PENDAHULUAN
mereka kurang menutup aurat tetapi ketika mereka telah beragam islam
cara berpakaian mereka menutup aurat.
2. Ketika ibadah hari raya idul fitri, hari raya ini dalam praktiknya tidak lagi
menjadi perayaan khas penganut agama islam tetapi sudah lebih
merupakan tradisi bagi segenap masyarakatIndonesia. Saling maaf
memaafkan yang dulu tidak pernah terjadi di negeri-negeri timur tengah
tetapi masyarakat Indonesia justru di jadikan momentum untuk
membangun
kembalitali
persaudaraan
seta
kesetiakawanan
lintas
etnoreligius.
3. Budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat hindu Bali
yang sampai sekarang masih terjaga kelestariannya.
kebudayaan
terus
menerus
bertambah
seiring
dengan
lalu
atau
warisan
nenek
moyangnya;
melainkan
termasuk
Menurut
pandangan
ini,
semua
sikon
masyarakat
membuat
pengertian
kebudayaan
yang
baru;
melainkan
2.
3.
4.
manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Melalui para nabi dan rasulnya.
Manusia pada dasarnya tidak mungkin dapat mengetahui seluruh kebenaran,
bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menentukan semua kebaikan dan
keburukan. Hal ini bisa dibuktikan dengan perbedaan tata nilai yang beraneka
ragam dalam kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Suatu hal yang dianggap baik
dan terpuji oleh bangsa dalam Negara tertentu, sebaliknya hal itu dianggap
sesuatu yang buruk dan tercela disuatu bangsa dan Negara lain. Akal dan fikiran
manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan atau keburukan, karena itu
banyak hal yang dianggap baik oleh akal fikiran ternyata buruk menurut agama.
Banyak hal yang dianggap buruk oleh akal fikiran manusia, justru dianggap
sesuatu yang terpuji menurut agama.
Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari jalan yang sesat dan sebaliknya
mengikuti jalan yang benar dan terpuji, maka harus dilandasi oleh ajaran agama.
2.5 Nilai-Nilai Dasar Islam Tentang Kebudayaan
Umat islam sejak sejarah perkembangannya yang paling awal sampai pada
masa kini, telah banyak menyumbangkan karya-karya besar bagi kehidupan dunia
yang merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban mereka. Dalam budaya
intelektual umat islam banyak melahirkan tokoh-tokoh besar dibidang ilmu
pengetahuan agama, seperti lahirnya tokoh-tokoh aliran dalam ilmu kalam dan
karya-karya mereka, tokoh-tokoh dibidang syariat dan fiqih dikenal dengan imamimam madzab, seperti hanafi, maliki, hambali dan syafii. Dalam bidang filsafat
juga melahirkan para tokoh dari kalangan filsof muslim, seperti al-Kindi, alFarabi, al-Razi, , Ibnu Rusyd, dan sebagainya. Dalam bidang tasawuf melahirkan
tokoh-tokoh besar, seperti Haris al-Muhasibi, Ibnu Arabi, Dzunun al-Misri,
Rubaiah al-Adawiyah, Al-Ghazali, dan beberapa tokoh lain.
Selain melahirkan tokoh-tokoh besar dalam berbagai bidang tersebut
diatas, dalam pengembangan sains dan teknologi juga melahirkan beberapa tokoh,
antara lain: Muhammad al Khawarizmi, ahli matematika, Abu yusuf yaqub
dibidang fisika, ibnu sina dibidang kedokteran dan berbagai tokoh lain yang
jumlahnya sangat banyak.
Kebudayaan islam yang melahirkan banyak ahli yang disebutkan diatas
diilhami dari ayat-ayat al-Quran dan sunnah Rasulillah s.a.w karena itu keduanya
merupakan sumber ilmu pengetahuan. Nilai kebudayaan islam yang harus terus
dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain:
[1]Bersikap Ikhlas.
[2]Berorientasi Ibadah.
[3]Semata-mata untuk kemaslahatan umat Islam..[5]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam perjalanannya, suatu kebudayaan memang lazim mengalami
perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, corak kebudayaan di suatu
daerah berbeda-beda dari jaman ke jaman. Perubahan itu terjadi karena ada
kontak dengan kebudayaan lain, atau dengan kata lain karena ada kekuatan
dari luar. Hubungan antara para pendukung dua kebudayaan yang berbeda
dalam waktu yang lama mengakibatkan terjadinya akulturasi, yang
mencerminkan adanya pihak pemberi dan penerima. Di dalam proses itu
terjadi percampuran unsure-unsur kedua kebudayaan yang bertemu tersebut.
Mula-mula unsure-unsurnya masih dapat dikenali dengan mudah, tetapi lamakelamaan akan muncul sifat-sifat baru yang tidak ada dalam kebudayaan
induknya. Rupanya proses seperti diuraikan di atas berulang kali terjadi di
Indonesia, termasuk ketika Islam masuk dan berkembang di Indonesia.
Pertemuan dan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha, Prasejarah, dan
Islam (kemudian juga kebudayaan Barat) terjadi dalam jangka waktu yang
panjang, dan bertahap. Tidak dipungkiri bahwa selama itu tentu terjadi
ketegangan serta konflik. Akan tetapi hal tersebut adalah bagian dari proses
menuju akulturasi. Factor pendukung terjadinya akulturasi adalah kesetaraan
serta kelenturan kebudayaan pemberi dan penerima, dalam hal ini
kebudayaan Islam dan pra-Islam. Salah satu contohnya adalah bangunan
mesjid. Akulturasi juga memicu kreativitas seniman, sehingga tercipta hasilhasil budaya baru yang sebelumnya belum pernah ada, juga way of life baru.
Setelah mengetahui bahwa terjadi akulturasi dan perubahan sehingga
terbentuk kebudayaan Indonesia-Islam, maka perlu dipikirkan bagaimana
pengembangannya pada masa kini dan masa mendatang. Dalam hal budaya
materi memang harus dilakukan pengembangan-pengembangan sesuai
dengan kemajuan teknologi, supaya tidak terjadi stagnasi, tetapi tanpa
meninggalkan kearifan-kearifan yang sudah dihasilkan.
3.2 Saran
Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat
saja, penyaji menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca
guna memahami tentang konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang
di sampaikan dalam makalah memberi manfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA