Anda di halaman 1dari 17

BAB V

KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM : ETIKA, MORAL, AKHLAK

Pada abad ke-20 banyak yang beranggapan bahwa agama merupakan kebutuhan
pelengkap saja, mereka beragama hanya memenuhi unsur kepatutan. Fenomena ini
muncul karena pada abad ini ada kecenderungan tidak peduli terhadap agama.
Akibatnya membicarakan agama dipandang sebagai sesuatu yang sangat personal dan
tidak perlu diungkap dalam forum-forum umum namun dalam forum yang dibatasi pada
sisi peribadatan saja.
Hal demikian sangatlah disayangkan karena, agama yang pada hakekatnya
mengajarkan tentang kebenaran dan makna hidup yang sesungguhnya terpaksa
tersingkirkan oleh ambisi kemajuan jaman. Seharusnya Agama Islam yang berdasarkan
kebenaran wahyu (Al-Qur’an dan Al-Hadist) dijadikan tuntunan dan pegangan hidup
(way of life), bukan hanya menjadi tontonan dan lelucon. Oleh karena itu kita sebagai
orang muslim harus menyadari bahwa agama Islam amatlah butuh generasi yang
menegakkan panji-panji Islam. Agama Islam mengetuk kesadaran umat untuk bangkit
mempelajari Islam dan mendirikan pusat kajian Islam guna mendakwahkan ajarannya
yang penuh kebaikan dan dijiwai dengan kemashlahatan. Agama Islam juga mendidik
kaumnya untuk bermentalitas teguh dan berpendidikan sehingga terbentuk peradaban
luhur yang mampu mensyiarkannya kepada seluruh penghuni alam. Dan berbagai
harapan lainnya yang ditujukan kepada umat Islam agar agama Islam tetap berkiprah
dan berkecimpung dalam setiap aktifitas manusia sekaligus menyelesaikan dan
menjawab persoalan umat.
Berdasarkan uraian di Islam, umat Islam mutlak membutuhkan pengetahuan
tentang esensi ajaran Islam yang disebut kerangka dasar ajaran Islam, yang terdiri dari
Aqidah atau Iman (baca: rukun Iman), Syariah atau hukum Islam (mendalami dan
mengamalkan seluruh ajaran Islam) dan Akhlak atau Ihsan (berperilaku sesuai yang
diajarkan Islam dengan penuh keyakinan seakan Allah berada di dekat kita dan selalu
mengawasi kita). Namun, dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang salah satu

40
kerangka ajaran Islam, yakni akhlak, untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang
akhlak, maka akan dikaitkan dengan etika dan moral.

Akhlak
Akhlak berasal dari kata Khuluqun, artinya ilmu yang menjelaskan tentang mana
perbuatan baik dan mana perbuatan buruk, serta apa yang harus diamalkan. Mempelajari
akhlak sangat diperlukan karena akhlak sebagai manifestasi pengamalan ajaran Islam.
Ajaran Islam tanpa diamalkan bagaikan pohon tak berbuah artinya tak ada gunanya.
Islampun tidak akan berfungsi apabila ajarannya tidak amalkan dan Islampun menjadi
hidup apabila ajarannya diterapkan dalam kancah kehidupan. Muslim yang selalu
menerapkan ajaran Islam yang penuh kebaikan, maka sebenarnya mereka telah
menempuh jalan untuk menjadi manusia yang sempurna (insanul kamil), artinya yang
terjaga dari perbuatan maksiat atau merugikan orang lain dan selalu mengerjakan
perbuatan baik dan bermanfaat yang diniati mencari ridha Allah.
Nabi Muhammad adalah Nabi yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan
akhlak manusia, membenahi perilaku jahiliyah menuju perilaku yang Islami,
memberikan contoh bagaimana hidup yang benar dan baik serta bagaimana menciptakan
kehidupan yang makmur dan sejahtera. Kepribadian muslim terbentuk melalui kebiasaan
yang tidak bertentangan dengan Islam.
Faktor penyebab akhlak baik adalah kehidupan keluarga, lingkungan atau tempat
bergaul, kecerdasan atau ilmu pengetahuan, dan faktor agama atau religiusitas. Muslim
yang dibesarkan atas fondasi kehidupan keluarga sakinah artinya lingkungan keluarga
yang utuh, penuh kasih sayang dan erat komunikasinya serta patuh menjalankan perintah
agama, akan menghasilkan muslim yang berkarakter baik. Muslim yang bersekolah
lebih tinggi, akan memiliki kesantunan atau etika moral yang lebih baik dibandingkan
dengan muslim yang hanya lulusan pendidikan menengah atau dasar, misalnya. Hal ini
dikarenakan ilmu mereka yang telah mengantarkannya pada pembentukan karakteristik
yang tidak bertentangan dengan peraturan khususnya aturan agama. Tingginya
pendidikan juga berpengaruh pada pembentukan mentalitas yang tangguh. Yakni mental
yang pantang menyerah, selalu ingin maju (inovatif), bersikap disiplin dan tidak lupa

41
memberikan sumbangan pemikiran Islam ke depan, sehingga Islam dapat berperan di
segala aspek kehidupan. Kalaupun terdapat seorang intelektual muslim yang berkarakter
kurang baik, hal itu tidak disebabkan oleh pendidikan tingginya, namun disebabkan oleh
lingkungan atau sistem yang kurang mendukung.
Lingkungan yang baik tentunya akan mendukung pada pembentukan akhlak
yang baik pula. Karena dengan keadaan tersebut pelaksanaan ajaran Islam tidak
mengalami hambatan atau masalah, justru akan menjadi motifator untuk terus berbuat
seperti yang diinginkan bersama yakni dapat memanfaatkan dirinya untuk orang lain dan
tidak merugikan diri sendiri. Lingkungan demikianlah yang diharapkan oleh Islam, suatu
lingkungan yang penuh dengan rasa iman dan taqwa kepada Allah. Mereka akan tenang
tinggal di dalamnya, kalaupun ada masalah mereka bermusyawarah dengan cara yang
baik.
Faktor agama juga menjadi pemicu seseorang untuk berbuat baik, karena dengan
beragamalah mereka akan tahu kebenaran yang sesungguhnya. Dirinya akan selalu
diliputi oleh rasa taat dan patuh kepada Allah, dan selalu disadarkan oleh amal shaleh
kepada sesama serta peduli kepada orang lain. Semakin khusuk mereka beragama atau
menjalankan aktifitas ibadah sehari-hari, maka jiwanya insya Allah akan terkontrol dari
perbuatan syetan yang terkutuk. Perangainya akan dihiasi oleh sifat-sifat terpuji seperti;
sabar, tawakkal, ulet, jujur, rajin dan mempunyai etos kerja tinggi.
Akhlak yang baik terbentuk melalui kebiasaan berperilaku baik, sehingga mereka
mengerjakan akhlak baik tersebut tanpa berfikir lagi. Perbedaan perbuatan baik dengan
akhlak mulia, kalau perbuatan baik merupakan tindakan yang dilakukan dengan
difikirkan terlebih dahulu, diperhitungkan untung ruginya. Sedangkan akhlak adalah
perbuatan yang tanpa pemikiran terlebih dahulu tetapi muncul seketika (reflek). Contoh :
ada orang terjatuh, kita langsung menolongnya maka itu disebut akhlak baik. Ada orang
menangis dan kita berfikir untuk menghiburnya, kemudian kita menghiburnya, maka ini
disebut perbuatan baik. Akhlak baik pasti merupakan perbuatan baik, tetapi perbuatan
baik belum tentu berakhlak baik. Karena perbuatan baik selalu didahului berfikir terlebih
dahulu sehingga memungkinkan sikap kurang ikhlas atau ada niat lain.

42
Karakteristik Akhlak
Akhlak merupakan kecenderungan manusia untuk berbuat baik atau berbuat
buruk berdasarkan ajaran Allah, seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Akhlak memiliki karakteristik, yakni;
1. Yang menetapkan Allah, perbuatan baik buruk yang menetapkan Allah, bukan
manusia.
2. Berdasarkan wahyu Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist (Nash).
Perbuatan yang diperintahkan dalam Nash, itulah perbuatan baik dan benar,
perbuatan yang tidak boleh dikerjakan dan harus ditinggalkan, itulah perbuatan yang
salah dan buruk.
3. Kekal, substansi perintah berlaku selamanya, tidak dibatasi oleh tempat dan waktu
4. Universal, berlaku untuk seluruh manusia di manapun berada, baik muslim atau
tidak
5. Mutlak benar, pasti benar karena berasal dari Allah, dzat yang Maha Benar.

Pembagian Akhlak
Secara garis besar akhlak dibagi dua yakni akhlak baik (akhlaqul karimah) dan
akhlak jelek (akhlaqul mazdmumah). Kita sebagai manusia hendaknya menghiasi diri
kita dengan akhlak yang baik dan berusaha menyingkirkan akhlak jelek karena membuat
kehidupan kita tidak aman dan selalu gelisah. Para ulama membuat pembagian akhlak
secara umum sebagai berikut :
Bagan .1.

Akhlak

Akhlak kepada Allah Akhlak kepada makhluk

Tasawuf Kepada manusia : Kepada alam semesta


- Diri sendiri - Flora
- Masyarakat - Fauna

43
Beradarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa secara umum akhlak dibagi
dua, yakni akhlak kepada Allah dan makhluk Allah. Akhlak kepada Allah artinya
perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah (ibadah), contohnya tasawuf, artinya
keinginan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, dan merasa tenang apabila di
dekat-Nya. Akhlak kepada makhluk Allah ada dua, yakni akhlak kepada manusia dan
alam semesta. Akhlak kepada manusia ada dua, yakni akhlak manusia dengan dirinya
sendiri dan akhlak manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Akhlak manusia
dengan dirinya sendiri misalnya : jujur, sabar, rajin, qonaah, amanah dan tanggung
jawab. Akhlak manusia dalam hubungannya dengan manusia lain, misalnya; menyantuni
anak yatim, tidak semena-mena kepada orang lain, bersedekah, memakmurkan masjid,
saling tolong menolong, saling menghormati dan menghargai, dan toleransi. Akhlak
kepada alam semesta ada dua, yakni akhlak kepada flora (tumbuh-tumbuhan) dan fauna
(hewan). Akhlak kepada folra, misalnya; tidak merusak lingkungan, selalu menjaga
kelestarian alam, tidak menimbulkan pencemaran, membuat taman yang hijau dan asri,
menjaga kebersihan dan kesehatan, dan lain-lain. Akhlak kepada fauna, misalnya : tidak
membunuh hewan, mempertajam pisau apabila menyembelih hewan dan mengucapkan
basmalah ketika menyembelih hewan, memelihara hewan, tidak menyiksanya, beternak
hewan, dan lain-lain.

Hubungan antara Aqidah, Syari’ah dan Akhlak


Setelah kita mempelajari struktur ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syari’ah
dan akhlak, maka dapat dimengerti bahwa komponen struktur ajaran Islam tersebut
merupakan kesatuan yang saling berhubungan dan ketiganya tidak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi muslim yang benar dan tangguh, hal pertama yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah memperkuat aqidah atau keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah. Dengan percaya bahwa Allah-lah yang menciptakan manusia dan alam
semesta, akan timbul jiwanya untuk mempelajari ajaran-ajaran Allah atau hukum Allah
(syari’ah) lewat kitab sucinya yakni Al-Qur’an (firman Allah SWT) dan Al-Hadist

44
(Sabda Nabi Muhammad SAW), Ijtihad para ulama dan buku atau literatur lain yang
menjelaskan tentang hakekat agama Islam. Setelah mengerti atau dalam proses mengerti
tersebut muncullah kesadaran hatinya untuk berbuat seperti yang dipesankan Allah
dalam al-Qur’an dan seperti yang disampaikan Rasul dalam Al-Hadist. Berdasarkan
percaya kepada Allah, maka apa yang diperintahkan oleh Allah kepada umat muslim
akan dikerjakan dengan senang hati dan ikhlas, dan apa yang dilarang oleh Allah akan
dijauhi dengan berharap bahwa perbuatan yang dilarang akan berakibat tidak baik dalam
kehidupan dunia dan akhirat. Akhlak.

Antara Akhlaq, Etika, dan Moral


Persamaan Dan Perbedaan Antara Etika Dan Moral
Etika dan moral mempunyai persamaan dalam hal karakteristiknya, perbedaannya
terletak pada pemahaman kedua makna tersebut. Moral adalah de-ide umum yang
diterima masyarakat, mana yang baik dan wajar, atau perbuatan baik atau buruk secara
umum, perilaku yang sesuai dengan ukuran tindakan sosial atau lingkungan tertentu,
atau semangat juang atau tindakan yang bertanggungjawab. Sedangkan etika adalah
Ilmu asas moral, faktor pembentuk moral, perilaku tertentu, misal; etika berbusana, etika
bertamu, etika bicara.
Secara etimologis moral berasal dari bahasa Belanda moural, berarti kesusilaan,
budi pekerti. Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta moral berarti ajaran tentang
baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam Islam moral dikenal dengan istilah akhlak.
Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin menerangkan tentang definisi akhlak atau moral,
yaitu perilaku jiwa yang dapat dengan mudah melahirkan perbuatan-perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila perilaku tersebut mengeluarkan
perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan agama dinamakan akhlakul karimah.
Apabila perbuatan yang dikeluarkan itu tercela, maka perilaku itu dinamakan akhlakul
madzmumah.
Akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus (dalam
mengamalkan ajaran Islam) sehingga menjadi kebiasaan yang menghasilkan perbuatan
baru secara spontan. Padanan kata akhlak adalah etika dan moral, ketiganya mempunyai

45
persamaan, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari perbuatan baik dan buruk.
Perbedaannya terletak pada karakteristiknya, karakteristik akhlak yakni yang
menetapkan Allah, berdasarkan wahyu Allah, mutlak benar, universal dan ajarannya
bersifat abadi. Karakteristik etika dan moral yakni;
1. Penetapan perbuatan baik buruk berasal dari manusia, karena manusiai mempunyai
akal yang digunakan untuk menemukan ilmu pengetahuann, termasuk menentukan
mana perbuatan yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.
1. Penetapan perbuatan baik/buruk bersifat relatif, terkadang benar/salah, semuanya
dipengaruhi oleh kecerdasan/kemampuan serta latar belakang pendidikan.
2. Aturan hukumnya selalu berubah-ubah menurut waktu dan tempat, berbeda antara
tempat satu dengan lainnya.
3. Bersifat lokalistik tidak unversal, berbeda antara tempat satu dengan lainnya.
4. Berdasarkan rasio, pengamatan dan penelitian secara mendalam, bukan perasaan
dan perkiraan.
Lebih lanjut, Al-Ghazali menguraikan bahwa akhlak (moral) yang disebut juga budi
pekerti, mempunyai empat prinsip, yakni :
1. Kebijaksanaan (Al-Hikmah) artinya perilaku jiwa yang dapat menemukan kebenaran
dan pelajaran dari perbuatan salah yang telah dilakukan.
2. Keberanian adalah kekuatan sifat amarah yang tunduk pada akal atau marah secara
proposional.
3. Adil adalah perilaku jiwa yang dapat mengatur sifat marah dan dapat
mengendalikan sifat tercela.
4. Menjaga diri adalah mendidik dan mengarahkan perbuatan-perbuatan agar sesuai
dengan ajaran Islam.
Barangsiapa dapat melaksanakan empat prinsip tersebut, maka akan keluarlah akhlak
baik secara keseluruhan.
Tentang ukuran baik buruk, bagus dan jelek berbeda menurut persepsi seseorang,
perbedaan masa, dan perubahan keadaan dan tempat. Misalnya, memakai pakaian tanpa
penutup dada dipandang pantas dalam suatu kebudayaan, tetapi sebaliknya merupakan
hal yang seratus persen amoral dalam kebudayaan yang lain. Namun demikian dalam

46
setiap masyarakat mempunyai ukuran umum yang diakui oleh seluruh atau sebagian
besar anggota-anggotanya, di mana ukuran umum ini terdapat pokok-pokok tertentu
yang ada persamaannya antara sesama manusia dalam menilai perbuatan baik dan buruk.
Bagi ajaran Islam, pendasaran perbuatan baik dan buruk adalah Al-Qur’an dan
Sunah Rasul, serta perbuatan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur dalam satu
kesatuan, yakni: kemashlahatan, kemanfaatan, diterima oleh masyarakat serta
menguntungkan dari aspek jasmani dan rohani. Mencuri, misalnya, adalah perbuatan
buruk karena mendatangkan kerugian bagi pemilik harta yang dicuri, membuat keadaan
tidak aman, masyarakat tidak menerima perbuatan itu, dan secara psikologis
mengganggu kesehatan jasmani dan rohani. Tetapi apabila pencuri mengambil harta
orang lain untuk membangun masjid atau menyantuni orang miskin, apakah disebut
perbuatan baik? Pencuri di manapun dan kapanpun akan merugikan dan membuat tidak
aman pada masyarakat, walaupun alasannya benar tetapi langkah tersebut tidak tepat.
Maka mencuri adalah perbuatan tercela yang dilarang agama.
Landasan ajaran moral terdapat di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rasul :
1. Surat al-Qalam ayat 4 artinya :”Dan sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar
berbudi pekerti yang agung”.
2. Nabi Muhammad SAW bersabda :”Tidaklah aku diutus kecuali untuk
menyempurnakan akhlak manusia”.
3. Surat al-Qashash ayat 77, artinya : “Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu”.
4. Ketika Rasul ditanya oleh sahabat, ”Amal apakah yang paling utama wahai
Rasulullah?”. Rasul menjawab, ”Akhlak yang baik”. Dan wahai Rasulullah, ”Iman
kaum mukminin yang bagaimanakah yang paling utama?”. Rasulullah menjawab,
”yang paling baik budi pekertinya”.
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa moralitas merupakan hal yang paling diutamakan
setelah ibadah vertikal kepada Allah (hablumminallah), karena dengan moralitas yang
baik di seluruh elemen masyarakat, akan tercipta kedamaian, kasih sayang, ketenangan
bagi sesama. Dan tentunya pelaksanaan ajaran agama Islam akan mudah direalisasikan.

47
Etika Islam
Etika Islam merupakan adalah perilaku tertentu berdasarkan ajaran Islam. Etika
dalam ajaran Islam disebut juga adab, sopan-santun, dan tata krama tentang perbuatan
tertentu, misalnya; etika makan, etika minum, etika bersikap kepada orang tua, etika
berperilaku pada yang lebih muda. Etika Islam mempnyai karakteristik, yakni :
1. Mengajarkan dan menuntun manusia untuk bertingkah laku baik
2. Ukuran tingkah laku baik atau buruk berdasarkan ajaran Islam
3. Bersifat universal komprehenship
4. Mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlaq yang luhur
Seorang muslim diharapkan berperilaku yang sesuai dengan etika Islam, caranya
adalah :
1. Melaksanakan kewajiban secara keseluruhan, seperti yang telah diperintah Allah
dalam Nash, misalnya; shalat setiap lima waktu, puasa setiap bulan ramadhan,
belajar, taat kepada orang tua.
2. Melaksanakan amalan yag lebih utama, yakni amalan yang disunahkan, seperti;
shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tahajut, puasa sunah.
3. Latihan spiritual, misal; dzikr di waktu luang, do’a di setiap memulai pekerjaan,
puasa, mendoakan orang-orang diberi ujian oleh Allah
4. Sering beramar ma;ruf nahi mungkar, misalnya; bersosial di masyarakat,
menyingkirkan duri di jalan, berbuat baik pada tetangga dan teman serta saudara,
berkhusnudhon.
5. Ikhlas dalam setiap perbuatan, hanya mengharapkan ridha dari Allah.

Pandangan konsep perbuatan baik buruk berdasarkan Aliran Etika


Akhlak merupakan implementasi ajaran Islam dalam kehidupan nyata, muslim yang
baik tentunya selalu berakhlak baik, tidak suka berakhlak buruk, jarang berbuat dosa
kecil apalagi dosa besar. Penentuan katagori perbuatan baik dan buruk berdasarkan
ajaran Islam yang terdapat dalam Nash. Namun, dalam perkembangan ilmu etika,
terdapat lima aliran etika yang berpendapat tentang perbuatan baik dan buruk, yakni;

48
1. Aliran Hedonisme, berpendapat bahwa suatu perbuatan dikatakan baik apabila
membahagiakan, suatu perbuatan dikatakan buruk apabila menyedihkan. Penentuan
perbuatan baik/buruk pada aliran ini ada yang sesuai dengan ajaran Islam, dan ada
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Contoh; puasa yang menyebabkan badan jadi
lemas, kurang tidur dan itu menyedihkan termasuk perbuatan buruk, begitu juga
dengan pelaksanaan ajaran Islam yang menyebabkan seseorang sedih disebut
perbuatan buruk. Namun, jika pelaksanaan ibadah membuat seseorang bahagia,
maka hal itu termasuk perbuatan baik. Contoh lagi; perayaan ulang tahun yang
disertai acara lempar telur sampai pecah dan lembar terigu sampai kotor ke seluruh
tubuh termasuk perbuatan baik jika menyenangkan, walaupun hal itu termasuk
perbuatan boros dan tidak pada tempat.
2. Aliran Pragmatisme, berpendapat bahwa suatu perbuatan dikatakan baik apabila
berfaedah/bermanfaat, dan suatu perbuatan dikatakan buruk apabilatidak berfaedah/
bermanfaat. Penentuan perbuatan baik/buruk pada aliran ini didasarkan pada
berguna/berfaedah atau tidak.
3. Aliran Sosialisme, berpendapat bahwa suatu perbuatan dikatakan baik/buruk
berdasarkan pada pandangan masyarakat. Apabila masyarakat memandang suatu
perbuatan itu baik, maka disebut perbuatan baik, namun apabila masyarakat
memandang suatu perbuatan itu buruk. Penentuan perbuatan baik/buruk pada aliran
ini tergantung dari penilaian masyarakat yang berbeda antara masyarakat satu
dengan lainnya. Contoh; gotong royong termasuk perbuatan baik di pedesaan,
namun belum tentu di masyarakat kota demikian. Ada suatu masyarakat yang
memandang perbuatan judi, beli nomor, adu ayam adalah perbuatan yang lumrah
dilakukan alias perbuatan baik, namun belum tentu masyarakat lainnya demikian.
4. Aliran Ekonomisme ; berpendapat bahwa suatu perbuatan dikatakan baik apabila
menguntungkan, dan suatu perbuatan dikatakan buruk apabila merugikan dari sisi
materi. Aliran ini ada yang sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Biasanya aliran
ini terjadi pada aktifitas ekonomi secara umum, contoh; mengglonggong sapi,
menjual ayam tiren, memanipulasi timbangan, berdagang dengan cara curang adalah

49
perbuatan baik apabila menguntungkan. Walaupun dalam perspektif ajaran agama
tidak diperbolehkan.
5. Aliran Religiusisme ; berpendapat bahwa suatu perbuatan dikatakan baik apabila
sesuai dengan ajaran Islam, dan suatu perbuatan dikatakan buruk apabila tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Muslim tentunya menggunakan aliran religiusisme yang
mendasarkan perbuatan baik/buruk pada ajaran agama. Apapun yang diperintahkan
dalam Nash adalah perbuatan baik, dan apapun yang dilarang dalam Nash adalah
perbuatan buruk.

Dalil Akhlak
Al-Qur’an
1. Dalil berperilaku Jujur.
Artinya: "Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan
di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
(Qs. Al-Isra' : 53)
2.    Dalil berperilaku Adil.
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan." (Qs. An-Nisa' : 135)
3.    Dalil berperilaku Amanah.
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (Qs. Al-Anfal : 27)
4.    Dalil berperilaku sopan dan santun terhadap sesama manusia.

50
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa,
kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling." (Qs. Al-Baqarah : 83)
5.    Dalil berperilaku rendah hati dan bertutur kata penuh kebaikan.
Artinya: "Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (Qs. Al-Furqan : 63)
6. Dalil bersikap sabar
Artinya: “Bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru tuhanNYA pada pagi
dan petang dengan mengharap keredhaannya dan jangan kedua matamu berpaling dari
mereka kerana mengharapkan perhiasan kehidupan duniawi. Jangan sesekali mentaati
orang-orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami serta menurut hawa
nafsunya dan ia keadaannya ia sudah terlalu melampaui batas”.

Al-Hadist
1. Rasulullah SAW bersabda: Sesunggunya umat suatu bangsa itu ditentukan oleh
akhlaknya, jika akhlak telah hilang dari mereka maka hilang pula kejayaanya
2. Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaknya
3. Rasululah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia..
4. Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti agung.
5. Ingatlah sesungguhnya agama adalah akhlak secara keseluruhan, barangsiapa yang
menambah tasmu akhlak maka bertambah pula atasmu agama.

Permasalahan Moralitas Indonesia dan Penyelesaiannya


Sampai sekarang permasalahan moralitas di Indonesia belum mampu membawa
bangsa ini keluar dari krisis multidimensi. Sesungguhnya krisis mulitidimensi di

51
Indonesia sudah menciptakan situasi yang rumit dan tidak mudah ditangani. Berawal
dari krisis moral pejabat, kemudian krisis hukum karena hukum tidak mampu
menyelesaikan masalah para pejabat yang bertindak merugikan negara, seperti KKN.
Lemahnya penegakkan hukum dan aturan, timbullah krisis moneter, krisis ekonomi,
krisis politik dan lebih parah lagi krisis moral di masyarakat. Jika demikian rusaklah tata
sosial dan lahirlah krisis kemanusiaan di mana antara satu dengan lainnya saling
menghujat, saling menfitnah, tidak percaya dan saling mempengaruhi untuk berbuat
yang merugikan orang lain. Akibatnya muncullah jiwa oportunis, di mana segala
tindakan diorientasikan hanya pada kepentingan pribadi atau kelompok.
Guna mengentaskan penyakit parah bangsa Indonesia, diperlukan proses panjang
dan kesinambungan yang disesuaikan dengan arah perkembangan pembangunan dan
budaya masyarakat. Di era keterbukaan seperti sekarang ini kesiapan para pejabat untuk
menyongsongnya menjadi barometer ke arah hubungan harmonis antara para penguasa
dan rakyat sipil atau lembaga non penguasa. Jadi kerja sama dari semua pihak disegenap
unsur elemen masyarakat turut mengiringi dalam mensosialisasikan berbagai aturan
sekaligus mendukungnya secara proaktif. Jika hal ini terwujud maka dapat diprediksikan
bahwa para pejabat hukum dan pejabat negara mampu menjalankan aksinya apabila
menghadapi masyarakat atau pejabat lain yang melanggar aturan dan moral. Pun, harus
muncul sikap tangung jawab untuk menyampaikan pesan-pesan norma sosial dan pesan
misi agama di masyarakat baik generasi muda maupun generasi tua melalui tanggung
jawab pribadi berupa komitmen untuk berbuat baik (beramar ma’ruf nahi mungkar).
Sebagai masyarakat agamis untuk mengurai masalah itu barangkali kita perlu
mengaktualisasikan konsep dosa disegenap aspek kehidupan. Bahwa dosa adalah segala
perbuatan yang merugikan dan membawa kenestapaan masyarakat secara umum.
Reinterpretasi teologis terhadap konsep dosa sangat diperlukan di tengah merosotnya
penghayatan keagamaan masyarakat kita. Walaupun manusia tidak mampu melepaskan
diri dari eksistensi dosa (fithrah) namun melaui refleksi dan intropeksi si dosa dapat
tersingkirkan. Penghayatan nilai-nilai agama secara utuh dan universal yang disertai
dengan penggalakkan etika sosial dalam masyarakat disamping juga pola pendidikan

52
yang diarahkan pada pembentukan kepribadian yang santun, diharapkan akan
menciptakan konsep pahala di seluruh lapisan masyarakat .
Peranan agama (Islam-red) sangat signikan terhadap bangkitnya moralitas rakyat
Indonesia. Pesan-pesan moral agama mampu memberikan bimbingan dan perhatian
intensif dalam menemukan norma terbaik di kancah kehidupan masyarakat, karena telah
berhasil mengajak masyarakat dalam beramar ma’ruf nahi mungkar, bersemangat untuk
maju, dan membangun Indonesia ke depan yang lebih cerdas dalam berpikir dan
memakmurkan serta mensejahterakan rakyat dengan pembangunan yang adil dan
merata.

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah implementasi ajaran
Islam dalam praktek kehidupan. Akhlak merupakan kecenderungan untuk berbuat, bisa
berbuat baik ataupun buruk. Karakteristik akhlak menjelaskan bahwa penetapan
perbuatan baik/buruk adalah Allah SWT, yang telah dijelaskan dalam wahyu Allah,
bersifat mutlak benar karena berasal dari dzat yang Maha Benar, bersifat abadi dan
mengatur seluruh manusia sebagai ciptaan Allah. Diharapkan manusia selalu berakhlak
baik, faktor pembentuk akhlak baik adalah faktor pendidikan agama, keluarga,
lingkungan, kecerdasan, dan pendidikan.
Akhlak selalu berhubungan dengan etika dan moral, karena ketiganya mempelajari
tentang perbuatan baik/buruk, dan perbedaannya terletak pada karakteristinya.
Karakteristik etika Islam, selalu mengarahkan manusia untuk bebrbuat benar yang sesuai
dengan ajaran Islam sehingga menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, berakhlak
mulia dan peduli pada sesama.Pendangan tentang perbuatan baik/buruk berdasarkan
konsep dalam etika ada lima macam, yakni, aliran hedonisme, pragmatisme, sosialisme,
religiusisme, dan ekonomisme. Sebagai orang Islam, tentunya menganut aliran
religiusisme.

Latihan
Jawablah Pertanyaan Berikut Ini Dengan Tepat Dan Benar !

53
1. Jelaskan pemahaman akhlak secara lengkap dan kaitkan dengan perbuatan baik!
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara akhlak, etika dan moral !.
3. Uraikan faktor pembentuk akhlak dan contohnya !
4. Uraikan karakteristik akhlak dan berikan contohnya !
5. Terangkan pemahaman etika Islam, karakteriktiknya dan contohnya !
6. Sebagai orang Islam, diharapkan menjadi muslim yang beretika Islam,
bagaimanakah caranya ?.
7. Bagaimana cara merubah dari akhlak tidak baik menjadi akhlak baik !.
8. Terangkan pembagian akhlak dan contohnya !.
9. Tulis dalil tentang akhlak kepada Allah, orang tua, dan terhadap manusia yang
lain !.
10. Ada beberapa aliran dalam konsep etika yang berpendapat tentang perbuatan baik
dan buruk !.

54
REFERENSI

Ali, Muh Daud, 2000, Pendidikan Agama Islam, Grafindo, Jakarta.


-----------, 2000, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial Politik, Depag RI,
Jakarta.

Azra, Azyumardi dkk., 2003, Buku Tulis Pendidikan Agama Islam, Dipertais
Jakarta, Depag RI.

Ahmed, Akbar S., 1997, Living Islam, Mizan, Bandung.


Bastaman, Hanna Djumhana, 1995, Integrasi Psikologi dengan Islam, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Depag RI, 1976, Al-Quran dan Terjemahan, PT. Toha Putra, Semarang.
Djamil, Fatkhurrahman, 1997, Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu,
Jakarta.

Dipertais dan PPIM, 1998, Suplemen Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum, Depag RI, Jakarta.

Fazlurrahman, 1994, Islam, Pustaka, Bandung.


Mursato,Riyo, 1993, Realitas Sosial Agama Menurut Peter L. Berger dalam
Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Pres Jakarta.

Nasr, Sayyid Husen, 1981, Islam dalam Cita dan Fakta, , Lapemas, Jakarta.
Noer Ahmad Manshur, 1985, Peranan Moral Dalam Membina Kesadaran
Hukum, Dirjen Bimbaga DEPAG RI, Jakarta.

Rowi, Muhammad Roem, 1997, Al-Quran, Manusia dan Moralitas, Makalah.


Rosyidi, Ikhwan dkk, 1997, Pendidikan Agama Islam (BPKM), Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.

Rais, Amin, 1987, Cakrawala Islam, Mizan, Bandung.


Syari’ati, Ali, 1979, On The Sociology of Islam, Mizan Press, Bandung.
Schuon, Frithjof, 1997, Hakekat Manusia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

55
Al-Syatibi, t. th, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Jilid II, Mesir,: Dar al-Fikr.
Ash-Shiddiqy, Hasbi, 2001, Filsafat Hukum Islam, Semarang : PT. Pustaka Rizki.

Departemen Agama RI, 1989, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV Toha Putra.

Daud Ali, Muhammad, 1997, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Kumpulan
Tulisan),Jakarta, Rajawali Press.

56

Anda mungkin juga menyukai