Anda di halaman 1dari 15

PETA KONSEP TERMINOLOGI AKIDAH/TEOLOGI DAN RUANG

LINGKUP AKIDAH AKHLAK

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti


Perkuliahan Studi Akidah Akhlak

Dosen Pengampu: Dr. H. Ira Suryani, M.Si

Disusun Oleh:
Sem. I/PAI-B
Indah Syafiqah Lubis 0331224015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya kami
kelompok 1 dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat dan salam
kepada Rasulullah Muhammad saw, atas segala jasa dan kesungguhannya
menyampaikan risalah Allah di muka bumi dan semoga beliau memberikan
syafaatnya kita di hari kiamat.
Adapun hasil makalah ini kami perbuat yang Berjudul “Peta Konsep Beberapa
Terminologi Akidah/Teologi Dan Ruang Lingkup Studi Akidah Akhlak”. Hasil
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Akidah Akhlak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing
mata kuliah kami Ibu “ Dr. Hj. Ira Suryani, M.Si.”.
Akhir kata semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dapat menambah wawasan kita dalam mempelajari “Studi Akidah Akhlak” serta
digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum warohmatullaahi wabarokaatuh

Medan, 23 September 2022


Penulis,

Indah Syafiqah Lubis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akidah ............................................................................... 2
B. Pengertian Teologi .............................................................................. 5
C. Pengertian Ilmu Kalam ....................................................................... 6
D. Pengertian Ushuluddin ........................................................................ 7
E. Pengertian Ilmu Tauhid ....................................................................... 8
F. Sumber-sumber Akidah ...................................................................... 9
G. Ruang Lingkup Akidah Akhlak .......................................................... 10

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 11


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hidup dalam setiap kurun waktu zamannya, setiap zaman punya ciri
khas godaan dalam berbagai aspek, sampai sejauh mana setiap orang memeluk
Islam dengan usaha untuk beriman kepada Allah swt. dengan semurni-murninya
dan beramal seikhlas-ikhlasnya. Namun hal itu tentu tidak mudah, melainkan
harus diiringi dengan usaha dan doa agar senantiasa dijaga oleh Allah agar dapat
selamat dalam finah dunia.

Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. memiliki tiga
pilar utama, yang antara satu dan yang lainya saling berkaitan dan saling
melengkapi. Ketiga pilar itu adalah Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak. Untuk pintu
securiti terakhir dari penilaian segala niat dan i‟tikatd serta perbuatan manusia
tergabung dalam pintu Aqidah. Yakni sejauh mana kemampuan dan
keberhasilan manusia selama hidupnya dapat menjalani segala ujian dan lulus
dalam keyakinan bahwa segalanya adalah milik dan ditentukan atas ke-Maha
Kuasaan dalam Keesaan Allah swt. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan
lebih dalam mengenai Peta konsep beberapa trimologi akidah/teologi dan ruang
lingkup akidah akhak baik dari pengertian sampai dalil-dalil yang berkaitan.

B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian aqidah secara estimologi dan terminologi ?
2. Apa Pengertian dari Teologi ?
3. Apa Pengertian dari Ilmu Kalam ?
4. Apa Pengertian dari Ushuluddin ?
5. Bagaimana Ruang Lingkup Studi Akidah Akhlak ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui secara jelas mengenai apa dan bagaimana peta konsep
beberapa terminologi aqidah/teologi dan ruang lingkup studi akidah akhlak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akidah

Secara etimologis kata akidah berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata
„aqaada-ya‟qidu-aqdan-aqidatan. „aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan
kokoh. Relevansi antara arti kata „aqdan dan ;akidah adalah keyakinan itu
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian.1
Istilah “aqidah” di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut keputusan
pkiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan pikiran yang manap itu
itu benar maka itulah yang disebut aqidah yang bernar, seperti keyakinan ummat
Islam tentang ke-Esa-an Allah.2 Akidah adalah beberapa pekara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan-keraguan Jadi
Akidah disini adalah sesuatu yang diyakini seseorang dan tidak bercampur dengan
keraguan.
Akidah merupakan fondasi utama ajaran Islam yang diatasnya berdiri amal
shalih. Keimanan (akidah) dan amal salih dalam Al-Quran sering ditempatkan
secara beriringan. Hal ini karena keduanya ibarat sebuah bagunan, akidah adalah
fondasinya dan amal shalih adalah bangunan yang berdiri diatasnya. Fondasi
keimanan yang kokoh tanpa amal shalih tidak berarti begitu pula amal shalih
dalam keimanan.3
Akidah juga bermakna ilmu yang mengajarkan manusia mengenai
kepercayaan yang pasti, wajib dimiliki setiap orang di dunia. Al-Qur‟an
mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap
Allah SWT yang satu, tidak pernah tidur dan tidak beranak pink. Percaya kepada

1
Ira Suryani, dkk. (2021). Peta Konsep Terminologi Akidah. Journal Islam & Contemporary
Issues.1(1), h. 2
2
Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah (Tim Pustaka Elba:
2007), h. 10
3
Mahrus, Aqidah ( Jakarta: Pustaka Progressif, 2009), h. 9

2
Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak
percaya rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.4

Akidah diibaratkan sebagai pondasi bangunan. Sehinga akidah harus


dirancang dan dibangun terlebih dahulu dibanding bagian-bagian lain. Akidah pun
harus dibangun dengan kuat dan kokoh agar tidak mudah goyah yang akan
menyebabkan bangunan menjadi runtuh. Bangunan yang dimaksud disini adalah
Islam yang benar, yang menyeluruh, dan sempurna. Akidah merupakan misi yang
ditugaskan untuk semua Rasul-Nya, dari pertama sampai dengan yang terakhir.
Akidah tidak dapat berubah karena pergantian nama, tempat atau karena
perbedaan pendapat suatu golongan.5

Secara terminologis dalam Buku Muhammad Amri, dkk6 terdapat


beberapa defenisi Akidah, antara lain:
1. Menurut Hasan Al- Banna
„Aqaid (bentuk plural dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan
oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya
secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
3. Menurut Ali Anwar Yusuf
Aqidah merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk
melaksanakan syariah. Aqidah sebagai unsur keyakinan mempunyai sifat
dinamis. Artinya kuat atau lemahnya aqidah akan bergantung pada
perlakua yang datang kepadanya. Apabila dibina dengan baik, maka ia

4
Abd. Chalik. Pengantar Studi Islam: cet 6 (Surabaya. Kopertais IV Press, 2014), h. 46
5
Dedi Wahyudi, Pengantar Akidah Akhlak dan Pembelajarannya (Yogyakarta: Lintang Rasi
Aksara Books, 2017). h.2
6
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M. Ag, Aqidah Akhalak: (Watampone: Syahadah Creative Media
2017). h. 2

3
akan kuat dan sebaliknya bila dibiarkan kering, maka dengan sendirinya
aqidah tidak dapat menopang keislaman seorang.
4. Menurut Gustave Le Bon dalam Buku Muhammad Abdul Qadir Ahmad
Aqidah adalah keimanan yang tumbuh dari suatu sumber yang tidak dapat
dirasakan yang memaksa manusia mempercayai sesuatu ketentuan tanpa
dalih.
Dari pengertian aqidah diatas baik secara etimologi atau secara
terminologi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Aqidah adalah sebuah
keyakinan akan kebenaran yang bersih tanpa ada keraguan di dalamya dan
bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap umat muslim
sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Maka akidah yang benar adalah
fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal (Al-Fauzan,
2015, p. 4). Sebagaimana firman Allah SWT:

‫ى أَنَّ َماْ ِإلَ ُهكُ ْْم ِإلَهْ َوحِ دْ ْۖ فَ َمن كَانَْ َي ْر ُجواْ ِلقَا َْء َربِّهِۦ‬
َّْ َ‫قُ ْْل ِإنَّ َماْ أَنَاْ َبشَرْ ِ ّمثْلُكُ ْْم يُو َحىْ ِإل‬
‫ص ِل ًحا َو َْل يُش ِْركْْ بِ ِعبَادَ ِْة َربِّهِۦ أ َ َح ًۢدًا‬ َ ‫ل‬ َ ‫فَ ْليَ ْع َم ْْل‬
ًْ ‫ع َم‬
Artinya: “Katakanlah Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S Al-
Kahfi/18:110)

ْ َ‫ْولَتَك ُْونَنَّ ْمِ ن‬ َ ْ َّ‫ْواِلَىْاْلَّ ِذ ْينَ ْمِ نْ ْقَ ْب ِل َۚكَ ْْلَ ِٕىنْ ْاَش َْر ْكتَ ْلَ َي ْحبَ َطن‬
َ َ‫ع َملُك‬ َ ِ‫َولَقَدْْا ُ ْوح‬
َ َ‫يْاِلَ ْيك‬
َْ‫ا ْلخس ِِر ْين‬.
Artinya: Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-
nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. (Q.S
Azzumar/39:65)
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika
tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi yang pertama kali adalah
pelurusan akidah yang pertama didakwahkan para rasul kepada umatnya untuk

4
menyembah Allah semata (Al-Fauzan, 2015, p. 5). Sebagaimana firman Allah
SWT:
ُْ‫َىْاّٰلل‬
ْ‫ه‬ ‫طاغُ ْو َۚتَ ْفَمِ ْن ُه ْمْ َّمنْ ْ َهد‬َّ ‫اجتَنِبُواْال‬
ْ ‫ْو‬ َ ‫ُواْاّٰلل‬
َ‫ه‬ ُ ‫َولَقَدْْ َب َعثْنَاْفِ ْيْكُ ِ ّلْا ُ َّم ٍةْ َّر‬
‫س ْو ًلْا َ ِنْا ْعبُد‬
َْْْ‫فْكَانَ ْعَا ِقبَةُْا ْل ُم َك ِذّبِ ْين‬ َ ‫ضْفَا ْنظُ ُر ْواْ َك ْي‬ ْ ‫س ْي ُر ْواْف‬
ِ ‫ِىْال َ ْر‬ ِ َ‫علَ ْيهِْالضَّللَةُْْۗف‬ َ ْ ْ‫ َومِ ْن ُه ْمْ َّمنْ ْ َحقَّت‬.
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap
umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di
antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam
kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (Q.S An-Nahl/16:36)
Disamping istilah aqidah, terdapat beberapa cabang keilmuan Islam yang
terkait dengan aqidah, yaitu ilmu teologi, ilmu kalam, ushuluddin, dan ilmu
tauhid.

B. Pengertian Teologi
Secara etimologis, Theologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari kata
Theos artinya Tuhan atau Dewa dan Logos yang berarti ilmu (science, study,
discourse) sehingga dapat diartikan bahwa Teologi adalah ilmu tentang Tuhan
atau Ilmu Ketuhanan.7
Dilihat dari aspeknya, teologi menurut Alfayyadl dapat dapat dibagi ke dalam
dua hal, yaitu “sistem keyakinan” dan “kajian”. Pertama sebagai sistem
keyakinan, teologi menunjuk pada pandangan dunia yang dibentuk oleh cita-cita
ketuhanan (ideals of divinity) yang secara intrinsik terkandung di dalam praktik
keagamaan itu sendiri. Sebagai sistem keyakinan, teologi adalah seperangkat
doktrin yang diyakini dalam suatu agama, dan dijalankan secara penuh sadar oleh
pemeluknya.8
Hasan Al-Banna berpendapat, bahwa Tauhid (teologi) adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan di dalam hati, sehimgga hati dan
jiwa menjadi tentram, bersih dan murni dari segala was-was, keraguan dan
prasangka. suatu keyakinan kuat dan teguh menghayati seluruh aspek kehidupan
serta amal ibadah kepada yang maha kuasa. Teologi bukanlah pemikiran murni
7
A Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2003). h.1
8
M Al-Fayadl, Teologi Negatif Ibn Arabi: Kritik Metafisika Ketuhanan (Yogyakarta: LkiS, 2012).
Hal. 63-64

5
yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan merefleksikan konflik
sosial-politik. Oleh karena itu, kritik teologi merupakan tindakan yang sah dan
dibenarkan sebagai sebuah produk pemikiran manusia terbuka untuk kritik.9
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Teologi adalah
Suatu sistem keyakinan dan kajian ilmu tentang wujud Ketuhanan, yang diyakini
dalam suatu agama, dan dijalankan secara penuh sadar ole pemeluknya.

C. Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu kalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengandung arti
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu. Kata kalam berasal dari bahasa Arab yang berarti kata-kata. Ilmu kalam
secara harfiah berati Ilmu Kata-kata, namun tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan ilmu bahasa. Ilmu ini disebut juga dengan ilmu yang membahas
ajaran-ajaran dalam agama Islam. Ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah,
kerasulan Muhammad, dan Al-Qur‟an.
Kalam artinya kata-kata,„ilmu al-kalam dapat diartikan sebagai ilmu tentang
sabda Tuhan. Karena soal kalam atau sabda Tuhan (dalam Islam al-Qur'an) pernah
menimbulkan berbagai penafsiran dan interpretasi, maka „ilmu al-kalamjuga dapat
diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang aneka kata-kata manusia dalam
memahami sabda Tuhan.10
Muhammad Abduh (w. 1905 M.t 1323 H) mendefinisikan ilmu kalam dan
topik bahasannya sebagai berikut, ilmu yang membahas keberadaan Allah, sifat-
sifat yang wajib ditegaskan bagi Allah, sifat-sifat yang bisa disebut untuk Allah,
sifar-sifat yang wajib dinafikan dari Allah dan para rasul untuk menegaskan
risalah yang mereka emban dan apa yang wajib bagi mereka, apa saja yang bisa
dikaitkan dengan mereka dan apa saja yang tidak boleh dikaitkan dengan mereka.

9
Hasan Al Banna, 1981, h. 7 dalam Ira Suryani, dkk, Peta Konsep Terminologi Akidah, Teologi,
dan Ruang Lingkup Studi Akidah Akhlak, Journal Islam & Contemporary Issues. 1(1), p 11-12
10
Rohad Qomari (2009) Prinsip dan Ruang Lingkup Aqidah Akhlak. Jurnal Penikiran Alternatif
Kependidikan. Vol 14 No.1 p. 46-47

6
D. Pengertian Ushuluddin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ushuluddin adalah ilmu
tentang dasar-dasar Agama Islam yang menyangkut iktikad atau keyakinan
kepada Allah, rasul, kitab suci, soal-soal gaib (seperti hari kiamat, surga dan
neraka), serta qada dan qadar.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan sebagaimana ilmu ushuluddin digunakan
untuk menjawab atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia,
sehingga dengan mejunya ilmu pengetahuan, tingkat kesejahteraan hidup manusia
akan meningkat. Di balik keberhasilan demi keberhasilan yang dicapai dalam
ilmu pengetahuaan yang ada saat ini bukan dalam artian tanpa kencatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada era empat dasawarsa ini oleh para filosof
baik barat maupun timur dinilai telah menajdi ilmu pengetahuan yang terlalu
rasionalistik pada gilirannya menghampakan manusia akana nilai-nilai agama
(Nashori, 1996, p. 120).
Al-Qardhawi menjelaskan bahwa Ilmu Keushuluddinan itu dijaga,
dikokohkan, dipelihara dan direalisasikan dalam wujud nyata, agar ia memancar
dan menjadi solusi di hati sanubari manusia dalam menyelesaikan problematika
kehidupannya. Ada beberapa urgensi ilmu keushuluddinan yang harus
diperhatikan, antara lain:
1) Memurnikan ibadah kepada Allah SWT, maksudnya adalah memberikan
hak uluhiyah secara sempurna, berupa pengagungan, cinta dan ketundukan
mutlak.
2) Kufur kepada segala Thaghut dan berlepas diri dari orang- orang yang
menyembahnya atau yang memberikan wala‟ mereka kepadanya.
3) Unsur kedua ini dimaksutkan agar melepaskan diri dari orang- orang yang
menyembah atau memberikan loyalitasnya kepada Thaghut itu. Begitu
pentingnya unsur kedua ini, sampai- sampai Al-Qur‟an terkadang
mendahulukan kufur dari pada Thaghut dan mengakhirkan iman kepada
Allah SWT.
4) Membentengi diri dari syirik dengan segala warna dan tingkatannya, serta
menutup celah-celah yang menunjuk kepada-Nya (Qardawi, 2000, pp. 59–
62).

7
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri,bahwa ilmu keushuluddinan laksana
ilmu tauhid merupakan basis seluruh keimanan, norma dan nilai. Tauhid
mengandung muatan doktrin yang sentral dan asasi dalam Islam, memahaesakan
Tuhan berdasarkan kalimat “La Ilaha Illallah” yang bermakna tidak ada Tuhan
selain Allah. (Misbah, 1996, p. 18).

E. Pengertian Ilmu Tauhid


Tauhid ditinjau dari etimologis merupakan bentuk masdar dari kata wahada,
yuwahidu, tauhidan artinya adalah mengesakan Allah. Keterkaitannya dengan
iman atau percaya adalah membahas apa yang dipercaya dan bagaimana
mempercayainya. Maka dalam kajian Tauhid dibahas mengenai beberaoa kriteria
tauhid yang berisi percaya atau iman kepada Allah. Dari definisinya Abduh
menjelaskan bahwa Tauhid merupakan bagian terpenting menetapkan sifat
“wahdah” (satu) bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatannya menciptakan
alam seluruhnya dan bahwa ia sendiri pula tempat kembali segala alam ini dan
penghabisan segala tujuan. Dari situ dapat dipahami ada pengesaan zat, perbuatan
Allah yang menciptakan dan kepada Allah-lah semuanya kembali.11
Kedudukan Tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, Karena dari
pemahaman tentang tauhid adalah itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh.
Konsep tauhid dalam Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat
diganggu gugat dan sangat berpengaruh terhadap keislaman seseorang. Apabila
pemahaman tentang tauhid seorang tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar
keislamannya secara menyeluruh. Atau dengan kata lain merupakan jiwa Islam
dan dasar seluruh aqidah (Qardlawi, 1996, p. 13).
Persoalan utama dalam Tauhid adalah tentang Allah. Dalil-dalil rasionaisme,
empirisme, serta sains tidak bisa mengungkapkan eksistensi Allah. Bagi empiris
Allah tidak isa dibuktikan, sebab Allah merupaka yang metafisik, sedangkan
empiris berpihak pada material. Dalam rasional hanya sebatas menggunakan
pendekatan kausalitas sebagai pembuktian adanya Allah. Sedangkan sains tidak
bisa membuktikan adanya Allah dengan sesuatu yang ada dalam fisika saja.
Kesimpulannya hanya iman yang mampu menjawabnya. dasarnya tidak

11
M. Abduh, Risalah Tauhid F. A.N, trans (Jakarta: Bulan Bintang, 1988) h. 8

8
diperlukan bukti. Jika kita masih mempertanyakan bukti, berarti kita tidak atau
belum percaya.12
Tauhid menjadi dasar seorang muslim beriman kepada Allah. Hakikat
tauhid merupakan bentuk konkrit dari konsep penyembahan. Ibadah yang
dimaksud adalah bentuk penghambaan manusia kepada Allah dengan senantiasa
mentaati segala perintah-Nya dan menjauh segala larangannya. Dengan tauhid
yang kuat maka seorang muslim akan mampu melaksanakan seluruh perintah
Allah dengan keyakinan yang kuat pula. Nilai keesaan Allah merupakan awal dari
kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan Nya tersebut. Manusia diciptakan
di muka bumi ini hanya mempunyai satu tugas yaitu menyembah Allah dengan
segala bentuk ibadahnya (At-Tamami, 2011, pp. 1–4)
Adapun urgensi tauhid untuk manusia bersifat menjelaskan secara detail
mengenai aspek dasar kepercayaan manusia kepada Allah. Sebab hal mendasar
dari manusia merupakan makhluk yang bertauhid. Mutahhari mengutip dari Max
Mueller, manusia purba adalah manusia tauhid. Adapun menyembah atau ibadah
yang diajarkan oleh Nabi dan lainnya bukan ibadah, melainkan tatacara beribadah
yang baik dan benar. Menyembah dan memuja inilah yang diartikan sebagai
agama inti dari persoalan tauhid (Mutahhari, 2012, pp. 303–304).

F. Sumber-Sumber Akidah
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah artinya informasi apa saja
yang wajib diyakini hanya diperoleh dari Al-Qur‟an, Sunnah, dan Ijma‟ Para
Ulama. Al-Quran memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu.
Firman Allah:
... Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat, bagi orang-orang yang berserah diri
(QS.Al-Nahl/16:89)
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya
berfungsi untuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat kedalam kedua sumber
tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan

12
Pari F, Pengalaman Rasional eksistentsi Tuhan: Pengantar Ontoteologi. Khanz Philosopia: A
Journal Of Islamic Philosophy and mysticism, 1(1),111. http://doi.org/10.20871/kpjipm.v1i1.8

9
oleh Al-Quran dan Sunnah (Jika diperlukan). Itupun harus didasari oleh semua
kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat terbatas.

G. Ruang Lingkup Akidah


Menurut Hasan al-Banna dalam buku Muahmmad Amri, dkk.13 Ruang lingkup
aqidah islam meliputi:
1. Ilahiyyat
Yaitu pembahasan tentang segaka sesuatu yang berhubungan dengan
Allah, seperti wujud Allah, sifat Allah, nama dan perbuatan Allah dan
sebagainya.
2. Nubuwwat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para
Rasul, mu‟jizat, Rasul dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyyat
Yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti jin, iblis, syaitan, roh, malaikat dan lain sebagainya.
4. Sam’iyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam‟i, yakni dalil Naqli berupa Al-Quran dan as-Sunnah seperti alam
barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan
lainnya.

13
Dr. H. Muhammad Amri, Lc. M. Ag, Aqidah Akhalak: (Watampone: Syahadah Creative Media
2017). h. 4

10
BAB III
KESIMPULAN

Dapat penulis ambil kesimpulan bahwa aqidah adalah Sejumlah kebenaran


yang dapat diterima secara umum oleh manusia. Ilmu (kebenaran) dibagi menjadi
dua yaitu ilmu dlarury dan ilmu nazhariy. Ilmu yang dihasilkan oleh indera dan
tidak memerlukan dalil disebut ilmu dlarury. Sedangkan ilmu yang memerlukan
dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhariy. Setiap manusia memiliki fitrah untuk
mengakui kebenaran. Indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji
kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang
benar dan mana yang tidak. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan
keraguan. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya sesuatu
keyakinan yang belum dapat menentramkan jiwa berarti bukanlah aqidah
Menolak segala sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran itu. Artinya
seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan. Tingkat
keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya terhadap
dalil.
Teologi adalah hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan dan
keyakinan di dalam hati, sehingga hati dan jiwa menjadi tentram, tidak ragu dan
tidak bimbang, bersih dan murni dari segala was-was, keraguan dan prasangka.
Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang
akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional. Tauhid merupakan upaya
penjelas dari persoalan keimanan manusia kepada Allah. Sebab persolan
keimanan tidak hanya sebatas percaya secara harfiah saja, akan tetapi yang
dimaksud percaya dalam konteks iman adalah membenarkan dan meyakini hanya
ada Allah yang menciptakan dan kepada-Nya lah kita beribadah dan kembali.
Adapun ruang lingkup akidah menurut sistematika Hasan Al-Banna adalah
Ilahiyyat (ketuhanan), Nubuwwat (kenabian), Ruhaniyyat (kerohanian) dan
Sam‟iyat (masalah-masalah yang hanya di dengar dari syara‟).

11
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Muhammad, dkk. (2017). Aqidah Akhlak. Makassar: OPAC Perpusnas.


Al-Fayadl, M. (2012). Teologi Negatif Ibn Arabi: Kritik Metafisika Ketuhanan.
Yogyakarta: LKiS.
Abd. Chalik. (2016) Pengantar Studi Islam cet 6. Surabaya: Kopertais IV Press.
h. 46
Dedi Wahyudi. (2017) Pengantar Akidah Akhlak dan Pembelajarannya
(Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2017). h.2
Hanafi, A. (2003) Pengantar Teologi Islam. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna
Baru. h.1
Ira Suryani, dkk. (2021). Peta Konsep Terminologi Akidah. Journal Islam &
Contemporary Issues.1(1), h. 2Nurhadi. (2019). Islam, Iman Dan Ihsan
Dalam Kitab Matan Arba„In An-Nawawi: Studi Materi Pembelajaran
Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis Nabi SAW. Jurnal Intelektual:
Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman, 9, 5.
Masduki, Y., & Warsah, I. (2020). Psikologi Agama. Palembang: Tunas
Gemilang Press.
Abduh, Muhammad. (1988). Risalah Tauhid F. A.N, trans. Jakarta: Bulan
Bintang.
Abdullah, M. bin, and Ibrahim, A. Z. bin. (2010). Tawhid Ulūhiah, Rububiyyah
Dan Al-Asma‟ Wa Alsifat Menurut Tafsiran Muhammad Rasyid Rida
Dalam Tafsir Al-Manar. Jurnal Usuluddin, 31, 49–64.
Nurzannah, Akrim, & Daulay, M. Y. (2017). Studi Islam-1 Akidah dan Akhlak
(A. I. Sinaga, Junaidi, N. R. Amini, & H. efendi Samosir, eds.). Medan:
UMSU PRESS.
Pari F, Pengalaman Rasional eksistentsi Tuhan: Pengantar Ontoteologi. Khanz
Philosopia: A Journal Of Islamic Philosophy and mysticism, 1(1),111.
http://doi.org/10.20871/kpjipm.v1i1.8
Rohad Qomari (2009) Prinsip dan Ruang Lingkup Aqidah Akhlak. Jurnal
Penikiran Alternatif Kependidikan. Vol 14 No.1 p. 46-47
Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd,(2007)Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama‟ah.Tim Pustaka Elba. h. 10.
Mahrus, (2009) Aqidah.Jakarta: Pustaka Progressif. h. 9.
Amri, Muhammad. (2017). Aqidah Akhalak. Watampone: Syahadah Creative
Media. h. 2.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta,
Pusat Bahasa.
Qardawi, Y. (2000). Haqiqat al-Tawhid (Musyaffa, trans.). Jakarta: Rabbani
Press.
Qardlawi, Y. (1996). Tauhidullah Dan Fenomena Kemusryrikan. Surabaya:
Pustaka Progressif.

12

Anda mungkin juga menyukai