Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai sumber ajaran islam kedua setelah Al-quran, As-sunnah (hadits)


menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-kajian keislaman.
Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi. Namun, karena pembukuan hadits
baru dilakukan ratusan tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, ditambah lagi
dengan kenyataan sejarah bahwa banyak hadits yang dipalsukan, maka keabsahan
hadits-hadits yang beredar dikalangan kaum muslimin diperdebatkan oleh para ahli.

Para ulama terutama dizaman klasik islam (650-1250 M), Berusaha keras
melakuakan penelitian dan seleksi ketat terhadap hadits-hadits sehingga dapat
dipilahkan mana hadits yang benar-benar dari Nabi, dan mana yang bukan. Untuk itu,
mereka membuat kaidah-kaidah, ketetuan-ketentuan, pedoman, dan acuan tertentu
untuk menilai hadits-hadits tersebut. Kaidah-kaidah dan ketentuan inilah kemudian
berkembang menjadi ilmu tersendiri, yang disebut dengan ilmu hadits.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian dari sunnah ?

2) Apa saja macam-macam sunnah ?

3) Apa saja fungi dari sunnah?

4) Bagaimana kedudukan sunnah sebagai sumber hukum islam ?

1.3. Tujuan

1) Mengetahui pengertian jelas tentang sunnah

2) Mengetahui Macam macam jenis sunnah

3) Mengetahui fungsi dari sunnah

4) Mengetahui kedudukan sunnah sebagai sumber hukum islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sunnah

Dari segi etimologi adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan
kemudian diikuti oleh orang lain baik perbuatan terpuji maupun tercela. Secara
terminology, ahli hadits dan ahli fiqh berbeda memberikan pengertian tentang hadits :

a. Menurut para ahli hadis sunnah sama dengan hadist, yaitu: suatu yang di
nisbahkan oleh Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan maupun sikap beliou
tentang suatu peristiwa.

b. Menurut ahli fiqh makna sunnah mengandung pengertian: suatu perbuatan yang
jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Dalam pengertian ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al-takhlifi yang
lima, yaitu wajib, sunah, haram, makruh, mubah.

2.2. Pembagian Sunnah

2.2.1. Pembagian Sunnah Dalam Segi Bentuknya

1. Sunnah qauliyah

Yang dikmaksud dengan sunnah qauliyyah yaitu sesuatu yang di


ucapkan oleh Rasulullah SAW melalui lisan beliau yang di dengar dan di
pahami oleh para sahabat beliau, kemudian deberitakan dan riwayatkan
kepada sahabat yang lain, dan periwayatan itu dilanjutkan dari satu generasi
kepada generasi lainnya. Contoh sunnah qaulillah:

dari annas ra. Dari nabi, beliau bersabda: belum beriman salah
seorang dari kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya

2. Sunnah filiyyah

2
Sunnah filiyyah ialah, semua perbuatan dan tingkah laku rosullallah
saw yang dilihat dan diperhatikan oleh para sahabat beliau, yang kemudian
diberitakan dan diriwayatkan kepada para sahabat lainnya secara
berkelanjutan dari satu generasi kepada generasi lainnya. Contohnya:

dari ubbad bin tamim, dari pamannya, ia berkata: saya melihat


Rosulullah SAW pada hari beliau keluar untuk melaksanakan shalat
gerhana matahari, katanya: maka beliau membalikan tubuhnya
membelakangi jamaah dan menghadap kiblat dan berdoa, kemudian beliau
membalikan selendangnya, kemudian beliau shalat besama kami dua rakaat
dengan menjaharkan bacaannya pada kedua rakaat itu

Sunnah filiyyah dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

a. Gerak gerik, perbuatan, dan tingkah laku Rasulullah SAW yang


berkaitan dengan hukum. Misalnya tatacara shalat, haji dan lain-lain
yang berkaitan dengan masalah ibadah dan muamalah pada
umumnya.

b. Perbuatan yang khusus berlaku bagi Rasulullah SAW, seperti beristri


lebih dari empat orang, wajib melaksanakan shalat tahajud, shalat
dhuha dan berqurban.

c. Perbuatan dan tingkah laku Rasulullah SAW sebagai manusia biasa.


Misalnya cara makan, cara berpakaian, berdiri, berjalan dan
sebagainya.

3. Sunnah taqririyyah

Adalah apa yang ditetapkan oleh rasul dari apa yang bersumber dari
sebagian sahabat, yang berupa perkataan, perbuatan dan sulatnya (berdiam
diri saja) dan tidak mengingkarinya arau dengan menyetujuinya dan
menyatakan kebaikan-kebaikannya. Maka diambil pelajaran dari ketetapan
ini dan menyetujui perbuatan yang bersumber dari rasul itu sendiri.
Contohnya shalat sunat sebelum shalat magrib.

4. Sunnah Hammiyah

3
Sunnah hammiyah adala sesuatu yang dikehendaki Nabi lalu
disampaikan kepada para sahabat sehingga sahabat itu mengetahui, tetapi
beliau belum sempat melaksanakan.

Menurut Imam As-Syaukany, sunnah hammiyah tidak masuk kategori


karena hanya merupakan goresan hati dan lintasan hati yang tidak pernah
diperintahkan dan dilaksanakan Rasulullah SAW. Berbeda halnya dengan
imam Syafii mengatakan bahwa sunah hammiyah termasuk, walaupun
masih dalam lintasan hati, namun seandainya ada pada waktu pasti nabi akan
melaksanakannya sehingga menjadi sunah bagi kita. Seperti
nabi menghendaki puasa pada tanggal 9 Muharram dengan sabdanya :
Insya Allah tahun depan saya akan memuasai hari yang kesembilannya.
(HR Muslim dan Abu Dawud). Cita-cita Nabi tersebut tidak sempat
dikerjakan sebab sebelumnya sampai tanggal tersebut Nabi wafat.

2.2.2. Pembagian Sunnah Dari Segi Kualitasnya

Ditinjau dari segi jumlah perawi yang meriwayatkan suatu sunnah, para
ulama membagi kalitas suatu sunnah pada tiga tingkatan yaitu:

1. Mutawatir
Sunnah yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi secara
berkesinambungan dari satu generasi ke generasi lainnya, banyaknya
jumlah perawi pada masingmasing generasi tidak memungkinkan mereka
bersepakat untuk berbohong.
2. Masyhur
Sunnah yang diriwayatkan pada generasi-generasi secara
berkesinambungan dimana pada generasi awal jumlah perawinya hanya
beberapa orang, tetapi pada generasi berikutnya jumlah perawi menjadi
banyak hingga mencapai tingkat mutawatir.

3. Ahad
Sunnah yang diriwayatkan secara berkesinambungan dari generasi awal
sampai generasi akhir, tetapi sejak generasi awal, jumlah perawinya hanya
beberapa orang saja sehingga tidak mencapai tingkat masyhur apalagi
mutawatir

4
Ditinjau dari keterpercayaan pada perawinya, kualitas suatu sunnah
dapat dibedakan menjadi empat tingkatan yaitu:

1. Shahih
Sunnah yang diriwayatkan secara kesinambungan dari satu perawi
kepada perawi lainnya, dimana setiap perawi memiliki sifat adil (al-adil)
dan kuat ingatannya (ad-dhabith).
2. Hasan
Suatu sunnah yang diriwayatkan oleh perawi yang adildan kuat ingatan,
tetapi tingkat kekuatan ingatan rawi lebih rendah dari pada tingkat
kekuatan ingatannya perawi sunnah shahih.
3. Dhaif
Sunnah yang diriwayatkan oleh perawi yang tidak memenuhi keriteria
perawi sunnah yang shahih dan hasan. Sunnah dhaifadalah sunnah yang
tidak memenuhi salah satu syarat untuk dapat diterima. Dengan demikian
sebuah sunnah dinilai dhaif karena disebabkan tidak terpenuhinya syarat
ittishal (sanadnya tidak bersambung), atau perawinya tidak dhabit, atau
karena tidak memenuhi syarat muallil (cacat).
4. Maudhu
Khabar yang direkayasa dan dipalsukan oleh pemalsu sunnah, sehingga
seolah-olah berasal dari rasulullah saw, baik dengan iktikad baik maupun
karena sengaja hendak merusak ajaran islam dari dalam. Mengingat bahaya
yang ditimbulkan sebagian ulama tidak mengelompokkan kedalam
tingkatan sunnah atau hadits atau khabar

2.3. Kedudukan Sunnah dan Fungsinya

2.3.1. Kedudukan Sunnah

Kedudukan sunnah menurut dalil syara berada pada posisi kedua setelah
Al-quran dalam kaitan ini Al-syatibi dan Al- qasimi, pada dasarnya
argumentasi mereka digolongkannya menjadi dua bagian, yaitu argumentasi
rasional dan tekstual, yaitu :

1. Al-quran bersifat QathI al-wurud, sedangkan sunnah bersifat Zhanny al


wurud oleh karena itu yang Qhati harus didahulukan dari yang Zhanny.

5
2. As-sunnah berfungsi sebagai penjabar atau penjelas dari Al-quran.

3. As-sunnah setelah Al-quran

Rasulullah SAW bersabda kepada Muadz bin jabal : bagaimana anda


akan memutuskan suatu hukum apabila anda dihadapkan kepada suatu
perkara? Muadz berkata : saya akan berpedoman kepada kitap Allah (Al-
quran), nabi bersabda : bagaimana kalau anda tidak menemukannya
dalam Al-quran? Muadz berkata : saya akan berpedoman kepada sunnah
rasulullah. Nabi bersabda : bagaimana kalau anda tidak menemukannya?
Muadz berkata : saya akan berijtihad dengan akal dan pemikiran saya.

4. Al- quran bersifat mujmal (umum) itu memerlukan penjelasan dari As-
sunnah.

2.3.2. Kedudukan Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam

Sunnah berfungsi sebagai penjelas terhadap hukum-hukum yang


terdapat dalam al-quran, sebagaimana disebutkan sebelumnya. Dalam
kedudukannya sebagai penjelas, sunnah kadang-kadang memperluas hukum
dalam al-quranatau menetapkan sendiri hukum diluar apa yang ditentukan
Allah dalam al-quran.

Kedudukan sunnah sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang


menjelaskan hukum al-quran, tidak diragukan lagi dan dapat diterima semua
pihak, karena memang untuk itulah nabi ditugaskan Allah SWT. Namun dalam
kedudukan sunnah sebagai dalil yang berdiri sendiri dan sebagai sumber hukum
kedua setelah al-quran, menjadi bahan perbincangan dikalangan ulama.

Allah SWT berfirman :

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasry : 7)

2.3.3. Fungsi Sunnah

Fungsi sunnah yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Quran. Dengan


demikian, bila Al-Quran disebut sebagai sumber asli bagi hukum fiqh, maka
sunnah disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam
hubungannya dengan Al-quran, ia menjalankan fungsi sebagai berikut:

1. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang disebut dalam Al-Quran


atau disebut fungsi takid dan takrir. Dalam bentuk ini sunnah hanya sebagai
mengulangi apa-apa yang tersebuut dalam Al-Quran.

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Quran


dalam hal:

a. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Quran

b. Merinci apa-apa yang dalamAl-Quran disebutkan secara garis besar.

c. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Quran disebutkan secara umum.

d. Memperluas maksud dari suatu yang tersebut dalam Al-Quran

7
3. Menetapkan suatu hukum dalam sunnah yang secara jelas tidak terdapat
dalam Al-Quran. Dengan demkian kelihatan bahwa sunnah menetapkan
sendiri hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-Quran.

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sunnah merupakan semua hal yang berkaitan dengan masalah hukum yang
dinisbatkan kepada Rasulullah SAW baik perkataan, perbuatan, maupun sikap beliau
tentang suatu peristiwa. Pembagian sunnah bisa dilihat dari dua segi, yaitu segi
bentuknya dan segi kualitasnya. Ditinjau dari segi bentuknya sunnah dapat dibedakan
menjadi tiga, diantaranya sunnah qauliyyah, sunnah filiyyah, dan sunnah takririyah.
Desangkan dari segi kualitasnya sunnah dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mutawatir,
masyhur dan Ahad. Sunnah memiliki empat tingkatan, yaitu: shahih, hasan, dhaif, dan
maudhu. Fungsi utama sunnah adalah untuk memperjelas ayat-ayat yang ada dalam Al-
Quran yang masih bersifat umum. Dan sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam
agama Islam setelah Al-Quran.

3.2. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan saran yang
bersifat mmembangun sangat kami harapkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi pemakalah pada khususnya

9
DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Kencana, Jakarta : 2008


Dahlan, Abd Rahman, Ushul Fiqh, Amzah, Jakarta : 2014
Suparta,Munzier, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta: 1993
http://ahsinunniam.blogspot.co.id/2016/04/makalah-sunnah-sebagai-sumber-
hukum.html
https://islamagamauniversal.wordpress.com/dbcover/eqs059/

Anda mungkin juga menyukai