Anda di halaman 1dari 19

TERM/LAFAZH DALAM LOGIKA/MANTIQ

Dosen Pengampu : Zulkifli Reza Fahmi, MS.

DISUSUN OLEH :
Nabila Firliya Zahra – 221310005
Ihfanudin Saputra – 221310010
Sudirman - 221310017
AFI 2 A

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA
HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Kami panjatkan Puji syukur kehadirat


Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya sehingga makalah kami yang
berjudul “Term atau lafazh dalam manti atau logika” dapat selesai tepat waktu dan baik.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Logika” dengan
dosen pengampu Bapak Zulkifli Reza Fahmi, MS. Selain itu, penyusunan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang “Aqidah”.

Saya selaku penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Afif, M.A.
Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah “Penguatan Aqidah”. Berkat tugas yang diberikan
ini, dapat menambah wawasan saya tentang topik yang diberikan.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak kekurangan. Maka
dari itu saya selaku penulis memohon maaf atas ketidaksempurnaan yang pembaca temukan
dalam makalah ini. Semoga kedepannya makalah yang saya buat bisa jauh lebih sempurna,
Terimakasih.

Serang, 30 Oktober 2022

Nabila F.

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Aqidah.......................................................................................................3
2.2. Obyek Kajian Ilmu Aqidah.........................................................................................5
2.3. Kaidah-kaidah mengambil & memahami Aqidah.......................................................6
2.4. Ruang Lingkup Aqidah...............................................................................................9
2.5. Sumber – sumber Aqidah............................................................................................9
2.6. Hal – hal yang merusak Aqidah................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Aqidah adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, terlebih kaum
muslimin. Di antara keutamaannya, perkara ini adalah tujuan penciptaan manusia dan jin.
Para rasul tidak diutus oleh Allah melainkan untuk mendakwahkan aqidah yang benar,
dan hanya dengan aqidah yang benarlah kebahagiaan dunia akhirat akan diraih.

Karena kedudukan aqidah yang sangat agung ini, terlebih fungsinya yang sangat
penting dalam kehidupan, maka sudah seharusnya setiap muslim memperhatikannya
dengan penuh kesungguhan melebihi perhatiannya kepada perkara-perkara yang lain.
Sehingga aqidah yang ia yakini benar-benar sesuai dengan al-Quran dan sunnah, serta
terjaga dari segala penyimpangan dan kekeliruan.1

Manusia hidup dalam setiap kurun waktu zamannya, setiap zaman punya ciri khas
godaan dalam berbagai aspek, sampai sejauh mana setiap orang memeluk Islam dengan
usaha untuk beriman kepada Allah swt. dengan semurni-murninya dan beramal seikhlas-
ikhlasnya. Namun hal itu tentu tidak mudah, melainkan juga harus diiringi dengan usaha
dan doa agar senantiasa dijaga oleh Allah agar dapat selamat dalam finah dunia.

Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. memiliki tiga pilar
utama, yang antara satu dan yang lainya saling berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga
pilar itu adalah Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak. Untuk pintu securiti terakhir dari penilaian
segala niat dan i’tikatd serta perbuatan manusia tergabung dalam pintu Aqidah. Yakni
sejauh mana kemampuan dan keberhasilan manusia selama hidupnya dapat menjalani
segala ujian dan lulus dalam keyakinan bahwa segalanya adalah milik dan ditentukan
atas ke-Maha Kuasaan dalam Keesaan Allah swt.2

Aqidah merupakan kesatuan yang tidak pernah berubah dan berbeda dari awal
diutusnya Nabi Allah SWT yakni Adam Alaihimussalam sampai kepada Rasul
1
Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 2.
2
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 1.

1
Terakhirnya Muhammad SAW, walaupun pergantian zaman, tempat dan umat atau tidak
ada konsep perbedaan untuk setiap golongan atau masyarakat, sebagai mana yang
difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur'an surah As-Sura ayat 13.3

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud aqidah?


2. Obyek Kajian Ilmu Aqidah?
3. Kaidah-kaidah mengambil & memahami aqidah?
4. Ruang lingkup aqidah?
5. Sumber-sumber aqidah?
6. Hal – hal yang merusak aqidah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui & memahami apa aitu aqidah


2. Mengetahui & memahami obyek kajian ilmu aqidah
3. Mengetahui kaidah – kaidah mengambil & memahami aqidah
4. Mengetahui & memahami ruang lingkup aqidah
5. Mengetahui & memahami sumber-sumber aqidah
6. Mengetahui & memahami hal – hal yang merusak aqidah

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sumber informasi bagi pembaca


2. Menambah wawasan untuk penulis & pembaca

BAB II
PEMBAHASAN
3
Aqidah Islam, Nurnaningsih Nawawi hlm 1.

2
2.1. Pengertian Aqidah

Kata aqidah berasal dari Bahasa arab yakni ‫ عقيدة‬. Kata ini terambil dari
akar kata ‫ عقد‬. Secara harfiah berarti : ikatan, simpul, buhul dan transaksi. Sedangkan
menurut istilah aqidah adalah simpul keyakinan yang terikat kokoh dalam jiwa
seseorang yang tidak bercampur dengan keraguan ataupun persangkaan dan
mempengaruhi sikap dan perbuatan yang bersangkutan. Dasar pengikat akidah
bukanlah faktor tunggal, melainkan multi faktor seperti iformasi wahyu, pengalaman
hidup, hasil perenungan dan pemikiran serta nilai yang berkembang dan dianut
seseorang.4
Aqidah juga bermakna ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan
yang pasti, wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. AlQur’an mengajarkan aqidah
tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu, yang
tidak pernah tidur dan tidak beranak pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah
satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman
disebut sebagai orang orang kafir.5
Secara istilah ( terminologi ) yang umum, aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. 6 Ada definisi
lain yaitu, aqidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh yang
tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang
pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang meyakininya dan
harus sesuai dengan kenyataanya.7

Maka Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang pasti kepada Allah SWT dengan
melaksanakan kwajiban bertauhid kepadaNya, beriman kepada para MalaikatNya,
Rasul-RasulNya, Hari Kiamat, dan Taqdir yang baik dan yang buruk. 8 Dan
mengimani pula seluruh apa apa yang telah shahih tentang prinsip prinsip agama
(ushuluddin).9
4
Metodologi Studi Islam-Nurhasanah Bakhtiar Marwan hlm 53
5
Abd. Chalik. Pengantar Studi Islam: cet.6(Surabaya.Kopertais IV Pres, 2014) ), hal 46
6
Yazid Abdul Qadir Jawas. Syarah Aqidah Alhussunnah Wal Jama’ah: cet. XVI (Jakarta.Pustaka Imam Syafi’i,
2017) ), hal 27
7
Abd. Chalik. Pengantar Studi Islam: cet.6(Surabaya.Kopertais IV Pres, 2014) hlm 47.
8
Abdullah bin Abdil Aziz Al Jibrin. Mukhtasar Syarah Tashil Aqidah Al-Islamiyah: cet.V(Riyadh. Maktabah
ArRusyd, 1435) hlm 3.
9
Yazid Abdul Qadir Jawas. Syarah Aqidah Alhussunnah Wal Jama’ah: cet. XVI (Jakarta.Pustaka Imam Syafi’i,
2017) hlm 27.

3
Dari definisi di atas, baik definisi secara etimologi atau definisi secara
terminologi maka dapat disimpulkan bahwa aqidah itu bersifat harus mengikat, pasti,
kokoh, kuat, teguh, yakin. Begitu juga aqidah pantang untuk ragu, hanya sekedar
berprasangka. Harus yakin seyakin yakinya jika tidak sampai tingkat keyakinan yang
kokoh maka bukanlah aqidah. Dinamakan aqidah karena orang tersebut mengikat
hatinya dengan hal tersebut. Maka sudah seharusnya seorang muslim untuk
mempelajari mana aqidah yang shahih dan mana yang bathil. Karena jika
keyakinanya di atas keyakinan yang salah atau aqidah yang salah maka hal itu juga
akan membawa kehancuran di dunia ataupun di akherat.

Jadi aqidah adalah sesuatu yang diyakini oleh seseorang. Makna aqidah secara
bahasa akan lebih jelas jika dikaitkan dengan pengertian secara terminologis.10
Secara terminologis terdapat beberapa defenisi aqidah, antara lain:
1. Menurut Hasan Al-Banna
‘Aqaid (bentuk plural dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti
dan ditolak segalasesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.11
Dari kedua definisi tersebut dapat dijelaskan point penting berikut :
Sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia.
1. Ilmu (kebenaran) dibagi menjadi dua yaitu ilmu dlarury dan ilmu nazhariy. Ilmu
dlaury adalah ilmu yang dihasilkan oleh indera dan tidak memerlukan dalil.
Sedangkan ilmu nazhariy adalah ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian.
2. Setiap manusia mempunyai fitrah untuk mengakui kebenaran.

10
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 2.
11
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 2.

4
Indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan wahyu
untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan keraguan.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa.
Artinya sesuatu keyakinan yang belum dapat menentramkan jiwa berarti
bukanlah aqidah
5. Menolak segala sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran itu.
Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang
bertentangan
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya
terhadap dalil.12

2.2. Obyek Kajian Ilmu Aqidah

Secara global obyek kajian ilmu aqidah meliputi Tauhid, Iman, Islam,
Ghaibiyah (hal hal ghaib), Kenabian, Taqdir, Berita berita tentang kejadian masa lalu
atau yang akan datang, Dasar dasar hukum yang telah pasti, seluruh dasar dasar
agama atau keyakinan, termasuk pula bantahan terhadap semua aliran atau sekte yang
menyempal dan menyesatkan.13 Sedikit kita singgung penjelasan tentang tauhid, iman,
islam dan ghaibiyah.
Tauhid adalah mengikhlaskan amal ibadah hanya untuk Allah ta’ala semata,
tidak ada sekutu bagiNya dalam ibadah. Maka tauhiditu semakna dengan ikhlas.
Tauhid merupakan kajian ilmu aqidah yang paling mulia dan merupakan esensinya.
Maka dari itulah ilmu ini disebut ilmu Tauhid menurut salaf.14
Iman adalah kepercayaan yang dipercayai oleh seseorang yang berkenaan
dengan agama, keyakinan maupun kepercayaan kepada Tuhan, nabi, kitab dan
sebagainya. Dalam ajaran agama Islam, iman berarti kepercayaan, keyakinan kepada
Allah, nabi-nabi-NYA serta kitab yaitu Al-Quran dan lain sebagainya.15
Islam adalah salah satu agama Samawi yang diturunkan melalui wahyu, islam
juga adalah agama yang sempurna.16
12
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 3.
13
Ibid hlm 28.
14
6 Pilar Aqidah & manhaj hlm 17.
15
Dasar-dasar aqidah islam
16
Dewan Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Pusat bahasa Dep. Pendidikan Nasional. Jakarta.
2001 hlm 12

5
Ghaibiyah adalah sikap berserah diri kepada qadar dan mengembalikan segala
sesuatu yang dihadapi manusia dalam kehidupan ini kepada ketentuan gaib dan mitos
bahwa perbuatan manusia tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

2.3. Kaidah-kaidah mengambil & memahami Aqidah

Agar aqidah terjamin kebenaran dan kemurniannya, hendaknya ketika mengambil,


mengkaji, dan memahaminya menggunakan metode/ kaidah di bawah ini:
1. Sumber aqidah yang benar adalah al-Quran, sunnah yang shahih [seluruh perawinya
dapat diterima], serta ijmak para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Perintah untuk merujuk ketiga sumber di atas dalam segala masalah, terutama
masalah aqidah tercantum dalam firman Allah SWT :

“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya [terserah]


kepada Allah.”

[QS. Asy-Syura: 10].

“Apapun yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” [QS. Al-Hasyr: 7].

“Dan Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran


baginya dan justru mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka
Kami akan membiarkannya leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu,
dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu tempat
kembali yang terburuk.” [QS. An-Nisa: 115].

Ketiga pokok di atas akan menjadi sumber aqidah yang benar bilamana
disertai dengan rasa pengagungan dan ketundukan mutlak terhadap nash-nash yang
terkandung di dalamnya.

2. Setiap hadits yang shahih wajib diterima dan diamalkan. Karena hadits shahih
memiliki kedudukan yang sama dengan al-Quran, hal ini telah ditegaskan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“Ingatlah, sesungguhnya aku telah diberi al-Quran dan yang semisalnya
[hadits] bersamanya.” [HR. Ahmad, shahih].

Oleh karena itu, hadits shahih adalah sumber aqidah setelah al- Quran, selain
itu hadits shahih juga berfungsi sebagai penjelas untuk al-Quran.

6
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

“Dan Kami turunkan kepadamu adz-dzikr [sunnah] agar kamu


menjelaskan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka, dan agar
mereka berpikir.” [QS. An-Nahl: 44].

Ketika al-Quran menyebutkan sebuah perkara secara umum, maka penjelasan


dan perinciannya ada dalam sunnah [hadits] yang shahih. Adapun hadits yang lemah
[dha’if], maka tidak bisa menjadi sumber dalam aqidah dan perkara agama secara
umum.

3. Memahami ayat dan hadits shahih tentang aqidah dengan benar. Yaitu dengan tidak
mengubah makna ayat atau hadits dari makna lahirnya, dan bila makna lahirnya tidak
jelas, maka sebaiknya merujuk kepada ayat lain, hadits lain, atau pemahaman para
salafus shalih [sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in] serta para ulama yang mengikuti
jejak mereka dalam masalah aqidah. Karena mereka adalah pewaris Nabi, maka sudah
barang tentu mereka lebih paham tentang agama ini daripada yang lain.

Dikarenakan al-Quran dan sunnah berbahasa Arab, maka untuk memahami


keduanya dibutuhkan penguasaan bahasa mulia ini. Imam Syafi’i berkata, “Al-Quran
tidaklah diturunkan kecuali dengan bahasa Arab, karenanya orang yang tidak
memahami luasnya bahasa Arab, maka ia tidak akan mampu menjelaskan ilmu yang
terkandung di dalam kalimat-kalimat al-Quran dengan banyak ragamnya. Orang yang
menguasai bahasa Arab tidak akan merasakan kesamaran yang dialami oleh orang
yang tidak memahami bahasa Arab.”17

Selain tiga kaidah di atas, ada kaidah-kaidah lain yang harus diperhatikan, di
antaranya:

 Segala hal yang berkaitan dengan aqidah telah dijelaskan oleh al- Quran dan sunnah,
maka tidak dibenarkan bagi seseorang untuk mengklaim bahwa ada hal-hal baru
dalam aqidah, karena hal tersebut termasuk bagian bid’ah yang sesat.
 Berserah diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wata’ala dan RasulNya, serta tidak
menyanggah al-Quran atau hadits dengan alasan qiyas, perasaan, atau pendapat
ulama.

17
Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 2-4.

7
 Akal yang sehat pasti sesuai dengan al-Quran dan sunnah yang shahih. Ketika ada
kerancuan antara keduanya, maka al-Quran dan sunnah harus didahulukan daripada
akal, karena akal tetap saja memiliki batas.
 Debat kusir dalam masalah agama sangat tercela, apalagi dalam perkara-perkara yang
tidak diketahui. Bila harus berdebat atau berdiskusi, maka hendaknya dilakukan
dengan cara yang baik, serta menahan diri dari perkara-perkara yang tidak diketahui
hakikatnya, yaitu dengan cara menyerahkannya kepada Allah Subhanahu wata’ala.18
Metode-metode di atas bila digunakan secara baik, maka akan sangat membantu kita
dalam mencari dan mengkaji aqidah/tauhid yang benar, sekaligus menjaga dari
penyimpangan dan kesalahan, tentunya setelah curahan taufik dan hidayah dari Allah
Subhanahu wata’ala.19

2.4. Ruang Lingkup Aqidah

Menurut Hasan al-Banna, ruang lingkup aqidah Islam meliputi:


1. Ilahiyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah,
seperti wujud Allah, sifat Allah, nama dan perbuatan Allah dan sebagainya.
2. Nubuwwat

18
Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 4-5.
19
Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 5.

8
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para Rasul, mu’jizat,
Rasul dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyyat
Yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti
jin, iblis, syaitan, roh, malaikat dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam’i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat
dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dan lainnya.20

2.5. Sumber – sumber Aqidah

Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah artinya informasi apa saja
yang wajib diyakini hanya diperoleh melalui Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Al-Qur’an
memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu. Firman Allah :
... Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat, bagi orang-orang yang berserah diri
(QS. Al- Nahl/16: 89)
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya berfungsi
untuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan
mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an
dan Al-Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus didasari oleh semua kesadaran bahwa
kemampuan akal manusia sangat terbatas.
Informasi mengenai pencipta alam ini dan seisinya adalah dalil Allah yang hanya
bisa diketahui melalui Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Manusia dengan akalnya semata
tidak dapat mengetahui siapa yang meciptakan alam. Akal manusia hanya dapat
memikirkan keteraturan dan keseimbangan.
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah dalam al-Qur’an dan Rasulullah dalam sunnah-nya wajib
diimani, diyakini, dan diamalkan. Akal fikiran sama sekali bukan sumber aqidah
Islam, tetapi merupakan instrumen yang berfungsi untuk memahami nash-nash yang

20
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 4.

9
terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan– membuktikan
secara ilmiyah kebenaran yang disampaikan oleh al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus
didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai
dengan terbatasnya kemapuan semua makhluk Allah. Akal tidak akan mampu
menjangkau masa’il ghaibiyah (masalah-masalah ghaib), bahkan akal tidak akan
sanggup menjangkau sesuatu yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Misalnya, akal
tidak mampu menunjukan jawaban atas pertanyaan kekekalan itu sampai kapan? Atau
akal tidak sanggup menunjukan tempat yang tidak ada di darat atau di laut, di udara
dan tidak dimana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Oleh sebab itu akal tidak boleh dipaksa memahami hal-hal ghaib tersebut dan
menjawab pertanyaan segala sesuatu tentang hal-hal ghaib itu. Akal hanya perlu
membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa risalah tentang hal-hal
ghaib itu bisa dibuktikan secara ilmiyah oleh akal fikiran.
Berkenaan dengan peneyelidikan akal untuk menyakini aqidah Islam, terutama
yang berkenaan dengan hal-hal ghaib di atas, manusia dipersilahkan untuk
mengarahkan pandangan dan penelitianya kepada alam semesta ini, di bumi, di langit,
dan rahasia-rahasia yang tersimpan pada keduanya.
Manusia diperintahkan untuk memperhatikan bagaimana langit ditegakan tanpa
tiang seperti yang kita lihat, dan bumi dihamparkan dan dibangun dengan suasana
yang teratur dan teguh dalam sebuah sistem yang saling berjalin berkelindan.
Penyelidikan akal yang mendalam pasti akan mengatakan dan meyakinkan, bahwa
alam ini mustahil tercipta dengan sendirinya dan timbul karena kekuatan-kekuatan
yang bertentangan satu sama lain, seperti keyakinan dalam naturalisme. Penyelidikan
akal secara cermat dapat melahirkan pengakuan mutlak bahwa semua alam semesta
yang teratur, rapi, dan berjalan menurut hukum yang tetap dan tak berubah-ubah
mensyaratkan ada penciptanya, pengatur dan pemeliharanya. Oleh karena itu, al-
Qur’an berkali-kali menganjurkan dan memberikan petunjuk ke arah penyelidikan
dalam menetapkan aqidah dengan cara demikian.21

2.6. Hal – hal yang merusak Aqidah

Ada beberapa hal yang merusak aqidah, diantaranya sebagai berikut :

21
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 4-7.

10
1. Syirik
Syirik adalah dosa yang tidak akan terampuni, syirik menyekutukan Allah adalah
hal yang harus dihilangkan. Paham ini telah ada sejak zaman Nabi saw. yaitu yang
terjadi pada paman nabi Abi Thalib. Dalam Islam selalu mengajarkan tentang
keimanan. Syirik adalah suatu paham yang mana orang yang musyrik telah terlaknat
sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. al-Nisa’/4:116.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa orang musyrik
orang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu dan dia (Allah) akan
mengampuni dosa-dosa selain ia, bagi barang siapa yang syirik yaitu
mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka betul-betul dia telah sesat.”
Allah sangat murka kepada orang musyrik sehingga apa saja yang mereka
kerjakan Allah tidak akan memberinya pahala, agama lama banyak yang mirip agama
syirik seperti agama majusi yang ada di negeri Persia adalah agama syirik,
mempercayai tuhan lebih dari satu yaitu tuhan gelap dan tuhan terang. Orang hindu
mengakui adanya tuhan brahma, wisnu dan siwa begitu halnya dengan agama lain
selain Islam.
Tidak akan pernah masuk surga orang-orang yang syirik, neraka jahanam
adalah tempatnya. Seseorang yang mengaku Islam tapi ia enggan menyambah Allah
dan menyekutukan Allah dialah orang yang musyrik. Allah telah menjanjikan bagi
orang-orang yang ta’at yaitu syurga. Kita tengok ke zaman dahulu (orang arab
jahiliah). Mereka menyembah benda-benda mati seperti batu, ada juga yang
menyambah pohon besar.Mereka menganggap semua itu adalah Tuhan yang mampu
memberikan pertolongan.Bahkan mereka beranggapan bahwa bintang di langit
mempunyai Tuhannya sendiri-sendiri.22
Pada umumnya di era yang modern ini perbuatan syirik di tunjukkan dengan
hal-hal yang baru atau modern pula.Misalnya, dalam bidang teknologi. Orang tidak
dapat hidup tanpa teknologi, contoh kecilnya adalah HP. Setiap waktu dan setiap saat
selalu menenteng Hp bahkan hendak menunaikan sholat lebih mengutamakan Hp.
Orang percaya bahwa Allah maha tinggi dan maha sempurna.tetapi mereka masih
menomer duakan. Setiap orang beriman harus merasa terpanggil untuk membetulkan
aqidah yang salah ini sehingga harus meningkatkan keimanan kita dan dakwah.Jalan
dakwah tadi hanya bisa dengan tulis menulis, radio dan lain-lain.Cara berpakaian

22
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 91-92.

11
santun dan berucap sopan juga merupakan dakwah. Ke Esaan tuhan yang menjadi inti
dari agama tauhid seperti dalam firmannya, dalam surat Al-Ikhlas: 1-4 “Katakanlah
bahwa Allah itu satu……”.
Paham syirik bukan menyangkut i’tiqad tetapi amaliyah bersihkan diri dari
paham syirik. Di dalam al- Qur’an hal- hal yang termasuk syirik itu antara lain:
a. Berhakim pada taghut
Memutuskan suatu perkara atau sengketa dengan hukum buatan manusia
bukan dengan al-Qur’an dan hadis Rasullulah
b. Memakai jimat (tamimah)
Jimat ini biasanya di pakai di leher, tangan ataupun sebagai ikat pinggang
hal ini di lakukan dengan tujuan agar mendapat keselamatan atau terhindar dari
bahaya.
c. Minta berkah pada benda mati
Benda yang di gunakan biasanya yang berukuran besar misalnya batu dan
pohon hal ini di lakukan dengan memakai sesaji dengan tujuan meminta berkah
d. Bersumpah dengan selain Allah
Seperti dalam hadist nabi, hadits dari Ibnu Umar Rasullulah saw bersabda
jangan kamu bersumpah dengan bapak-bapakmu dan barang siapa yang
bersumpah Allah, maka hendaklah di benarkan. Barang siapa yang bersumpah
dengan Allah maka hendaknya kamu ridho, karna dialah yang punya dan barang
siapa yang tidak ridho maka dia bukan dari Allah.23

2. Tahayul
Tahayul merupakan cerita-cerita bohong tidak masuk akal, di hubungkan dengan
aqidah yang merupakan cerita dongeng-dongeng orang dahulu.Thayul ada sejak
zaman neolitikum yaitu bagi agama animiz di zaman purba.Nenek moyang kita
sebanernya bertujuan baik untuk memberikan cerita-cerita kepada anak cucunya.
Terutama dongeng sebelum tidur.akan tetapi dalam cerita itu membuat anak menjadi
kerdil karna tidak masuk akal misalnya masalah hari kalau akan berpegian jangan
berangkat pada hari selasa dan hai agama lairi sabtu, sebab. Sebab kedua hari ini

23
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 92-94

12
adalah sial- sial. Hal ini akan menjadikan seseorang takut berpergian dihari tersebut,
begitu juga dengan hal yang lainya.
Dari cerita- cerita bohong tersebut akan merusak akidah hal- hal yang seharusnya
kita hilangkan untuk memperbaiki akidah kita seperti dalam firman Allah dalam QS.
al-Nahl/16:105, Artinya :
“Sesungguhnya orang- orang yang mengadakan kebohongan ialah orang-
orang yang tidak beriman terhadap ayat Allah dan mereka itulah orang- orang
pendusta.”
Untuk menghilangkan dari penafsiran yang dibuat- buat sebagai manusia yang
beriman haruslah teguh pendirian dan dapat membedakan antara yang hak dan yang
bathil.24
3. Khurafat
Khurafat adalah merupakan suatu kepercayaan yaitu percaya kepada yang ghaib
yang tidak berdasar pada al-Qur’an dan hadis. Khurafat ini ada yang berasal dari
agama lama. Dan ada pula dari agama lain (nasrani) dan ada pula tumbuh dikalangan
umat islam sendiri. Kehancuran berfikir itu kini telah melanda umat islam
merobohkan islam dari lalu lintas kehidupan modern. Dan tahayul khurafat inilah
yang membawa umat islam menyeleweng, dari akidahnya yang asli disamping itu
membawa kepada jiwa materialis modern.
Hal- hal tersebut (syirik, bidah, tahayul, dan khurafat) merupakan penyakit hati
yang akan mengotori aqidah umat islam sebagai muslim yang sejati yang seharusnya
diterapkan dalam hati setiap muslim dengan mengakui adanya keagungan allah. Meng
Esakannya dan memuliakannya untuk menuju ke dalam ridhonya.25

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan prinsip utama dalam pemikiran
islami yang dapat membina setiap individu muslim sehingga memandang alam
24
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 94.
25
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad Rusmin, M.Pd.I,
Aqidah Akhlak, hlm 95.

13
semesta dan kehidupan demgan kacamata tauhid dan menghadirkan konotasi yang
valid bagi mereka yang mereflesikan perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar
inilah aqidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu meciptakan
mukjizat dan merealisasikan kemenangan besar di permulaan islam.
Aqidah juga memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap
seorang muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa di
sesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut
tanggung jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia
biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa
tanggung jawab di hadapannya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan akhlak dari
kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam
kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Abdil Aziz Al Jibrin. Mukhtasar Syarah Tashil Aqidah Al-Islamiyah: cet.V

(Riyadh. Maktabah ArRusyd, 1435) hlm 3.

Abd. Chalik. Pengantar Studi Islam: cet.6(Surabaya.Kopertais IV Pres, 2014) ), hlm 46


14
Abd. Chalik. Pengantar Studi Islam: cet.6(Surabaya.Kopertais IV Pres, 2014) hlm 47.

Aqidah Islam, Nurnaningsih Nawawi hlm 1.

Dasar-dasar aqidah islam hlm 18.

Dewan Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Pusat bahasa Dep. Pendidikan

Nasional. Jakarta. 2001 hlm 12

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 1.

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 2.

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 3.

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 4.

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 4-7.

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 91-92.

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 92-94

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 94.

Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M.Ag Dr. La Ode Ismail Ahmad, M.Th.I Dr. Muhammad

Rusmin, M.Pd.I, Aqidah Akhlak, hlm 95.

Ibid hlm 28.

Metodologi Studi Islam-Nurhasanah Bakhtiar Marwan hlm 53

15
Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 2.

Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 2-4.

Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 4-5.

Serial dasar-dasar islam “Menjaga Aqidah” hlm 5.

Yazid Abdul Qadir Jawas. Syarah Aqidah Alhussunnah Wal Jama’ah: cet. XVI

(Jakarta.Pustaka Imam Syafi’i, 2017) hlm 27.

6 Pilar Aqidah & manhaj hlm 17.

16

Anda mungkin juga menyukai