Anda di halaman 1dari 24

KEIMANAN/ AQIDAH ISLAM

MAKALAH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi
Islam

Dosen Pengampu:
Ainul Abid M.Pd

Disusun Oleh:
Mely Husniyyati

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS BILLFATH
2023
DAFTAR ISI

KEIMANAN/ AQIDAH ISLAM............................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

2.1 Pengertian Aqidah Islam ............................................................................... 6

2.2 Konsep Ketuhanan Dalam Islam ................................................................... 7

2.3 Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu ........................................................ 10

2.4 Pembagian Tauhid ....................................................................................... 12

2.5 Pembuktian Eksistensi Allah ....................................................................... 14

2.5 Pemurnian Aqidah Tauhid ........................................................................... 16

2.6 Kiat-kiat Pemeliharaan Aqidah ................................................................... 19

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21

3.2 Saran ............................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 24


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolonganya-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


karunianya baik secara fisik maupun akal pikiran sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Metologi Islam
dengan judul “Keimanan/ Aqidah Islam.”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, agar makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada penulisan makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen pengampu Metodologi Islam yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini.

Lamongan, 29 November 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling
utama adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, sang pencipta.
Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena
tidak ada orang yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal
penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-


lengkapnya bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah
bimbing mereka dengan mengurus para Rasul semuanya menyerukan kepada
tauhid agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang pencipta melalui wahyu
yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang
menolaknya disebut kafir serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang
merupakan bagian dari kekafiran.

Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalannya, maka apabila suatu umat
sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu.
Di sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan
keberhasilan dunia dan akhirat. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap
seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang muslim, baik ideologi, politik,
sosial, budaya pendidikan dan sebagainya.

Aqidah Islam, sebagai fondasi keyakinan umat Muslim, memiliki peran yang
sangat vital dalam membentuk identitas dan perilaku individu Muslim. Aqidah
merupakan suatu sistem keyakinan yang mencakup kepercayaan terhadap Allah,
malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir. Meskipun
aqidah Islam sudah menjadi bagian integral dari kehidupan umat Muslim, namun
dalam konteks perkembangan zaman, terdapat beberapa perubahan dan tantangan
yang memerlukan pemahaman dan peneguhan ulang terhadap aqidah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian Aqidah Islam?


2. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?
3. Bagaimana kiat-kiat pemeliharaan Aqidah?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami pengertian Aqidah Islam.
2. Untuk memahami konsep ketuhanan dalam Islam.
3. Untuk memahami kiat-kiat pemelihar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqidah Islam
Akidah atau Aqidah (bahasa Arab: ‫العقيدة‬, translit. al-‘aqīdah) adalah intisari
atau pokok dalam agama Islam, yang mana intinya adalah menegaskan bahwa
Allah satu-satunya tuhan dan satu-satunya yang berhak disembah atau diibadahi,
menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang harus diteladani
oleh seorang muslim, serta mengetahui, meyakini, dan mengamalkan rukun Islam
dan rukun Iman.

Istilah “Aqidah” atau sering dieja “akidah” berasal dari kata bahasa Arab: al-
ْ yang berarti “ikatan”, at-tautsiiqu (ُ‫ )الت َّ ْوثِيْق‬yang berarti “kepercayaan
‘aqdu (ُ‫)العَ ْقد‬
atau keyakinan yang kuat”, al-ihkaamu (ُ‫ )اْ ِإلحْ كَام‬yang artinya “mengokohkan” atau
“menetapkan”, dan ar-rabthu biquw-wah (ُ‫)الربْطُبِق َّوة‬
َّ yang berarti “mengikat dengan
kuat”.

Sebagian besar umat Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan kata “Aqidah”.
Karena Istilah ini selalu muncul dalam pelajaran agama Islam. Namun, tidak
semua orang memahami dengan benar apa itu Aqidah dan fungsinya dalam
kehidupan. Secara umum, pengertian aqidah adalah ikatan atau keyakinan yang
kuat pada seseorang terhadap apa yang diyakininya.

Dalam Islam, Aqidah mencakup iman kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya.
Secara bahasa, Aqidah dapat diartikan sebagai ikatan atau kepercayaan.
Sedangkan dari segi aqidah adalah keyakinan yang kuat terhadap suatu zat tanpa
ada keraguan sedikit pun.

Secara garis besar Aqidah Islam mencakup semua rukun iman, yaitu iman
kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat dan iman kepada Qada dan
Qadar. Pada hakekatnya, pengertian Aqidah adalah suatu keyakinan tertentu tanpa
ada keraguan sedikit pun. Oleh karena itu, berpegang pada Aqidah yang benar
merupakan kewajiban bagi umat Islam.

Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah dapat didefinisikan sebagai


berikut:
• Hal-hal yang wajib diketahui dan diyakini oleh hati (pikiran dan hati).
• Iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang
yang meyakininya.

Berdasarkan defenisi tersebut, Akidah dapat didefinisikan keimanan yang


teguh dan pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban beribadah dan
taat kepada Allah, beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-
kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk, serta segala permasalahan yang telah
jelas dan shahih tentang landasan Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang
ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih,
serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih
serta ijma' salaf as-shalih.

2.2 Konsep Ketuhanan Dalam Islam


Konsep ketuhanan dalam Islam adalah salah satu konsep sentral dalam ajaran
agama Islam. Hal ini lebih mengacu kepada keyakinan dasar umat Muslim tentang
Allah SWT beserta dengan sifat-sifat-Nya.

Dalam ajaran Islam, umat Muslim hanya menyembah dan mempertuhankan


Allah SWT, tiada lain selain Dia. Untuk itu, umat Muslim perlu mempunyai
kesadaran tauhid dalam dirinya. Tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah
SWT sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala
sesuatu yang ada di alam ini. Dengan mempelajari dan memahami konsep
ketuhanan dalam Islam, maka kaum Muslimin akan semakin meningkatkan
keimanannya kepada Allah SWT dengan cara mengerjakan ibadah fardhu dan
sunnah.

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, Ketuhanan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat keadaan Tuhan atau segala sesuatu
yang berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Tuhan dalam bahasa arab disebut
ilaah yang berarti dalam "Ma'bud" (yang disembah). Perkataan ilah, yang selalu
diterjemahkan "Tuhan", dalam Al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai
objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia.
Dalam konsep Islam, Ketuhanan disebut dengan menyembah Allah SWT dan
meyakini bahwa Allah sebagai Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang
Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta
alam. Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa.

Agama Islam yang diturunkan Allah ta'ala kepada manusia melalui rasul-rasul-
Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah ta'ala,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.

Konsep ketuhanan dalam Islam artinya adalah meyakini. menyembah, dan


mempertuhankan Allah SWT, tiada lain selain Dia. Selain itu, Ketuhanan berarti
tunduk kepadaNya, merendahkan diri di hadapanNya, takut dan
mengharapkanNya, kepadaNya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan,
berdo'a dan bertawakkal kepadaNya untuk kemaslahatan diri, meminta
perlindungan dari padaNya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatNya
dan terpaut cinta kepadaNya.

Ada beberapa surat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Ketuhanan dalam


Islam, adalah sebagai berikut:

1. Surat Al-Ikhlas ayat 1-4

Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat


meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas:1-4)

2. Surat Al-An’am ayat 1

َُ‫ُِوالنُّ ْو َرُەُۗث َّمُالَّ ِذيْنَ ُ َكفَر ْواُ ِب َُر ِب ِه ْمُ َي ْعدِل ْون‬ ُّ ‫ُو َج َعلَُال‬
َ ‫ظلمٰ ت‬ َ ‫ض‬ َ ْ ‫ُِو‬
َ ‫اْل ْر‬ َ ‫ِيُ َخلَقَ ُالسَّمٰ ٰوت‬ ِ ‫ا َ ْل َح ْمد ِ ه‬
ْ ‫ُّلِلُالَّذ‬

Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi,
dan menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih
mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu."
3. Surat Ash-Shad ayat 65

ْ ‫ُال َواحِ د‬
‫ُالقَ َّها ُر‬ ‫ق ْلُاِنَّ َمآُاَن َ۠اُم ْنذ ٌِرُ َّۖو َماُمِ ْنُا ِٰلهُا َِّْل ه‬
ْ ‫ُّٰللا‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya seorang


pemberi peringatan, tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Maha
Perkasa,"

4. Surat al-Insan ayat 30

ُ‫ع ِل ْي ًماُ َح ِك ْي ًم ۖا‬ ‫َو َماُتَش َۤاء ْونَ ُا َِّْلُٓاَ ْنُيَّش َۤا َء ه‬
َ ‫ُّٰللاُۗا َِّن ه‬
َ ُ َ‫ُّٰللاُ َكان‬

Artinya: "Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali


apabila Allah kehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana."

Berikut ini terdapat beberapa elemen konsep Ketuhanan dalam Islam:

1. Kepercayaan kepada Allah yang Satu

Ajaran Islam menganut monoteisme ketat (Tauhid). Umat Islam


meyakini bahwa hanya ada satu Allah yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana,
dan Maha Pengasih. Tidak ada yang setara dengan-Nya, dan tidak ada
Tuhan selain-Nya. Ini dikenal sebagai Tauhid Rububiyyah (kepercayaan
kepada Allah sebagai Pencipta dan Penguasa semesta).

2. Ketuhanan dalam Ibadah (Tauhid Uluhiyyah)

Konsep ini mengajarkan bahwa semua bentuk ibadah dan penghambaan


harus hanya ditujukan kepada Allah. Umat Islam dilarang menyembah
atau mengabdi pada sesuatu selain Allah, termasuk berhala, patung, atau
makhluk lainnya. Ini mencakup shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah
lainnya.

3. Sifat-sifat Allah

Islam mengajarkan berbagai sifat dan atribut Allah yang dinyatakan


dalam Al-Quran dan Hadis. Beberapa sifat-sifat tersebut mencakup
Rahman (Maha Pengasih), Rahim (Maha Penyayang), Al-Quddus (Maha
Suci), Al-Hakim (Maha Bijaksana), dan sifat-sifat lain yang menunjukkan
kekuasaan, kasih sayang, dan kebijaksanaan Allah.

4. Allah sebagai Pencipta

Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu di alam


semesta. Tidak ada yang ada kecuali karena kehendak-Nya, dan Dia
mengatur segala sesuatu dengan sempurna.

5. Pengabadian diri kepada Allah

Konsep ini mencakup pengabdian diri secara penuh kepada Allah dalam
segala aspek kehidupan. Muslim diharapkan untuk hidup sesuai dengan
ajaran agama, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

6. Kepercayaan pada Hari Kiamat

Umat Islam meyakini bahwa ada Hari Kiamat di mana semua manusia
akan dihidupkan kembali dan akan diadili oleh Allah atas perbuatan
mereka di dunia. Orang-orang yang beriman akan mendapatkan pahala,
sedangkan yang berdosa akan mendapatkan hukuman.

Konsep ketuhanan dalam Islam sangat penting karena menjadi dasar bagi
seluruh ajaran dan praktik keagamaan. Keimanan kepada Allah, pengabdian
kepada-Nya, dan mengikuti ajaran-Nya adalah prinsip-prinsip utama dalam hidup
seorang Muslim. Selain itu, konsep ketuhanan dalam Islam juga mencerminkan
hubungan yang mendalam antara manusia dan Allah, di mana manusia mencari
petunjuk, pengampunan, dan rahmat-Nya dalam hidup mereka.

2.3 Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu


Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan
dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan
adalah sesuatu yang ghaib, sehingga imformasi tentang Tuhan hanya berasal dari
manusia walaupun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional,
tidak akan benar. Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara
lain tertera dalam:
1. Al-Anbiya 92
Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu Agama
Tauhid oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu Agama, tetapi
mereka telah terpecah belah, mereka akan kembali kepada Allah dan Allah
akan menghakimi mereka.
2. Al-Maidah 72
Dan Isa berkata: “Hai Bani Israil sembahlah Allah Tuhanmu,
sesungguhnya orang mempersekutukan Allah pasti mengharamkan atasnya
surga sedangkan tempat mereka adalah neraka”.
3. AL-Ikhlas 1-4
“Katakanla: Dia Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhanmu yang
bergantung kepadaNYa segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Konsep Tuhan dalam agama-agama wahyu, seperti Islam, Kristen, dan Yahudi,
memiliki beberapa persamaan, tetapi juga perbedaan dalam penekanan dan
interpretasi. Berikut adalah gambaran umum tentang konsep Tuhan dalam tiga
agama ini:

1. Islam
Dalam Islam, Tuhan disebut Allah. Beberapa aspek konsep Tuhan dalam
Islam melibatkan:
• Keesaan (Tawhid): Keyakinan bahwa Allah adalah Maha Esa dan
tidak ada Tuhan selain-Nya. Tawhid adalah prinsip dasar dalam Islam.
• Sifat-sifat Allah: Allah dijelaskan melalui 99 nama atau sifat yang
mencerminkan kekuasaan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan sifat-
sifat lain yang sempurna.
• Risalah: Allah mengutus rasul-rasul-Nya, termasuk Nabi Muhammad
SAW, untuk membimbing umat manusia dengan wahyu-Nya, yang
tertulis dalam Al-Qur'an.
2. Kristen
Dalam Kekristenan, konsep Tuhan melibatkan:
• Trinitas: Keyakinan akan Tritunggal, yaitu Allah yang satu dalam
tiga pribadi ilahi, yaitu Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus.
• Yesus Kristus: Keyakinan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi
manusia untuk menebus dosa umat manusia melalui kematian dan
kebangkitan-Nya.
• Kitab Suci: Alkitab, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru, dianggap sebagai wahyu ilahi.
3. Yahudi
Dalam Yudaisme, konsep Tuhan melibatkan:
• Keesaan Tuhan: Keyakinan kuat bahwa Yahweh (Tuhan) adalah
satu-satunya Tuhan yang tidak dapat dibandingkan dengan yang lain.
• Taurat: Taurat, yang meliputi lima kitab pertama dalam Alkitab
Ibrani, dianggap sebagai wahyu ilahi yang diberikan kepada Musa
di Gunung Sinai.

2.4 Pembagian Tauhid


Jenis pembagian yang pertama ini adalah pembagian yang masyhur di masa
kontemporer ini. Pembagian yang pertama ini menitik beratkan pada sudut
pandang dari mu’allaq-nya, yaitu objek yang dibahas, yaitu Allah. Pembagian ini
mencakup dua jenis tauhid, yaitu tauhid rububiyyah dan tauhid uluhiyyah.
1. Tauhid ar-rububiyyah (‫)توحيدُالربوبية‬
Tauhid rububiyyah dapat didefiniskan sebagai pengesaan Allah dalam hal-
hal yang berkaitan dengan penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan-Nya.
Tauhid rububiyyah ini mengandung implementasi bahwasanya seorang
hamba harus memiliki keyakinan bahwa hanya Allah semata yang
Mahamencipta, Mahamengatur, Mahamenghidupkan, Mahamematikan,
Mahamemberikan rezeki, Mahakuat, dan Mahaperkasa. Atau dengan definisi
yang lebih mudah, mengesakan Allah dalam seluruh perbuatan-Nya.
Tauhid jenis ini hampir-hampir tidak ada seorang pun yang mengingkari
dari umat manusia, kecuali orang yang menyimpang dan menyombongkan
diri. Hal ini dikarenakan semua hamba memiliki fitrah dalam hatinya bahwa
ada Tuhan Yang Esa dibalik seluruh penciptaan dan pengaturan jagad raya.
Hal ini dibuktikan sebagaimana yang Allah firmankan,
َُ‫ُّلِلُِۚق ۡلُأَفَ ََلُتَتَّقون‬
ِ َّ ِ َ‫سيَقولون‬ ۡ ‫ُٱلعَ ۡر ِش‬
َ ُُ‫ُٱلعَظِ ِيمُ۝‬ ۡ ُّ‫ُو َرب‬
َ ‫س َم ٰـ َو ⁠ُٰتُِٱلس َّۡب ِع‬ َّ ‫ق ۡلُ َم‬
َّ ‫نُربُّ ُٱل‬

“Katakanlah, ‘Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang
memiliki ‘Arsy yang agung?’ Mereka akan menjawab, ‘(Milik) Allah.’
Katakanlah, ‘Maka, mengapa kamu tidak bertakwa?‘” (QS. Al-Mu’minun:
86-87).
Selain faktor fitrah, tauhid rububiyyah ini memiliki banyak sekali bukti
yang mempersaksikan bahwa hanya Allah sematalah yang menciptakan,
memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh alam lewat berbagai ayat
kauniyyat, berupa berbagai penciptaan makhluk dan alam semesta yang
sempurna, begitu juga dengan keteraturan dari kejadian yang ada di alam
semesta begitu teliti dan sempurna. Allah Ta’ala berfirman,

ࣰ ࣰ َّ
ُ‫ُربَّنَاُ َما‬
َ ‫ض‬ِ ‫ُِو ۡٱۡل َ ۡر‬
َ ‫س َم ٰـ َوُٰ⁠ت‬ ِ ‫ُويَتَفَ َّكرونَ ُفِیُخ َۡل‬
َّ ‫قُٱل‬ َ ‫علَ ٰىُجنوبِ ِه ۡم‬ َ ‫اُو‬
َ ‫اُوقعود‬ َ َ‫ٱلَّذِينَ ُيَ ۡذكرون‬
َ ‫ُٱّلِلُقِيَ ٰـم‬

َ َ ‫عذ‬
ُِ َّ‫ابُٱلن‬
‫ار‬ َ ُ‫َخلَ ۡقتَ ُ َه ٰـذَاُبَـٰطِ َلُس ۡب َح ٰـنَكَ ُفَ ِقنَا‬

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau


dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS.
Ali ‘Imran: 191)
Terdapat syair Arab yang masyhur terkait keesaan Allah dalam
rububiyyah-Nya, yaitu
َ ُُّ‫َوفِيُك ِلُشيئُلَهُآيَةٌُ—ُت َدل‬
َ ‫علَىُأنَّه‬
‫ُواحِ ُد‬
“Di dalam setiap sesuatu terdapat bagi-Nya bukti yang menunjukan bahwa
Dia adalah Esa.”

2. Tauhid al-uluhiyyah (‫)توحيدُاۡللوهية‬

Tauhid uluhiyyah dapat didefinisikan sebagai pengesaan Allah dalam


seluruh jenis ibadah, hanya ditujukan untuk Allah. Kata “ulūhiyyah” (‫)اۡللوهية‬
bermakna “ibadah”, sementara kata asal pembentuknya adalah dari “al-ilah”
(‫ )اإلله‬yang berarti “yang disembah”. Maka dari itu, tauhid ini disebut dengan
tauhid ibadah (ُ‫)توحيدُالعِبادة‬.

Dalil-dalil terkait dengan tauhid uluhiyyah, di antaranya:

ُ‫ون‬ ۡ َ‫ۥُْلُ ِإلَ ٰـهَُ ِإ َّ ْۤلُأَن َ۠اُف‬


ِ ‫ٱعبد‬ َّ ِ‫س ۡلنَاُمِ نُقَ ۡبلِكَ ُم‬
ۤ َ ‫نُرسولُ ِإ َّْلُنوحِ ۤیُ ِإلَ ۡيهُِأَنَّه‬ َ ‫َو َم ۤاُأ َ ۡر‬
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau
(Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’:
25)
Bahkan, inti dari tauhid ini yaitu ibadah, menjadi tujuan utama diciptakan
manusia dan jin di alam semesta ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

ِ ‫نسُإِ َّْلُ ِليَعۡ بد‬


ُ‫ون‬ ِ ۡ ‫ُو‬
َ ‫ٱإل‬ ۡ ‫َو َماُ َخلَ ۡقت‬
َ ‫ُٱل ِج َّن‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Konsekuensi dari implementasi tauhid ini adalah wajib bagi setiap mukallaf
untuk menyerahkan seluruh ibadah hanya kepada Allah semata. Maka
sebaliknya, jika ia menyerahkan sedikit saja dari ibadah kepada selain Allah,
maka ia terjerumus pada kesyirikan.

2.5 Pembuktian Eksistensi Allah

Tuhan secara terminology memiliki banyak bentuk sebutan yang berbeda-beda.


Ada yang menyebut God, Allah, Yang Maha Kuasa, ingkang murbahing dumadi,
dan lainnya. Dalam Islam istilah Tuhan dikenal dengan nama Allah, yang berasal
dari bahasa Arab. Siapakah Allah itu? Bagaimana wujudnya? Bahkan dalam dalil
naqli pun tidak ditemukan adanya kejelasan tentang wujud Allah yang nyata
sebenarnya seprti apa.

Tuhan tidak mungkin dan tidak akan pernah menjadi kajian ilmu, karena kajian
ilmu sangat terbatas, terukur dan selalu berubah dan diuji secara berulang-ulang
oada laboratorium manusia, secara keilmuan. Keinginan untuk membuktikan
Tuhan melalui pendekatan ilmu akan selalu mengalami kegagalan karena sudah
sejak awal tidak ditemukan metodologi yang baku, karena Tuhan tidak dapat
dibawa, diukur, ditimbang, difoto dan diujicobakan dalam laboratorium. Jadi,
bukan berarti Tuhan tidak ada karena ketidaktahuan, Tuhan barangkali dilakukan
karena kesalahan metodologi/pendekatannya.

Fazlur Rahman mengatakan Al-Quran telah menyatakan bahwa keyakinan


kepada yang lebih tinggi daripada alam adalah “keyakinan dan kesadaran terhadap
yang gaib”. Eksistensi Tuhan bagi mereka yang suka merenungi hal ini tidak lagi
diyakini sebagai sesuatu yang “irrasional” dan “tidak masuk akal” tetapi berubah
menjadi “ Kebenaran Tertinggi”. Dan yang menjadi masalah adalah bukanlah
bagaimana caranya membuat manusia beriman dengan mengemukakan bukti-
bukti “teologis” mengenai eksistensi Tuhan, tetapi bagaimana membuat manusia
beriman dengan mengalihkan perhatiannya kepadaberbagai fakta yang jelas, dan
mengubah fakta-fakta itu menjadi hal-hal yang mengingatkan manusia untuk
memahami eksistensi Tuhan. Ada 3 hal yang perlu diingat manusia untuk
memahami eksistensi Tuhan, yaitu:

• Segala sesuatu selain Allah, termasuk alam semesta senantiasa bergantung


pada Tuhan.
• Tuhan Yang Maha Besar dan Perkasa pada dasarnya adalah Yang Maha
Pengasih

Hal-Hal yang sudah pasti mensyaratkan adanya hubungan yang tepat antara
Tuhan dan manusia, yaitu hubungan antara yang diper-Tuan dengan hamba-Nya,
yang konsekuensinya melahirkan hubungan manusia dengan manusia.

Kalau eksistensi Tuhan dapat dipahami sebagai sesuatu yang bukan irrasional,
bagaimana caranya? Rahman menulis dengan jelas:

“ … begitu engkau mengurangi dari mana kemana alam semesta ini maka
engkau pasti akan menemukan Tuhan. Pernyataan ini bukan merupakan bukti
terhadap eksistensi Tuhan, karena menurut Al-Quran : Jika engkau tidak
menemukan Tuhan, maka engkau tidak akan membuktikan eksistensinya…’
Menemukan’ bukan sebuah perkataan yang hampa. Perkataan ini meminta sebuah
re-evaluasi total terhadap urutan realitas yang prima … Konsekuensi dari
penemuan adalah bahwa Tuhan tidak dapat dipandang sebagai sebuah eksistensi
diantara eksistensi-eksistensi lainnya… Tuhan ada bersama setiap sesuatu. Dialah
yang menyebabkan integritas dari setiap sesuatu itu melalui dan didalam
hubungannya dengan yang lain, berhubungan pula denganTuhan. Jadi Tuhan
adalah makna dari realitas, sebuah makna yang dijelaskan serta dibawakan oleh
alam, dan selanjutnya oleh manusia. Setiap sesuatu dialam semesta ini adalah
petanda eksistensi Tuhan… dan aktivitas-Nya yang mempunyai maksud dan
tujuan akan dilanjutkan oleh manusia.

Intinya bahwa untuk dapat mengenal dan mengetahui eksistensi Tuhan maka
lihat dan pelajarilah tanda-tanda kekuasaan dan keagunganNya.

Al-Quran juga menunjukkan cara untuk mengenal Tuhan melalui alam semesta
yang ada. Pernyataan inisesuai dengan hadis Qudsi yang berbunyi “ Aku adalah
sesuatu yang tersembunyi.Aku berkehendak untuk dikenal, maka Kuciptakan
makhluk agar mereka mengenalKu. Begitupun juga menurut Ibnu ‘Arabi dalam
studi filasafat islam.

2.5 Pemurnian Aqidah Tauhid

1. Kaidah pertama: mengapa Allah menciptakan jin dan manusia?


Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya dan menjauhi syirik.
Allah berfirman,
ِ ‫نسُ ِإ َّْلُ ِل َيعۡ بد‬
ُ‫ون‬ ِ ۡ ‫ُو‬
َ ‫ٱإل‬ ۡ ‫َو َماُ َخلَ ۡقت‬
َ ‫ُٱل ِج َّن‬
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku” (QS. adz-Dzariyat: 56).
Dan dalam rangka mewujudkan tujuan inilah, Allah pun mengutus para
rasul dan menurunkan kitab-kitab. Allah berfirman,

ُ‫ون‬
ِ ‫ٱعبد‬ ٓ َّ ِ‫ۥُْلُإِ ٰلَهَُإ‬
ۡ َ‫ْلُأَن َ۠اُف‬ َّ ِ‫س ۡلنَاُمِ نُقَ ۡبلِكَ ُم‬
ٓ َ ‫نُرسولُإِ َّْلُنوحِ ٓيُإِلَ ۡيهُِأَنَّه‬ َ ‫َو َمآُأ َ ۡر‬
“Dan tidaklah Kami utus seorang pun rasul sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku,
maka sembahlah Aku” (QS. al-Anbiya: 25).
2. Kaidah kedua: tidak akan benar ibadah tanpa tauhid
Sebagaimana salat tidak sah tanpa bersuci, maka ibadah tidak akan menjadi
benar tanpa tauhid. Apabila ibadah tercampur dengan syirik, maka seluruh
amalan akan lenyap dan sia-sia.
Allah berfirman tentang ibadah kaum musyrik,
ِ َّ‫ُوفِيُٱلن‬
ُ‫ار‬ َ ِ‫علَ ٰ ٓىُأَنف ِس ِهمُبِ ۡٱلك ۡف ِۚ ِرُأ ْو ٰلَٓئِكَ ُ َحب‬
َ ‫ط ۡتُأ َ ۡع ٰ َمله ۡم‬ َ ٰ ُ‫ُٱّلِل‬
َ ُ َ‫ش ِهدِين‬ َ ٰ ‫َماُ َكانَ ُل ِۡلم ۡش ِركِينَ ُأَنُيَعۡ مرواُْ َم‬
ِ َّ َ‫س ِجد‬
َُ ‫ه ۡمُ ٰ َخلِد‬
‫ون‬

“Tidak selayaknya kaum musyrik memakmurkan masjid-masjid Allah


seraya mempersaksikan atas diri mereka kekafiran. Mereka itulah yang
terhapus amal-amal mereka dan di dalam neraka mereka itu kekal” (QS. at-
Taubah: 17).
Allah juga berfirman,
‫ين‬ ۡ َ‫ُولَت َكون ََّنُمِ ن‬
َُ ‫ُٱل ٰ َخس ِِر‬ َ َ‫لَئ ِۡنُأ َ ۡش َر ۡكتَ ُلَيَحۡ ب‬
َ ُ‫ط َّن‬
َ َ‫ع َملك‬

“Sungguh jika kamu melakukan syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu
dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang yang merugi” (QS. az-
Zumar: 65).

3. Kaidah ketiga: apa makna ibadah yang harus ditujukan kepada Allah semata?
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah dengan penuh ketaatan;
melaksanakan perintah-perintah-Nya, disertai ketundukan dan kepatuhan
kepada syariat-Nya, dengan dilandasi kecintaan kepada-Nya. Maka simpul
ibadah itu adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ibadah harus dilandasi dengan kecintaan dan pengagungan.

4. Kaidah keempat: bagaimana mengenali macam-macam ibadah?


Segala sesuatu yang dicintai oleh Allah untuk kita lakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada-Nya, maka itu adalah ibadah. Ia mencakup keyakinan
hati, ucapan lisan, dan amal dengan anggota badan. Kita bisa mengenali bahwa
hal itu dicintai Allah apabila Allah memerintahkannya, memuji pelakunya,
meridainya, atau memberikan janji pahala atasnya.
Di antara contoh ibadah hati adalah inabah/ kembali kepada Allah. Allah
berfirman,
ُ‫ُوأَسۡ لِمواُْلَه‬ َ ‫َوأَنِيب ٓواُْ ِإلَ ٰى‬
َ ‫ُر ِبك ۡم‬
“Dan inabah/kembalilah kalian kepada Rabb kalian dan pasrahlah kepada-
Nya” (QS. az-Zumar: 54).
Demikian pula khasyyah/ rasa takut kepada Allah. Allah berfirman,

ُ‫ير‬ٞ ‫رُ َك ِب‬ٞ ۡ‫ُوأَج‬ ِ ‫ُربَّهمُ ِب ۡٱلغ َۡي‬


َ ‫ة‬ٞ ‫بُلَهمُ َّم ۡغف َِر‬ َ َ‫ِإ َّنُٱلَّذِينَ ُيَ ۡخش َۡون‬
“Sesungguhnya orang-orang yang merasa takut kepada Rabb mereka dalam
keadaan ghaib/ tidak tampak, bagi mereka ampunan dan pahala yang sangat
besar” (QS. al-Mulk: 12).
Di antara contoh ibadah lisan adalah berzikir. Allah berfirman,

ُ‫ُٱّلِلُذ ِۡك ٗراُ َكث ِٗيرا‬ ۡ ْ‫ٰيَٓأَيُّ َهاُٱلَّذِينَ ُ َءا َمنوا‬


َ َّ ْ‫ُٱذكروا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan zikir
sebanyak-banyaknya” (QS. al-Ahzab: 41).
Di antara contoh ibadah anggota badan adalah mendirikan salat dan
menunaikan zakat. Allah berfirman,

َّ ٰ ‫ُٱلزك َٰوة ََُو ۡٱركَعواُْ َم َع‬


َُ‫ُٱلر ِكعِين‬ َّ ‫َوأَقِيمواُْٱل‬
َّ ْ‫صلَ ٰوة ََُو َءاتوا‬
“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang
yang rukuk” (QS. al-Baqarah: 43).
Begitu pula menyembelih kurban. Allah berfirman,
‫ُو ۡٱن َح ُۡر‬ َ َ‫ف‬
َ َ‫ص ِلُل َِربِك‬
“Maka salatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah kurban” (QS. al-Kautsar: 2).

Dengan demikian, segala bentuk ibadah itu tidak boleh dipalingkan kepada
selain Allah. Tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah selain Allah. Allah
berfirman,
َُ ‫ِصاُلَّهُٱلد‬
‫ِين‬ ٗ ‫ٱّلِلُم ۡخل‬ ۡ َ‫ف‬
َ َّ ُِ‫ٱعبد‬
“Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan agama/ ketaatan
untuk-Nya” (QS. az-Zumar: 2).

2.6 Kiat-kiat Pemeliharaan Aqidah

Iman itu mengalami pasang surut, adakalanya bertambah dan adakalanya


berkurang. Ia ibarat grafik yang dapat naik dan turun sesuai situasi dan kondisi
yang mempengaruhinya. Agar keadaannya stabil, maka perlu adanya kiat-kiat
dalam pemeliharaan iman itu sendiri. Adapun kiat-kiat tersebut diantaranya adalah:
1. Menambah atau memperdalam ilmu
Firman Allah dalam surat Fathir ayat 28 yang artinya:
“… Sesungguhnya yang takut pada Allah diantara hamba-hambanNya,
hanyalah ulama (orang-orang yang beriman). Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Menambah dan memperoleh ilmu yang dimaksud adalah ilmu tauhid
(akidah) itu sendiri secara keseluruhan. Bila telah menguasai ilmu akidah
Islam secara benar, maka akan menjadikan pribada yang jujur, disiplin, dan
sopan.
2. Membiasakan amal shalih
Akidah yang telah dikuasai diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata dalam
kehidupa sehari-hari yang disebut amal shaleh, baik dalam bentuk ibadah
mahdhah maupun dalam bentuk ibadah ghairu mahdhah. Sebagaimana firman
Allah dalam surat An-Nur ayat 55.
3. Membiasakan jihad
Firman Allah dalam surat As-shaffat ayat 10-11 yang artinya:
“Hai orang-orang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.”

4. Berserah diri kepada Allah


Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 112 yang artinya:
“Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia
berbuat baik, dia mendapat pahala disisi Tuhan-nya dan tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
5. Selalu mencari keridhaan Allah
Bila ingin meraih ridha Allah dalam hidup ini maka lakukan semua aktifitas
yang sesuai dengan koridor yang ditetapkan Allah yang dijelaskan dan
dicontohkan Rasulullah. Sebagaimana Allah katakana dalam surat Al-Maidah
ayat 16.
6. Memakmurkan masjid
Masjid adalah salah satu lembaga pembinaan akhlak mulia pertama di
zaman Rasulullah. Diharapkan kita meramaikan masjid untuk mendidik jiwa
disamping untuk menunaikan ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam surat
At-Taubah ayat 16.
7. Membiasakan zikir dan membaca serta mendengarkan Al-Qur’an
Berzikir dapat menumbuh kembangkan potensi hati yang dimiliki. Zikir
meliputi seluruh potensi hati yang dimiliki manusia, sehingga disebut zikir
lidah, zikir hati, zikir otak, dan zikir anggota tubuh. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Anfal ayat 2.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akidah, atau Aqidah, adalah aspek penting dalam Islam, yang menyatakan
bahwa Allah mempunyai satu benar dan satu salah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah kehendak Allah yang harus diikuti oleh umat Islam.. Aqidah dapat diartikan
sebagai seseorang yang berhak dan bertakwa, berdasarkan pada berbagai aspek
keimanan, seperti keimanan kepada Allah, keimanan kepada Nabi Muhammad
SAW, serta ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Konsep Islam tentang keimanan merupakan konsep sentral dalam ajaran


Islam yang menitikberatkan pada hubungan antara umat Islam dengan Allah SWT.
Umat Islam diajarkan untuk beriman dan menghormati Allah SWT, termasuk Dia,
serta menjaga hubungan yang kuat dengan-Nya. Tauhid, atau keyakinan kepada
Allah SWT sebagai Pencipta, merupakan aspek kunci Islam.

Dalam ajaran Islam, keimanan diartikan sebagai keimanan kepada Allah SWT
sebagai Pencipta, Pencipta segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, dan Pencipta
segala sesuatu. Islam juga memandang Tuhan sebagai Yang Maha Esa dan
Pencipta segala sesuatu.

Kita dapat mengenal dan mengetahui eksistensi Tuhan dapat dilihat dan
pelajarilah tanda-tanda kekuasaan dan keagunganNya.

Al-Quran juga menunjukkan cara untuk mengenal Tuhan melalui alam semesta
yang ada. Pernyataan inisesuai dengan hadis Qudsi yang berbunyi “ Aku adalah
sesuatu yang tersembunyi.Aku berkehendak untuk dikenal, maka Kuciptakan
makhluk agar mereka mengenalKu. Begitupun juga menurut Ibnu ‘Arabi dalam
studi filasafat islam.

Iman itu juga mengalami pasang surut, adakalanya bertambah dan adakalanya
berkurang. Ia ibarat grafik yang dapat naik dan turun sesuai situasi dan kondisi
yang mempengaruhinya. Agar keadaannya stabil, maka perlu adanya kiat-kiat
dalam pemeliharaan iman itu sendiri.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih adanya kekurangan di dalam makalah yang telah
dibuat. Penulis membuka lebar kritik yang membangun bagi penulis guna
memperbaiki makalah agar lebih baik lagi. Penulis juga menerima saran agar
penulis dapat belajar dan mengambil suatu pelajaran yang berharga dari sebuah
pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Haris Abd, Kivah Aha Putra, Filsafat Pendidikan Islam, 2012, Jakarta: Amzah.

Syarif Iberani Jamal, Mengenal Islam, 2003. Jakarta: El-Kahfi.

Suharto Toto, Filsafat Pendidikan Islam, 2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Trueblood David, Philosophy Of Religion Filsafat Agama, 1987, Jakarta: PT Bulan


Bintang

https://www.gramedia.com/literasi/aqidah/

https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam

https://www.liputan6.com/hot/read/5392743/konsep-ketuhanan-dalam-islam-dan-
dalilnya-yang-perlu-diketahui-kaum-muslim?page=4

Anda mungkin juga menyukai