PERTEMUAN 8:
RANCANGAN BUJUR SANGKAR LATIN (RBSL)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai rancangan bujur sangkar latin (RBSL).
Setelah menyelesaikan perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:
8.1 Menjelaskan tentang definisi rancangan percobaan satu faktor.
8.2 Memahami analisis ragam dalam rancangan percobaan menggunakan
rancangan bujur sangkar latin (RBSL).
8.3 Memecahkan suatu masalah rancangan percobaan menggunakan rancangan
bujur sangkar latin (RBSL).
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 8.1:
Menjelaskan Tentang Definisi Rancangan Percobaan Satu Faktor.
Dengan demikian, secara umum rancangan bujur sangkar latin (RBSL) hanya
digunakan untuk percobaan yang menggunakan empat sampai dengan delapan
perlakuan. Karena keterbatasan dan kurang fleksibelnya membuat rancangan
bujur sangkar latin (RBSL) tidak digunakan secara meluas dalam percobaan-
percobaan meskipun memiliki kemampuan yang besar dalam mengendalikan galat
percobaan. Namun, bukan berarti rancangan bujur sangkar latin (RBSL) tidak
penting dan tidak dipergunakan sama sekali.
Dalam kenyataannya, kadang-kadang rancangan bujur sangkar latin (RBSL)
dipergunakan secara efektif dalam mengantisipasi masalah kekurangan satuan
percobaan. Rancangan bujur sangkar latin (RBSL) atau latin square design
digunakan jika terdapat gradient kedua arah, yaitu arah berdasarkan baris dan arah
berdasarkan lajur atau mungkin sama sekali tidak diketahui. Penempatan
perlakuan ke dalam satuan-satuan percobaan dilakukan secara acak dengan syarat
setiap perlakuan hanya satu kali muncul dalam satu baris dan satu lajur. Hal ini
hanya terjadi jika jumlah perlakuan = jumlah baris = jumlah lajur.
Suatu pola tertentu dilakukan agar syarat-syarat yang diminta tersebut
terpenuhi. Selanjutnya, dalam menyusun pola tersebut diperlukan huruf Latin
besar. Oleh karena itu, pola ini disebut Rancangan Bujur Sangkar Latin atau Latin
Square Design, yang disingkat dengan RBSL (LSD). Umumnya, pola ini ditulis
RBSL(rxr) yang artinya rancangan bujur sangkar latin dengan r buah baris dan r
buah lajur. Pola tersebut telah dibakukan dan disebut “latin baku” (standard latin).
Misalnya, Rancangan Bujur Sangkar Latin RBSL(3x3) hanya memiliki satu bentuk
baku, yaitu:
A B C
B C A
C A B
Bentuk baku ini merupakan bentuk dengan urutan huruf pada baris dan lajur
pertama ditentukan menurut abjad. Pada rancangan bujur sangkar latin (RBSL),
baris dapat diasumsikan sebagai periode pengamatan dan lajur sebagai tempat
atau media treatment. Oleh karena itu, rancangan bujur sangkar latin (RBSL)
dapat digunakan meskipun materi atau unit percobaan yang tersedia sedikit.
Syarat utama rancangan bujur sangkar latin (RBSL) adalah tidak boleh ada
interaksi antara baris, lajur dan perlakuan. Apabila terjadi interaksi, ragam-ragam
percobaan tidak lagi memiliki pengaruh yang bebas karena adanya efek lanjutan
(carry over effect). Jika demikian, keabsahan analisis statistik tidak berlaku.
Resting period pada rancangan bujur sangkar latin (RBSL) merupakan suatu
metode yang sangat penting dalam pengumpulan data, terutama untuk
menghindari terjadinya interaksi antar ragam percobaan akibat adanya carry over
effect perlakuan pertama dan perlakuan berikutnya. Berikut ini adalah kelebihan
dari penggunaan rancangan bujur sangkar latin (RBSL), antara lain:
a. Jika asumsi heterogenitas kedua arah terpenuhi, presisi rancangan bujur
sangkar latin (RBSL) jelas lebih tinggi dibandingkan rancangan acak lengkap
(RAL) dan rancangan acak kelompok (RAK). Keragaman galat percobaan
dapat dikendalikan dengan adanya pengelompokkan kedua arah sehingga
peluang untuk dapat melacak adanya perbedaan antar-perlakuan semakin
meningkat.
b. Analisa ragamnnya sedikit lebih kompleks dari rancangan acak lengkap
(RAL) dan rancangan acak kelompok (RAK), tetapi masih termasuk analisis
ragam yang sederhana.
c. Interpretasi hasil penelitian cukup mudah.
d. Jika ada data yang hilang, data dapat dianalisis dengan teknik data hilang.
Sedangkan, kekurangan dari penggunaan rancangan bujur sangkar latin
(RBSL), antara lain:
a. Pemakaian rancangan bujur sangkar latin (RBSL) sangat terbatas, terutama
untuk percobaan–percobaan dilapangan, karena membutuhkan tempat
percobaan yang cukup luas untuk memenuhi syarat banyaknya baris =
banyaknya jalur = banyaknya perlakuan.
b. Jika pengelompokkan menurut baris dan lajur tidak efektif, presisi rancangan
bujur sangkar latin (RBSL) lebih rendah dibandingkan rancangan acak
lengkap (RAL) dan rancangan acak kelompok (RAK). Keragaman yang
disebabkan oleh baris dan lajur kecil serta derajat bebas (db) galat percobaan
juga kecil (r-1)(r-2). Dengan demikian, kuadrat tengah galat percobaan akan
relatif tinggi.
24. Tentukan kriteria pengujian: Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0 yang
berarti signifikan dan Konsultasikan antara F hitung dengan F tabel kemudian
bandingkan.
25. Buatlah kesimpulan.
Berikut ini adalah contoh kasus yang dapat diselesaikan dengan Analysis Of
Varians (ANOVA) menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), yaitu:
]Pertanyaan:
a. Apakah pengaruh jarak tanam tersebut terhadap hasil panen tanaman millet
memiliki perlakuan yang sama atau berbeda?
b. Berikanlah kesimpulan dari percobaan tersebut?
Langkah-Langkah Menjawab:
1. Diasumsikan bahwa data dipilih secara random, berdistribusi normal, dan
variannya homogen.
FK = = = = 1588608,16
Dimana ∑lb = total keseluruhan antara baris dengan lajur. b adalah banyaknya
baris dan l adalah banyaknya lajur.
JKB = ( ) – FK
=( ) – 1588608,16
=( ) – 1588608,16
=( ) – 1588608,16
= 1602350 – 1588608,16
= 13741,84
Dimana b adalah banyaknya jumlah baris.
JKL = ( ) – FK
=( ) – 1588608,16
=( ) – 1588608,16
=( ) – 1588608,16
= 1594716,40 – 1588608,16
= 6108,24
Dimana l adalah banyaknya jumlah lajur.
JKP = ( ) – FK
=( ) – 1588608,16
=( ) – 1588608,16
=( ) – 1588608,16
= 1592722,80 – 1588608,16
= 4114,64
Dimana p adalah banyaknya pengacakan pada perlakuan.
26. Kriteria pengujian: Jika F hitung ≥ F tabel maka tolak H0 berarti signifikan.
27. Kesimpulan
a. Fhitung > Ftabel atau 3,28 > 3,26 untuk taraf signifikan 0,05 maka H0 ditolak
dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh
jarak tanam tersebut terhadap hasil panen tanaman millet.
b. Fhitung < Ftabel atau 3,28 < 5,41 untuk taraf signifikan 0,01 maka H0
diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pengaruh jarak tanam tersebut terhadap hasil panen tanaman millet.
c. Fhitung < Ftabel atau 1,46 < 3,26 untuk taraf signifikan 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh jarak tanam tersebut terhadap hasil panen tanaman
millet.
d. Fhitung < Ftabel atau 1,46 < 5,41 untuk taraf signifikan 0,01 maka H0
diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh jarak tanam tersebut terhadap hasil panen tanaman
millet.
e. Fhitung < Ftabel atau 0,98 < 3,26 untuk taraf signifikan 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh jarak tanam tersebut terhadap hasil panen tanaman
millet.
f. Fhitung < Ftabel atau 0,98 < 5,41 untuk taraf signifikan 0,01 maka H0
diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh jarak tanam tersebut terhadap hasil panen tanaman
millet.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Dalam suatu usaha mereduksi kadar NO sebagai hasil proses pembakaran dari
mesin mobil, digunakan 4 jenis aditif, yaitu jenis A, B, C, dan D. percobaan
tersebut dilakukan menggunakan 4 buah mobil dan 4 orang pengendara. Hasil
pengamatan pengukuran NO adalah sebagai berikut:
Pengendara Mobil
Mobil 1 2 3 4
1 A = 21 B = 26 D = 20 C = 25
2 D = 23 C = 26 A = 20 B = 25
3 B = 15 D = 13 C = 16 A = 16
4 C = 17 A = 15 B = 20 D = 20
Ujilah dengan analisis ragam apakah pengaruh kadar NO tersebut terhadap hasil
pembakaran mesin mobil sama atau berbeda dengan taraf nyata 0,05 dan taraf
nyata 0,01.
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hanafiah, KA. 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Matjik AA dan Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan. Bogor: IPB
Press
Tapehe, Yusuf. 2012. Statistika dan Rancangan Percobaan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC