ َنٓا‬ َ *‫ش َه َد ُه ْم َعلَ ٰ ٓى َأنفُسِ ِه ْم َألَ ْس *تُ ِب‬
ْ ‫ور ِه ْم ُذ ِّر َّي َت ُه ْم َوَأ‬
ِ ‫َوِإ ْذ َأ َخ َذ َر ُّب َك م ِۢن َبن ِٓى َءا َد َم مِن ُظ ُه‬
َ‫وا َي ْو َم ٱ ْلقِ ٰ َي َم ِة ِإ َّنا ُك َّنا َعنْ ٰ َه َذا ٰ َغفِلِين‬
۟ ُ‫َأن َتقُول‬
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Secara naluri, agama merupakan kebutuhan yang tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan manusia, dalam perekembangan terakhir sering
disebutkan adanya orang yang tidak percaya pada Tuhan, sebut dengan
Ateis. Hal ini sebetulnya pengakuan dalam lisan saja, tapi Nurani mereka
tetap mengakui adanya Tuhan.orang yang mengakui ateis itu pada saat
mereka sedang dalam kedaan ketakutan mereka tetap memanggil dan
mengingat Tuhan kembali.15 Bahwa hakekat agama adalah kemampuan
dalam diri manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan hal di atas kita dapat memperoleh gambaran bahwa
manusia dapat menentukan dirinya dalam tindakannya itu apakah ia akan
berbuat baik atau akan berbuat buruk, apakah perbuatan baik yang
dilakukan itu sesuai dengan kehendak Tuhan ataukah bertentangan dengan
Tuhan. Maka agama-agama seseorang berperasaan di dalam menentukan
baik buruknya tindakan yang dilakukan, maka perlulah di dalam
kehidupan manusia mempunyai segi pandangan agama agama, sehingga
keseluruhan dari jumlah penduduk yang ada dalam suatu wilayah atau
Negara benar-benar menyadari akan perlunya mempunyai pengalaman
akan norma agama yang berlaku di dalam masyarakat, sedangkan dalam
pelaksanaannya dapat sesuai dengan hati nurani manusia. Dengan
demikian kesadaran manusia keseluruhan dari jumlah penduduk benar-
benar tumbuh dengan subur agar dapat menentukan perbuatan yang sesuai

15
Mubarok: 2018, 31

20
dengan kehendak agama, apakah perbuatan yang baik atau perbuatan yang
buruk.16

Dalam sebuah agama terdapat beberapa unsur dan itu menjadi


pedoman pokok bagi agama tersebut antara lain adalah: a. Adanya
keyakinan pada yang gaib, b. Adanya kitab suci sebagai pedoman, c.
Adanya Rasul pembawanya, d. Adanya ajaran yang bisa dipatuhi, e.
Adanya upacara ibadah yang standar. 17

Berdasarkan hal itu dapatlah kita mendapat gambaran bahwa


agama merupakan teman hidup yang tidak dapat dipisahkan, bilamana
manusia dapat memisahkan dari kehidupan, manusia itu dalam dirinyan
sendiri sudah tidak dapat mempertahankan nilai-nilai kemanusiaanya.
Dalam kehidupan sehari-hari masalah agama tidak dapat lepas, dengan
sendirinya norma agama selalu mengikuti perkembangan kehidupan
manusia baik dalam kehidupan secara individu maupun dalam kehidupan
sosialnya, maka barulah manusia di dalam pergaulannya mempunyai
kehendak untuk mempertahankan nilai-nilai agamanya, sehingga nilai
agama itu benar-benar dapat meresap dalam hati sanubarinya masing-
masing, dan di dalam pergaulan betul-betul menyadari akan perlunya
adanya kesadaran terhadap agama baik secara pribadi berdiri sendiri
maupun secara kelompok. (De Voc: 2010, 42).

Dengan demikian agama sebagai kebutuhan mutlak yang harus ada


dalam kehidupan manusia adalah agama sebagai kebutuhan primer adalah
kebutuhan yang harus ada, jadi tidak bisa tidak ada, merupakan kebutuhan
yang tidak bisa ditinggalkan sehingga kebutuhan itu harus dipenuhi, maka
selalu melekat dalam kehidupan manusia.18

Kefitrahan agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia


tidak dapat melepaskan diri dari agama, karena agama merupakan
kebutuhan fitrah manusia. Selama manusia memiliki perasaan takut dan
cemas, selama itu pula manusia membutuhkan agama. Kebutuhan manusia
16
Koentjaraningrat: 1962, 385
17
Kamaruddin : 2013
18
Matin: 2014, 2

21
akan agama. Manusia dengan akalnya dapat melahirkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi akal saja tidak mampu menyelesaikan seluruh
persoalan yang dihadapi manusia. Dengan agama manusia dituntun untuk
dapat mengenal Tuhan dengan segala sifat-sifat-Nya. Dari fenomena di
atas dapat disimpulkan bahwa inti agama adalah kepercayaan adanya Zat
Yang Ghaib dan kepada-Nya manusia bergantung dan memohon
pertolongan. Maka watak/kodrat manusia itu beragama. Kalau manusia
tidak beragama berarti ia melawan kodratnya sendiri. Dengan demikian,
jelaslah bahwa keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dengan agama.

D. Agama Islam dalam kehidupan Modern

Islam memiliki prinsip-prinsip dasar yang harus mewarnai sikap


dan aktivitas pemeluknya. Puncak dari prinsip itu adalah tauhid. Di
sekelilingnya beredar unit-unit bagaikan planet-planet tata surya yang
beredar di sekeliling matahari, yang tidak dapat melepaskan diri dari
orbitnya. Unit-unit tersebut antara lain:

a. Kesatuan alam semesta. Dalam arti, Allah menciptakannya dalam keadaan amat
serasi, seimbang, dan berada di bawah pengaturan dan pengendalian Allah Swt.
melalui hukum-hukum yang ditetapkan-Nya.

b. Kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawinya


menyatu dengan kehidupan akhirnya. Sukses atau kegagalan ukhrawi,
ditentukan oleh amal duniawinya.

c. Kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum,
karena semuanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah Swt.

d. Kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan masing


masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi.

e. Kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para Nabi kesemuanya bersumber
dari Allah Swt. Prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah, syariah, dan
akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang.

22
f. Kesatuan kepribadian manusia. Mereka semua diciptakan dari tanah dan Ruh
Ilahi.

g. Kesatuan individu dan masyarakat masing-masing harus saling menunjang.

“Islam dalam hal urusan hidup duniawi tidak memberi rincian petunjuk,
karenakamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu (ketimbang aku).”

Demikian sabda Nabi Muhammad Saw. sebagaimana diriwayatkan


oleh Imam Muslim. Dari prinsip-prinsip semacam di atas, seorang Muslim
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan positif masyarakatnya, dan
karena itu pula Islam memperkenalkan dirinya sebagai "Agama yang
selalu sesuai dengan setiap waktu dan tempat."

Kitab suci Al-Quran mempersilakan umat Islam untuk mengembangkan


ilmu, menggunakan akalnya menyangkut segala sesuatu yang berada dalam
wilayah nalar, yaitu alam fisika ini. Namun harus disadari oleh manusia, bahwa
jangankan alam raya yang sedemikian luas, dirinya sendiri sebagai manusia belum
sepenuhnya ia kenal. Islam tidak menghalangi umatnya untuk memperoleh
kekayaan sebanyak mungkin. Bahkan harta yang banyak dinamainya khair (baik)
dalam arti perolehan dan penggunaannya harus dengan baik. Islam juga tidak
melarang umatnya bersenang-senang di dunia, hanya digarisbawahinya bahwa
kesenangan duniawi bersifat sementara, dan karena itu jangan sampai ia
melengahkan dari kesenangan abadi, atau melengahan dari kewajiban kepada
Allah dan masyarakat. Umat Islam diperkenalkan oleh Al-Quran sebagai
ummattan wasathan (umat pertengahan) yang tidak larut dalam spiritualme, tetapi
tidak juga hanyut dalam alam materialisme.

Seorang Muslim, adalah memenuhi kebutuhannya dan mewarnai


kehidupannya bukan pada malaikat, tetapi tidak juga pada binatang. Hubungan
seks dibenarkannya, tetapi karena manusia adalah makhluk terhormat, yang terdiri
dari ruhani dan jasmani maka hubungan tersebut harus terjadi hubungan lahir dan
batin, dan karena itu ia harus dikukuhkan atas nama Tuhan, melalui perkawinan
yang sah menurut agama. Nabi Muhammad saw. bersabda: Kamu mengawini

23
mereka (istri-istrimu) berdasarkan amanat Allah dan berhak menggaulinya karena
kalimat (izin) Allah.

Manusia diakui sebagai makhluk yang amat mulia, dan jagat raya
ditundukkan Tuhan kepadanya. Ia diberi kelebihan atas banyak makhluk-
makhluk yang lain, tetapi sebagian kelebihan dan keistimewaannya
material dan material diperoleh melalui bantuan masyarakat.

Bahasa dan istiadat adalah produk masyarakatnya. Keuntungan


material, tidak dapat diraihnya tanpa partisipasi masyarakat dalam
membeli bagi pedagang, dan adanya irigasi walau sederhana bagi petani,
serta stabilitas keamanan bagi semua pihak, yang tidak diwujudkan oleh
seorang saja. Kalau demikian, wajar jika hak asasinya harus dikaitkan
dengan kepentingan masyarakatnya serta ketenangan orang banvak.
Pandangan Barat yang menyatakan: "Anda boleh melakukan apa saja
selama tidak melanggar hak orang lain", tidak sejalan dengan tuntutan
moral Al-Quran yang menyatakan: "Hendaklah anda mengorbankan
sebagian kepentingan Anda guna kepentingcan orang lain."

Mereka (kelompok Anshar) mengutamakan (orang-orang


Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka dalam kesusahan.
Siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka dalam kekikiran
dunianya, mereka itulah orang-orang beruntung (QS Al-Hasyr [59]: 9).

E. Manfaat Agama untuk Kelangsungan Hidup Manusia

Secara umum, manfaat agama bagi individu pada dasarnya telah


banyak dijelaskan oleh para ahli menggambarkan bahwa keberadaan
agama pada dasarnya akan memberikan manfaat dalam 4 hal yaitu dalam
kehidupan individu, dalam kehidupan masyarakat, dalam menghadapi
krisis modernisasi, serta dalam pembangunan.19

Manfaat agama bagi individu pada dasarnya terbagi atas 2 ranah


yaitu individu dan sosial. Dalam ranah individu keberadaan agama dapat
mempengaruhi keberadaan kesehatan mental pada seseorang dalam hal ini

19
Ramayulis: 2007

24
di antaranya dapat mereduksi stres. Dalam ranah sosial, , keberadaan
agama memiliki keterkaitan dengan mereduksi perilaku-perilaku yang erat
dengan kejahatan maupun perilaku yang berisiko serta menjaga kestabilan
dalam pernikahan. gambaran manfaat akan agama dalam dua hal yaitu
manfaat yang bersifat fisik dan psikologis. Manfaat secara fisik dapat
terlihat dari keberadaan praktik-praktik keagaman yang mengarahkan pada
hidup sehat maupun menghindari perilaku-perilaku yang dapat merusak
kesehatan tubuh. Manfaat secara psikologis dalam hal ini dapat
memberikan ketenangan dan kesejahteraan secara psikologis terkait
dengan ritual maupun perilaku-perilaku keagamaan yang dilakukan.
Manfaat agama bagi kehidupan manusia pada dasarnya mengarahkan pada
dua kondisi umum yaitu kehidupan manusia sebagai orang perorang dan
hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat.

1. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup

Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang


mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang
didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk
suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri
dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi
dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan
mampu menghadapi dengan tenangmemberikan pemahaman bagi individu
bahwa Tuhan memiliki kekuatan di luar batas nalar manusia yang sifatnya
mengatur segala hal yang terjadi pada kehidupan manusia.

2. Penolong Dalam Kesukaran

Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan


menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan
cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua
orang. Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya,
orang yang seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada.
Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan
ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena

25
Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan
kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi ujian
dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.

3. Penentram Batin

Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran Tuhan tak peduli
orangitu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang
kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri
oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan
cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang yang
beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan
harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan
titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak
yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang maha
berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang yang
miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang
terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan
derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan
ketakwaannya. Firman Allah dalam ( QS. Ar- Ra'du[13]: 28) :

ُ‫وا َو َت ْط َمِئنُّ قُلُو ُب ُهم ِب ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ ۗ َأاَل ِبذ ِْك ِر ٱهَّلل ِ َت ْط َمِئنُّ ٱ ْلقُلُوب‬
۟ ‫ٱلَّذِينَ َءا َم ُن‬

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram

4. Pengendali Moral

Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankansetiap ajaran


agamanya. Terlebih dalam ajaran islam, akhlak amat sangatdiperhatikan dan di
junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam islam sangatlah tinggi, dalam
Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak
diperintah untuk meminta dihormati. Islam mengatur hubungan orang tua dan
anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an dan jangan kau ucapkan kepada
kedua (orang tuamu) uf!!

26
Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta
dihormati kepada anak. Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan
dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan
manusia dengan manusia lain (hablum minannas atau hubungan sosial). Termasuk
di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh
api neraka. Ini hanya contoh kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral.
Masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan tatanan perilaku moral
yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan disini.

Kondisi tersebut memberikan pemahaman bahwa konsep Islam


terkait dengan berperilaku baik menekankan pada konteks vertical,
horizontal maupun internal. Manusia harus menjaga perilakunya baik
dengan sang Pencipta, sesama manusia maupun makhluk hidup yang lain
serta ke dalam dirinya sendiri. Keberadaan akhlak yang mengarahkan pada
perilaku yang baik ini harus didasarkan pada Al-Rasulullah Muhammad
Saw.20

Beberapa fungsi spiritual dari agama yang disebutkan dalam berbagai definisi
tentang agama adala 2 yaitu:

a. Memberikan makna tertinggi (the provision of ultimate meaning);

b. Usaha untuk menafsirkan hal yang tak diketahui dan mengontrol hal yang tak
terkontrol (the attempt to interpret the unknown and to control the
uncontrollable);

c. Personifikasi dari pemikiran-pemikiran manusia (personification of human


ideals);

d. Integrasi dari kultur dan legitimasi dari sistem sosial (integration of the culture
and legitimation of the social system);

e. Projeksi dari makna-makna kemanusiaan dan pola sosial kepada suatu entitas
yang maha kuat-maha tinggi (projection of human meanings and social patterns
onto a superior entity)

20
Hashi : 2011, 130

27
f. Usaha untuk menangani masalahmasalah utama dalam kehidupan manusia di
muka bumi (the effort to deal with ultimate problems of human existence).

BAB 3
PENUTUP

1. Kesimpulan

Tuhan menurunkan agama untuk kepentingan manusia. Agama


mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia.
Ikatan ini mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Ikatan
itu berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, sebagai fitrah
yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya.

Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam


kehidupan manusia, yaitu agama merupakan unsur mutlak dalam
pembinaan karakter pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun
dan damai, mendidik agar memiliki jiwa yang tenang, membebaskan dari
belenggu perbudakan, berani menegakkan kebenaran, memiliki moral
yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat manusia lebih tinggi
dari makhluk Tuhan yang lain.

Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa faktor


dominan, yaitu faktor fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia dan
faktor tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu agama adalah paket
yang sangat dan amat dibutuhkan oleh manusia.

28
DAFTAR PUSTAKA

Esack, Farid, (2000), Membebaskan yang Tertindas: Al-Quran, Liberalisme,


Pluralisme, Mizan.
Harun Nasution, (1974), Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-
Press.
Harun Yahya, (2001), Mengenal Allah Lewat Akal, Jakarta: Robbani Press.
Departemen Agama RI, (2003), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Jamunu.
Bin Salman, Abdul Matin. Agama dan Manusia, Al- Jurnal Pemikiran
Islam dan Filsafat Diterbitkan oleh Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah
Filsafat IAIN Surakarta. Vol. XI, No. 1, Januari Juni 2014 ISSN:
1693-9867. 2014.
Sunardin, Manusia Membutuhkan Agama di Masyarakat, Misykat Al- Anwar
Jurnal Kajian Islam dan Masyarakat, Vol 4 No. 1 tahun 2021, DOI :
10.24853/ma.4.1.1-28

29

Anda mungkin juga menyukai