Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR AGAMA ISLAM


‘‘Manusia dan Agama‘‘

DOSEN PEMBIMBING
Asrul Faruq, S.Pd.I, M.Pd.I

KELOMPOK II
Aisyah Nurul Jannah 8210101
Alfia Maryani 8210102
Dian Indrawati 8210104
Lara Silvani 8210109
Meuthia Almaas Banafsaj 8210111
Najma Hairo 8210114
Nurbaya Sasmita Putri 8210115

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PEMALANG
JAWA TENGAH
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah, dan segala puji hanyalah milik-Nya. Serta sholawat
dan salam senantiasa terlimpahkan kepada nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang dimuliakan dengan
karunia syafaat yang diistimewakan dengan keabadian syariatnya sampai hari kiamat.

Demikian pula semoga tercurahkan kepada sahabat - sahabat beliau yang mulia dan
pengikutnya yang terpilih, sholawat yang terus menerus seiring silih bergantinya malam dan
siang.

Alhamdullillah, berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul


“Manusia dan Agama”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Agama Islam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
“sempurna”, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat kami
harapkan, agar kedepannya kami bisa menyusun makalah dengan lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai
penulis.

Pemalang, 13 Februari 2023

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Keberagaman Merupakan Kubutuhan Fitri....................................................7
B. Sebab-Sebab Manusia Perlu Memeluk Agama................................................5
C. Agama Yang Sesuai Dengan Fitrah Kemanusiaan..........................................6
D. Islam Sebagai Agama Yang Lurus....................................................................8
E. Islam Sebagai Rahmatan lil’Alamin................................................................11

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Manusiahakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada diri manusia
terdapat perpaduan antarasifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.
Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu
danmenumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Betapa besarnya pengaruh agama dalam
kehidupan Manusia, baik bagi diri sendiri maupun dalam lingkungan keluarga, ataupun di
kalangan masyarakat umum. Karena itu dapat pula dikatakan bahwa agama itu mempunyai
fungsi yang amat penting dalam kehidupan manusia, tanpa agama manusia tidak mungkin
merasakan kebahagian dan ketenangan hidup. Tanpa agama, mustahil dapat dibina suasana
aman dan tentram.
Manusia, agama, dan Islam mempunyai peranan yang penting dalam membentuk
generasi yang akan datang, yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
menjalankan kehidupannya sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah keberagaman merupakan kubutuhan fitri?
2. Mengapa manusia perlu memeluk agama?
3. Bagaimana agama yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan?
4. Apa agama yang lurus, sesuai dengan fitrah kemanusiaan?

C. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Agama Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penulisdan pembaca tentang manusia dalam pandangan Islam dan untuk membuat kita lebih
memahami Agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhoi Allah Subahanahu wa
Ta’ala.

3
Bab II
Pembahasan

A. Keberagaman Merupakan kebutuhan Fitri


Secara bahasa, fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika seorang manusia
diciptakan oleh Allah (lihat Lisaanul Arab 5/56, Al Qamus Al Muhith 1/881). Dan
ketahuilah, yang dimaksud dengan agama yang fitrah ialah Islam. Setiap manusia lahir
dalam keadaan berislam, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫ َفَأَبَو اُه ُيَهِّو َداِنِه َأْو ُيَنِّص َر اِنِه‬، ‫ُك ُّل َم ْو ُلوٍد ُيوَلُد َع َلى اْلِفْطَر ِة‬
“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang
menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)
Allah Ta’ala berfirman:
‫َأِقْم َو ْج َهَك ِللِّديِن َحِنيًفا ِفْطَر َت ِهَّللا اَّلِتي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَها اَل َتْبِد يَل ِلَخ ْلِق ِهَّللا َذ ِلَك الِّديُن اْلَقِّيُم َو َلِكَّن َأْكَثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(QS. Ar Ruum: 30)
Seoang ulama pakar tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat ini: “Maksudnya
adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang disyariatkan Allah
kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang merupakan pedoman
hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan puncak kesempurnaan.
Dengan itu berarti engkau masih berada pada fitrahmu yang salimah (lurus dan benar).
Sebagaimana ketika Allah ciptakan para makhluk dalam keadaan itu. Yaitu Allah
menciptakan para makhluk dalam keaadan mengenal-Nya, mentauhidkan-Nya dan
mengakui tidak ada yang berhak disembah selain Allah” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/313)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin (seorang ulama era kontemporer yang
ahli dalam sains fiqh) berkata: “Islam adalah agama yang fitrah yang pasti akan diterima
oleh semua orang yang memiliki fitrah yang salimah”. Artinya orang yang memiliki jiwa
yang bersih sebagaimana ketika ia diciptakan pasti akan menerima ajaran-ajaran Islam
dengan lapang dada.
Setelah kita paham bahwa sesungguhnya agama yang sesuai dengan fitrah manusia itu
adalah agama Islam dan manusia sesungguhnya terlahir dalam keadaan Islam yang murni,
maka kini kita perlu ketahui apa itu Islam.
Merupakan sebuah ketetapan Allah bahwa terdapat banyak kepercayaan atau
agama-agama. Namun agama yang diterima di sisi Allah hanya satu, yaitu Islam. Hal ini
merupakan pokok prinsip yang harus diyakini oleh setiap muslim.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya agama (yang diterima) di
sisi Allah hanyalah Islam.” (Q.S. Ali Imran : 19).
Oleh sebab itu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, untuk
melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, menyebarkan Islam kepada kaum musyrikin
dan menghapuskan syiar-syiar kekafiran. Maka, adanya agama lain bukan berarti Allah
ridha kepada hal tersebut. Namun ini adalah ujian yang Allah turunkan untuk menguji
para hamba-Nya.Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jikalau Allah menghendaki,

4
niscaya kalian akan dijadikan satu umat, namun Allah hendak menguji kalian terhadap
apa yang telah Dia karuniakan. Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya
kepada Allah kalian kembali lalu diberitahukan hal yang dahulu kalian perselisihkan.”
(Q.S. Al-Maidah : 48).
Agama Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Kedalian
bagi siapa saja, yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya dan memberikan hak sesuai
dengan haknya. Begitu juga dengan toleransi dalam beragama. Agama Islam melarang
keras berbuat zalim dengan agama selain Islam dengan merampas hak-hak mereka. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫اَل َيْنَهاُك ُم ُهَّللا َع ِن اَّلِذ يَن َلْم ُيَقاِتُلوُك ْم ِفي الِّديِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجوُك م ِّم ن ِدَياِرُك ْم َأن َتَبُّر وُهْم َو ُتْقِس ُطوا ِإَلْيِهْم ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب اْلُم ْقِسِط يَن‬

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahah: 8)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan, “Allah tidak
melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan ,
berbuat adil kepada orang-orang musyrik, baik dari keluarga kalian dan orang lain.
Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir
kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka
karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan
dan tidak ada kerusakan.”

B. Sebab-Sebab Manusia Perlu Memeluk Agama


Pada dasarnya, manusia memang mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam banyak
hal. Manusia terbatas dalam mengetahui baik sesuatu yang tampak maupun yang tak tampak atau
gaib. Manusia juga terbatas dalam meprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya dan orang lain
dan lain sebagainya. Karena keterbatasan itulah, maka manusia membutuhkan agama untuk
membantu dan memberikan pencerahan spiritual untuk dirinya sendiri.manusia membutuhkan
agama bukan sekedar untuk kabikan dirinya di hadapan tuhan semata,tapi juga agar bisa
membantu dirinya dalam menghadapi bermacam-macam masalah dalam hidup yang kadang-
kadang tidak bisa dipahaminya.
Atas kondisi tersebut, Nurcholis madjid dalam bukunya islam,kemodernan dan
keindonesiaan (2008) menuliskan bahwa disinilah manusia diisyaratkan oleh diri dan alamnya
ahwa sesungguhnya ada dzat yang lebih unggul daripada dirinya,yakni yang maha segala-galanya.
Hal ini serupa dengan apa yang dijelaskan antropolog bahwa agama adalah respons
terhadap kebutuhan untuknmengatasi kegagalan yang timbul akibat ketidakmampuan manusi
memahami kejadian-kejadian atau peristiwa yang rupa-rupanya tidak dapat diketahui dengan
tepat.
Karena itulah kita sebagai kaum muslimin, perlu bersandar dan berpasrah atau tawakal
kepada Allah Swt.melalui agama. Sebab agama mampu menjadi tempat kita mengadu dan
berkomunikasi dengan Allah. Kepasrahan kita kepada Allah didasarkan pada suatu ajaran bahwa
manusia hanya bisa berusaha,lalu allah lah yang menentukan. Beragama bukan hanya citra diri
dan symbol-simbol. Agama adalah pijar kehidupan,menerangi hidup yang penuh,menerangi hidup

5
yang penuh kegelapan dimana manusia sering kali tidak mampu mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi dalam hidupnya.
Berikut ini beberapa fungsi agama dalam kehidupan yang tercantum dalam (Pengantar
Studi Islam 2001) Yang ditulis oleh Ahmad Miftah Fathoni,
 Pertama, sebagai pembimbing dalam hidup,
Kepribadian seseorang adalah pengendali dalam hidupnya. Pengendalian tersebut
mencangkup segala unsur pengalaman Pendidikan dan kenyakinan yang didapat seorang manusia
sejak kecil. Jika dalam pertumbuhan seorang terbentuk suatu kepribadian agamis,dimana segala
unsur pokok terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa, maka dalam menghadapi
dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan
tenang.
 Kedua, penolong dalam kesukaran.
Orang yang kurang yakin akan agamanya atau bisa disebut dengan lemahnya iman akan
mengahdapi cobaan atau kesulitan dalam hidup dengan rasa pesimis, bahkan cenderung menyesali
hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. Hal ini akan berbeda dengan orang yang
beragama dan teguh imannya. Dengan keteguhan iman,seseorang akan menerima setiap cobaan
dengan lapang dada.
Keteguhan iman akan menimbulkan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa
dirinya merupakan ujian dari Allah Swt. Yang ahrus dihadapi dengan kesabaran, sebab Allah
akan memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuan hambanya. Islam juga
menagjarkan barang siapa yang mampu menhadapi ujian dengan sabra maka akan ditingkatkan
kualitas kemanusiaanya.
 Ketiga, penentram batin
Jika seseorang tidak percaya akan kebesaran Allah Swt. Tak perduli orang itu kaya atau
miskin pasti akan selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Orang yang kaya takut kehilangan harta
kekayaannya karena akan habis atau dicuri orang lain. Orang yang miskin selalu merasa kurang
bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup.
Hal ini tidak berlaku dengan orang yang beriman. Orang kaya yang beriman tidak akan
gelisah memikirkan harta kekayaan. Sesuai dalam ajaran agama islam, harta kekayaan adalah
titipan Allah Swt. Yang didalamnya terdapat hak orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan
sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang maha berkehendak, maka tidak mungkin menjadi gelisah.
Begitu juga dengan orang miskin yang beriman. Batinnya kan selalu tentram sebab setiap
yang terjadi dalam hidupnya adalah ketetapan Allah Swt. Dan yang membedakan derajat manusia
di mata Allah Swt. Bukan harta di dunia, tapi kualitas keimanan dan ketakwaannya.
 Keempat, pengendali moral.
Setiap manusia yang beraga yang beriaman akan menjalankan setiap ajaran agamnya.
Dalam ajaran agama islam, akhlak sangat diutamakan dan dijunjung tinggi. Pelajaran moral
dalam islam sangat penting sebab islam mengajarkan untuk menghormati orang lain tapis ama
sekali tidak diperintah untuk minta dihormati.
Islam juga mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah dan mengatur
semua hal yang berkaitan dengan moral,mulai dari berpakaian,berperilaku,bertutur kata hubungan
manusia dengan manusia lainya yang disebut hablum minannas atau hubungan sosial.

C. Agama Yang Sesuai Dengan Fitrah Kemanusiaan


Islam adalah agama fitrah karena sesuai dengan kebutuhan manusia untuk tunduk
kepada Tuhan, dan dapat membimbing manusia kepada cara beribadah yang benar. Fitrah

6
juga diartikan sebagai sunah nabi Muhammad Saw, dan juga yang mengartikannya
dengan sunah-sunah para nabi, (Redaksi, 2001: 21).
Islam adalah agama fitrah. Fitrah merupakan istilah yang diambil dari bahasa
Arab yang berarti perangai, tabiat, kejadian, dan lain sebagainya. Fitrah ini merupakan
istilah yang sering kita dengar ketika sedang belajar agama Islam. Para penceramah
sering menyebutkannya dan menyandingkannya dengan agama Islam.
Untuk memahami hal ini, maka perlu penjelasan lebih lanjut perihal islam adalah agama
fitrah. Fitrah itu kata sifat yang bermakna asli. Akan tetapi pengertian fitrah tidak hanya
itu, fitrah memiliki arti yang lebih luas. Maka dari itu, Anda perlu mengetahui penjelasan
tentang fitrah dan dalil-dalilnya.
Fitrah secara bahasa diambil dari bahasa Arab yaitu fa-tho-ro, artinya adalah
membuka atau menguak. Juga bisa diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian , asli,
agama, dan ciptaan. Sedangkan menurut KBBI, fitrah merupakan kata sifat yang diartikan
sebagai sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan perasaan keagamaan.
Fitrah memiliki makna asal kejadian, atau kejadian yang suci, dan kembali ke
asal. Oleh karena itu, fitrah dianggap sebagai langkah seseorang untuk kembali suci.
Fitrah adalah keadaan yang dihasilkan dari sebuah penciptaan.
Selain pengertian di atas, fitrah juga merupakan kesucian jiwa dan rohani, yang
memiliki arti bahwa manusia sejak lahir sudah dalam keadaan suci dan tidak memiliki
dosa. Fitrah merupakan potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi kepada
Tuhan.

 Konsep Fitrah dalam Islam


Islam adalah agama fitrah. Agama yang fitrah berarti agama yang sesuai dengan
kodrat yang ada pada keadaan asli manusia. Fitrah dalam diri manusia secara religius
dimaknai sebagai umat Islam yang beriman.
Fitrah pada diri manusia adalah Islam. Hal itu disampaikan oleh Imam Bukhari
dalam sebuah hadits Rasulullah yang artinya: “Tidak ada seorang pun yang dilahirkan,
kecuali ia terlahir dalam keadaan fitrah. Maka orangtuanyalah yang membuatnya jadi
seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi" (HR. Bukhari).
Islam pada hakikatnya merupakan perpaduan antara rasa dan akal. Islam fitrah
adalah Islam yang murni. Yaitu menolak segala macam bentuk ketidakadilan. Islam
berpihak kepada kemandirian dan menghargai perbedaan sudut pandang. Hal-hal
semacam itu sangat mudah diterima oleh manusia karena yang diajarkan oleh Islam
adalah fitrah.
Fitrah Islam adalah fitrah manusia. Terdapat empat jenis fitrah manusia, yaitu
sebagai berikut:
1. Fitrah Munazzalah, yaitu fitrah yang masuk dalam diri manusia.
2. Fitrah Al-Gharizah, yaitu fitrah dalam diri manusia yang memberi daya akal
yang berguna untuk mengembangkan potensi dasar manusia.
3. Fitrah Suci, yaitu fitrah yang membuktikan bahwa diri manusia itu suci, dan
yang mengotori adalah dosa-dosanya.
4. Fitrah Intelektual, yaitu potensi yang terdiri dari panca indera dan akal pikiran.

7
 Dalil tentang Islam Agama Fitrah
Di dalam Al-Qur’an, kata fitrah berulang kali disebutkan secara jelas. Hal itu
sebagaimana yang disebutkan dalam Surat Ar-Rum yang artinya:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam
ciptaan Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. Ar-Rum: 30)
Islam merupakan agama yang mengembalikan manusia kepada bentuk dan sifat
aslinya yaitu suci. Islam juga merupakan agama yang diridhai oleh Allah. Hal itu sesuai
dengan dalil sebagai berikut.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Al Imran: 19)
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”
(QS. Al Imran: 85)
Kefitrahan manusia yang disebutkan beberapa kali di dalam Islam juga merupakan
bukti bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Kesempurnaan itu
terlihat dari tampilan fisik dan psikisnya. Hal itu sesuai dengan dalil sebaai berikut.
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
(QS. At-Tiin : 4)
"Dan sungguh telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di darat dan di
lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan."(QS. Al-
Isra : 70)
Salah satu perusak fitrah manusia adalah hawa nafsu. Hawa nafsu berperan
penting dalam membentuk dosa yang dilakukan oleh manusia. Hal itu selaras dengan dalil
sebagai berikut.
“ Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi
ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggan itu.” (QS. Al-
Mukminun : 71).

D. Islam Sebagai Agama Yang Lurus


Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla adalah Islam.
Agama-agama selain Islam, tidak akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla . Karena agama-agama
tersebut telah mengalami penyimpangan yang fatal dan telah dicampuri dengan tangan-tangan
kotor manusia. Setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, maka orang
Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke agama Islam, mengikuti Rasûlullâh. Allâh
Azza wa Jalla berfirman:
‫ِإَّن الِّد يَن ِع ْنَد ِهَّللا اِإْل ْساَل ُم‬
Sesungguhnya agama di sisi Allâh ialah Islam. [Ali ‘Imrân/3:19]
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
‫َأَفَغْيَر ِد يِن ِهَّللا َيْبُغ وَن َو َلُه َأْس َلَم َم ْن ِفي الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َطْو ًعا َو َكْر ًها َوِإَلْيِه ُيْر َجُعوَن‬
Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allâh, padahal apa yang ada
dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada-Nya-lah mereka dikembali-kan?” [Ali ‘Imrân/3:83]

8
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
‫اْلَيْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ِد يَنُك ْم َو َأْتَم ْم ُت َع َلْيُك ْم ِنْع َم ِتي َوَرِض يُت َلُك ُم اِإْل ْساَل َم ِد يًنا‬
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. [Al-Mâidah/5:3]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
‫َوَم ْن َيْبَتِغ َغْيَر اِإْل ْساَل ِم ِد يًنا َفَلْن ُيْقَبَل ِم ْنُه‬
Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, [Ali ‘Imrân/3:85]
Apabila orang Yahudi dan Nashrani tidak masuk dalam agama Islam yang dibawa oleh
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka mereka pasti menjadi penghuni neraka Jahannam.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ ِإاَّل َك اَن ِم ْن‬،‫ ُثَّم َيُم ْو ُت َو َلْم ُي ْؤ ِم ْن ِباَّل ِذ ي ُأْر ِس ْلُت ِب ِه‬، ‫َو اَّلِذ ْي َنْفُس ُمَح َّمٍد ِبَيِدِه! اَل َيْس َم ُع ِبي َأَح ٌد ِم ْن هٰـِذِه ْاُألَّمِة َيُهْو ِد ٌّي َو اَل َنْص َر اِنٌّي‬
‫َأْص َح اِب الَّناِر‬
Demi Rabb yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang dari umat Yahudi dan
Nasrani yang mendengar diutusnya aku (Muhammad), lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman
dengan apa yang aku diutus dengannya (Islam), niscaya dia termasuk penghuni neraka .[shahih:
HR. Muslim no. 153 (240) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Rasul yang terakhir dan penutup. Syari’at
yang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa menghapus syari’at sebelumnya. Allâh Azza wa
Jalla tidak menerima agama dari seorang hamba selain dari agama Islam. Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla untuk mengajak orang-orang Yahudi
dan Nashrani masuk ke dalam agama Islam, karena setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam diutus, maka tidak ada Nabi lagi sesudah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak
ada agama kecuali agama Islam. Bahkan seandainya Nabi Musa Alaihissallam masih hidup, maka
dia wajib mengikuti agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .Sebagaimana yang
terjadi pada ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ’anhu, ketika itu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memegang dan membaca lembaran Taurat, maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫ اَل َتْس َأُلْو ُهْم َع ْن َش ْي ٍء َفُيْخ ِب ُرْو ُك ْم ِبَح ـٍّق َفُتَك ِّذ ُبْو ا‬، ‫ َلَقْد ِج ْئُتُك ْم ِبَها َبْيَض اَء َنِقَّي ًة‬، ‫َأُم َتَهِّو ُك ْو َن ِفْيَها َيا اْبَن اْلـَخ َّطاِب؟ َو اَّلِذ ْي َنْفِس ـْي ِبَيِدِه‬
‫ َلْو َأَّن ُم ْو َس ى َك اَن َح ًّيا َم ا َو ِسَع ُه ِإاَّل َأْن َيَّتِبَعِنـْي‬، ‫ َو اَّلِذ ْي َنْفِس ـْي ِبَيِدِه‬، ‫ َأْو ِبَباِط ٍل َفُتَص ِّد ُقْو ا ِبِه‬، ‫ِبِه‬
Apakah engkau merasa ragu, wahai ‘Umar bin al-Khaththab? Demi Allâh yang diri Muhammad
ada di tangan-Nya, sungguh aku telah membawa kepada kalian agama ini dalam keadaan putih
bersih. Janganlah kalian tanya kepada mereka tentang sesuatu, sebab nanti mereka kabarkan yang
benar namun kalian mendustakan, atau mereka kabarkan yang bathil lalu kalian
membenarkannya. Demi Allâh yang diri Muhammad berada di tangan-Nya! Seandainya Nabi
Musa itu hidup, maka tidak boleh baginya melainkan harus mengikuti aku [Hasan: HR. Ahmad
(III/387), Ad-Darimi (I/115), dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitâbus Sunnah (no. 50), dari Shahabat
Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu dan lafazh ini milik Ahmad. Derajat hadits ini hasan karena
memiliki banyak jalur yang saling menguatkan, lihat Hidâyatur Ruwât (I/136, no. 175)]
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
ۚ‫ُقْل َيا َأْهَل اْلِكَتاِب َتَع اَلْو ا ِإَلٰى َك ِلَم ٍة َس َو اٍء َبْيَنَنا َو َبْيَنُك ْم َأاَّل َنْع ُبَد ِإاَّل َهَّللا َو اَل ُنْش ِرَك ِبِه َشْيًئا َو اَل َيَّتِخ َذ َبْعُض َنا َبْعًض ا َأْر َباًب ا ِم ْن ُدوِن ِهَّللا‬
‫َفِإْن َتَو َّلْو ا َفُقوُلوا اْش َهُدوا ِبَأَّنا ُم ْس ِلُم وَن‬
Katakanlah (Muhammad): ‘Wahai ahli Kitab, marilah (kita menuju) kepada suatu kalimat
(pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allâh dan kita
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain
tuhan-tuhan selain Allâh.’ Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka): ‘Saksikanlah,
bahwa kami termasuk orang-orang muslim.” [Ali ‘Imrân/3:64]

9
Pada zaman Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Allâh Azza wa Jalla telah
menjelaskan dalam al-Qur’ân bahwa Yahudi dan Nasrani selalu berusaha untuk memurtadkan dan
menyesatkan kaum Muslimin dan mengembalikan mereka kepada kekafiran, mengajak kaum
Muslimin kepada agama Yahudi dan Nasrani. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
‫َو َّد َك ِثيٌر ِم ْن َأْهِل اْلِكَتاِب َلْو َيُرُّدوَنُك ْم ِم ْن َبْع ِد ِإيَم اِنُك ْم ُك َّفاًرا َح َس ًدا ِم ْن ِع ْنِد َأْنُفِس ِهْم ِم ْن َبْع ِد َم ا َتَبَّيَن َلُهُم اْلَح ُّق‬
Banyak di antara ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah
kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dari dalam diri mereka, setelah
kebenaran jelas bagi mereka.[Al-Baqarah/2:109]
Allâh Azza wa Jalla berfirman,
‫َو َلْن َتْر َض ٰى َع ْنَك اْلَيُهوُد َو اَل الَّنَص اَر ٰى َح َّتٰى َتَّتِبَع ِم َّلَتُهْم‬
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu (Muhammad) sebelum
engkau mengikuti agama mereka. [Al-Baqarah/2:120]
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar, adapun selain
Islam tidak benar dan tidak diterima oleh Allâh Azza wa Jalla . Ayat-ayat di atas juga
menjelaskan bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak senang kepada Islam serta tidak ridha kecuali
jika umat Islam mengikuti mereka. Mereka berusaha untuk menyesatkan dan memurtadkan umat
Islam dengan berbagai cara. Saat ini gencar sekali dihembuskan propaganda penyatuan agama,
yang menyatakan konsep satu Tuhan tiga agama. Hal ini tidak bisa diterima, baik secara nash
(dalil al-Qur’ân dan as-Sunnah) maupun akal. Ini hanyalah angan-angan semu belaka. Kesesatan
ini telah dibantah oleh Allâh Azza wa Jalla dalam al-Qur’ân:
‫﴾ َبَلٰى َم ْن َأْس َلَم َو ْج َهُه ِهَّلِل‬١١١ ﴿ ‫َو َقاُلوا َلْن َيْدُخ َل اْلَج َّنَة ِإاَّل َم ْن َك اَن ُهوًدا َأْو َنَص اَر ٰى ۗ ِتْلَك َأَم اِنُّيُهْم ۗ ُقْل َهاُتوا ُبْر َهاَنُك ْم ِإْن ُكْنُتْم َص اِدِقيَن‬
‫َو ُهَو ُم ْح ِس ٌن َفَلُه َأْج ُر ُه ِع ْنَد َر ِّبِه َو اَل َخ ْو ٌف َع َلْيِهْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنوَن‬
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Tidak akan masuk Surga kecuali orang-orang Yahudi
atau Nasrani.’Itu (hanya) angan-angan mereka.Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti kebenaranmu jika
kamu adalah orang-orang yang benar. Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allâh, dan ia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih hati.’”[Al-Baqarah/2:111-112]
Allâh Azza wa Jalla kemudian menjelaskan bahwa orang yang ikhlas dan ittiba’, tidak
ada kekhawatiran atas mereka, dan mereka akan mendapat balasan yang menggembirakan di
akhirat. Sedangkan propaganda tersebut merupakan tipuan mereka (orang Yahudi dan Nasrani)
agar kaum Muslimin keluar dari ke-Islamannya dan memeluk agama Yahudi atau Nasrani.
Bahkan mereka memberikan iming-iming, jika mengikuti agama mereka, orang Islam akan
mendapat petunjuk. Padahal Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk mengikuti agama
Ibrâhîm Alaihissallam yang lurus, agama tauhid yang terpelihara. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
‫َو َقاُلوا ُك وُنوا ُهوًدا َأْو َنَص اَر ٰى َتْهَتُدواۗ ُقْل َبْل ِم َّلَة ِإْبَر اِهيَم َح ِنيًفاۖ َوَم ا َك اَن ِم َن اْلُم ْش ِرِكيَن‬
Dan mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat
petunjuk.’Katakanlah, ‘(Tidak!) tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus.Dan dia tidak
termasuk orang yang mempersekutukan Allâh. [Al-Baqarah/2:135]
Untuk itu, kita wajib berhati-hati dan waspada terhadap propaganda-propaganda sesat,
yang menyatakan bahwa, ‘Semua agama adalah baik’, ‘kebersamaan antar agama’, ‘satu tuhan
tiga agama’, ‘persaudaraan antar agama’, ‘persatuan agama’, ‘perhimpunan agama samawi’,
‘persatuan agama Ibrahimiyyah’, ‘persatuan agama Ilahi’, ‘persatuan kaum beriman’, ‘pengikut
millah’, ‘persatuan umat manusia’, ‘persatuan agama-agama tingkat nasional’, ‘persatuan agama-
agama tingkat internasional’, ‘persaudaraan agama’, ‘satu surga banyak jalan’, ‘dialog antar umat
beragama’. Muncul juga dengan nama ‘persaudaraan Islam-Nasrani’ atau ‘Himpunan Islam
Nasrani Anti Komunisme’ atau ‘Jaringan Islam Liberal (JIL)’.
Semua slogan dan propaganda tersebut bertujuan untuk menyesatkan umat Islam, dengan
memberikan simpati ke agama Nasrani dan Yahudi, mendangkalkan pengetahuan umat Islam

10
tentang Islam yang haq, menghilangkan ‘aqidah al-wala’ wal bara’ (cinta/loyal kepada kaum
Mukminin dan berlepas diri dari selainnya), dan mengembangkan pemikiran anti agama Islam.
Dari semua sisi hal ini sangat merugikan Islam dan umatnya.
Semua propaganda sesat tersebut merusak ‘aqidah Islam, padahal ‘aqidah merupakan hal
yang paling pokok dan asas dalam agama Islam ini, karena agama ini mengajarkan prinsip ibadah
yang benar kepada Allâh Azza wa Jalla .
Oleh karena itu, seorang yang beriman kepada Allâh Azza wa Jalla sebagai Rabb-nya,
Islam sebagai agamanya, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabinya, tidak
boleh ikut dalam seminar-seminar, perkumpulan, pertemuan, yayasan dan organisasi mereka.
Tidak boleh pula menjadi anggota mereka. Bahkan ia wajib menjauhinya, mewaspadainya dan
takut terhadap akibat buruknya. Ia harus menolaknya, memusuhinya dan menampakkan
penolakannya secara terang-terangan serta mengusirnya dari negeri kaum Muslimin. Ia wajib
mengikis pemikiran sesat itu dari benak kaum Muslimin, membasmi sampai ke akar-akarnya,
mengucilkannya, dan membendungnya. Pemerintah Muslim wajib menegakkan sanksi murtad
terhadap pengikut propaganda tersebut, setelah terpenuhi syarat-syaratnya dan tidak adanya
penghalang. Hal itu dilakukan demi menjaga keutuhan agama dan sebagai peringatan terhadap
orang-orang yang mempermainkan agama, dan dalam rangka mentaati Allâh Azza wa Jalla dan
Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta demi tegaknya syari’at Islam yang suci.
Hendaknya setiap Muslim mengetahui hakikat propaganda ini. Ia tidak lain hanyalah
benih-benih filsafat yang berkembang di alam politik yang berujung pada kesesatan. Muncul
dengan mengenakan baju baru untuk memangsa korban, memangsa ‘aqidah mereka, tanah air
mereka dan merenggut kekuasaan mereka.
Oleh karena itu, wajib bagi kaum Muslimin untuk bara’[Kata al-bara’ dalam bahasa Arab
mempunyai banyak arti, antara lain menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri dan memusuhi.
Kata bari-a ( ‫ )َبِرَئ‬berarti membebaskan diri dari melaksanakan kewajiban-nya terhadap orang lain.
Sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
‫َبَر اَء ٌة ِم َن ِهَّللا َو َر ُسوِلِه ِإَلى اَّلِذ يَن َعاَهْدُتْم ِم َن اْلُم ْش ِرِكيَن‬
“(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allâh dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrik
yang kamu (kaum muslimin) mengadakan perjanjian (dengan mereka).”[At-Taubah/9:1].
Maksudnya, membebaskan diri dengan peringatan tersebut.
Dalam terminologi syari’at Islam, al-bara’ berarti penyesuaian diri seorang hamba
terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allâh, berupa perkataan, perbuatan, keyakinan dan
kepercayaan serta orang. Jadi, ciri utama al-bara’ adalah membenci apa yang dibenci Allâh secara
terus-menerus dan penuh komitmen.] (berlepas diri dari kekufuran).

E. Islam Sebagai Agana Rahmatan Lil ‘Alamin


Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak orang
menyimpangkan pernyataan ini kepada pemahaman-pemahaman yang salah kaprah. Sehingga
menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama bahkan dalam hal yang sangat
fundamental, yaitu dalam masalah aqidah.
Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah
kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
‫َو ما َأْر َس ْلناَك ِإَّال َر ْح َم ًة ِلْلعاَلِم يَن‬
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran
Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.

11
Secara bahasa, ‫ الِّر َّقُة والَّتَع ُّطُف‬:‫ الَّرْح مة‬rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan
rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan
dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah
bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.

 Para Ahli Tafsir


1. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:
“Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa rahmat
disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran:
 Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih
kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.
Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka dapatkan adalah
disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka. Karena
hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di akhirat. Kebinasaan telah
ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi mereka
daripada hidup menetap dalam kekafiran.
Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka adalah
dibiarkan hidup didunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini lebih sedikit
keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Orang munafik, yang menampakkan iman secara zhahir saja, mereka mendapat
manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun
diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum
yang lain.
Dan pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala tidak memberikan adzab
yang menyeluruh dari umat manusia di bumi. Kesimpulannya, semua manusia mendapat
manfaat dari diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
 Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima
rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir
menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap dikatakan rahmat bagi mereka,
namun mereka enggan menerima. Sebagaimana jika dikatakan ‘Ini adalah obat bagi si
fulan yang sakit’. Andaikan fulan tidak meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan
obat”

2. Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:


“Makna ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad,
dengan membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian’. Dengan
kata lain, ‘satu-satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai
rahmat yang luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi
sebab kebahagiaan di akhirat’ ”

3. Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:


“Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah
seluruh manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah seluruh manusia baik mu’min
dan kafir? Ataukah hanya manusia mu’min saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang
dimaksud adalah seluruh manusia baik mu’min maupun kafir. Mereka mendasarinya
dengan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dalam menafsirkan ayat ini:

12
‫ ومن لم يؤمن باهلل ورسوله عوفي مما أصاب األمم‬, ‫من آمن باهلل واليوم اآلخر كتب له الرحمة في الدنيا واآلخرة‬
‫من الخسف والقذف‬
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di
dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat
terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa gelombang besar”
dalam riwayat yang lain:
‫ ومن لم يؤمن به عوفي مما أصاب األمم قبل‬, ‫تمت الرحمة لمن آمن به في الدنيا واآلخرة‬
“Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman kepada
Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat bagi
mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu”
Pendapat ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah
orang-orang beriman saja. Mereka membawakan riwayat dari Ibnu Zaid dalam
menafsirkan ayat ini:
‫ من آمن به وصدقه‬: ‫ والعالمون هاهنا‬. ‫ وقد جاء األمر مجمال رحمة للعالمين‬, ‫فهو لهؤالء فتنة ولهؤالء رحمة‬
‫وأطاعه‬
“Dengan diutusnya Rasulullah, ada manusia yang mendapat bencana, ada yang
mendapat rahmah, walaupun bentuk penyebutan dalam ayat ini sifatnya umum, yaitu
sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Seluruh manusia yang dimaksud di sini adalah
orang-orang yang beriman kepada Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya”
Pendapat yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat yang pertama,
sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mu’min maupun kafir.
Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka
terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya
bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah”
(diterjemahkan secara ringkas).

4. Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi


“Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
‫ ومن لم يؤمن به سلم مما لحق‬, ‫كان محمد صلى هللا عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد‬
‫األمم من الخسف والغرق‬
“Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi
yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang
tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu
berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air”
Ibnu Zaid berkata:
‫أراد بالعالمين المؤمنين خاص‬
“Yang dimaksud ‘seluruh manusia’ dalam ayat ini adalah hanya orang-orang yang
beriman” ”

13
5. Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir
“Maksud ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad,
melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk’. Sebagaimana dalam sebuah hadits:
‫إنما أنا رحمة مهداة‬
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al Bukhari
dalam Al ‘Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/596. Hadits ini di-
shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam Shahih Al Jami’,
2345) Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun mengatakan
‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan rahmat bagi seluruh
makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad Shallallahu ‘alaihi
Wa sallam. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga
menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab
tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan
kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah
kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud
rahmat Allah bagi seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari
rahmat ini, yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi
ditimpa azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau
ditenggelamkan dengan air”.

14
Bab III
Penutup

 Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah. Dalam kehdupan manusia, tidak lepas dari
hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Penciptanya. gama sangat di perlukan oleh
manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini
adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk memahami ayat-ayat
Al-Qur’an dan sunnah sesuai dengan pemahaman generasi salaful ummah, menyeimbangkan antara
dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia
akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

15
Daftar Pustaka

 https://id.wikipedia.org/wiki/Agama#cite_note-23
 https://muslim.or.id/12336-mengenal-agama-yang-fitrah.html
 https://Bincangsyariah.com
 https://almanhaj.or.id/4233-islam-adalah-satu-satunya-agama-yang-benar.html
 http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/07/18/agama-dan-manusia/#_ftn6
 https://muslim.or.id/23967-bukti-toleransi-islam-terhadap-agama-lainnya.html
 https://buletin.muslim.or.id/islam-agama-toleransi/
 https://muslim.or.id/1800-islam-rahmatan-lil-alamin.html
 Zakih Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental…, p. 31
 Arab 5/56, Al Qamus Al Muhith 1/881
 Tafsîr ath-Thabari.
 Tafsîr Ibni Katsîr, tahqiq Sami Salamah.
 Al-Ibthâl Linazhariyyatil Khalthi baina Dînil Islam wa Ghairihi minal Adyân karya
Syaikh Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid, cet. Daar ‘Alamul Fawaa-id, cet II/ th. 1421 H.
 Al-Madkhal lidirâsatil ‘Aqîdatil Islâmiyyah ‘ala Madzhab Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah.
 Prinsip Dasar Islam.
 Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah.
 Majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVIII/1436H/2014M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta

16

Anda mungkin juga menyukai