”Aqidah Islam”
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH : KELOMPOK 2
Aisyah misran
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi salah satu
tugas mata kuliah Study islam dengan judul Aqidah Islam Disamping itu, kami sebagai penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, kami memahami jika naskah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu yang akan
datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah............................................................................3
B. Landasan filosofi aqidah...................................................................8
C. Fungsi dan peranan aqidah.............................................................11
D. Ruang lingkup aqidah.....................................................................13
E. Kaidah aqidah.................................................................................14
F. Manfaat aqidah...............................................................................14
A. Kesimpulan.....................................................................................19
B. Saran...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aqidah merupakan jalan untuk membangun pondasi pengetahuan awal mengenai agama
islam. Aqidah juga untuk mengetahui akan eksistensi Allah dan tujuan kehidupan yang diberikan
serta aturan-aturan yang mesti dipatuhi dan larangan-larangan yang harus dijauhi. Aqidah
seharusnya diberikan sejak awal perkembangan manusia dimulai. Sebab dari sinilah manusia
mulai mempunyai pegangan dan pedoman yang dapat mengarahkannya dalam mengarungi
Aqidah juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah di tetapkan oleh Allah
Swt, dan kita sebagai seorang manusia atau hamba Allah sangat wajib meyakininya sehingga
layak di sebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Akan tetapi bukan berarti bahwa keimanan
seseorang itu ditanamkan dari dalam diri seseorang tersebut secara dogmatis, karena keimanan
sesorang itu harus melalui proses dalil-dalil aqli. Dikarenankan dengan akal manusia yang sangat
terbatas, maka juga tidak semua hal yang diimani itu dapat di lihat oleh indra manusia dan tidak
Aqidah yang ada dalam tubuh manusia itu ibarat kepalanya. Oleh karena itu apabila suatu
umat sudah rusak, maka bagian yang harus dirubah terlebih dahulu adalah aqidahnya, apalagi ini
adalah menyangkut sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat .Keberhasilan seseorang dalam
menggapai dunia dan akhirat disebabkan karena aqidah atau keyakinan yang melekat pada
jiwanya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Pengertian Aqidah
5. Kaidah aqidah
6. Manfaat Aqidah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
Secara etimologis Aqidah ( دةAAA ) عقيmenurut bahasa Arab berasal dari ‘aqoda-
ya’qidu-‘aqidan-‘aqidatan yang artinya ikatan atau perjanjian. . Kata al-‘aqdu yang berarti ikatan,
at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu yang artinya
mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabtu bi quwwah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan secara terminologi, ‘aqa’id ialah jamak dari „aqidah (credo), artinya
kepercayaan. Yaitu sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa
tenang tentram kepadanya, dan yang menjadi kepercayaan/keyakinan yang bersih dari bimbang
dan ragu.
العقائد هي األمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون يقينا عندك ال يمازجه ريب واليخالطه شك
Artinya : “Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh
Hasan menyatakan bahwa aqidah bermakna simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul
di hati. Aqidah secara bahasa ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam
اAAنى عليهAA ويث,هAAان قلبAAا اإلنسAAد عليهAA يعق,رةAAمع والفطAA والس,لAAلمة بالعقAA المسAالعقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية
قاطعا بوجودها وثبوتها اليرى خالفها أنه يصح أو يكون أبدا,صدره جازما بصحتها
Artinya “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma)
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan
oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
3. Machnun Husein
Aqidah adalah kepercayaan yang timbul dari pengetahuan dan keyakinan. Dan orang
yang “mengetahui” dan menempatkan kembali kepercayaan kuat akan Keesaan Allah,
mengenai pahala dan siksa, disebut mu’min (orang beriman). Keimanan ini selamanya akan
membimbing orang bersangkutan kepada kehidupan yang penuh dengan kepatuhan dan
4. Abdul Azzam
Menyatakan bahwa akidah adalah ikatan perjanjian dan buhul tali yang sangat kuat yang
terpatri (berurat akar) serta tertanam di lembah hati yang paling dalam
5. Ulama-iulama fiqh
Mendefinisikan akidah sebagai berikut: Akidah ialah sesuatu yang diyakini dan dipegang
teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan
kenyataan, seperti beriman kepada Allah Swt. para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, dan
Rasul-rasul Allah, adanya kadar baik dan buruk, dan adanya hari akhir.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aqidah adalah
perkara-perkara yang wajib diyakini kebenarannya, yang mana hal tersebut dapat diterima oleh
manusia dan dapat menentramkan jiwa manusia serta tidak ada keraguan didalamnya
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan
akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan
Sunnah.
Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya
Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil
perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang menerima hikmah-hikmai inilah
Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan
semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau
pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk, tidak ada bangunan tanpa pondasi.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah yang tertib dan
memiliki akhlak yang mulia. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak
Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah Islam
sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem teologi agama ini diyakini bahwa
sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah yang dianutnya. Untuk itu signifikansi akidah dalam
kehidupan seseorang muslim dapat dilihat paling tidak dalam tujuh hal, yaitu:
Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu syari’ah (hukum
islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan ajaran Islam lainya seperti
shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan di atas
keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan
2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal
ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak
akan diterima.
4. Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir
Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau non muslim.
Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah menjadi perbincangan serius
dikalangan para ahli sejak zaman awal Islam sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di
dalam apresiasinya, kajian mengenai bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti
Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya disebut sebagai
titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu maka aqidah memiliki peran
yang sangat penting di dalam memunculkan semangat peningkatan kualitas hidup seseorang.
Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau keyakinan yang kuat, akan
selalu merasa optimis dan merasa akan berhasil dalam segala usahanya. Keyakinan ini
didorong oleh keyakinan yang lain bahwa allah sangat dekat padanya, bahkan selalu
menyertainya dalam usaha dan aktivitas- aktivitasnya. Sementara bagi orang yang tidak
memiliki akidah yang benar dan kuat tidak akan memilki keyakinan yang kuat, jiwanya akan
menjadi gersang dan hampa, dan selalu diliputi keraguan dalam bertindak. Sehingga jika
tertimpa sedikit cobaan dan rintangan, ia menjadi gelisah, keluh kesah, yang sering kali
berakhir dengan putus asa, karena ia tidak memiliki pegangan batin yang kuat di luar
kemampuanya
Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh Yusuf Qardhawiy, adalah kepatuhan dan ketaatan
dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum alam
(sunnah Allah) dengan kesadaran dan tanggung jawab. Akidah yang mantap akan mampu
Disiplin adalah kata kunci untuk keberhasilan. Karena itu bila seseorang muslim ingin
berhasil, ia harus berdisplin. Tanpa disiplin, tidak mungkin seseorang dapat meraih
kesuksesannya. Dalam konteks peningkatan kualitas hidup displin sangat dituntut terutama:
Disiplin dalam waktu. Artinya, tertib dan teratur dalam memanfaatkannya dalam
Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang berakidah menyadari bahwa ia
harus bekerja, sebagai pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah. Dan agar
kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap displin. Sebab penangan kerja dengan kedisplinan
Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu berupaya keras untuk
keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari pemenuhan kataatanya pada Allah. Dengan
Aqidah sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim memiliki
fungsi dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain :
1. Menopang seluruh perilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya
dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan.
2. Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian dan
3. Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan
Allah semata.
6. Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena jiwa yang kosong dari
aqidah
8. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan
sungguh-sungguh.
1. Illahiyyat (ketuhanan). Yaitu yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan Illah
(Tuhan, Allah) dari segi sifat-sifat- Nya, nama-nama-Nya, dan af‟al Allah. Juga dipertalikan
dengan itu semua yang wajib dipercayai oleh hamba terhadap Tuhan.
2. Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul mengenai sifat-sifat mereka, kema‟shum-an mereka, tugas mereka,
dan kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang bertalian
dengan alam bukan materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan, iblis, dan ruh.
4. Sam‟iyyat (masalah-masalah yang hanya didengar dari syara‟). Yaitu pembahasan yang
berhubungan dengan kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat, keadaan alam
kubur, tanda-tanda hari kiamat, ba‟ts (kebangkitan dari kubur), mah}syar (tempat
Ruang lingkup „aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai rukun iman, yaitu
iman kepada Allah, malaikat (termasuk didalamnya: jin, setan, dan iblis), kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada para utusanNya, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.
Beriman kepada Allah mengandung pengertian percaya dan meyakini akan sifat-sifat-
Nya yang sempurna dan terpuji. Dasar-dasar kepercayaan ini digariskan-Nya melalui rasul-
Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya dalil
fitrah, bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus
didahului dengan berfikir dan mempelajari sebelumnya. Fitrah ini tidak akan
begitu saja secara kebetulan, akan tetapi segala sesuatu yang wujud pasti ada
yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tuhan semesta alam
Keempat, adanya dalil indrawi tentang adanya Allah swt. seperti orang-
Esa, yang tidak ada sekutu dan penolong baginya. Allah dzat yang memiliki hak
menciptakan, berkuasa, dan hak memerintah. Tidak ada pencipta yang hakiki,
tidak ada penguasa yang mutlak, serta tidak ada yang berhak memerintah kecuali
Allah.
Yaitu mengimani hanya Dia-lah sesembahan yang tidak ada sekutu bagi-
Nya. mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyariatkan dan
seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya. Tauhid rububiyah saja tanpa
adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum
musyrikin pada zaman Rasulullah juga mengimani tauhid rububiyah saja tanpa
mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi rizki
dan mengatur segala urusan, tetapi mereka juga menyembah sesembahan selain
Allah.
terdapat dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya baik itu berkenaan dengan
Beriman kepada malaikat berarti percaya bahwa Allah mempunyai makhluk yang
dinamai “Malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan senantiasa taat menjalankan
a. Mengimani wujud mereka, bahwa mereka benarbenar ada bukan hanya khayalan,
halusinasi, imajinasi, tokoh fiksi, atau dongeng belaka. Dan mereka jumlahnya sangat
banyak, dan tidak ada yang bisa menghitungnya kecuali Allah. Seperti dalam kisah
mi‟raj-nya Nabi Muhammad saw. bahwa ketika itu Nabi diangkat ke Baitul Ma‟mur
di langit, tempat para malaikat shalat setiap hari, jumlah mereka tidak kurang dari
70.000 malaikat. Setiap selesai shalat mereka keluar dan tidak kembali lagi.
b. Mengimani nama-nama malaikat yang kita kenali, misalnya Jibril, Mikail, Israfil,
Maut. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita mengimani keberadaan mereka
secara global. Dan penamaan ini harus sesuai dengan dalil dari al-Quran dan Hadist
dua, tiga atau empat. Dan juga khususnya Malaikat Jibril, sebagaimana yang pernah
dilihat oleh Nabi saw. Yang mempunyai 600 sayap yang menutupi seluruh ufuk
semesta alam.
d. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita
ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah kepada Allah swt. siang dan malam
Beriman kepada kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah telah menurunkan beberapa
kitab-Nya kepada beberapa Rasul untuk menjadi pegangan dan pedoman hidupnya guna
Kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sesuai dengan jumlah rasulNya. Hanya di dalam
al-Qur‟an dan Hadits tidak disebutkan secara jelas semua nama kitab Allah dan jumlahnya
yang diturunkan kepada rasul. Yang disebut namanya secara jelas dalam al-Qur‟an ada
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah telah memilih di antara manusia,
beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah (rasul) yang di tugaskan untuk
menyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah melalui malaikat Jibril, dan
menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing umatnya ke jalan yang benar
Beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwasesudah kehidupan ini berakhir masih
ada kehidupan yang kekal yaitu hari akhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi
pada hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya
seluruh kehidupan (qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (ba‟ast),
amal perbuatan manusia di dunia (hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk
mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (wazn), sampai kepada pembalasan
Beriman kepada qadha‟ dan qadar yaitu percaya bahwa segala ketentuan, undang-
undang, peraturan, dan hukum ditetapkan pasti oleh Allah untuk segala yang ada, yang
mengikat antara sebab dan akibat atas segala sesuatu yang terjadi
E. Kaidah aqidah
1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila akal saya
Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas berisi air
putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di tengah jalan [fatamorgana], tentu saja
saya akan membenarkan hal itu. Tapi bila terbukti kemudian bahwa hasil penglihatan indera
saya salah maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya langsung
2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bias melalui berita
Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita meyakini
adanya. Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau Yaman, tapi anda meyakini
bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah, tentang Daulah Abbasiyah,
Umayyah atau tentang kerajaan Majapahit, dan lain-lain, anda meyakini kenyataan sejarah
itu berdasarkan berita yang anda terima dari sumber yang anda percaya.
3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa
Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar suara
semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari jarak jauh. Oleh
karena itu, seseorang tidak bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena inderanya tidak
bisa menyaksikannya.
4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya.
Khayal manusiapun terbatas. Anda tidak akan bisa menghayalkan sesuatu yang baru
sama sekali. Waktu anda menghayalkan kecantikan seseorang secara fisik, anda akan
menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah anda
saksikan.
5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita menyaksikannya
lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa memahami
dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun terbatas. Akal tidak
bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya Tuhan. Pada saat seseorang
kehilangan harapan untuk hidup, padahal dia masih ingin hidup, fithrahnya akan menuntun
dia untuk meminta kepada Tuhan. Misalnya bila anda masuk hutan, dan terperosok ke dalam
lubang, pada saat anda kehilangan harapan untuk bisa keluar dari lubang tiu, anda akan
Manusia tidak akan pernah puas secara materil. Seorang yang belum punya sepeda ingin
punya sepeda. Setelah punya sepeda ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil,
pesawat, dan lain lain. Bila keinginan tercapai maka akan berubah menjadi sesuatu yang
“biasa”, tidak ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu saja keinginan manusia itu ingin
lebih dari apa yang sudah di dapatnya secara materil. Dan keinginan manusia akan
8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah.
Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala sifat-sifat Allah,
termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan lain di akhirat, bisakah keadilan
Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat menanggung akibat kejahatannya di
dunia ini? Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik merasakan hasil kebaikannya?.
Bila anda menonton film, ceritanya belum selesai tiba-tiba saja dilayar tertulis kalimat
“Tamat”, bagaimana komentar anda? Oleh sebab itu, iman anda dengan Allah menyebabkan
anda beriman dengan adanya alam lain sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir
F. Manfaat Aqidah
2. Membimbing manusia ke jalan yang benar, dan diridhoi Allah SWT sehingga selamat dunia
dan akhirat.
3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat
menyesatkan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis Aqidah ( دةAAAA ) عقيmenurut bahasa Arab berasal dari ‘aqoda-
‘aqa’id ialah jamak dari „aqidah (credo), artinya kepercayaan. Yaitu sesuatu yang mengharuskan
hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya, dan yang menjadi
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan
akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi
Aqidah juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah di tetapkan oleh Allah
Swt, dan kita sebagai seorang manusia atau hamba Allah sangat wajib meyakininya sehingga
layak di sebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Akan tetapi bukan berarti bahwa keimanan
seseorang itu ditanamkan dari dalam diri seseorang tersebut secara dogmatis, karena keimanan
sesorang itu harus melalui proses dalil-dalil aqli. Dikarenankan dengan akal manusia yang sangat
terbatas, maka juga tidak semua hal yang diimani itu dapat di lihat oleh indra manusia dan tidak
Demikianlah makalah ini kami buat.Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam pembuatan makalah ini,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami