Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Antara Komunikasi Yang Baik Dengan Interprofesional

Collaboration Di RS

Cut Tari

e-Mail cuttari19@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang:IPC merupakan kemitraan antara tenaga kesehatan dengan latar belakang
profesi yang berbeda yang bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan dan
menyediakan pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang menghambat pelaksanaan kolaborasi
interprofesi adalah karena buruknya komunikasi antar profesi. Tujuan : Untuk memberikan
gambaran upaya dalam peningkatan komunikasi dalam pelaksanaan interprofessional
Collaboration supaya kommunikasi yang tercipta menjadi baik Metode : Metode yang
digunakan oleh penulis adalah Literature review dimana dilakukan dengan cara menganalisis
kajian ,eksplorasi jurnal, maupun e-book Adapun jurnal yang digunakan pada literature review
ini adalah jurnal yang diterbitkan dari kurun waktu 10 tahun terakhir yang didapatkan dengan
menggunakan dua database Portal Garuda dan Google Scholar dan referensi yang digunakan
sebanyak 14. Hasil: Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan komunikasi dalam pelaksanaan
interprofessional collaboration adalah dengan menggunakan pencatatan perkembangan pasien
terintegrasi ,dengan melakukan pencatatan terintegrasi ini diharapkan dapat meningkatkan
komunikasi efektif antar profesi, pencatatan dilakukan lebih optimal, meminimalkan mis
komunikasi, dan meningkatkan keselamatan pasien yang berdampak kepada mutu pelayanan.
Kesimpulan : Semakin baik komunikasi yang dilakukan antar tenaga profesi maka semakin
baik kolaborasi yang tercipta diantara mereka.

Kata kunci : Komunikasi,Interprofesional Collaboration,RS

Abstract
Background: IPC is a partnership between health workers with different professional
backgrounds who work together to solve health problems and provide health services. One
factor that hinders the implementation of interprofessional collaboration is due to poor
communication between professions. Purpose: To provide an overview of efforts to improve
communication in the implementation of interprofessional Collaboration so that communication
created is good Method: The method used by the author is Literature review which is done by
analyzing studies, exploratory journals, and e-books. Journals used in literature review this is a
journal published from the past 10 years obtained using the two Garuda Portal databases and
Google Scholar and references used as many as 14. Results: Efforts made to improve
communication in the implementation of interprofessional collaboration are to use integrated
patient development records, with conducting integrated recording is expected to improve
effective communication between professions, recording is carried out more optimally,
minimizing mis communication, and increasing patient safety which has an impact on service
quality. Conclusion: The better the communication made between professionals, the better the
collaboration created between them.

Keywords: Communication, Interprofessional Collaboration, Hospital


PENDAHULUAN Interprofessional Collaboration (IPC)
untuk meningkatkan pelayanan
pengertian rumah sakit Menurut
kesehatan (IOM, 2010). Kolaborasi
UU nomor 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 1
Interprofesi atau Interprofessional
tentang rumah sakit, adalah institusi
Collaboration (IPC) adalah kemitraan
yang memberikan pelayanan kesehatan
antara orang dengan latar belakang
paripurna yang menyediakan pelayanan
profesi yang berbeda dan bekerja sama
melalui rawat jalan, rawat inap dan
untuk memecahkan masalah kesehatan
gawat darurat. Pelayanan kesehatan
dan menyediakan pelayanan kesehatan
yang paripurna menurut UU nomor 44
(Morgan et al, 2015). Menurut WHO,
tahun 2009 pasal 1 ayat 3 adalah
IPC terjadi saat berbagai profesi
pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan bekerja sama dengan pasien,
promotif, preventif, kuratif dan
keluarga dan komunitas untuk
rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang
menyediakan pelayanan komprehensif
diberikan di rumah sakitdilakukan oleh
dan berkualitas tinggi (WHO, 2010).
berbagai profesi tenaga kesehatan.
IPC dimaksudkan untuk mencapai
Berbagai profesi yang terlibat dalam
tujuan dan memberi manfaat bersama
pelayanan kesehatan terdiri dari tenaga
bagi semua yang terlibat (Green and
medis, tenaga psikologi klinis, tenaga
Johnson, 2015). Tenaga kesehatan harus
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga
melakukan praktek kolaborasi dengan
kefarmasian, tenaga gizi, tenaga
baik dan tidak melaksanakan pelayanan
keterapian fisik, tenaga keteknisian
kesehatan sendiri-sendiri (Orchar et al,
medis dan teknik biomedika (UU
2005 dan Fatalina, 2015). Dampak dari
Nomor 36 tahun 2014). Pelayanan
kolaborasi yang buruk adalah tingginya
kesehatan di rumah sakit merupakan
kesalahan dalam pembuatan resep di
pelayanan dari berbagai profesi
Indonesia (sebanyak 98,69%) akibat
kesehatan yang berkolaborasi untuk
dari kesalahan dalam penulisan resep
mengoptimalkan pelayanan kesehatan
dokter, apoteker yang tidak tepat dalam
(Sitorus, 2006).Institute of Medicine
penyiapan obat dan pemberian
(IOM) dan World Health Organization
informasi mengenai obat tersebut
(WHO) meminta tenaga kesehatan
(Easton, 2009). Selain itu menurut
profesional untuk bekerja sama dalam
National Prescribing Service Australia Dari metode yang digunakan dapat
menyebutkan bahwa 6% kasus yang diketahui bahwa peningkatan komunikasi
terjadi di rumah sakit disebabkan karena secara efektif dengan tim kesehatan lain

efek samping obat dan kesalahan selama dibutuhkan dalam pelaksanaan

perawatan. Hal ini muncul karena Interprofessional Collaboration sehingga

buruknya kolaborasi antar profesi petugas kesehatan dapat melakukan

kesehatan (Perwitasari, 2010). WHO tindakan pelayanan kesehatan yang aman

(2009) menjelaskan bahwa 70-80% dan efektif. Ketika sudah terjalin

kesalahan yang terjadi di pelayanan komunikasi yang baik antara tenaga profesi
maka akan terjalin hubungan yang baik
kesehatan diakibatkan oleh buruknya
pula.
komunikasi dan kurangnya pemahaman
anggota tim. Kolaborasi tim yang baik PEMBAHASAN
dapat mengurangi masalah patient
Dalam berkerja dirumahsakit
safety (WHO, 2009). perawat bekerjasama dengan profesi
lainnya di dalam beberapa penelitian
METODE PENELITIAN menyebutkan bahwa faktor yang
mempengaruhi komunikasi dalam
Metode yang digunakan oleh pelaksanaan kolaborasi interprofesi adalah
penulis adalah Literature review dimana kepemimpinan, pengetahuan (Kesrianti,
2014) dan lama bekerja (Hilda, 2017).
dilakukan dengan cara menganalisis
Kepemimpinan transformasional memiliki
kajian dan eksplorasi jurnal, tesis, peran dalam peningkatan komunikasi.
maupun e-book yang relevan dan Kepemimpinan transformasional
memberikan inspirasi, motivasi untuk
membahas tentang kemampuan berpikir
mencapai tujuan dan merubah sikap,
kritis bagi perawat. perilaku dan nilai-nilai dasar bawahannya
Adapun jurnal yang digunakan untuk melakukan perubahan (Suryo, 2010).
Kepemimpinan transformasional yang
pada literature review ini adalah jurnal
dimiliki para tenaga kesehatan berfokus
yang diterbitkan dari kurun waktu 10 pada membangun hubungan dan
tahun terakhir didapatkan dengan komunikasi dengan orang lain dan
menciptakan perubahan dengan
menggunakan 2 database Portal Garuda
menekankan nilai-nilai(To, Tse &
dan Google Scholar Ashkanasy, 2015).

HASIL PENELITIAN Kepemimpinan transformasional


mendukung sejauh mana anggota
melibatkan diri dalam komunikasi dua arah
seperti mendengar, memotivasi dan
melibatkan orang lain dalam pengambilan Akreditasi Rumah Sakit, Catatan
keputusan (Ratih, 2008). Pemerintah Perkembangan Pasien Terintegrasi adalah
memiliki peran penting dalam peningkatan
dokumentasi antar profesi pemberi asuhan
komunikasi antar profesi kesehatan.
Pemerintah mengeluarkan Permenkes keperawatan mengenai perkembangan
1691/MENKES/PER/VIII/2011 yang pasien dalam bentuk terintegrasi dalam
menjelaskan tentang keselamatan pasien
rekam medis pasien. Rencana perawatan
rumah sakit. Pada Permenkes
1691/MENKES/PER/VIII/2011 pasal 7 ayat 2 yang terintegrasi dan tunggal lebih terukur
dijelaskan bahwa salah satu standar dan lebih baik daripada rencana perawatan
keselamatan pasien adalah komunikasi staf
yang terpisah. Rencana perawatan pasien
kesehatan untuk mencapai keselamatan
pasien. Komisi Akreditasi Rumah Sakit pada harus mencerminkan sasaran perawatan
tahun 2017 juga mengatur tentang yang khas untuk masing-masing individu
komunikasi dan pertukaran informasi antar sehingga penilaian dan rencana ulang
profesi kesehatan. Komunikasi dan
informasi penting selama pelaksanaan dapat dilakukan. Komisi Akreditasi Rumah
proses asuhan dikomunikasikan dengan Sakit juga mengatur catatan
menggunakan catatan perkembangan perkembangan pasien terintegrasi dalam
pasien terintegrasi (CPPT),supaya ketika
standar MKE (Manajemen Komunikasi dan
pasien meminta pertanggung jawaban
akan ada bukti tertulis yang akan diajukan Edukasi)
sebagai bukti kepada pasien yang
menuntut,oleh sebab itu menulis catatan Saran penulis agar semua tanga
tindakan yang telah kita lakukan sangat profesi yang bekerja di rumah sakit dapat
penting terutama bagi perawat yang
bekerjasama dengan baik supaya tidak
berada 24 jam dengan pasien.
terjadi mis komunikasi pada saat bekerja.
KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan komunikasi secara


efektif dengan tim kesehatan lain DAFTAR PUSTAKA
dibutuhkan dalam pelaksanaan
Collaboration Profesional Practice.
Interprofessional Collaboration sehingga Med. Educ Pohan I. (2015). Jaminan
petugas kesehatan dapat melakukan
mutu Layanan Kesehatan : Dasar-
dasar Pengertian dan
tindakan pelayanan kesehatan yang aman Penerapan.Jakarta : EGC
dan efektif. Upaya yang dilakukan untuk Ginting, D., Fentiana, N., Rajagukguk,
meningkatkan komunikasi antar profesi
T., & Wahyudi, H. (2019). Gaya
adalah dengan catatan perkembangan
Kepemimpinan dan Komitmen
pasien terintegrasi. Menurut Komite
Paramedis dalam Implementasi
Akreditasi Rumah Sakit Versi Collaboration Pada Profesional
SNARS.  Jurnal Ilmiah Universitas Pemberi Asuhan Di Rumah Sakit
Batanghari Jambi, 19(3), 504-508. Khusus Propinsi Jambi: Kajian. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari
Irman. 2010. Efektifitas Pelaksanaan
Jambi, 19(2), 416-420.
Komunikasi dalam Kolaborasi Antara
Perawat dan Dokter di Ruang Rawat R.H Simamora (2019). Documentation
Inap Rumah Sakit Umum Sumedang. Of Patient Identification Into The
Jurnal unpad.ac.id/mku/article. Vol. 12, Electronic System To Improve The
No. 1 Maret 2010– September 2010 Hal Quality Of Nursing
36 Servies.International Journal Of
Scientific &Technology
Liunokas, O. B. (2018).
Interprofessional Collaboration Factor R.H Simamora (2019). The Influence Of
Analysis In Affecting Tropical Disease Traning Handover Based SBAR
Services At Kambaniru Health Center, Communication For Improving Patients
Waingapu Health Center, Kanatang Safety .Indian Journal Of Public Health
Health Center 2017. Jurnal Kesehatan Research & Development.
Primer, 3(1), 46-55.
R.H Simamora (2019).Buku Ajar
M., Tse, H., & Ashkanasy, N. (2015). A Pelaksanaan Identifikasi Pasien .Uwais
multilevel model of transformational Inspirasi Indonesia
leadership, affect, and creative process
Ratih, Agnes. 2008. Hubungan
behavior in work teams. The
Komunikasi Antar Pribadi dengan
Leadership Quarterly, 26, 543– 556.
Peningkatan Kinerja Karyawan PT Asa
Undang-Undang Republik Indonesia
Globalindo Pratama. Universitas
Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Pembangunan Nasional : FISIP. Reni,
Sakit. Undang-Undang Republik
Arya; Yudianto, Kurniawan; Somantri,
Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan. Ridar, I., & Santoso, A. (2018).
Peningkatkan Komunikasi Dalam
Mawarni, E., Dachriyanus, D., Maisa,
Pelaksanaan Interprofessional
E. A., & Al Fajri, J. (2019). Gambaran
Collaboration Melalui Catatan
Pengetahuan Inter Professional
Perkembangan Pasien Terintegrasi.
In Prosiding Seminar Nasional
Unimus  (Vol. 1).

Rokhmah, Noor Ariyani. 2017.


Komunikasi Efektif dalam Praktek
Kolaborasi Interprofesi sebagai Upaya
Meningkatkan Kualitas Pelayanan.
Universitas Diponegoro. Journal of
Health Studies, Vol 1 No 1 Maret
2017 : 65 – 71.

Setiadi, Adji dkk. 2017. Factors


contributing to interprofessional
collaboration in Indonesia health
centres : A focus group study. Journal
of Interprofessional Education &
Practice 8 (2017) 69-74

Sitorus, R. 2006. Model Praktik


Keperawatan Professional di Rumah
Sakit. Jakarta : EGC To

Utami, L., Hapsari, S., & Widyandana,


W. (2017). Hubungan Antara Sikap
Dan Perilaku Kolaborasi Dan Praktik
Kolaborasi Interprofesional Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih.  Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 1(2), 28-38.

World Health Organisation (WHO),


2010. Framework for Action on
Interprofessional Education and
Collaborative Practice. World Health
Organisation, Geneva.

Anda mungkin juga menyukai