Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

”Aqidah Islam”

DOSEN PEMBIMBING :

OLEH : KELOMPOK 2

Afifah Khairatunnisa Wahyu Adella

Fani cornelia Agung Willyanto

Aisyah misran

Program Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes)
Yarsi Sumbar Bukittinggi

Tahun ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi salah satu
tugas mata kuliah Study islam dengan judul Aqidah Islam Disamping itu, kami sebagai penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, kami memahami jika naskah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu yang akan
datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah............................................................................3
B. Landasan filosofi aqidah...................................................................8
C. Fungsi dan peranan aqidah.............................................................11
D. Ruang lingkup aqidah.....................................................................13
E. Kaidah aqidah.................................................................................14
F. Manfaat aqidah...............................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................19
B. Saran...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Aqidah merupakan jalan untuk membangun pondasi pengetahuan awal mengenai agama

islam. Aqidah juga untuk mengetahui akan eksistensi Allah dan tujuan kehidupan yang diberikan

serta aturan-aturan yang mesti dipatuhi dan larangan-larangan yang harus dijauhi. Aqidah

seharusnya diberikan sejak awal perkembangan manusia dimulai. Sebab dari sinilah manusia

mulai mempunyai pegangan dan pedoman yang dapat mengarahkannya dalam mengarungi

amanat yakni kehidupan di dunia.

Aqidah juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah di tetapkan oleh Allah

Swt, dan kita sebagai seorang manusia atau hamba Allah sangat wajib meyakininya sehingga

layak di sebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Akan tetapi bukan berarti bahwa keimanan

seseorang itu ditanamkan dari dalam diri seseorang tersebut secara dogmatis, karena keimanan

sesorang itu harus melalui proses dalil-dalil aqli. Dikarenankan dengan akal manusia yang sangat

terbatas, maka juga tidak semua hal yang diimani itu dapat di lihat oleh indra manusia dan tidak

dapat di jangkau dengan akal manusia.

Aqidah yang ada dalam tubuh manusia itu ibarat kepalanya. Oleh karena itu apabila suatu

umat sudah rusak, maka bagian yang harus dirubah terlebih dahulu adalah aqidahnya, apalagi ini

adalah menyangkut sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat .Keberhasilan seseorang dalam

menggapai dunia dan akhirat disebabkan karena aqidah atau keyakinan yang melekat pada

jiwanya.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Aqidah ?

2. Bagaimana Landasan Filosofi Aqidah ?

3. Bagaimana Fungsi dan peranan aqidah?

4. Bagaimana Ruang lingkup aqidah?

5. Bagaimana Kaidah aqidah?

6. Bagaimana Manfaat Aqidah?

C. Tujuan

1. Pengertian Aqidah

2. Landasan Filosofi Aqidah

3. Fungsi dan peranan aqidah

4. Ruang lingkup aqidah

5. Kaidah aqidah

6. Manfaat Aqidah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah

Secara etimologis Aqidah ( ‫دة‬AAA‫ ) عقي‬menurut bahasa Arab berasal dari ‘aqoda-

ya’qidu-‘aqidan-‘aqidatan yang artinya ikatan atau perjanjian. . Kata al-‘aqdu yang berarti ikatan,

at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu yang artinya

mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabtu bi quwwah yang berarti mengikat dengan kuat.

Sedangkan secara terminologi, ‘aqa’id ialah jamak dari „aqidah (credo), artinya

kepercayaan. Yaitu sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa

tenang tentram kepadanya, dan yang menjadi kepercayaan/keyakinan yang bersih dari bimbang

dan ragu.

Defenisi Aqidah menurut para ahli

1. Menurut Hasan al-Banna:

‫العقائد هي األمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون يقينا عندك ال يمازجه ريب واليخالطه شك‬

Artinya : “Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh

hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak


bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”

Hasan menyatakan bahwa aqidah bermakna simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul

di hati. Aqidah secara bahasa ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam

lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.

2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:

‫ا‬AA‫نى عليه‬AA‫ ويث‬,‫ه‬AA‫ان قلب‬AA‫ا اإلنس‬AA‫د عليه‬AA‫ يعق‬,‫رة‬AA‫مع والفط‬AA‫ والس‬,‫ل‬AA‫لمة بالعق‬AA‫ المس‬A‫العقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية‬

‫ قاطعا بوجودها وثبوتها اليرى خالفها أنه يصح أو يكون أبدا‬,‫صدره جازما بصحتها‬

Artinya “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma)

oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan

oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara

pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”

3. Machnun Husein

Aqidah adalah kepercayaan yang timbul dari pengetahuan dan keyakinan. Dan orang

yang “mengetahui” dan menempatkan kembali kepercayaan kuat akan Keesaan Allah,

sifatsifat-Nya, hukum-hukum-Nya, petunjuk wahyu dan aturan-aturan hukum Ilahi

mengenai pahala dan siksa, disebut mu’min (orang beriman). Keimanan ini selamanya akan

membimbing orang bersangkutan kepada kehidupan yang penuh dengan kepatuhan dan

penyerahan kepada Kehendak Allah, dan orang yang menjalani

4. Abdul Azzam

Menyatakan bahwa akidah adalah ikatan perjanjian dan buhul tali yang sangat kuat yang

terpatri (berurat akar) serta tertanam di lembah hati yang paling dalam
5. Ulama-iulama fiqh

Mendefinisikan akidah sebagai berikut: Akidah ialah sesuatu yang diyakini dan dipegang

teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan

kenyataan, seperti beriman kepada Allah Swt. para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, dan

Rasul-rasul Allah, adanya kadar baik dan buruk, dan adanya hari akhir.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aqidah adalah

perkara-perkara yang wajib diyakini kebenarannya, yang mana hal tersebut dapat diterima oleh

manusia dan dapat menentramkan jiwa manusia serta tidak ada keraguan didalamnya

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu

bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan

akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah

suatu bangunan yang sangat rapuh. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi

tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal.

B. Landasan Filosofi Aqidah

Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan

Sunnah.

Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk disampaikan kepada

seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Allah

menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya

Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil
perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang menerima hikmah-hikmai inilah

yang disebut “Hukuman” atau “Filosof”

C. Fungsi dan peranan aqidah

Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan

semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau

pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk, tidak ada bangunan tanpa pondasi.

Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah yang tertib dan

memiliki akhlak yang mulia. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak

dilandasi dengan aqidah.

Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah Islam

sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem teologi agama ini diyakini bahwa

sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat

dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah yang dianutnya. Untuk itu signifikansi akidah dalam

kehidupan seseorang muslim dapat dilihat paling tidak dalam tujuh hal, yaitu:

1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam.

Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu syari’ah (hukum

islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan ajaran Islam lainya seperti

shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan di atas

keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan

memiliki makna apa-apa

2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal

mencapai kebahagiaan di akhirat


Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan kelak di

hari kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, Semua

ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak

akan diterima.

3. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang

menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya

4. Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir

Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau non muslim.

Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah menjadi perbincangan serius

dikalangan para ahli sejak zaman awal Islam sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di

dalam apresiasinya, kajian mengenai bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti

Muktazilah, Asy’ariyah, Murjiah, Syiah, Khawarij, Qadariyah, Jabbariyah dan lain-lain.

Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya disebut sebagai

titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu maka aqidah memiliki peran

yang sangat penting di dalam memunculkan semangat peningkatan kualitas hidup seseorang.

5. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.

Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau keyakinan yang kuat, akan

selalu merasa optimis dan merasa akan berhasil dalam segala usahanya. Keyakinan ini

didorong oleh keyakinan yang lain bahwa allah sangat dekat padanya, bahkan selalu

menyertainya dalam usaha dan aktivitas- aktivitasnya. Sementara bagi orang yang tidak

memiliki akidah yang benar dan kuat tidak akan memilki keyakinan yang kuat, jiwanya akan

menjadi gersang dan hampa, dan selalu diliputi keraguan dalam bertindak. Sehingga jika

tertimpa sedikit cobaan dan rintangan, ia menjadi gelisah, keluh kesah, yang sering kali
berakhir dengan putus asa, karena ia tidak memiliki pegangan batin yang kuat di luar

kemampuanya

6. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.

Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh Yusuf Qardhawiy, adalah kepatuhan dan ketaatan

dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum alam

(sunnah Allah) dengan kesadaran dan tanggung jawab. Akidah yang mantap akan mampu

menempatkan diri seseorang sebagai makhluk berdisiplin tinggi dalam kehidupannya.

Disiplin adalah kata kunci untuk keberhasilan. Karena itu bila seseorang muslim ingin

berhasil, ia harus berdisplin. Tanpa disiplin, tidak mungkin seseorang dapat meraih

kesuksesannya. Dalam konteks peningkatan kualitas hidup displin sangat dituntut terutama:

Disiplin dalam waktu. Artinya, tertib dan teratur dalam memanfaatkannya dalam

penanganan kerja maupun dalam melakukan ibadah mahdhah.

Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang berakidah menyadari bahwa ia

harus bekerja, sebagai pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah. Dan agar

kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap displin. Sebab penangan kerja dengan kedisplinan

akan menghasilkan sesuatu secara maksimal dan membahagiakan.

7. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.

Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu berupaya keras untuk

keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari pemenuhan kataatanya pada Allah. Dengan

demikian melalui aqidahnya akan tersembul etos kerja yang baik

Aqidah sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim memiliki

fungsi dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain :

1. Menopang seluruh perilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya
dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan.

2. Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian dan

penyerahan dirinya secara utuh kepada Dzat Yang Maha Besar.

3. Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan

Allah semata.

4. Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).

5. Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah.

6. Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena jiwa yang kosong dari

aqidah

7. Memperoleh ketenangan jiwa.

8. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan

bermu’amallah dengan orang lain.

9. Menuntun orang untuk berbuat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan

sungguh-sungguh.

D. Ruang lingkup aqidah

Pembahasan akidah mencakup:

1. Illahiyyat (ketuhanan). Yaitu yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan Illah

(Tuhan, Allah) dari segi sifat-sifat- Nya, nama-nama-Nya, dan af‟al Allah. Juga dipertalikan

dengan itu semua yang wajib dipercayai oleh hamba terhadap Tuhan.

2. Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan Nabi dan Rasul mengenai sifat-sifat mereka, kema‟shum-an mereka, tugas mereka,
dan kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang bertalian

dengan pari wali, mukjizat, karamah, dan kitab-kitab samawi..

3. Ruhaniyyat (kerohanian). Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan alam bukan materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan, iblis, dan ruh.

4. Sam‟iyyat (masalah-masalah yang hanya didengar dari syara‟). Yaitu pembahasan yang

berhubungan dengan kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat, keadaan alam

kubur, tanda-tanda hari kiamat, ba‟ts (kebangkitan dari kubur), mah}syar (tempat

berkumpul), hisab (perhitungan), dan jaza‟ (pembalasan).

Ruang lingkup „aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai rukun iman, yaitu

iman kepada Allah, malaikat (termasuk didalamnya: jin, setan, dan iblis), kitab-kitab Allah yang

diturunkan kepada para utusanNya, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.

1. Beriman kepada Allah

Beriman kepada Allah mengandung pengertian percaya dan meyakini akan sifat-sifat-

Nya yang sempurna dan terpuji. Dasar-dasar kepercayaan ini digariskan-Nya melalui rasul-

Nya, baik langsung dengan wahyu atau dengan sabda rasul.

Iman kepada Allah mengandung empat unsur:

a. Beriman akan adanya Allah.

Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya dalil

fitrah, bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus

didahului dengan berfikir dan mempelajari sebelumnya. Fitrah ini tidak akan

berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya.


Kedua, adanya dalil ‘aqli bahwa semua makhluk di dunia ini tidak muncul

begitu saja secara kebetulan, akan tetapi segala sesuatu yang wujud pasti ada

yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tuhan semesta alam

Ketiga, adanya dalil syar‟i yang menunjukkan adanya Allah adalah

seluruh kitab-kitab samawi membicarakan tentang adanya Allah.

Keempat, adanya dalil indrawi tentang adanya Allah swt. seperti orang-

orang yang dikabulkan doanya. Ditolongnya orang-orang yang sedang

mengalami kesulitan, ini menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah.

b. Mengimani sifat rububiyah Allah

Yaitu mengimani sepenuhnya bahwa Allahlah Rabb (Tuhan) yang Maha

Esa, yang tidak ada sekutu dan penolong baginya. Allah dzat yang memiliki hak

menciptakan, berkuasa, dan hak memerintah. Tidak ada pencipta yang hakiki,

tidak ada penguasa yang mutlak, serta tidak ada yang berhak memerintah kecuali

Allah.

c. Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah)

Yaitu mengimani hanya Dia-lah sesembahan yang tidak ada sekutu bagi-

Nya. mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyariatkan dan

diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik

seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya. Tauhid rububiyah saja tanpa

adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum

musyrikin pada zaman Rasulullah juga mengimani tauhid rububiyah saja tanpa

mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi rizki
dan mengatur segala urusan, tetapi mereka juga menyembah sesembahan selain

Allah.

d. Mengimani Asma‟ dan Sifat Allah (Tauhid Asma‟ wa Sifat)

Yaitu menetapkan apa-apa yang ditetapkan Allah untuk dzat-Nya yang

terdapat dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya baik itu berkenaan dengan

nama-nama maupun sifat-sifat Allah tanpa tahrif (penyelewengan), ta‟til

(penghapusan), takyif (menanyakan bagaimana), dan tamsil (pengumpamaan).

2. Beriman Kepada Malaikat Allah

Beriman kepada malaikat berarti percaya bahwa Allah mempunyai makhluk yang

dinamai “Malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan senantiasa taat menjalankan

tugas yang dibebankan dengan sebaik-baiknya.

Beriman kepada malaikat mengandung empat unsur:

a. Mengimani wujud mereka, bahwa mereka benarbenar ada bukan hanya khayalan,

halusinasi, imajinasi, tokoh fiksi, atau dongeng belaka. Dan mereka jumlahnya sangat

banyak, dan tidak ada yang bisa menghitungnya kecuali Allah. Seperti dalam kisah

mi‟raj-nya Nabi Muhammad saw. bahwa ketika itu Nabi diangkat ke Baitul Ma‟mur

di langit, tempat para malaikat shalat setiap hari, jumlah mereka tidak kurang dari

70.000 malaikat. Setiap selesai shalat mereka keluar dan tidak kembali lagi.

b. Mengimani nama-nama malaikat yang kita kenali, misalnya Jibril, Mikail, Israfil,

Maut. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita mengimani keberadaan mereka

secara global. Dan penamaan ini harus sesuai dengan dalil dari al-Quran dan Hadist

Rasulullah yang shahih.


c. Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita kenali, misalnya, memiliki sayap, ada yang

dua, tiga atau empat. Dan juga khususnya Malaikat Jibril, sebagaimana yang pernah

dilihat oleh Nabi saw. Yang mempunyai 600 sayap yang menutupi seluruh ufuk

semesta alam.

d. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita

ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah kepada Allah swt. siang dan malam

tanpa merasa lelah dan bosan

3. Beriman Kepada Kitab-kitab Allah

Beriman kepada kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah telah menurunkan beberapa

kitab-Nya kepada beberapa Rasul untuk menjadi pegangan dan pedoman hidupnya guna

mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat

Kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sesuai dengan jumlah rasulNya. Hanya di dalam

al-Qur‟an dan Hadits tidak disebutkan secara jelas semua nama kitab Allah dan jumlahnya

yang diturunkan kepada rasul. Yang disebut namanya secara jelas dalam al-Qur‟an ada

empat buah yaitu:

a. Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s.

b. Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s.

c. Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s.

d. Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw

4. Beriman Kepada Rasul-rasul Allah

Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah telah memilih di antara manusia,

beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah (rasul) yang di tugaskan untuk

menyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah melalui malaikat Jibril, dan
menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing umatnya ke jalan yang benar

agar selamat di dunia dan akhirat

5. Beriman Kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwasesudah kehidupan ini berakhir masih

ada kehidupan yang kekal yaitu hari akhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi

pada hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya

seluruh kehidupan (qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (ba‟ast),

dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar (hasyr), perhitungan seluruh

amal perbuatan manusia di dunia (hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk

mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (wazn), sampai kepada pembalasan

dengan surga atau neraka (jaza‟).

6. Beriman Kepada Qadla dan Qadar

Beriman kepada qadha‟ dan qadar yaitu percaya bahwa segala ketentuan, undang-

undang, peraturan, dan hukum ditetapkan pasti oleh Allah untuk segala yang ada, yang

mengikat antara sebab dan akibat atas segala sesuatu yang terjadi

E. Kaidah aqidah

Delapan Kaidah Aqidah

1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila akal saya

mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.

Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas berisi air

putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di tengah jalan [fatamorgana], tentu saja

saya akan membenarkan hal itu. Tapi bila terbukti kemudian bahwa hasil penglihatan indera
saya salah maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya langsung

mengatakan bahwa yang saya lihat tidak demikian adanya.

2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bias melalui berita

yang diyakini kejujuran si pembawa berita.

Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita meyakini

adanya. Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau Yaman, tapi anda meyakini

bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah, tentang Daulah Abbasiyah,

Umayyah atau tentang kerajaan Majapahit, dan lain-lain, anda meyakini kenyataan sejarah

itu berdasarkan berita yang anda terima dari sumber yang anda percaya.

3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa

menjangkaunya dengan indera anda.

Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar suara

semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari jarak jauh. Oleh

karena itu, seseorang tidak bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena inderanya tidak

bisa menyaksikannya.

4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya.

Khayal manusiapun terbatas. Anda tidak akan bisa menghayalkan sesuatu yang baru

sama sekali. Waktu anda menghayalkan kecantikan seseorang secara fisik, anda akan

menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah anda

saksikan.

5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.

Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita menyaksikannya

lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa memahami
dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun terbatas. Akal tidak

bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.

6. Iman adalah fithrah setiap manusia.

Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya Tuhan. Pada saat seseorang

kehilangan harapan untuk hidup, padahal dia masih ingin hidup, fithrahnya akan menuntun

dia untuk meminta kepada Tuhan. Misalnya bila anda masuk hutan, dan terperosok ke dalam

lubang, pada saat anda kehilangan harapan untuk bisa keluar dari lubang tiu, anda akan

berbisik “Oh Tuhan!”

7. Kepuasan materil di dunia sangat terbatas.

Manusia tidak akan pernah puas secara materil. Seorang yang belum punya sepeda ingin

punya sepeda. Setelah punya sepeda ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil,

pesawat, dan lain lain. Bila keinginan tercapai maka akan berubah menjadi sesuatu yang

“biasa”, tidak ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu saja keinginan manusia itu ingin

lebih dari apa yang sudah di dapatnya secara materil. Dan keinginan manusia akan

dipuaskan secara hakiki di alam sesudah dunia ini.

8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah.

Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala sifat-sifat Allah,

termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan lain di akhirat, bisakah keadilan

Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat menanggung akibat kejahatannya di

dunia ini? Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik merasakan hasil kebaikannya?.

Bila anda menonton film, ceritanya belum selesai tiba-tiba saja dilayar tertulis kalimat

“Tamat”, bagaimana komentar anda? Oleh sebab itu, iman anda dengan Allah menyebabkan

anda beriman dengan adanya alam lain sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir
F. Manfaat Aqidah

1. Sebagai sumber dan motivator berbuat kebaikan

2. Membimbing manusia ke jalan yang benar, dan diridhoi Allah SWT sehingga selamat dunia

dan akhirat.

3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat

menyesatkan.

4. Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.

5. Memupuk dan melahirkan kesehatan mental seseorang.

6. Memberikan pengajaran dan pendidikan ilmu tauhid.

7. Mendapat pahala dari Allah SWT


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara etimologis Aqidah ( ‫دة‬AAAA‫ ) عقي‬menurut bahasa Arab berasal dari ‘aqoda-

ya’qidu-‘aqidan-‘aqidatan yang artinya ikatan atau perjanjian. Sedangkan secara terminologi,

‘aqa’id ialah jamak dari „aqidah (credo), artinya kepercayaan. Yaitu sesuatu yang mengharuskan

hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya, dan yang menjadi

kepercayaan/keyakinan yang bersih dari bimbang dan ragu.

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu

bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan

akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah

suatu bangunan yang sangat rapuh. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi

tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal.

Aqidah juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah di tetapkan oleh Allah

Swt, dan kita sebagai seorang manusia atau hamba Allah sangat wajib meyakininya sehingga

layak di sebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Akan tetapi bukan berarti bahwa keimanan

seseorang itu ditanamkan dari dalam diri seseorang tersebut secara dogmatis, karena keimanan

sesorang itu harus melalui proses dalil-dalil aqli. Dikarenankan dengan akal manusia yang sangat

terbatas, maka juga tidak semua hal yang diimani itu dapat di lihat oleh indra manusia dan tidak

dapat di jangkau dengan akal manusia.


B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat.Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan

dalam pembuatan makalah ini,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami

perlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai