Anda di halaman 1dari 4

Nama : ASTRID DEA PUSPITA

Kelas : X IPS 1

Analisis Isi pementasan “Lalu Aku”

Teater Kosong
Theatrical Poetry Reading “Lalu Aku”
Karya dan Sutradara : Radhar Panca Dahana
Pembaca puisi : Glenn Fredly, Olivia Zalianty, Putri Bastama, Meritz
Hindra, Lisza Syahtiani, Radhar Panca Dahana
Penata Musik : Arafat Ensemble
Penata Busana : Samuel Wattimena
Penata Wajah : Yudari
Penata lampu & Artistik : Aidil Usman
Konsultan Koreografi : Jecko Siompo

1.   Suara-intonasi
Kedua unsur ini berkaitan dengan pengujaran, yaitu cara berujar
para pemain. Konvensi tester modem Indonesia agaknya
menghendaki agar pemain mengartikulasikan ujaran dengan sangat
jelas, lambat tetapi keras sehingga sering berkesan dibuat-buat. Hal
itu berpengaruh pada dialog yang kadang lebih berkesan sebagai
monolog.
Cara berujar meliputi juga tinggi rendahnya nada suara serta
intensitas volume suara dan intonasi. Konvensi tersebut harus pula
dikenal penonton yang menafsirkan pesan yang ingin disampaikan
tokoh selain merangkaikannya dengan 'cerita'.
Dalam pementasan “Lalu Aku” tersebut, suara dan intonasi
pembacaan puisi yang diucapkan dengan menggunakan microfon
ketika pementasannya terdengar samar-samar, suara tersebut dari
kejauhan, terutama dari lantai atas terdengar tidak jelas apa yang
diucapkan. Hal itu juga terlihat saat Radhar memerankan joke-nya,
ketika dia memberikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu ikut terselenggaranya pementasan tersebut dan mulai
menghidupkan sebatang rokok. Dengan demikian, apa yang disajikan
dibalik kumpulan puisi Radhar kurang tersampaikan dengan baik
kepada penonton.
2.   Mimik-tingkahan-gerak
Unsur yang masih berkaitan dengan pemain ini jua tunduk pada
konvensi teater. Ketiganya juga sangat berkaitan dengan pengujaran,
karena dapat menyertai cakapan, melanjuti atau mendahului ujaran
atau sebaliknya menyanggah ujaran. Selain itu, mimik, tingkahan atau
gerak yang dilakukan tanpa ujaran juga 'dibaca' sebagai sebuah kata,
kalimat, atau wacana.
Sebagai contoh, gerakan menunjuk yang menyertai ujaran "Itu"
berfungsi menekankan ujaran dan bersifat berlebihan. Efek jenaka
dapat timbul bila gerak berlebihan, seperti tindakan tokoh yang
melompat-lompat dan menimbulkan bahan tertawaan bagi
penontonnya. Dengan demikian, secara keseluruhan pementasan,
mimik-tingkahan-gerak yang dipertunjukkan sudah terkesan baik.

3.   Rias wajah-rambut dan kostum


Dalam pementasan Lalu Aku ini, tat arias wajah diampu oleh
mbak Yudaria. Tata rias tokoh-tokoh tersebut terlihat mengesankan
dan sedap dipandang. Dalam artian tat rias wajah dan rambut sudah
sesuai dengan apa yang diperankan.
Dalam tata busana, diampu oleh Samuel Wattimena. Masyarakat
mengenal sosok Samuel sebagai fashion designer dan piñata busana
film yang penuh dengan kehidupan glamour. Tetapi dalam
pementasan ini, tokoh-tokoh cenderung mengenakan kostum yang
tidak berkesan glamour, hanya terkesan warna-warni dan terlihat
mengesankan.

4.   Tata cahaya
Beralih dari segi pemain, kita sekarang menengok unsur-unsur
yang lebih berkaitan dengan ruang panggung. Dari urusan tata cahaya,
pementasan ini ditangani oleh Mohammad Aidil Usman, lelaki macho
berdarah minang yang sangat peka pada rasa keadilan. Dalam
pementasan itu juga, terkesan warna yang kadar gelap dan terang
diterapkan berimbang. Hingga terciptanya ramuan tata cahaya yang
selaras, harmonis dan estetis ketika pembacaan puisi berlangsung.

5.   Musik - Bunyi-Bunyian
Dalam pementasan tersebut, iringan musik ditangani oleh Yaser
Arafat, seorang lulusan STSI Padangpanjang. Bunyi-bunyian semua
dikuasai olehnya. Efek bunyi dan musik yang membawakan suasana
lakon telah lahir bersama dengan kelahiran teater itu sendiri. Sejak
bunyi genderang manusia primitif hingga jalur suara dari film
mutakhir, unsur-unsur auditif ini telah memberikan sumbangan yang
banyak demi terciptanya suasana kreatif pada lakon.
Apabila kita perhatikan naskah-naskah cerita drama, baik yang
kuno maupun yang baru, niscaya kita jumpai catatan petunjuk-
petunjuk tata bunyi seperti misalnya bunyi musik perlahan-lahan,
bunyi terompet yang keras, tembakan gencar, bunyi hujan diriingi
guruh, suara azan sayup-sayup, anjing menggonggong, suara tangis
bayi, dan masih banyak lagi contoh yang bisa kita kemukakan. Bunyi-
bunyian itu mengiringi adegan sedih, suasana meriah, peristiwa cinta
kasih, dan peristiwa kejutan yang mengerikan di dalam lakon.
Harus diingat bahwa bunyi-bunyian itu bertujuan untuk
menghidupkan secara kreatif suasana lakon, tidak sebaliknya. Banyak
sekali kita melihat latar belakang musik pada sebuah pementasan
dipilih-disusun tanpa mempelajari tema naskah, tahap pengetahuan
elementer perihal musik, dan dibunyikan pada momen-momen yang
kurang tepat atau terlalu keras.

6. Penutup

Pertunjukkan ini mengetengahkan tidak kurang dari 18 puisi-


puisi terbaru karya Radhar Panca Dahana, yang terkumpul dalam
buku “Lalu Aku”, diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Juli 2011, bersamaan dengan pentas atau pemanggungannya Lalu Aku
ini.
Dalam pementasan, Puisi-puisi tersebut dibawakan dalam
bentuk pembacaan dramatik (dramatic reading), yakni sebuah model
pembacaan yang menggunakan kekuatan-kekuatan artistic seni teater,
dimainkan oleh aktor-aktor teater Kosong. Dengan bentuk
pemanggungan ini, puisi akan tampil dalam bentuk lain, dengan
simbolisme yang lebih kaya, indah dan entertaining. Pemahaman pada
kata-kata pun akan menjadi lebih kuat sehingga makna yang didapat
pun lebih dalam.
Dalam pentas dramatik yang dipenuhi kekuatan visual, karakter,
koor, dan koreografi ini, puisi-puisi Radhar juga tampil dalam bentuk
yang melodius. Dibawakan dengan cara yang khas oleh para penyanyi
yang tergolong terbaik dalam jenisnya, seperti Iwa K, Yockie
Suryoprayogo dan Glenn Fredly.
Sebagai pendukung kekuatan artistik teatrikalnya, pentas ini
juga didukung oleh peñata-penata artistik yang mumpuni dalam
bidangnya, seperti Jecko Siompo dalam koreografi, Samuel
Wattimena dalam tata busana, dan Jalu G Pratidina (music score).
Dengan demikian, pentas pertunjukkan teatrikal baca puisi “Lalu
Aku” menjadi bentuk lain atau alternatif dari model-model
pembacaan puisi yang sudah lama dikenal di negeri ini. Lebih
menghibur dan lebih bermakna dalam penyajiannya.

Anda mungkin juga menyukai