Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan 1
Dosen Pengampu: Alfadl Habibie. M.Ag
Oleh,
Kelompok 6
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akhlak dalam
Keluarga”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al Islam dan
Kemuhammadiyahan 1 pada program studi pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam hal isi maupun
sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Demikian semoga laporan ini bisa memberikan manfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang
sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia. Beliau
mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada
semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk
disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi
keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu
sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin, harus ada
penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin
putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri hendaknya
memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum berkeluarga,
pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah
dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan
akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang
ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di
luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka dari itu
akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar
di atas kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan
bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan
santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yang
sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya.
Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga maka
hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg
tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami
dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg
paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia sebagai
sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai
upaya menjaga mereka dari api neraka sebagaimana di firmankan Allah SWT.
َيَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمالَئِ َكةٌ ِغالَظٌ ِشدَا ٌد الَ يَ ْعصُوْ نَ هللاَ َما أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ ن
ََما ي ُْؤ َمرُوْ ن
“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka
yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg
tdk pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yg diperintahkan.”
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan oleh para
pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang disyari’atkan. Setelah
berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah. Fikiran tidak lagi memikirkan
calon kekasih atau terganggu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka, rumusan masalah dari makalah
ini adalah :
1. Bagaimana urgensi keluarga dalam hidup manusia?
2. Bagaimana akhlak suami atau istri?
3. Bagaimana akhlak orang tua kepada anak?
4. Bagaimana akhlak anak terhadap orang tua?
5. Bagaimana larangan kekerasan dalam rumah tangga?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka, tujuan dari makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui urgensi keluarga dalam hidup manusia
2. Untuk mengetahui akhlak suami atau istri
3. Untuk mengetahui akhlak orang tua kepada anak
4. Untuk mengetahui akhlak anak terhadap orang tua
5. Untuk mengetahui larangan kekerasan dalam rumah tangga
BAB II
PEMBAHASAN
ِ ي ْال َم
صي ُر َ ِص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف
َّ َصالُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ إِل َّ َو َو
Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Al-Luqman:14)
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya kepada
anaknya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya adalah disebakan
perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan orang tua kepada
anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua marah kepada anaknya dan
berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si
anak tersebut lantaran orang tua
3. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si
anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus
kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering
mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar,
sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang
lebih mudah ditiru adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama
ibunya. Agar anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan
diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan
berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran Islam harus berbicara
sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata mulia. Sebagai pedoman dalam
memberikan perlakuan yang baik kepada kedua orang tua, ingatlah Firman Allah dalam
surah Al Isra ayat 23 dan 24 yang Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
4. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada.
Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW,
yang diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya: ”Kami pernah berada pada suatu majelis
bersama Nabi, seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada
sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan
kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada empat hal :”mendoakan
dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan janji keduanya,
memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim yang engkau tiada
mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang tua”.
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-
beliau itu sudah tiada yaitu:
a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Alloh SWT dari
segala dosa orang tua kita.
b. Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji
kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut.
Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya, maka
kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah
mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya
dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang
telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia
masih hidup.
d. Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang
tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup,
maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal
dunia.
Akhlak anak terhadap kedua orang tua menurut al-Ghazali masih relevan bagi
pemuda Islam pada masa sekarang, karena berdasarkan atas al-Qur'an dan Hadits. Akan
tetapi anak yang diterlantarkan orang tua sejak kecil, membuat mereka tidak dapat
menghayati tanggung jawab orang tua terhadapnya, tanggung jawab anak terhadap orang
tua terhadap anak dan akan menyebabkan mereka tidak berbuat baik kepada orang tua.
Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah
kepadanya. Oleh karena itu orang tua dan anak harus sama-sama memperhatikan tanggung
jawab dan haknya masing-masing, antara hak-hak orang tua terhadap anak dan sebaliknya,
supaya akhlak atau etika anak terhadap kedua orang tua berjalan dengan baik dan sesuai
dengan ajaran agama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana
kehidupan religius dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya
sehari-hari yang merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang
berakhlak mulia, budi pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan
keluarga agama, bangsa dan negara.
B. Saran
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anaknya dalam
membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang baik tetapi
hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan dan
menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum anak apabila
bersalah, memuji apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat yang religius
(membaca Al-Qur'an, sholat berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a dan ayat-ayat Al-
Qur'an).
DAFTAR PUSTAKA