Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga
kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan materi
penegertian agama dan agama islam, kejadian manusia menurut agama islam, pengertian haid, nifas,
wiladah serta perawatan jenasah secara singkat.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Drs. Isa Ashari, M.Ag dan teman teman semua yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainnya.

Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Semarang, 16 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
C. Tujuan……......................................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN
A. PengertianAgama Dan Agama Islam................................................................. 5
B. Tahap Terjadinya Manusia.................................................................................. 5
C. Sudut Pandang Islam Mengenai Etika Keperawatan ......................................... 7
D. Pengertian Haid, Nifas, Wiladah........................................................................ 9
E. Perawatan Jenazah............................................................................................... 12

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................ 24
B. Saran….............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 25

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemajuan tekhnologi saat ini membuat generasi yang hidup di zaman yang serba
moderen ini tidak lepas dari benda-benda elektronik misalnya: smartphone, tablet, laptop
dll. Hal ini akan berdampak buruk apabila tidak di dasari oleh iman yang kuat dan benteng
diri.
Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu dan
menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. agama akan memelihara manusia dari segala
bentuk perilaku menyimpang, dan menjauhkanya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan
agama akan membuat hati manusia menjadi jernih, halus, dan suci. Di samping itu, agama
merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda dalam menghadapi berbagai macam
perilaku yang tidak sesuai dengan norma- norma yang berlaku di masyarakat.

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw, diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat
berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan
kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu agama dan agama islam?
b. Bagaimana urutan terjadinya/terciptanya manusia?
c. Bagaimana sudut pandang etika keeperawatan menurut islam?
d. Apa itu haid, nifas, wiladah?
e. Sebutkan tata cara perawatan jenazah secara singkat !

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui asal usul dan arti dari agama dan agama islam.
b. Untuk mengingatkan kita bahwa semua yang kita miliki adalah ciptaan Allah SWT dan
meyakini adanya Allah SWT.
c. Agar kita dalam bekerja tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan kita sendiri dan
orang lain, dan menjadikan agama sebagai pedoman dalam menjalankan tugas kita
sebagai seorang perawat.
d. Agar mengetahui bahwa wanita mempunyai jenis darah.
e. Mengingatkan kita bahwa hidup itu sementara dan dapat membantu orang yang
membutukan ketika tidak ada orang yang mahir dalam perawatan jenazah.

BAB II
PEMBAHASAN

3
A. Pegertian Agama Dan Agama Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa
Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Sedangkan pengertian agama islam adalah sebuah agama yang diturunkan Alloh kepada
Nabi Muhammad Salallohu Alaihi Wa Sallam sebagai nabi dan rosul paling akhir untuk
menjadi petunjuk atau pedoman hidup bagi seluruh manusia sampai akhir zaman.
Secara harfiah, Islam memiliki arti damai, tunduk, selamat dan bersih. Kata islam sendiri
terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam) dan M (mim) yang mempunyai makna dasar
“Selamat” (Salama).

Islam dari kata Asalama yang berarti menyerah. Dalam hal ini menandakan bahwa
umat Islam termasuk seseorang yang ikhlas menyerahkan dan menggantungkan jiwa serta
raganya hanya kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. maksud dari penyerahan jiwa dan raga ini
berarti melaksanakan terhadap apa yang diperintahkan Alloh dan menjauhi segala larangan-
Nya.

Article I. Tahap-Tahap Terciptanya Manusia

Di dalam Al Quran proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan yang berbeda.
Tahapan pertama adalah tahapan primordial dan tahapan kedua adalah tahapan biologi.

1. Tahapan Primordial

Tahapan Pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama kali dari saripati
tanah dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya. Hal ini dijelaskan dalam
beberapa ayat berikut :

QS Al An’am (6) : 2

Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya


ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia
sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang
berbangkit itu).

2. Tahapan Biologi

Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses biologis
yang terdapat dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses
biologi ini membedakan hakikat manusia menurut islam dengan makhluk lainnya
yang tidak memiliki ruh dan akal untuk mengambil keputusan saat dewasanya. Proses
tersebut adalah sebagai berikut :

 Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air mani)

4
 Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)
 Alaqah (darah yang beku menggantung di rahim)
 Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang belulang)
 Ditiupkan ruh

Proses Setetes Mani dipancarkan

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia


hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37)

Di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa proses penciptaan manusia


berawal dari air mani atau sperma yang terpancar. Namun hanya setitik yang
menjadi manusia. Sehingga Allah memberikan nikmat hidup melalui proses
tersebut.

Sebelum adanya proses pembuahan dalam rahim wanita, ada kurang


lebih 250 juta sperma terpancar dari laki-laki pada satu waktu. Dari 250 juta
sperma yang terpancar hanya ada satu yang bisa bertemu dengan sel telur
wanita atau ibu melalui saluran reproduksi wanita .

“Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia


mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan
keturunannya dari sari air yang hina.” (QS 32:7-8).

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah” (QS Al


Alaq : 2)

Setelah melalui proses selama 40 hari, maka terjadilah gumpalan darah


yang ada di dalam rahim ibu. Proses ini berawal dari sperma yang bertemu
dengan sel telur, menjadi sel tunggal yang dikenal sebagai zigot. Setelah
munculnya zigot, ia akan berkembang biak dengan membelah diri menjadi
gumpalan daging.

Zigot melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap
di tanah. Zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu
sebagai proses pertumbuhannya. Saat zigot yang tumbuh ini ada dalam tubuh
ibu maka Allah SWT menggunakan istilah alaqah yang artinya sesuatu yang
menempel pada suatu tempat. Secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

B. SUDUT PANDANG ISLAM MENGENAI ETIKA


KEPERAWATAN
Suatu ungkapan tentang bagaimana perawat wajib bertingkah laku. Etika
keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dalam
praktek sehari-hari (Fry, 1994);
 Jujur terhadap pasien
 Menghargai pasien

5
 Beradvokasi atas nama pasien
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan etika keperawatan
dan menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara sukarela diemban oleh perawat
dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat.
Dengan demikian mengobati serta merawat orang sakit adalah termasuk tugas mulia
dari sekian banyak tugas-tugas atau pekerjaan mulia lainnya. Bahkan jika menurut QS Al-
Maidah di atas maka mengobati dan merawat termasuk perbuatan ibadah berupa tolong
menolong terhadap sesama.
Sebagai perbuatan ibadah maka tugas mulia ini sedemikian rupa harus memenuhi syarat-
syarat terkabulnya ibadah yaitu IKHLAS dan SESUAI dengan TUNTUNAN RASULULLAH SAW.
Kalau tidak maka sia-sialah pekerjaan tersebut, kelak di akhirat tidak akan mendapat
buahnya.

Kode etik keperawatan dalam islam berasal dari ayat suci Al-Qur’an di mana Allah
berfirman :

Artinya :
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa
membunuh seseorng, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena
beerbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
Barang siapa memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada
mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak
diantara mereka setelah itu melampui batas di bumi.” (Q.S. al-maidah :32).

Kedua ayat menetapkan model bagi perawat Muslim dan mengharuskan mereka
untuk berbelas kasih dan belas kasihan dengan pasien, dengan mengikuti jejak Allah dan
Nabi mereka dan mereka senantiasa harus tegas membangun etika mereka pada hukum-
hukum islam.
Perawat harus sangat bermurah hati dan penuh kasih dengan pasien, puas dengan
profesi mereka dan bangga dengan pelayanan mulia mereka yang mereka tawarkan.
Perawat harus mempunyai martabat, harga diri, dan rasa hormat terhadap diri mereka
sendiri dan terhadap profesi mereka. Perilaku mereka harus menjadi contoh yang baik untuk
seluruh masyarakat. Ini tentu etika penting dari perawat Muslim.
Perawat muslim harus memahami bagian penting dari profesi mereka dan berpikir
tentang kesucian jiwa pasien dan tubuh mereka. Hal ini adalah perawatan yang paling
penting dalam kode etik islam.

6
D. HAID, NIFAS, WILADAH

Pembahasan soal darah pada wanita yaitu haid, nifas, dan istihadhah adalah
pembahasan yang paling sering dipertanyakan oleh kaum wanita. Dan pembahasan ini juga
merupakan salah satu bahasan yang tersulit dalam masalah fiqih, sehingga banyak yang
keliru dalam memahaminya. Bahkan meski pembahasannya telah berulang-ulang kali
disampaikan, masih banyak wanita Muslimah yang belum memahami kaidah dan perbedaan
dari ketiga darah ini.

1. HAID
Haidh atau haid (dalam ejaan bahasa Indonesia) adalah darah yang keluar
dari rahim seorang wanita pada waktu-waktu tertentu yang bukan karena
disebabkan oleh suatu penyakit atau karena adanya proses persalinan, dimana
keluarnya darah itu merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan oleh Allah
kepada seorang wanita. Sifat darah ini berwarna merah kehitaman yang kental,
keluar dalam jangka waktu tertentu, bersifat panas, dan memiliki bau yang khas
atau tidak sedap.
Haid adalah sesuatu yang normal terjadi pada seorang wanita, dan pada
setiap wanita kebiasaannya pun berbeda-beda. Ada yang ketika keluar haid ini
disertai dengan rasa sakit pada bagian pinggul, namun ada yang tidak merasakan
sakit. Ada yang lama haidnya 3 hari, ada pula yang lebih dari 10 hari. Ada yang
ketika keluar didahului dengan lendir kuning kecoklatan, ada pula yang langsung
berupa darah merah yang kental. Dan pada setiap kondisi inilah yang harus
dikenali oleh setiap wanita, karena dengan mengenali masa dan karakteristik
darah haid inilah akar dimana seorang wanita dapat membedakannya dengan
darah-darah lain yang keluar kemudian.
Wanita yang haid tidak dibolehkan untuk shalat, puasa, thawaf, menyentuh
mushaf, dan berhubungan intim dengan suami pada kemaluannya. Namun ia
diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan tanpa menyentuh mushaf langsung
(boleh dengan pembatas atau dengan menggunakan media elektronik seperti
komputer, ponsel, ipad, dll), berdzikir, dan boleh melayani atau bermesraan
dengan suaminya kecuali pada kemaluannya.

Batasan haid :
Menurut Ulama Syafi’iyyah batas minimal masa haid adalah sehari semalam,
dan batas maksimalnya adalah 15 hari. Jika lebih dari 15 hari maka darah itu
darah Istihadhah dan wajib bagi wanita tersebut untuk mandi dan shalat.

Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa mengatakan bahwa


tidak ada batasan yang pasti mengenai minimal dan maksimal masa haid itu. Dan
pendapat inilah yang paling kuat dan paling masuk akal, dan disepakati oleh sebagian
besar ulama, termasuk juga Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah juga mengambil
pendapat ini. Dalil tidak adanya batasan minimal dan maksimal masa haid.

Berhentinya haid :
Indikator selesainya masa haid adalah dengan adanya gumpalan atau lendir
putih (seperti keputihan) yang keluar dari jalan rahim. Namun, bila tidak

7
menjumpai adanya lendir putih ini, maka bisa dengan mengeceknya menggunakan
kapas putih yang dimasukkan ke dalam vagina. Jika kapas itu tidak terdapat
bercak sedikit pun, dan benar-benar bersih, maka wajib mandi dan shalat.
Sebagaimana disebutkan bahwa dahulu para wanita mendatangi
Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan menunjukkan kapas yang terdapat cairan kuning,
dan kemudian Aisyah mengatakan :
َ‫لء تءيعءجيلءن ءحصَتىَّ تءءرييءن القء ص‬
‫صةء البءيي ء‬
‫ضاَءء‬
“Janganlah kalian terburu-buru sampai kalian melihat gumpalan
putih.” (Atsar ini terdapat dalam Shahih Bukhari).
2. NIFAS

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita
melahirkan. Darah ini tentu saja paling mudah untuk dikenali, karena penyebabnya
sudah pasti, yaitu karena adanya proses persalinan. Syaikh Ibnu
Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa darah nifas itu adalah darah yang keluar
karena persalinan, baik itu bersamaan dengan proses persalinan ataupun sebelum dan
sesudah persalinan tersebut yang umumnya disertai rasa sakit. Pendapat ini senada
dengan pendapat Imam Ibnu Taimiyah yang mengemukakan bahwa darah yang keluar
dengan rasa sakit dan disertai oleh proses persalinan adalah darah nifas, sedangkan bila
tidak ada proses persalinan, maka itu bukan nifas.

Batasan nifas :

Tidak ada batas minimal masa nifas, jika kurang dari 40 hari darah tersebut
berhenti maka seorang wanita wajib mandi dan bersuci, kemudian shalat dan dihalalkan
atasnya apa-apa yang dihalalkan bagi wanita yang suci. Adapun batasan maksimalnya,
para ulama berbeda pendapat tentangnya.

1. Ulama Syafi’iyyah mayoritas berpendapat bahwa umumnya masa nifas


adalah 40 hari sesuai dengan kebiasaan wanita pada umumnya, namun
batas maksimalnya adalah 60 hari.
2. Mayoritas Sahabat seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas,
Aisyah, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhum dan para Ulama seperti Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, At-Tirmizi, Ibnu
Taimiyah rahimahumullah bersepakat bahwa batas maksimal keluarnya
darah nifas adalah 40 hari, berdasarkan hadits Ummu Salamah dia
berkata, “Para wanita yang nifas di zaman Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam-, mereka duduk (tidak shalat) setelah nifas mereka selama 40 hari
atau 40 malam.” (HR. Abu Daud no. 307, At-Tirmizi no. 139 dan Ibnu Majah
no. 648). Hadits ini diperselisihkan derajat kehasanannya. Namun, Syaikh
Albani rahimahullah menilai hadits ini Hasan Shahih. Wallahu a’lam.
3. Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa tidak ada batasan maksimal
masa nifas, bahkan jika lebih dari 50 atau 60 hari pun masih dihukumi nifas.
Namun, pendapat ini tidak masyhur dan tidak didasari oleh dalil yang shahih
dan jelas.

Wanita yang nifas juga tidak boleh melakukan hal-hal yang dilakukan oleh wanita
haid, yaitu tidak boleh shalat, puasa, thawaf, menyentuh mushaf, dan berhubungan intim
dengan suaminya pada kemaluannya. Namun ia juga diperbolehkan membaca Al-Qur’an

8
dengan tanpa menyentuh mushaf langsung (boleh dengan pembatas atau dengan
menggunakan media elektronik seperti komputer, ponsel, ipad, dll), berdzikir, dan boleh
melayani atau bermesraan dengan suaminya kecuali pada kemaluannya.

Tidak banyak catatan yang membahas perbedaan sifat darah nifas dengan darah
haid. Namun, berdasarkan pengalaman dan pengakuan beberapa responden, umumnya
darah nifas ini lebih banyak dan lebih deras keluarnya daripada darah haid, warnanya tidak
terlalu hitam, kekentalan hampir sama dengan darah haid, namun baunya lebih kuat
daripada darah haid.

3. WILADAH

Wiladah ialah darah yang keluar dari rahim perempuan sebelum melahirkan
anak, manakala darah nifas ialah darah yang keluar dari rahim perempuan selepas
melahirkan anak, wiladah ialah darah yang keluar mengiringi bayi dari kandungan
ibunya.Mandi wiladah ialah mandi kerana bersalin dan ia wajib kepada setiap wanita
yang bersalin. Dan diwajibkan juga mandi hadas sekali lagi setelah kering darah nifas.

C. PERAWATAN JENAZAH
2.1. Pengertian Jenazah

Jenazah (Mayat atau Jasad) adalah orang yang telah meninggal dunia. Setelah proses pengurusan
jenazah, termasuk di dalamnya memandikan, mengkafani, dan menyolatkannya, atau proses lainnya
berdasar ajaran agama masing-masing, biasanya mayat dikuburkan atau dikremasi (dibakar). Proses
pengurusan jenazah ini biasanya dilakukan oleh keluarga jenazah dengan dukungan pemuka agama.

2.2. Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih
dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan
jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini
dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang
maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan
jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

1208 ‫سد درر)رواه البخار‬ ‫سل هوده ه ب س و‬


‫مارء وو س‬ ‫ ا سغ د س‬:‫ه‬ ‫حرسم س ال ل س‬
‫ذى ووقو و‬
‫صت د ه‬ ‫ل سفى ال د ه‬
‫م د‬ ‫م قا و و‬
‫سل ل و‬
‫ه ع ول وي دهس وو و‬
‫صولى الل ه‬ ‫سو د ه‬
‫ل اللهس و‬ ‫او ل‬
‫ن ور ه‬
1206 ‫ومسلم‬

Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda mengenai orang yang melakukan ihram, yang dicampakkan
oleh untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan bidara.” (H.R. al-Bukhari: 1208, dan Muslim: 1206)
Waqashathu: unta itu mencampakkannya lalu menginjak lehernya.

Hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma:

:‫ فقال النبي صلى الله عليه وسلم‬،‫ فأقعصته‬:‫ أو قال‬،‫ إذ وقع عن راحلته فوقصته‬،‫بينما رجل واقف بعرفة‬
‫اغسلوه بماء وسدر…الحديث‬

9
“Ketika seseorang tengah melakukan wukuf di Arofah, tiba-tiba dia terjatuh dari hewan
tunggangannya dan patah lehernya sehingga meninggal. Maka Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Mandikanlah ia dengan air campur sidr (bidara)…” (HR Bukhori)

Hadits Ummu ‘Athiyah rodhiyallohu ‘anha:

‫ أو خمسا أو أكثر‬،‫ اغسلنها ثلثا‬:‫ فقال‬،(‫ ونحن نغسل ابنته )زينب‬،‫دخل علينا النبي صلى الله عليه وسلم‬
‫ إن رأيتن ذلك…الحديث‬،‫من ذلك‬

“Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memasuki tempat kami, sedangkan kami tengah memandikan
jenazah anak beliau (yaitu Zainab). Maka beliau bersabda: “Mandikanlah dia dengan tiga atau lima
atau lebih jika hal itu diperlukan…” (HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan
yaitu:

1. Orang yang utama memandikan jenazah


2. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya,
kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.

1. Untuk mayat perempuan


Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,keluarga terdekat dari
pihak wanita serta suaminya.

1. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan


Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak
perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

1. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan
dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih
hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak
dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis
tangan.[3] Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:
‫اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر جل غيره فأ‬
(‫نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء )رواه ه بو داود و ا لبيحقى‬

Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau
laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka
kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat
air.” (H.R Abu Daud dan Baihaqi)

2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah

10
a.Muslim, berakal, dan baligh

b.Berniat memandikan jenazah

c.Jujur dan sholeh

d.Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana


yang diaajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.

3. Mayat yang wajib untuk dimandikan


4. Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b.Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan

c.Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

d.Bukan mayat yang mati syahid

4. Tatacara memandikan jenazah


hal-hal yang perlu dipersiapkan
1.Sediakan tempat mandi.
2.Air bersih.
3.Sabun mandi.
4.Sarung tangan
5.Sedikit kapas.
6.Air kapur barus.
Cara memandikan
1.Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2.Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3.Air bersih
4.Sediakan air sabun.
5.Sediakan air kapur barus.
6.Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
7.Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan
kaki dan rambutnya.
8.Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan.
9.Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
10.Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
‫ت للهس ت ووعاولى‬‫مي ي س‬ ‫ذاال د و‬
‫ل ل سهو و‬‫س و‬‫ت ال دغه د‬
‫ن وووي د ه‬
Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :
‫مي يت وةس للهس ت ووعاولى‬
‫ل ل سهوذ سهس ال د و‬
‫س و‬‫ت ال دغه د‬
‫ن وووي د ه‬
11.Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
12.Siram sebelah kanan 3 kali.

11
13.Siram sebelah kiri 3 kali.
14.Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.
15.Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
16’Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
17.Setelah itu siram dengan air kapur barus.
18.Setelah itu jenazahnya diwudukkan .

Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :


‫عاللى‬
‫ه تل ل‬
‫ت لل ه‬‫مي ي ه‬ ‫ذاال ل ل‬‫ه ل‬‫وءل ل ه ل‬ ‫ض ل‬‫و ض‬‫ت ال ل ض‬‫وي ل ض‬‫نل ل‬
“aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t”
‫عاللى‬
‫ه تل ل‬
‫ة لل ه‬ ‫ه ال ل ل‬
‫مي يت ل ه‬ ‫ذ ه‬‫ه ه‬‫وء ل ل ه ل‬‫ض ل‬‫و ض‬‫ت ال ل ض‬‫وي ل ض‬‫نل ل‬
“aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari
muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah
lelaki hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah dimandikan
oleh perempuan.
Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada
seluruh badan mayat.

2.3. Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati
syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut:

‫ها جر نا سع ر سو ل ا لله صلى ا لله عليه و سلم كلتمس و جه ا لله فو قع ا جرنا على الله فمنا من ما ت‬
‫ ا ذا غطينا بها ر أ‬,‫لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد ما لكفنه ا ل بر د ة‬
‫ و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج ر أ سه فأ مر نا ا لنبي صلى ا لله عليه و سلم ا ن نغطي ر‬,‫سه خر جت ر جل ه‬
(‫أ سه و ا ن نجعل على ر جليه من ا ل ذ خر )رواه ا لبخا ر ى‬

Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka
tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum
memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh
diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya
ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi
SAW menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua
kakinya.” (H.R Bukhari)

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi
seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.

12
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mayat laki-laki


2. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas
serta setiap lapisan diberi kapur barus.
3. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
4. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
5. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri.
Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
6. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.
7. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian
kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput
atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka
tutuplah dengan apa saja yang ada.
8. Untuk mayat perempuan

2.4. Menshalatkan Jenazah

Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:

(‫صلو ا على مو تا كم )رواه ابن ما جه‬

Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:

1. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.
2. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
3. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
4. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
5. Keluarga terdekat.
6. Kaum muslimim seluruhnya.
Rukun shalat jenazah ialah:

1. Berniat menshalatkan jenazah.


2. Takbir empat kali.
3. Berdiri bagi yang kuasa.
Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut:

1. Niat

13
“Ushalli
‘alaa
haadzal
mayyiti
arba’a
takbiirotin fardlal kifaayatin makmuuman lillaahi ta’aalaa”

Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo tidak ada niat dianggap tidak sah, termasuk niat melakukan
Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan shalat tertentu saat
ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan
kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5).
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya.” (HR.
Muttafaq Alaihi)

Berdiri Bagi Yang Mampu


Shalat jenazah dilakukan dengan cara berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan tidak ada
uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah
dianggap tidak sah.
3. Takbir 4 kali
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir
4 kali. (HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355).
4. Setelah Takbir Pertama

2.membaca alfatihah

3.Setelah Takbir Kedua


Bersholawat kepada Nabi
SAW

4.Setelah Takbir
Keempat
Berdoa untuk
Mayit
sabda Rasulullah
SAW : Bila kalian

14
menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya. (HR.
Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :

“Allahummaghfir
lahu warhamhu,
wa’aafihi wa’fu
‘anhu, wa akrim
nuzulahu, wa

wassi’madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi, wanaqqohi minal khotoya


kamaayunaqqottsaubu abyadhu minadanasi, waabdilhu daaron khoiron in daarihi, waahlankhoiron
min ahlihi, wazaujan khoiron minzaujihi, waqihi fitnatal qobri wa’adaabinnar”.
5. Doa Setelah Takbir Keempat

“Allahumma Laa
Tahrimna Ajrahu
wa laa taftinnaa
ba’dahu
waghfirlana
walahu,
walilladiinasabaquuna biliimaani walaataj’al fii quluubinaa gillan lilladiina amanuu robbanaa
innakarouufurrohiim”.
8. Salam
“Assalamu’aliakum warahmatullohi wabarokaatuhu”. “kekanan dan kekiri”

Catatan:
· Doa yang saya berikan di atas adalah untuk mayit lelaki satu orang.
· Kalau dua orang laki-laki atau perempuan, diganti dengan: HUMA.
· Kalau perempuan satu orang, diganti dengan: HA.
· Kalau banyak mayit lelaki: HUM.
· Kalau banyak mayit wanita: HUNNA.
· Kalau gabung banyak mayat lelaki dan wanita, bisa pakai: HUM.
Contoh : Allahummaghfir lahum warhamhum, wa’aafihi wa’fu ‘anhum

2.5. Menguburkan Jenazah


Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari
keempat sudut usungan.

15
Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi para
pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua
cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non muslim).”
(HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian
arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk huruf U
memanjang).

– Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

– Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

– Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah
kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh
menurunkannya dari arah kiblat.

– Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan: “BISMILLAHI WA


‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi
miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.

– Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak ada dalil
shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal
dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.

– Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki dilepas,
maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari atasnya
(agak samping).

– Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang
masuk sekaligus untuk menguatkannya.

– Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang kubur
setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

16
– Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

– Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air, berdasarkan
tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat
mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian
kepalanya agar mudah dikenali.

– Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu nisan. Dan
diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)

– Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab pertanyaan
dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia
ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu
berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara
berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa
mereka.

Wallahu a’lam bish-shawab.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu

17
hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di
tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:

1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:

1. Memperoleh pahala yang besar.


2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang
manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT
dan RasulNya

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas mulai dari pengertian agama hingga perawatan jenazah dapat
di simpulkan bahwa setiap tindakan atau kejadian yang terjadi di dalam kehidupan sehari-
hari tersebut terdapat aturan dan hukum yang berlaku. Kita sebagai muslim harus
memperhatikan setiap tindakan yang kita lakukan, apakah itu mengandung dosa ataupun
tidak. Dan jika kita di butuhkan oleh orang lain dan mampu, kita harus membantunya.
Contoh perawatan jenazah membantu orang yang sakit. Mengingatkan hal-hal sekecil
apapun seperti 3 darah wanita di atas.

B. SARAN
Karena masih banyak yang belum mengetahui tentang materi yang kita bahas di atas,
seharusnya yang sudah berwawasan luas mengarahkan di jalan yang lebih baik. Saya sebagai
orang awam yang belum memahami tentang hukum-hukum di atas memerlukan bimbingan
yang lebih.
Jika sebagai orang tua, mendaftarkan anak ke sekolah yang berbasis keagamaan akan jauh
lebih baik, karena anak akan di bekali ilmu agama yang lebih di bandingkan anak yang
bersekolah di sekolah biasa.

DAFTAR PUSTAKA

19
https://rumaysho.com/4905-ringkasan-pengurusan-jenazah.html

http://sharingkali.com/wp-content/uploads/2017/08/contoh-makalah-bahasa-Indonesia.pdf

http://www.tandapagar.com/pengertian-agama-islam/

https://dalamislam.com/info-islami/proses-penciptaan-manusia

https://rumaysho.com/4905-ringkasan-pengurusan-jenazah.html

20

Anda mungkin juga menyukai