Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AQIDAH

“KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM”

Dosen Pembimbing:
Nilam Hairani S.Ag., M. Pd

Oleh Kelompok 1
1. SARI ILDA FEBRIANTI
NIM: 10020001
2. AYU RAHMAWATI
NIM: 10020002
3. DAFFA ANTAREJA
NIM: 10020003
4. DINA FADILAH
NIM: 10020005

PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah Subhahu Wa Ta’ala yang
berkat anugerah dari-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerangka Dasar
Ajaran Islam” ini. Sholawat serta selama kita haturkan kepada junjungan agung Nabi Besar
Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan
yang sebenar-benarnya jalan berupa ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadi
rahmat bagi alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini tepat waktu sebagai
pemenuh tugas Aqidah yang bertemakan “Kerangka Dasar Ajaran Islam” Selain itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu kami untuk
merampungkan makalah ini sampai selesai.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya terhadap makalah ini dalam rangka
perbaikan makalah-makalah yang akan datang.

Palembang, 17 November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Pengertian Aqidah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak.............................................................3
B. Permasalahan Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak.......................................................7
C. Keterkaitan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak..............................................9
D. Asas (dasar), bina (bangunan) dan mu’ayydiat (penegak) Al- Islam.................................14
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis
dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa
mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,
berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran adalah moral yang
memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan social, dapat dilihat misalnya pada
ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan peningkatan keimanan, ketaqwaan yang
diwujudkan dalam akhlak yang mulia.

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya,
semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang
mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah
SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari pada orang yang
tidak mengenal penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya bentuk


dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka dengan
mengutus para Rasul-Nya (menurut hadis yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi
sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang sebenarnya hanya Allah saja yang mengetahuinya),
semuanya menyerukan kepada tauhid (diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam At-Tarikhul Kabir

1
5/447 dan Ahmad dalam Al Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah
disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Maurid 2085
dan Ath-Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir 8/139) agar mereka berjalan sesuai dengan
kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima
disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut
munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.

Begitu pentingnya aqidah ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para Nabi dan
Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di Makkah dengan menekankan
masalah aqidah ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan merupakan landasan
bangunan Islam. Oleh karena itu, maka para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa
selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latarr belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa penegertian dan permasalahan dari Aqidah, Ibadah, Muamalah dan akhlak?
2. Bagaimana keterkaitan atau hubungan antara Aqidah, Ibadah, Muamalah dan akhlak?
3. Apa pengertian dari asas (dasar), bina (bangunan) dan mu’ayydiat (penegak) Al- Islam?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah adalah memberikan penjelasan mengenai pengertian, masalah,


dan hubungan antara Aqidah, ibadah, muamalah serta asas (dasar), bina (bangunan) dan
mu’ayydiat (penegak) Al- Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak

1. Pengertian Aqidah

         Aqidah secara etimologi; Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah
adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai aqidah yang
benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya.

         Aqidah scara syara’ yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, Para
RasulNya dan kepada hari akhir serta kepada qadar yang baik mupun yang buruk. Hal ini
disebut juga sebagai rukun iman.

Allah SWT Berfirman dalam surat Yunus Ayat 3, yang berbunyi:

 Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada
seorangpun yang akan memberi syafa`at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian
itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil
pelajaran?

1. Aqidah Islamiyyah

Aqidah Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi
sahabat, Tabi’in dan orang yang mengikuti mereka dengan baik. Menurut Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya, at-Tauhid, as-
Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari’iah dan al-Iman. Nama-nama itulah yang
terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu ‘aqidah.

Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup
inidiperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai

3
mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan
aktifitas manusia.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat :186

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

2. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah
Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat :56-
58].

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah
(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji,

4
dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-
macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.

Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka


melaksanakan ibadah kepada Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka
kepada Allah, maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa
yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya
tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah).
Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin
muwahhid (yang mengesakan Allah).

3. Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak”


berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-
segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan”
Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti
benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada
Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak
maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

Allah SWT berfirman Surah Al-Maidah, ayat 8

Artinya “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlakutidak adil. Berlaku

5
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamukerjakan.”

Akhlak sifatnya universal dan abadi. Akhlak dalam islam merupakan refleksi internal dari
dalam jiwa manusia yang dieksternalisasikan secara kongrit dalam bentuk perilaku dan
tindakan nyata. Akhlak seseorang terkait erat dengan perspektif keimanannya, tentang
eksistensi dirinya sebagai khalifah Allah. Akhlak yang lahir dari kualitas internalisasi nilai-
nilai iman sudah barang tentu akan memancarkan kualitas yang lebih baik. Demikian pula
sebaliknya, akhlak yang buruk merefleksikan kadar keimanan seseorangyang masih labil.

Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang
dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami
akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang –
ulang dengan kecenderungan hati (sadar).

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu
akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai
fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

4. Pengertian Muamalah

Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti
perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini
adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain
saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita
dari satu terhadap yang lainnya.

Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan dapat
pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian muamlah;

6
Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan
dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain
sebagainya. Sedangkan menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah
peraturan-peraturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti
perdagangan dan semua mengenai kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan
dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang
telah ditetapkan dasar-dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan
petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di antara mereka.

Sedangkan dalam arti yang sempit adalah pengertian muamalah yaitu muamalah adalah
semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar
maupun dalam hal utang piutang.

Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280 yang berbunyi

Artinya: Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.

Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah segala
peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak
seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Dan Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk berinterksi dan bermuamalah dengan
cara bertebaran di muka bumi untuk mencari rezki Allah. Sebagaiman Allah SWT berfirman
dalam surat Al Jumah ayat: 10 yang berbunyi:

Artinya: Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

B. Permasalahan Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak

1. Masalah aqidah
Masalah aqidah Diantaranya adalah masuknya unsur2 yg datang dari luar Islam, seperti
aqidah syiah yg terpengaruh yahudi dimana firqah ini bermula dari seorang yahudi yaman yg

7
pura2 masuk islam yakni abdullah bin saba': Kemudian masuknya unsur2 kesyirikan akibat
peleburan kebudayaan, seperti tradisi sesajen maupun bersih desa ataupun ngirim leluhur

2. Masalah ibadah
Masalah ibadah yaitu contoh saat melakukan ibadah sholat orang tidak benar benar
mengerjakan sholat dan sering meninggalkan sholat sedangkan sholat itu merupakan tiang
agama bagi umat muslim, saat ibadah puasa orang sering tidak berpuasa.

3. Masalah muamalah
Muamalah duniawiyah masalahnya yaitu transaksi jual beli barang yang melibatkan
penjual dan pembeli. Transaksi sewa menyewa rumah juga adalah termasuk muamalah yang
melibatkan penyewa dan pemilik rumah upah mengupa, pinjam meminjam.

4. Masalah akhlak
Masalah dalam akhlak adalah merupakan suatu masalah yang sangat mendasar bagi
setiap pribadi muslim dalam kehidupan sehari-hari yang mampu mewarnai segala sikap dan
perilakunya baik ketika berhubungan dengan manusia maupun ketika berhubungan dengan
alam sekitar, terlebih lagi dalam berhubungan dengan Allah SWT.
Masalah akhlak adalah merupakan suatu masalah yang sangat mendasar bagi setiap
pribadi muslim dalam kehidupan sehari-hari yang mampu mewarnai segala sikap dan
perilakunya baik ketika berhubungan dengan manusia maupun ketika berhubungan dengan
alam sekitar, terlebih lagi dalam berhubungan dengan Allah SWT. Menuju keselamatan
dunia dan akhirat. Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki sifat dan tingkah laku
yang kadang kala dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Maka sangat dibutuhkan
adanya kepribadian, sehingga ia akan selalu berada dalam rel kebenaran walaupun dalam
situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga, baik yang datang dari dirinya maupun dari luar.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya,
jaya hancurnya, sejahtera rusaknya satu bangsa dan masyarakat adalah bergantung kepada
bagaimana akhlaknya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak) rusaklah lahir
dan batinnya.

8
C. Keterkaitan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak

1. Hubungan aqidah dengan akhlak

Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup
inidiperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai
mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan
aktifitas manusia.

“Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim
adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak tersarikan dari aqidah
dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya
akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka
akhlaknya pun akan salah.

Ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia
kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan
bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang
dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan
dengan baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik.

Contohnya:

Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika orang
menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik. Dengan menepati
janji seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan
manusia arus didasari denga aqidah yang baik.

Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya
ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak
mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya.

9
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang
harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena
hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau membawa
mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.

Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat
terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan dengan
aqidah. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki
akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.

Jika perbedaan dalam fiqih dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan, maka


kesalehan tentu saja bukan dalam menjalankan fiqih, betapapun sulitnya. Yang paling saleh
diantara kita bukanlah orang yang bersedekap pada waktu berdiri shalat, bukan juga yang
meluruskan tangannya, karena kedua cara shalat itu merupakan ijtihat para ulama dengan
merujuk pada hadis yang berbeda. Yang durhaka juga bukan yang mandi janabah sebelum
tidur, atau yang tidur dulu baru mandi janabah, karena kedua-duanya dijalankan Rasullah
Saw. Fikih tidak bisa dijadikan ukuran kemuliaan, tetapi kemuliaan seseorang di lihat dari
kemuliaan akhlaknya.

2. Hubungan aqidah dengan ibadah

Akidah menempati posisi terpenting dalam ajaran agama Islam. Ibarat sebuah bangunan,
maka perlu adanya pondasi yang kuat yang mampu menopang bangunan tersebut sehingga
bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh. Demikianlah urgensi akidah dalam Islam,
Akidah seseorang merupakan pondasi utama yang menopang bangunan keislaman pada diri
orang tersebut. Apabila pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri diatasnya pun
akan mudah dirobohkan.

Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk realisasi keimanan seseorang, tidak akan
dinilai benar apabila dilakukan atas dasar akidah yang salah. Hal ini tidak lain karena tingkat
keimanan seseorang adalah sangat bergantung pada kuat tidaknya serta benar salahnya
akidah yang diyakini orang tersebut. Sehingga dalam diri seorang muslim antara akidah,
keimanan serta amal ibadah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat antara ketiganya.

10
Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka keimanannya akan semakin kuat, sehingga
dalam pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada praktek ibadah yang salah.
Sebaliknya apabila akidah seseorang telah melenceng maka dalam praktek ibadahnya pun
akan salah kaprah, yang demikian inilah akan mengakibatkan lemahnya keimanan.

Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan
adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian
dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada
allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali dengan
akal pikiran serta perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan hatinya tersebut dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang benar, dapat mempelajari bukti-bukti
kekuasaan Allah, sehingga dengannya dapat membawa diri mereka pada keyakinan akan
keberadaan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengakui
keberadaan Allah SWT. karena selain kedua bekal yang dimiliki oleh mereka sejak lahir,
Allah juga telah memberikan petunjuk berupa ajaran agama yang didalamnya berisikan
tuntunan serta tujuan dari hidup mereka di dunia.

Ibadah mempunyai hubungan yang erat dengan aqidah, antaranya:


a. Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah sebenarnya yang
telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah swt.
b. Aqidah adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang
manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah swt.
c. Aqidah merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat
serta menghadapi segala cabaran dan rintangan.
d. Akidah adalah merupakan pondasi utama kehidupan keislaman seseorang. Apabila
pondasi utamanya kuat, maka bangunan keimanan yang terealisasikan dalam bentuk
amal ibadah orang tersebut pun akan kuat pula.
e. Amal ibadah tidak akan bisa benar tanpa dilandasi akidah yang benar. amal ibadah
dinilai benar apabila dilakukan hanya untuk Allah semata dengan ittiba’ Rasul SAW.

Manusia diberi bekali akal pikiran agar dengan akal pikiran tersebut mereka dapat
membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mempelajari tanda-tanda kekuasaan

11
Allah, menganalisa hakikat kehidupannya sehingga dia tahu arah dan tujuan dirinya
diciptakan di dunia. Akal pikiran dan perasaan inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk-makhluk lain. Oelh karena itu manusia dipercaya untuk menjadi khalifah Allah di
Bumi.

3. Hubungan aqidah dengan muamalah

Pola pikir, tindakan dan gagasan umat islam hendaknya selalu bersendikan pada aqidah
Islamiyah. Ungkapan “buah dari aqidah yang benar (Iman) tidak lain adalah amal sholeh”
harus menjadi spirit dan etos ummat Islam. Pribadi yang mengaku muslim mestinya selalu
menebar amal shalih sebagai implementasi keimanannya di manapun mereka berada. Tidak
kurang 60 ayat Al Qur’an menerangkan korelasi antara keimanan yang benar dengan amal
sholeh ini. Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa perintah beriman kepada Allah dan hari
akhir selalu diikuti dengan perintah untuk melaksanakan amal shalih. Inilah makna operatif
dari ungkapan “al-Islamu ‘aqidatun wa jihaadun”, bahwa kebenaran Islam itu harus diyakini
sekaligus juga diperjuangkan pengamalannya secara sungguh-sungguh dalam konteks
kemaslahatan dan bebas dari perilaku teror.

Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal
tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu
peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah segala
aturan islam yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan
baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik. Untuk dapat mewujudkan aqidah yang
kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan
suatu adanya

Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang
lain: akhlaq, ibadah, dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah yang
benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi,
hubungan antara aqidah dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat
resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan
bermuamalah yang baik akan memelihara aqidah.

12
Dengan kata lain, ibadah adalah pelembagaan aqidah dalam konteks hubungan antara
makhkluq dengan Khaliq; akhlaq merupakan buah dari aqidah dalam kehidupan yang etis
dan egaliter; dan muamalah sebagai implementasi aqidah dalam masyarakat yang
bermartabahat dan menebar maslahat. Karena itu, agar aqidah tumbuh dan berkembang,
aqidah harus operatif dan fungsional. Di Indonesia kita menyaksikan beberapa ormas Islam
yang telah berhasil mengembangkan amal usaha atau unit pelayanan umat seperti Panti sosial
dan anak yatim, lembaga pendidikan dan pondok pesantren, balai pengobatan dan rumah
sakit, lembaga pengumpul dan penyalur zakat serta lembaga-lembaga sosial keagamaan
lainnya. Lembaga atau unit pelayanan umat tersebut, meminjam istilah M. Amin Abdullah,
merupakan bentuk faith in action, buah keimanan yang aktif dan salah satu bentuk
pengejawantahan ‘tauhid sosial’ atau ‘theologi pembangunan’. Sayanya, tidak sedikit
buah faith in action tersebut yang terjebak pada bebagai kepentingan mulai dari ekonomi
hingga politik.

Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi penyangga seluruh sendi keber-Islaman, aqidah
harus dijaga, dipelihara dan dipupuk sehingga bisa hidup subur dalam pribadi setiap Muslim.
Pentingnya memelihara aqidah ini juga tersirat dalam Sirrah Nabawiyah. Saat membangun
masyarakat Islam di Makkah dan Madidah selama 23 tahun Rasulullah Muhammad SAW
tidak kenal lelah membina aqidah umatnya. Mengingat pentingnya aqidah ini bisa dimengerti
bila setiap surat dalam Al Quran mengandung pokok-pokok ajaran keimanan.

Di tengah pasar bebas nilai dan ideologi saat ini, upaya merevitalisasi aqidah serasa
memperoleh momentum. Mudah tergiurnya sebagian umat pada faham atau aliran-aliran
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam merupakan efek dari lemahnya aqidah
mereka. Ketidak peduliaan sebagian umat Islam terhadap kerusakan lingkungan dan
kebobrokan moral juga indikasi rapuhnya bangunan aqidah. Mulai memudarnya etos dan
jiwa voluntarisme di kalangan umat dan semakin menguatnya syahwat duniawi adalah
konsekuensi logis dari redupnya aqidah. Saatnya sekarang membenahi dan merevitalisasi
aqidah agar umat memiliki pondasi yang benar, kokoh dan fungsional. Dengan bekal ini faith
in action bisa dilipatgandakan untuk menghadirkan pesona Islam yang lebih “ihsan pada
kemanusiaan.”

13
Ajaran islam yang mengatur prilaku manusia baik dalam kaitanya sebagai makhluk
dengan tuhannya maupun dalam kaitannya sebagai sesama mahluk, dalam term fiqih atau
ushul alfiqh disebut dengan syariah. Sesuai dengan aspek yang diaturnya, syariah ini terbagi
kepada dua yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah syariah yang mengatur hubungan
antara manusia dengan tuhannya, sedangkan muamalah adalah syariah yang mengatur
hubungan antara sesama manusia. Pada gilirannya kegiatan ekonomi sebagai salah satu
bentuk dari hubungan antara manusia ia bukan bagian dari aqidah, akhlaq dan ibadah
melainkan bagian dari muamalah. Namun demikian masalah ekonomi tidak lepas dari
maspek aqidah, akhlak maupun ibadah sebab dalam prespektif islam prilaku ekonomi harus
selalu diwarnai oleh nilai-nilai aqidah, aklak dan ibadah.

D. Asas (dasar), bina (bangunan) dan mu’ayydiat (penegak) Al- Islam

Asas bangunan Islam adalah asas yang paling kokoh yaitu aqidah yang terangkum dalam
syahadatain (rukun Islam pertama) dan enam rukun Iman. Sedangkan asas yang lain seperti
tepian jurang yang hampir longsor 9:109 inilah perbandingan antara asas aqidah (takwa) dan asas
lainnya. Bangunan yang didirikan atas asas akidah akan kokoh. Bangunan berasas yang lainnya
akan roboh dan jatuh ke jurang berbahaya sekali pondasi atau asas.

Keperluan akan tingkat kekuatan pondasi bergantung pada bangunan yang akan didirikan
di atasnya warung berdinding anyaman bamboo, cukup tanah, rumah biasa, kedalaman satu
meter cukup, dan pencakar langit? • Bagaimana dengan Islam? Islam adalah tinggi, tidak ada
yang lebih tinggi dari Islam bangunan tertinggi dan pondasinya mesti super kuat. Wajar kalau
Rasulullah SAW membuat pondasi ini memerlukan waktu lebih banyak (13 tahun)

Bangunan ini didirikan di atas pondasi akidah yang kokoh yang berdiri tegak yang memiliki
pengertian berikut:

1. IBADAH dalam arti luas: mahdhah (khusus, ritual) dan ‘ammah (semua perbuatan baik,
termasuk empat dinding-dinding tadi)

14
2. AKHLAK: tata pergaulan antara manusia dengan Allah, sesamanya, lingkungan, dan juga
dirinya sendiri Bangunan (Al-Bina) RASM

Pendukung atau atap yang akan melindungi penghuninya dari panas dan hujan, adalah
JIHAD dan DAKWAH. Bangunan tanpa atap terancam hancur, dan tidak banyak fungsinya
sebagai tempat berlindung. Kondisi sekarang? Atapnya bocor-bocor bahkan hilang! Karena
meninggalkan jihad dan dakwah, umat Islam kehilangan perlindungan dan hancur serta terpecah-
pecah, khususnya sejak 1924 (jatuhnya khilafah Islamiyah terakhir) Pendukung atau Atap.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Aqidah secara etimologi; Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah
adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah scara syara’ yaitu iman kepada Allah,
para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, Para RasulNya dan kepada hari akhir serta kepada
qadar yang baik mupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

2. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminology) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin.

3. Muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan urusan dunia, dan
kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya.

4. Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak”


berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat
diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

5. Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang
lain: akhlaq, ibadah dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah yang
benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai
pondasi, hubungan antara aqidah dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga

16
bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq
karimah, dan bermuamalah yang baik akan memelihara aqidah.

6. Aspek Aqidah, Ibadah, Akhlak, dan Mu’amalah Duniawiyah tidak dipisahkan satu
dengan yang lain, meskipun dapat dibedakan. Dalam memahami Islam akal dapat
digunakan sejauh yang dapat dijangkau. Hal-hal yang dirasakan di luar jangkauan akal,
diambil sikap tawaqquf dan tatwidh. Memaksa ta’wil terhadap hal-hal yang dirasakan
diluar jangkauan akal, dipandang sebagai menundukkan nash terhadap akal. Aspek
aqidah lebih banyak didasarkan atas nash, ta’wil dipergunakan sepanjang didukung oleh
qarinah-qarinah yang dapat diterima.

7. Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah
dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa
pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau
badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan
tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

B. Saran

            Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan maka penulis memberikan saran yakni Al
Quran dan sunah merupakan dua pegangan, tuntunan dan pedoman hidup serta sebagai sumber
utama bagi umat islam untuk dijadikan sebagai panduan analisis dalam mengkaji setiap
persoalan yang muncul dalam kehidupan. Oleh karena itu penting kiranya bagi umat islam untuk
terus berpegang teguh pada Al quran dan As-sunah serta untuk   memahami makna-makna yang
terkandung dalam Al quran dan As-sunah. Dan dengan Al quran dan As-sunah juga dapat
memperkuat Aqidah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak umat manusia.

17
DAFTAR PUSTAKA

 
Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, 2007. Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama’ah. Pustaka
Imam Syafi’i.

H.A Djazuli &Yadi janwari, 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.

Muhammad, 2007. Aspek Hukum dalam Muamalat.Yogyakarta: Graha ilmu.

Kaelany HD, 2009. Islam Agama Universa. Jakarta: Midada Rahma Press.

Rahmat, Jalaludin, 2007. Dahulukan Akhlak diatas Fiqih.Bandung: PT. Mizan Utama.

Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan,2000. Kitab Tauhid I .Jakarta : Yayasan Al- Sofwa.

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Pengertian Ibadah dalam Islam”, Ahlussunnah
Palembang, diakses dari http://salafiunsri.blogspot.com/2009/06/pengertian-ibadah-dalam-
islam1.html, pada tanggal 4 Desember 2012, pada pukul 9.30 P

18

Anda mungkin juga menyukai