Disusun oleh :
Alhamdulillahi robbil 'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan keimanan, kesehatan, dan kesempatan sehingga saya dapat menyusun
makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul "APLIKASI INTERPROFESSIONAL
EDUCATION DI LAYANAN KESEHATAN" ini disusun dalam rangka menyediakan bahan
materi seminar keagamaan.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang telah
berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Demikian, besar harapan saya agar makalah ini dapat menjadi bacaan menarik bagi
pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………..
Daftar Isi………………………………………………………………………...
Latar Belakang…………………………………………………………………..
Tujuan……………………………………………………………………………
Bab I.
Penerapan Interprofesional Colaboration Dengan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit………
A. Peningkatan Interprofessional Collaboration Dalam Menjalankan Program Keselamatan
Pasien…
B. Pentingnya Kolaborasi Antarprofesi Dalam Peningkatan Keselamatan
Pasien…………………….
C. Penerapan Interprofesional Collaboration Dengan Keselamatan
Pasien……………………………
D. Interprofessional Education (IPE): Luaran Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan
dalam Praktik
Kolaborasi…………………………………………………………………………………
Bab II.
Interprofessional Education, Kesehatan Balita, Sikap Ibu Balita Ibu Hamil dan Kesehatan Anak...
A. Asuhan Keperawatan Anak Dengan
Malnutrisi……………………………………………………..
B. Tingkat Kepuasan Ibu Yang Mengikuti Kelas Ibu Hamil Di
Puskesmas…………………………...
C. Efektifitas Penerapan Interprofessional Educationcollaborative Practice (Ipe–Cp) Tentang
Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Hamil……………………………………………
D. Pengaruh Persepsi Ibu Hamil Terhadap Tingkat Kepuasan Ibu
Hamil……………………………..
Kesimpulan…………………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………………
Latar Belakang
Di era kemajuan ilmu kesehatan saat ini, pendidikan merupakan suatu hal yang
penting dalam mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan, berdasarkan hal tersebut
maka untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakan perlunya sistem pendidikan yang
bermutu dan mempunyai orientasi pada ilmu pengetahuan yang berkembang pesat seperti
saat iniyang (Febriyani, 2014). Peningkatan permasalahan pasien yang kompleks
membutuhkan keterampilan dan pengetahuan dari beberapa tenaga profesional
(Keshtkaran et al., 2014). Oleh karena itu kerja sama dan kolaborasi yang baik antar
profesi kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kepuasan pasien dalam
melakukan pelayanan kesehatan. Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat ini
yaitu interprofessional collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan
praktik kolaborasi yang efektif antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya
praktik kolaborasi sejak dini dengan melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih
mahasiswa pendidikan kesehatan. Sebuah grand design tentang pembentukan karakter
kolaborasi dalam praktik sebuah bentuk pendidikan yaitu interprofessional education
(IPE) (WHO, 2010, Department of Human Resources for Health).
IPC merupakan wadah kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada pasien yang didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi
dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan fisioterapi (Health Professional Education Quality
(HPEQ), 2011). Sedangkan IPE merupakan proses satu kelompok mahasiswa yang
berhubungan dengan kes ehatan yang memiliki latar belakang jurusan pendidikan yang
berbeda melakukan pembelajaran bersama dalam masa pendidikan dengan berinteraksi
untuk mencapai tujuan yang penting dengan berkolaborasi dalam upaya promotif,
preventif, kuratif, rehablitatif (WHO, 2010, Department of Human Resources for Health).
Perkembangan praktek interprofesional dan fungsional yang terbaik dapat dicapai melalui
pembelajaran antar professional (Williams et al., 2013).
Menurut Luecth et al. (1990) didalam IEPS (Interdisciplinary Education
Perception Scale) diterangkan terdapat empat komponen persepsi tentang
Interprofessional Education yaitu kompetensi dan otonomi, persepsi kebutuhan untuk
bekerja sama, bukti kerjasama yang sesungguhnya, dan pemahaman terhadap profesi lain.
Interprofessional Education penting diimplementasikan untuk pencapaian Patient safety,
lemahnya kolaborasi yang pada tenaga kesehatan antarprofesi secara tidak langsung
membuat pasien dalam sebuah resiko kesalahan dalam perawatan yang akan
mempengaruhi keselamatan nyawa pasien. Sudah dapat dibuktikan bahawa
Interprofessional Education (IPE) dapat meningkatkan upaya Interprofessional
Collaboration karena apabila peningkatan hanya dialami oleh satu profesi belum tentu
akan berpengaruh terhadap profesi lain.
Interprofessional Education yang dilakukan sejak dini akan meningkatkan fokus
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh antar profesi tenaga kesehatan (Health
Professional Education Quality [HPEQ], 2011). Hal tersebut juga didukung oleh
penelitian Bennet et al. (2011) bahwa IPE akan meningkatkan kolaborasi diseluruh
hambatan antara tenaga kesehatan dan meningkatkan peran utama dalam melayani
konsumen pada pelayan kesehatan yang berkulitas. Interprofessional Education
mempunyai kekurangan, bahwa dalam proses IPE berfluktuasi pada sekolah kedokteran
dan kolaborasi tingkat budaya terancam ketika kelompok berinteraksi dengan buruk.
Hambatan IPE yang bersifat individual yaitu tingkat perasaan terintimidasi oleh sekolah
kedokteran. Pada proses IPE terdapat kurangnya penilaian formal pada tingkat budaya
yang dikecualikan mahasiswa kedokteran berinteraksi dengan perawat. Fasilitator dalam
IPE berada pada tingkat krisis afektif (Visse et al., 2017).
Menurut Sabres et al. (2016) menyatakan bahwa IPE mempunyai kelebihan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa memenuhi atau melampaui kompetensi minimum
selama enam hari dari perilaku yang dievaluasi. Hasil penelitian juga mengungkapkan
bahwa acara IPE yang diadakan secara ekstrakurikuler setengah hari ini dipandang baik
oleh professional siswa kesehatan dan menciptakan tempat untuk siswa 4 memiliki
profesi kesehatan yang berbeda program jurusan dapat masuk kedalam diskusi belajar
tentang masing-masing peran dan tanggung jawab terhadap pelayanan ke pasien .
Menurut penelitian Fallatah et al. (2016) menyatakan terdapat 11,4% dari 105
peserta mengetahui arti IPE, peserta tersebut adalah mahasiswa medis. 77 dari 105 (75%)
merupakan siswa keperawatan menanggapi bahwa IPE itu penting. Penelitian juga
menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran berpikir penerapan IPE dalam pendidikan
mereka akan dilakukan untuk memperbaiki kepuasan pasien dan perawatan kesehatan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2016), Israbiyah dan Dewi (2016)
menunjukkan bahawa persepsi mahasiswa baik terhadap IPE. Berdasarkan keterangan
coordinator IPE UMS 2018 menyatakan bahwa pelaksanaan IPE di Universitas
Muhammadiyah Surakarta menggunakan model kuliah klasikal Problem based solving
yang berupa mahasiswa kedokteran umum, farmasi dan keperawatan dikelompokkan.
Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok berupa Small Group Discussion
(SGD) dan didalam kelompok tersebut harus terdapat mahasiswa dari kedokteran umum,
farmasi dan keperawatan. Hasil studi pendahuluan peneliti melakukan wawancara pada
lima mahasiswa keperawatan, empat mahasiswa kedokteran dan empat mahasiswa
farmasi menyatakan hal yang sama yaitu tidak mengerti dengan IPE dan tujuannya.
Untuk mengetahui lebih khusus tentang 5 persepsi mahasiswa tentang IPE, menurut
peneliti perlu dilakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap proses IPE di
Universitas Mummadiyah Surakarta.
Penelitian persepsi mahasiswa terhadap IPE merupakan bentuk kajian awal yang
sangat diperlukan dan sangat penting untuk dilakukan oleh Universitas dibeberapa negara
yang telah melaksanakan dan proses mengambangkan IPE karena mahasiswa berperan
penting dalam upaya pengembangan dan peningkatan program IPE yang dilaksanakan
sejak tingkat universitas. Dalam upaya pengembangan IPE perlunya persepsi mahasiswa
yang menjadi modal utama (Sedyowinarso, 2011).
Tujuan
Tujuan IPE adalah untuk melatih mahasiswa untuk lebih mengenal peran profesi
kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa akan mampu untuk berkolaborasi
dengan baik saat proses perawatan pasien. Menurut The Canadian
InterprofessionalHealth Collaborative (2009), praktek kolaborasi terjadi ketika
penyelenggara pelayanan kesehatan bekerja dengan orang yang berasal dari profesinya
sendiri, luar profesinya sendiri, dan dengan pasien atau klien serta keluarganya. Tujuan
pelaksanaan IPE antara lain meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan
kerjasama, membina kerjasama yang kompeten, membuat penggunaan sumberdaya yang
efektif dan efisien, meningkatkan kualitas perawatan pasien yang komprehensif.
BAB I.
PENERAPAN IPC DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
Inter Professional Collaboration (IPC) merupakan kondisi dimana berbagai profesi
kesehatan bekerjasama dengan pasien, keluarga pasien, masyarakat, dan profesi kesehatan lain
untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas yang terbaik (Hinde et al, 2016).
Menurut Hardin et al (2018) IPC dalam pelayanan perawatan kesehatan adalah ketika terjadinya
interaksi dari tenaga kesehatan dengan latar belakang professional yang berbeda dengan tujuan
memberikan layanan komprehensif dengan bekerjasama memberikan pelayanan efektif yang
berpusat pada pasien. Hal ini dapat mendukung PPA dalam bermitra atau partnership agar
terciptanya tim yang berkolaborasi yang efektif. ketika mahasiswa antar profesi belajar bersama
mereka akan mentransfer pengetahuan dan ketrampilan yang mereka peroleh dalam memecahkan
berbagai macam kasus penyakit sehingga akan menjadi bahan referensi bagi mahasiswa profesi
lain. Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa pendidikan kesehatan dalam
pelaksanaan IPE agar mahasiswa mampu membekali dirinya dalam mengembangkan
kemampuan berkolaborasi, yaitu: pengetahuan, ketrampilan komunikasi, sikap & kemampuan
tim.
Manfaat atau kompetensi yang didapat ketika seseorang mengikuti program IPE yaitu :
1. Mengetahui peran/kompetensi masing-masing profesi,
2. Mengetahui tugas dan wewenang tiap profesi,
3. Memiliki keahlian masing-masing,
4. Meningkatkan keterampilan komunikasi yang efektif,
5. Mengetahui dinamika kelompok antar profesi,
6. Meningkatkan skills organisasi/leadership,
7. Mampu bersosialisasi,
8. Meningkatkan sikap menghargai dan menjunjung tinggi etika,
9. Menghilangkan sifat atau perasaan superior terhadap profesi tertentu,
10. Percaya diri akan profesinya masing-masing,
11. Meningkatkan kemampuan teamwork,
12. Kolabo rasi antar profesi,
13. Rasa saling membutuhkan,
14. Mendapatkan kemampuan negosiasi,
15. Mendapatkan kemampuan kepemimpinan,
16. Dapat bertukar pengetahuan dan informasi,
17. Dapat berbagi cara mengambil keputusan,
18. Dapat mengatur/ menyelesaikan konflik,
19. Dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan pasien sebagai pusatnya,
20. Meningkatkan kualitas pelayanan,
21. Membuat tim tenaga kesehatan kohesif/ berbaur karena menghilangnya stereotipe,
22. Kolaboratif dalam praktik.
IPE merupakan hal yang potensial sebagai media kolaborasi antar profesional kesehatan
dengan menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar antar profesional dalam masa
pendidikan. Ketika bekerja di dalam tim, kepribadian seseorang akan terekspresikan dalam
kecenderungan untuk mengambil atau menghindari peran tertentu. Salah satu aspek kepribadian
yang mempengaruhi peran tersebut adalah efikasi diri. Hal tersebut juga berhubungan dengan
“Pengaruh efikasi diri terhadap peran dan cara pengambilan keputusan dalam teamwork”, dari
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang memilikiefikasi diri yang baik akan
menetapkan tujuan yang tinggi dan berpegang teguh pada tujuannya. Sebaliknya, seseorang yang
memiliki efikasi diri yang lemah akan berkomitmen lemah pada tujuannya, sehingga terjadi
ketidak patuhan terhadap pemenuhan kualitas pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan teori-teori
tersebut, maka individu dengan efikasi diri yang baik memiliki ciri-ciri yang dapat mendukung
untuk pelaksanaan teamwork yang efektif. Kolaborasi dalam bekerja harus di terapkan dalam
bekerja di rumah sakit untuk menciptakan seorang perawat profesional.
Kolaborasi merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam menangani masalah kesehatan
tanpa adanya kolaborasi dari tim kesehatan,pengobatan tidak dapat berjalan secara
optimal. Penelitian Baker dalam stimulation in interprofessional education for patient-centred
collaborative care menyatakan hal yang utama dalam IPE adalah praktek kolaborasi. Sesuai
dengan hasil penelitian yang menunjukkan pembelajaran praktik kolaborasi dalam pelayanan
kesehatan menghasilkan kolaborasi tim yang baik. Kepuasan pasien dan kinerja tim yang dirasa
baik oleh pasien dan keluarga pasien melalui komunikasi antara tim kesehatan dengan pasien dan
keluarga pasien.
Daftar Pustaka
D'amour, D., & Oandasan, I. (2005). Interprofessionality as the field of interprofessional practice
and interprofessional education: An emerging concept. Journal of interprofessional
care, 19(sup1), 8-20.
Bridges, D., Davidson, R. A., Soule Odegard, P., Maki, I. V., & Tomkowiak, J. (2011).
Interprofessional collaboration: three best practice models of interprofessional
education. Medical education online, 16(1), 6035.
World Health Organization. (2010). Framework for action on interprofessional education and
collaborative practice (No. WHO/HRH/HPN/10.3). World Health Organization.
Thistlethwaite, J. (2012). Interprofessional education: a review of context, learning and the
research agenda. Medical education, 46(1), 58-70.
Gilbert, J. H., Yan, J., & Hoffman, S. J. (2010). A WHO report: framework for action on
interprofessional education and collaborative practice. Journal of Allied Health, 39(3), 196-197.
Barnsteiner, J. H., Disch, J. M., Hall, L., Mayer, D., & Moore, S. M. (2007). Promoting
interprofessional education. Nursing outlook, 55(3), 144-150.
Thannhauser, J., Russell-Mayhew, S., & Scott, C. (2010). Measures of interprofessional
education and collaboration. Journal of interprofessional care, 24(4), 336-349.
Freeth, D. S., Hammick, M., Reeves, S., Koppel, I., & Barr, H. (2008). Effective
interprofessional education: development, delivery, and evaluation. John Wiley & Sons.
Baker, L., Egan-Lee, E., Martimianakis, M. A., & Reeves, S. (2011). Relationships of power:
implications for interprofessional education. Journal of interprofessional care, 25(2), 98-104.
Oandasan, I., & Reeves, S. (2005). Key elements of interprofessional education. Part 2: factors,
processes and outcomes. Journal of Interprofessional care, 19(sup1), 39-48.
Remington, T. L., Foulk, M. A., & Williams, B. C. (2006). Evaluation of evidence for
interprofessional education. American journal of pharmaceutical education, 70(3).
Reeves, S., Perrier, L., Goldman, J., Freeth, D., & Zwarenstein, M. (2013). Interprofessional
education: effects on professional practice and healthcare outcomes. Cochrane Database of
systematic reviews, (3).
Rafter, M. E., Pesun, I. J., Herren, M., Linfante, J. C., Mina, M., Wu, C. D., & Casada, J. P.
(2006). A preliminary survey of interprofessional education. Journal of Dental Education, 70(4),
417-427.
Reeves, S., Zwarenstein, M., Goldman, J., Barr, H., Freeth, D., Koppel, I., & Hammick, M.
(2010). The effectiveness of interprofessional education: Key findings from a new systematic
review. Journal of interprofessional care, 24(3), 230-241.