Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

CINTA, AKHLAK DAN AMAL SHALEH

Dosen Pengampu : Drs. H. Mua'rif, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Ikromatul Atiyah
2. Reza Febrian
3. Anggi Larasati

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP NURUL HUDA


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala RahmatNya, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya yang
mungkin sangat sederhana. Makalah ini berjudul “Cinta, Akhlak, dan Amal
Saleh”.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Belitang, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Cinta Sebagai Wujud Iman dan Akhlak.................................................... 3
B. Akhlak....................................................................................................... 7
C. Amal Shaleh............................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zaman sekarang yang dikenal dengan sebutan era globalisasi telah
didominasi oleh pesatnya  perkembangan informasi, komunikasi, dan teknologi.
Keadaan ini telah membawa perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat
dalam banyak segi. Perubahan itu mengusung kemajuan yang luar biasa, sekaligus
menimbulkan kegelisahan di kalangan orang banyak. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah menjadikan planet bumi serasa kian menyempit,
seakan-akan sekat antar wilayah dan antar bangsa tidak lagi menjadi penghalang
untuk melakukan komunikasi dan mengakses informasi yang begitu cepat.
Manusia zaman dahulu yang begitu gelap dan terbatas pengetahuannya tentang
ruang angkasa misalnya, kini mulai terkuak lebar dengan bantuan teknologi super
canggih yang diciptakannya sendiri.
Semuanya itu telah membawa perubahan besar terhadap perilaku manusia
yang menjadi wilayah kompetensi moral. Sekarang banyak orang yang telah
melupakan cinta mereka kepada Allah dan perilaku mereka yang mulai kembali
pada zaman dahulu yaitu zaman jahiliyah. Banyak perilaku tercela yang telah
manusia lakukan, amal saleh yang seharusnya mereka miliki malah mulai sirna
akibat perkembangan zaman. Dari permasalahan tersebut maka kami selaku
penulis ingin menjelaskan sekaligus mengajak para pembaca agar lebih
mendalami dan menerapkannya pada kegiatan sehari-hari ini tentang bagaiman
kita tidak terlena akan duniawi serta tetap mencintai allah dengan segenap hati,
berakhlak mulia dan tetap berperilaku baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cinta dijadikan sebagai wujud iman dan akhlak?
 Adakah konsep cinta dalam islam?
 Apakah yang dimaksud cinta sebagai sebuah renungan dan aksi
sufistik?

iv
 Apakah yang dimaksud dengan jika tanpa cinta berarti tiada iman?
2. Apa dan bagaimana akhlak?
 Bagaimanakah tindakan akhlak yang benar?
 Bagaimanakah ciri-ciri perbuatan akhlak?
 Apa sajakah faktor-faktor yang memperkuat dan memperlemah
akhlak?
3. Apa dan bagaimanakah yang dimaksud dengan amal saleh?

C. Tujuan
1. Membuktikan bahwa cinta dapat dijadikan sebagai wujud iman dan akhlak
2. Menjelaskan mengenai akhlak
3. Menjelaskan mengenai amal saleh

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cinta Sebagai Wujud Iman dan Akhlak


                Salah satu buah iman kepada allah adalah cinta hamba kepada tuhannya,
menguasai seluruh jiwanya. Cinta yang menuntut ketaatan dan kepatuhan yang
purna untuk melaksanankan perintah-perintah-Nya dan mengutamakan apa yang
dicintai allah daripada apa yang disenangi mereka. Cinta hamba kepada tuhannya
akan bertambah bila ia benar-benar menghayati kesempurnaan mutlak tuhan.
Menyadari kebenaran nikmat tuhan dan merasa selalu membutuhkan karunia-Nya.
Manusia diciptakan bertemperamen mencintai kesempurnaan karena allah semata,
kesempurnaan mutlak. Dan manusia bertabiat pula mencintai orang yang berbuat
baik kepadanya. Hanya allah sajalah pembuat baik dan pemberi nikmat karunia
kepada manusia. Setiap nikmat yang diterima manusia bersumber dari allah.
Sebagai firman allah:
(surah An-nahl, ayat 53)
َ‫َو َما بِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ٍة فَ ِمنَ هَّللا ِ ثُ َّم إِ َذا َم َّس ُك ُم الضُّ رُّ فَإِلَ ْي ِه تَجْ أَرُون‬
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu , Maka dari Alloh-lah , dan bila kamu
ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan.
(surah ibrahim, ayat 34)
‫ َوآتَا ُك ْم ِم ْن ُكلِّ َما َسأ َ ْلتُ ُموهُ َوإِ ْن تَ ُع ُّدوا نِ ْع َمةَ هَّللا ِ ال تُحْ صُوهَا إِ َّن اإل ْن َسانَ لَظَلُو ٌم َكفَّا ٌر‬              
dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-
Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah).
Manusia diciptakan bertemperamen mencintai sesuatu yang dibutuhkan dan tidak
mempu melepaskan diri dari ketergantungan kepada-Nya. Di antara ciri seorang
hamba yang benar-benar mencintai Tuhannya, ialah wassalam; mengerjakan apa
yang didatangkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Diantara tanda-

vi
tanda cinta kepada Allah ialah taat kepada-Nya, mengingat-Nya secara rahasia
dan terang-terangan, serta merasa nikmat beribadah kepadanya-Nya.1

1. Konsep Cinta dalam Islam


Konsep cinta dalam islam memang tidak semua orang lain dapat
memahaminya dengan baik, tetapi kalau boleh jujur islamlah sebenarnya yang
memiliki konsep cinta sejati. Ungkapan tuhan yang maha kasih sayang
“bismillahirrahmanirrahim” menjadi pembuka setiap surat al-quran (kecuali surat
at-taubah). Nama-nama indah tuhan (asmaul husna) didominasi dengan nama-
nama kasih dan sayang tuhan sehingga nama-nama tuhan yang berkonotasi kejam
seperti al-malik hanyalah merupakan turunan dan bagian dari kasih sayangnya.
Penerapan cinta dan kasih dalam islam memang tidak seperti agama-agama yang
lain. Ketika orang tua (yang penuh kasih) menyentil anaknya yang melakukan
kesalahan, tindakan orang tua tersebut bukanlah didorong oleh sifat kejamnya,
melainkan karena cinta kasihnya, agar anak tersebut menjadi tahu bahwa
perbuatanyya itu adlah keliru. Jadi untuk mewujudkan cinta dan kasih kadang-
kadang diperlukan tindakan yang keras, tetapi dibalik itu semua ada cinta dan
kasih yang sangat besar.

2. Cinta Sebagai Sebuah Renungan dan Aksi Sufistik


Beribadah dan beramal saleh yang kita kerjakan hendaklah dalam rangka
cinta kepada allah, bukannya mengharap surga atau takut neraka. Bila mengharap
surga atau takut neraka berarti kita telah terjerumus kedalam kemusyrikan, karena
kita hanya mengejar makhluk tuhan bukannya menuju tuhan yang abadi.
Tingkatan cinta tertinggi tidak bisa kita kejar dengan pengetahuan dan peribadatan
biasa.  Tetapi kita harus yakin terhadap allah dengan menghilangkan sikap egois
dan cinta dunia.
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'ankatsura

1 Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran


Agama Islam. Jakarta: Rineka cipta, hlm. 145 – 146.

vii
dzikruhu) kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man
ahabba syai'an fa huwa `abduhu) Kata Nabi juga.
ciri dari cinta sejati ada tiga :
a. lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
b. lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
c. lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang
lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia
lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih
suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka
mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain. 

Dalam Qur'an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:


1) Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan"nggemesi".
Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan
berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli
cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2) Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,siap
berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini
lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri.
Baginya yang penting adalah kebahagiaan sangkekasih meski untuk itu ia
harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu
memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta
antar orang yang bertaliandarah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya,
dan sebaliknya. Dariitu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham,
dzawi al arham ,yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang
secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari
katarahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis
kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara
orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu
bersilaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang.

viii
Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya
saling setia lahir batin dunia akhirat.
3) Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga
menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang
diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al-Qur'an disebut dalam konteks orang
poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla
al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4) Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan
memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qadsyaghafaha
hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa
yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan syaghaf ketika mengkisahkan
bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesirkepada bujangnya, Yusuf.
5) Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma
kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega
membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6) Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang
tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika mengkisahkan
bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap
hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama
kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni
kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min aljahilin (Q/12:33).
7) Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari hadis yang
menafsirkan al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa
barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat
kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsurdari hadis riwayat
Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori ila wajhikawa as syauqa ila liqa'ika,
aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya
kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam

ix
kitab Raudlat al Muhibbin waNuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah
pengembaraan hati kepadasang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan
kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al
mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi
8) Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada
hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya
menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini
disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya, layukallifullah nafsan illa wus`aha
(Q/2:286).

3. Tanpa Cinta Berarti Tiada Iman


Cinta disebut-sebut nabi sebagai ekspresi keimanan. Jadi, iman bukanlah
sebuah keyakinan “nol”, melaikan suatu keyakinan yang disertai cinta. Sedangkan
tinggi rendahnya cinta dapat diukur dari seberapa besar tinggi rendahnya
pengorbanan. Para nabi justru mengekspresikan keimanan mereka dalam bentuk
cinta. Allah menghendaki didatangkannya nabi itu untuk memberikan teladan
dalam keimanan dan kecintaan.
            Hadits-hadits yang mengungkapkan cinta sebagai ekspresi keimanan
cukup banyak diantaranya: “tidak beriman kamu sebelum mencintai saudaramu
seperti kamu mencintai dirimu sendiri. Tidak beriman kamu bila kamu tidur
kenyang sementara tetangga kelaparan disamping kamu”. Hadits tersebut
menunjukkan bahwa iman benar-benar akan bersemi jika dalam hati seseorang itu
ada cinta.

B. Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah
laku, perangai, tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan langsung tanpa dipikir dan
direnungkan lagi. Pada dasarnya akhlak adalah sikap yang melekat pada diri
sendiri secara langsung diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan. Baik

x
buruknya akhlak berdasarkan al qur’an dan sunnah rasul. rasul bersabda yang
diriwayatkan oleh HR. Ahmad “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia”.2
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama,
akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-
karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.
1. Akhlak Mahmudah / Kharimah
“Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan
dari sifat-sifat yang terpuji pula”. Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara
lain: cinta kepada Allah, cinta kepada rasul, taat beribadah, senantiasa
mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah,
bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan,
ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah
kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang
lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka
menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih,
menyayangi binatang, tasamuh atau toleransi, amanah,ash-
shidqu,mengendalikan nafsu dan menjaga kelestarian alam.
2. Akhlak Madzmumah
“Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat
yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.”. Sifat
yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad,
takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam,
khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus
asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam. Demikianlah antara lain
macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah
memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak

2 Prof. Dr. Azyumardi Azra. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam


Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen Agama RI, hlm. 203-213

xi
madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam
surat At-Tin ayat 4-6.Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan
mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman
dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”

Tindakan Akhlak
1. Akhlak kepada allah
a. Beribadah kepada allah, yaitu melaksanakan perintah-nya untuk
menyembah kepada allah. Contoh ibadah shalat.
b. Berdzikir kepada allah, yaitu mengingat allah dalam kondisi dan situasi
apapun, baik dari ucapan maupun hati.
c. Berdo’a kepada allah, yaitu memohon apa saja kepada allah.
d. Tawakal kepada allah, yaitu berserah diri sepenuhnya  kepada allah dan
menunggu hasil dari pekerjaan.
e. Tawaduk kepada allah, yaitu merendahkan diri kepada allah

2. Akhlak kepada manusia


a. Akhlak kepadadiri sendiri
1) Sabar adalah perilaku seseorang terhadap perilakunya dalam
mengendalikan nafsu dan menerima segala sesuatu yang menimpanya.
2) Syukur adalah sikap berterimah kasih atas nikmat allah yang
diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
b. Akhlak kepada Ibu Bapak
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan
ucapan dan perbuatan.
Bentuk-bentuk perbuatan antara lain:
Menyayangi dan mencintai ibu dan bapak , menaati perintah, meringankan
beban, menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

xii
c. Akhlak kepada keluarga
Akhlak kepada keluarga adalah mengembangkan kasih sayang diantara
anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk perhatian melalui kata-
kata, isyarat-isyarat maupun perilaku.
d. Akhlak kepada lingkungan hidup
Adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan
alam sekitar dengan cara mengelola sumber daya yang baik tanpa
merugiakan alam tersebut.
3. Tawaduk yaitu sikap rendah hati dan selalu mengahargai siapa saja tanpa
membeda bedakan yang lahir dari kesadaran diri manusia.

Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak


 akhlak merupakan suatu tindakan yang baik : segala tindakan yang didasarkan
atas perintah dan larangan islam adalah baik.
 akhlak merupakan suatu tindakan ikhtiari  yang patut dipuji: tindakan ikhtiari
merupakan suatu tindakan yang digerakkan oleh usaha keras dan harus
dibedakan dengan tindakan alami. Contohnya: menahan amarah dan
memaafkan kesalahan orang lain, menghindari suap KKN ketika ada peluang
dan kesempatan.
 akhlak merupakan buah dari keimanan: perumpamaan iman dan akhlak dapat
diibaratkan sebuah pohon dengan buahnya. Jadi, tidak mungkin ada buah
kalau tidak ada pohonnya. Tidak mungkin muncul tindakan akhlaki kalu tidak
ada keimanan.
 akhlak bersifat fithri : akhlak merupakan salah satu komponen islam yang
ditanam dalam setiap hati manusia.
 akhlak bersifat ta’abbudi: seseorang melakukan tindakan akhlak karena
didorong oleh kesadaran akan keimanannya yang tinggi atau oleh fithrahnya
yang kuat.
 akhlak merupakan moral dan etika universal: akhlak merupakan petunjuk bagi
setiap seluruh umat manusia.
 pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk masyarakat

xiii
 pelanggaran terhadap akhlak akan dikutuk hati nurani

Faktor-faktor yang Membentuk dan Mempengaruhi Akhlak


Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain
adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh
kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang (dalam bahasa Arab gharizah).
Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog
menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu
hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk
mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan
tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbuatan manusia, apabila
dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu
dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua)
kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan

xiv
sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian
besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara
sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti
negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
a. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi
dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan
atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada
zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di
serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya.
Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati
lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma
yang berlaku.
b. Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah
sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan
saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya
Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya,
begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut
pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah.

C. Amal Saleh
1. Pengertian Amal Saleh
          Kata amal shaleh di dalam Al-Qur’an disebut kan berulang kali, dan
hampir di pastikan selalu beriringan dengan kata iman. Itu menunjuk kan karna
hanya orang-orang yang beriman lah yang mampu mampu melaksana kan amal
yang shaleh. Lebih dari 400 tempat dalam Al-Qur’an di temui kata – kata
mengenai amal, dan sebagian besar beriringan dengan kata As-salihah, yang

xv
berarti kebaikan – kebaikan. Banyak  nya perkataan tersebut menunjuk  kan
tentang penting nya makna yang terkandung dalam perkataan amal.
          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, amal di artikan sebagai perbuatan
(baik atau buruk) perbuatan baik mendatang kan pahala, suatu yang di tuju kan
untuk mendatang kan kebaikan terhadap masyarakat atausesame manusia. Sedang
kan secara istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh – sungguh dalam
menjalan kan ibadah atau pun menunai kan kewajiban agama yang di lakukan
dalam bentuk berbuat kebaikan  terhadap masyarakat atau sesame manusia. Di
lihat dari sudut syariah, amal merupa kan unsur yang pokok. Dalam Al-Qur’an
banyak dijumpai perkataan amal dengan berbagai bentuk nya,
seperti : ‘amila, ‘amala, ta’malun,ya’malun, ‘amilun, ‘amalus salihat, dan ‘amalus
sayyi’at.
2. Karakteristik dan Nilai Positif Amal Saleh
          Secara umum pengelompokan amal terbagi dua, yaitu amal saleh (amal
yang baik) dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala
perbuatan kebajikan yang mendatang kan manfaat untuk diri sendiri, keluarga,
bangsa, dan manusia seluruh nya. Baik berupa perbuatan, perkataan, maupun
sikap. Bahkan tidak melakukan perbuatan yang di larang Allah itu pun termasuk
Amal saleh. Al-Qur’an banyak menerang kan tentang manfaat atau nilai positif
dari amal saleh, baik di dunia maupun di akhirat, antara lain :
a.    Senantiasa mendapat keberuntungan
Surah Al – Qasas (28) ayat 67
‫فامامن تاب وامن و عمل صا لحا فعسى ان يكون من‬
) ٦٧ : ‫المفلحين ( القصص‬ 
Artinya : Maka ada pun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal
kebajikan, maka mudah – mudahan dia termasuk orang yang beruntung. ( QS. Al
– Qasas : 67 )
b.    Akan mendapat rahmat dancinta
Sebagai mana di firman kan Allah SWT. Dalam surah Al-Jaisiyah (45) ayat 30
sebagai berikut :
)٣٠ : ‫رحمته ذلك هوالفوڒالمبين (الجا ثيه‬
ٖ ‫ڧاماالذين امنواوعملواالصلحت فيدخلهم ربهم في‬

xvi
Artinya : Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
maka tuhan memasuk kan mereka ke dalam rahmat nya (surga). Demikian itu lah
kemenangan yang nyata. (QS. Al-Jaisiyah/45:30)
c.    Memperoleh rezeki yang baik
Firman Allah dalam surah Al-Hajj (22) ayat 50
)٥٠:‫فا الذين أمنواوعملواالصلحت لهم مغڧرةورڒق ڪريم (الحج‬
Artinya : Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereke
memperoleh ampunan dan rezeki dari yang mulia (QS. Al-Hajj/22 :50)
d.    Memperoleh keadilan
Sebagaimana surah Yunus (10) ayat 4 mengisah kan
   ‫وعدهللا حق انه يبدؤاالخلق ثم يعده ليجڒي الذين امنواوعملواالصلحت بالقسط والذين‬ ‫جميعا‬ ‫مرجعڪم‬ ‫اليه‬
)٤:‫شراب من حميم وعذاب اليم بما كنوايكفرون (يونس‬ ‫كفروالهم‬   
Artinya : Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali. Itu merupa kan janji
Allah yang benar dan pasti. Sesungguh nya dial ah yang memulai penciptaan
makhluk kemudian mengulangi nya (menghidupkan nya kembali sesudah
berbangkit), agar dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan dengan adil. Sedang kan untuk orang-orang kafir (di
sediakan) minuman air yang mendidih dan siksaan yang pedih karna kekafiran
mereka.
e.    Memperoleh ampunan Allah
Firman Allah dalam surah Fatir (35) ayat 7
)٧:‫الذين كفروالهم عذاب شديدوالذين امنواوعملواالصلحت لهم مغفرةوأجركبير(فاطر‬
Artinya : orang-orang yang kafir mereka akan mendapat azab yang sangat keras.
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh
ampunan dan pahala yang besar. (QS. Fatir/35:7)

3. Membiasakan Amal Saleh


          Beramal saleh merupakan kewajiban bagi setiap manusia, baik sebagai
pribadi yang mencermin kan diri sendiri, maupun selaku umat, kaum dan bangsa.
Karena sesungguh nya amal perbuatan seseorang sangat menentukan status nya
secara pribadi, kaum, dan bangsa.

xvii
          Mengerjakan amal saleh hendak nya tidak di sertai pamrih karena ada
sesuatu di balik amalan nya. Mengerjakan amal saleh harus di sertai niatan yang
ikhlas, bukan karena mengharap kan pujian, keuntungan, jabatan, dan lain – lain.
Karena sesungguh nya yang di nilai oleh Allah pada amalan seseorang adalah niat
dan tujuan nya, sebagai mana di ingat kan allah dalam surah al – mu’minun (23)
ayat 40.

xviii
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Iman bukanlah sebuah keyakinan “nol”, melaikan suatu keyakinan yang
disertai cinta
 Beribadah dan beramal saleh yang kita kerjakan hendaklah dalam rangka cinta
kepada allah, bukannya mengharap surga atau takut neraka.
 Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah
dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
 Karakteristik akhlak Islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,
disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran
Islam.
 Proses terbentuknya akhlak meliputi, reinforcement (penguatan yang
diberikan terhadap perilaku manusia, dan adanya peran hereditas, fitrah
manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak.
 Akhlak manusia di bagi menjadi dua, yaitu Akhlak Mahmudah dan Akhlak
Madzmumah. Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang terpuji. Sedangkan,
Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang tercela.
 Terdapat lima faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi akhlaq
manusuia, yaitu insting (naluri), adat atau kebiasaan, wirotsah (keturunan),
dan milieu.
 Secara istilah amal saleh berarti perbuatan sungguh-sungguh
dalam   menjalankan ibadah ataupun menunai kan kewajiban agama yang di
lakukan dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama
manusia.

xix
DAFTAR PUSTAKA 

Ahmadi, Abu, Drs., H., dkk. 1991. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama


Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara.

Anonim. 2010. Akhlaq. http://ainurrasyidaira.blogspot.com/. Diakses pada tanggal


10 september 2014, pukul 11.00 wib

______. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak.


http://www.berryhs.com/. Diakses pada tanggal 10 september 2014, pukul
11.00 wib

______. 2010. Pengertian akhlak. http://sobatbaru.blogspot.com/. Diakses pada


tanggal 10 september 2014, pukul 11.00 wib

Azra, Azyunardi, prof., Dr., dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktur Perguruan Tinggi Agama
Islam.

Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama


Islam. Jakarta: Rineka cipta.

Prof. Dr. Azyumardi Azra. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Departemen Agama RI.

xx

Anda mungkin juga menyukai