PENDAHULUAN
Para ulama terutama dizaman klasik islam (650-1250 M), Berusaha keras
melakuakan penelitian dan seleksi ketat terhadap hadits-hadits sehingga dapat
dipilahkan mana hadits yang benar-benar dari Nabi, dan mana yang bukan. Untuk itu,
mereka membuat kaidah-kaidah, ketetuan-ketentuan, pedoman, dan acuan tertentu
untuk menilai hadits-hadits tersebut. Kaidah-kaidah dan ketentuan inilah kemudian
berkembang menjadi ilmu tersendiri, yang disebut dengan ilmu hadits.
1.3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi etimologi adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan
kemudian diikuti oleh orang lain baik perbuatan terpuji maupun tercela. Secara
terminology, ahli hadits dan ahli fiqh berbeda memberikan pengertian tentang hadits :
a. Menurut para ahli hadis sunnah sama dengan hadist, yaitu: suatu yang di
nisbahkan oleh Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan maupun sikap beliou
tentang suatu peristiwa.
b. Menurut ahli fiqh makna sunnah mengandung pengertian: suatu perbuatan yang
jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Dalam pengertian ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al-takhlifi yang
lima, yaitu wajib, sunah, haram, makruh, mubah.
1. Sunnah qauliyah
dari annas ra. Dari nabi, beliau bersabda: belum beriman salah
seorang dari kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya
2. Sunnah filiyyah
2
Sunnah filiyyah ialah, semua perbuatan dan tingkah laku rosullallah
saw yang dilihat dan diperhatikan oleh para sahabat beliau, yang kemudian
diberitakan dan diriwayatkan kepada para sahabat lainnya secara
berkelanjutan dari satu generasi kepada generasi lainnya. Contohnya:
3. Sunnah taqririyyah
Adalah apa yang ditetapkan oleh rasul dari apa yang bersumber dari
sebagian sahabat, yang berupa perkataan, perbuatan dan sulatnya (berdiam
diri saja) dan tidak mengingkarinya arau dengan menyetujuinya dan
menyatakan kebaikan-kebaikannya. Maka diambil pelajaran dari ketetapan
ini dan menyetujui perbuatan yang bersumber dari rasul itu sendiri.
Contohnya shalat sunat sebelum shalat magrib.
4. Sunnah Hammiyah
3
Sunnah hammiyah adala sesuatu yang dikehendaki Nabi lalu
disampaikan kepada para sahabat sehingga sahabat itu mengetahui, tetapi
beliau belum sempat melaksanakan.
Ditinjau dari segi jumlah perawi yang meriwayatkan suatu sunnah, para
ulama membagi kalitas suatu sunnah pada tiga tingkatan yaitu:
1. Mutawatir
Sunnah yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi secara
berkesinambungan dari satu generasi ke generasi lainnya, banyaknya
jumlah perawi pada masingmasing generasi tidak memungkinkan mereka
bersepakat untuk berbohong.
2. Masyhur
Sunnah yang diriwayatkan pada generasi-generasi secara
berkesinambungan dimana pada generasi awal jumlah perawinya hanya
beberapa orang, tetapi pada generasi berikutnya jumlah perawi menjadi
banyak hingga mencapai tingkat mutawatir.
3. Ahad
Sunnah yang diriwayatkan secara berkesinambungan dari generasi awal
sampai generasi akhir, tetapi sejak generasi awal, jumlah perawinya hanya
beberapa orang saja sehingga tidak mencapai tingkat masyhur apalagi
mutawatir
4
Ditinjau dari keterpercayaan pada perawinya, kualitas suatu sunnah
dapat dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu:
1. Shahih
Sunnah yang diriwayatkan secara kesinambungan dari satu perawi
kepada perawi lainnya, dimana setiap perawi memiliki sifat adil (al-adil)
dan kuat ingatannya (ad-dhabith).
2. Hasan
Suatu sunnah yang diriwayatkan oleh perawi yang adildan kuat ingatan,
tetapi tingkat kekuatan ingatan rawi lebih rendah dari pada tingkat
kekuatan ingatannya perawi sunnah shahih.
3. Dhaif
Sunnah yang diriwayatkan oleh perawi yang tidak memenuhi keriteria
perawi sunnah yang shahih dan hasan. Sunnah dhaifadalah sunnah yang
tidak memenuhi salah satu syarat untuk dapat diterima. Dengan demikian
sebuah sunnah dinilai dhaif karena disebabkan tidak terpenuhinya syarat
ittishal (sanadnya tidak bersambung), atau perawinya tidak dhabit, atau
karena tidak memenuhi syarat muallil (cacat).
4. Maudhu
Khabar yang direkayasa dan dipalsukan oleh pemalsu sunnah, sehingga
seolah-olah berasal dari rasulullah saw, baik dengan iktikad baik maupun
karena sengaja hendak merusak ajaran islam dari dalam. Mengingat bahaya
yang ditimbulkan sebagian ulama tidak mengelompokkan kedalam
tingkatan sunnah atau hadits atau khabar
Kedudukan sunnah menurut dalil syara berada pada posisi kedua setelah
Al-quran dalam kaitan ini Al-syatibi dan Al- qasimi, pada dasarnya
argumentasi mereka digolongkannya menjadi dua bagian, yaitu argumentasi
rasional dan tekstual, yaitu :
5
2. As-sunnah berfungsi sebagai penjabar atau penjelas dari Al-quran.
4. Al- quran bersifat mujmal (umum) itu memerlukan penjelasan dari As-
sunnah.
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasry : 7)
7
3. Menetapkan suatu hukum dalam sunnah yang secara jelas tidak terdapat
dalam Al-Quran. Dengan demkian kelihatan bahwa sunnah menetapkan
sendiri hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-Quran.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sunnah merupakan semua hal yang berkaitan dengan masalah hukum yang
dinisbatkan kepada Rasulullah SAW baik perkataan, perbuatan, maupun sikap beliau
tentang suatu peristiwa. Pembagian sunnah bisa dilihat dari dua segi, yaitu segi
bentuknya dan segi kualitasnya. Ditinjau dari segi bentuknya sunnah dapat dibedakan
menjadi tiga, diantaranya sunnah qauliyyah, sunnah filiyyah, dan sunnah takririyah.
Desangkan dari segi kualitasnya sunnah dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mutawatir,
masyhur dan Ahad. Sunnah memiliki empat tingkatan, yaitu: shahih, hasan, dhaif, dan
maudhu. Fungsi utama sunnah adalah untuk memperjelas ayat-ayat yang ada dalam Al-
Quran yang masih bersifat umum. Dan sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam
agama Islam setelah Al-Quran.
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan saran yang
bersifat mmembangun sangat kami harapkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi pemakalah pada khususnya
9
DAFTAR PUSTAKA