Anda di halaman 1dari 18

II.

RAGAM RACUN
Bahasan ini menguraikan tentang ragam racun. Setelah mempelajari bahasan ini diharapkan
mampu menjelaskan macam-nacam racun hewan, racun makanan, racun pestisida, narkotika,
racun logam serta menjelaskan berbagai efek yang ditimbulkan oleh berbagai macam racun.
Tujuan khusus mempelajari pokok bahasan ini adalah mampu menjelaskan dengan benar :
 Racun hewan
 Racun makanan
 Racun pestisida
 Narkotika dan obat-obat berbahaya
 Racun logam

Keracunan dapat disebabkan oleh berbagai ragam racun , antara lain :


A. Racun Hewan
1. Bisa Ular
Secara umum ular dikelompokkan menjadi ular berbisa dan ular tidak berbisa.
Ular berbisa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Colubridae dan Viperidae. Ular berbisa
mengandung bisa ular yaitu berupa cairan yang kental. Walaupun bisa ular sudah
mengering tetap masih bersifat racun. Unsur-unsur yang terdapat pada bisa ular adalah :
 Enzim proteolitik. Enzim ini menyebabkan perubahan dari fibrinogen menjadi
fibrin atau kadang-kadang merubah protrombin menjadi trombin. Enzim ini juga
menyebabkan pelepasan histamin yang merusak pembuluh darah sehingga
eritrosit dan serum keluar dari pembuluh darah dan masuk ke jaringan tubuh.
 Fosfatidase. Fosfatidase pada bisa ular menyebabkan hemolisis dan berpengaruh
terhadap sirkulasi darah dan jantung. Pengaruhnya akan meningkat jika pada bisa
ular juga mengandung lecithin.
 Neurotoksin. Unsur ini menyebabkan paralisis otot. Neurotoksin banyak terdapat
pada bisa ular colubridae.
 Enzim-enzim lain : protease, eripsin, cholin esterase.
Gejala yang timbul akibat gigitan ular berbisa dapat bersifat lokal dan umum.
Gejala lokal berupa rasa teerbakar dan bengkak pada bagian tubuh yang terkena bisa
ular. Gejala ini timbul segera setelah digigit ular. Gejala umum terutama tergantung
dari jenis dan banyaknya bisa ular. Gejala utama pada sistem saraf pusat dan sistem
darah.
Gejala gigitan ular golongan Viperidae. Pada tempat gigitan terasa nyeri. Sifat nyeri
berlangsung secara terus menerus dan pada luka terjadi perubahan warna, darah
mengalir terus menerus. Setelah beberapa waktu kemudian timbul gejala muntah-
muntah, dilatasi pupil. Karena bisa ular mengandung faktor-faktor hemolisin, maka
dampak gangguan pada sistem peredaran darah lebih besar dibandingkan dengan
dampaknya pada susunan saraf pusat. Gejalanya berupa perdarahan pada beberapa
tempat. Paralisis otot tidak ada. Kematian terjadi karena gagal ginjal.
Gejala gigitan ular golongan Colubridae. Gejala lokal berupa nyeri seperti terbakar,
bengkak, kemerahan dan paralisis otot. Rasa nyeri berlangsung tidak lama. Gejala
sistemik akan muncul setengah jam kemudian, mual, ingin muntah. Faktor neurotoksik
bisa ular lebih menonjol sehingga dampak terhadap susunan saraf pusat lebih banyak.
Pasien lemas, perlahan-lahan terjadi paralisis pada kelompok otot volunter yaitu pada
otot lidah, bibir dan larynx yang akan berakibat kesulitan berbicara, sulit menelan
kemudian diikuti dengan paralisis otot pernafasan, koma, meninggal. Kematian dapat
terjadi dalam waktu setengah jam tergantung banyaknya bisa ular dan lokasi tempat
gigitan. Dosis fatal 15-20 µg.
Daya toksik bisa ular antara lain :
1. Bersifat hematotoksik.
Bisa ular yang bersifat hematotoksik merupakan bisa ular yang mempunyai efek
racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan sel
darah merah), sehingga sel darah merah hancur dan larut (hemolisis) dan akan keluar
menembus pembuluh darah sehingga menimbulkan perdarahan pada mulut, hidung dll.
2. Bersifat racun terhadap saraf (neurotoksik).
Racun ular bersifat neurotoksik yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan
jaringan saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan sel-sel saraf tersebut mati dengan
tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrosis).
Penyebaran dan pengaruh racun selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat seperti
saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh melalui pembuluh
limfe.
3. Bersifat myotoksin.A
Myotoksin dapat menyebabkan keerusakan otot. Efek myotoksin terutama pada
Ca-ATP-ase/ pompa kalsium dari retikulum sarkoplasma pada sel otot. Efeknya yaitu
menghambat pompa kalsium.
Pompa Kalsium. Konsentrasi ion kalsium dalam retikulum sarkoplasma lebih
tinggi dari pada dalam sitosol sel otot. Adanya gelombang depolarisasi akibat rangsang
pada sel otot akan berjalan sepanjang sarkolemma dan masuk ke sel-sel otot melewati
tubulus transversus. Ketika gelombang depolarisasi mencapai retikulum sarkoplasma
cadangan kalsium pada retikulum sarkoplasma dilepaskan melalui Ca-channel. Setelah
gelombang depolarisasi berkurang, ion Ca bergerak melawan gradien konsentrasi
kembali ke retikulum sarkoplasma. Energi untuk gerakan kalsium ini dengan hidrolisis
ATP. Penggabungan Ca++-ATP ase kemudian menghasilkan energi. Energi untuk pompa
Ca++ melawan gradien konsentrasi masuk ke retikulum sarkoplasma (relaksasi).
Penghambatan pompa kalsium menyebabkan peningkatan Ca++ myoplasma. Peningkatan
Ca++ myoplasma menyebabkan degenerasi serabut otot.
Myotoksin adalah protein dengan 42 asam amino terdiri dari 3 ikatan disulfida
dan tidak ada kelompok sulfihidril bebas. Myotoksin berkonjugasi dengan horseradish
peroksidase. Pada mikroskop elektron HRP-myotoksin terikat secara spesifik pada
retikulum sarkoplasmik otot skelet. Sedangkan organella lain dari otot bebas dari HRP-
myotoksin. 5 µg myotoksin yang diinjeksikan pada tikus. 6jam, 12 jam, 24 jam, 48 jam,
72 jam setelah injeksi dilihat peningkatan myonekrosis pada otot skelet. Pada 6 jam, 12
jam, terbentuk sedikit vacuola pada fascicle otot. Setelah 24 jam setengah dari fascicle
otot berisi vacuola. Setelah 48 jam dan 72 jam terjadi peningkatan jumlah sel otot yang
mengalami nekrosis, dilatasi retikulum sarkoplasma.

2. Bisa laba-laba

Sebagian besar laba-laba mempunyai racun, tetapi sebagian kecil saja dari racun
laba-laba yang dapat menembus kulit. Aksi bisa laba-laba tergantung pada jenis dan
macamnya : Laba-laba hitam (latrodectus mactans) dan laba-laba coklat (Latrodectus
reclasa) bersifat racun neurotoksik yang dapat menyebabkan kolik, tremor (gemetaran).

3. Bisa lebah

Bisa lebah pada lebah vulgaris mengandung kinins, 5-hydroxytrypatmine,


histamin yang menyebabkan rasa sakit lokal dan pembengkaan. Lebah penghasil madu
mempunyai daya kerja lebih bersifat hemolitik/ menghancurkan sel darah merah,
hemorrhage/ perdarahan dan racun terhadap saraf.
B. Racun Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok, karena didalamnya mengandung nutrisi yang
dibutuhkan tubuh. Masalah yang sering dihadapi adalah terjadinya keracunan makanan.
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesui untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Kerusakan yang dapat menyebabkan kerugian timbul
sebagai akibat ulah mikroorganisme terhadap bahan makanan. Proses pembusukan
merupakan proses awal dari akibat mikroorganisme pada bahan makanan yang
mempengaruhi langsung tidak hanya pada nilai gizinya tetapi juga pada nilai keseluruhan
dari bahan makanan tersebut. Bahaya karena keracunan makanan tergantung pada bentuk,
sifat dan jenis makanan, jenis dan aktivitas mikroorganisme.
Selain karena mikroorganisme, keracunan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan
makanan sendiri yang beracun, yang digunakan atau ditambahkan pada waktu mengolah
makanan. Keracunan makanan dapat terjadi karena :
a. Tumbuhan Beracun
Keracunan karena mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan yang
beracun biasanya tidak menimbulkan akibat yang serius. Keracunan teerjadi disebabkan
oleh zat-zat yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, antara lain bermacam-macam
senyawa, antara lain : alkaloid, senyawa glikosida, resin, fitotoksin, oksalat dll. Senyawa
yang potensial dapat menimbulkan keracunan mungkin tersebar di seluruh bagian
tanaman. Contoh tumbuhan beracun antara lain :
1. Singkong. Jenis singkong yang besar, ubi dan daunnya mengandung zat amydalin
yang sewaktu-waktu cyanidanya dapat dibebaskan dari ikatannya dan menimbulkan
keracunan cyanida. Asam cyanida menghambat sistem sitokrom oksidase untuk
mengangkut oksigen dalam sel-sel darah. Gejala keracunan berupa : mual, muntah,
sukar bernafas.
2. Jengkol. Biji jengkol sebenarnya tidak mengandung racun. Hanya karena dapat
terjadi kristalisasi asam jengkolat dalam saluran ekskresi, maka dapat menyumbat
saluran ekskresi. Asam jengkolat sukar larut dalam air dingin. Asam jengkolat terdiri
dari asam amino yang mengandung zat belerang.
3. Cendawan. Cendawan yang tumbuh liar potensial sebagai cendawan beracun.
Cendawan beracun biasanya mempunyai bentuk dan warna yang mencolok. Cendawan
beracun antara lain mengandung senyawa monometilhidrazin yang menghalangi reaksi
enzim yang berkaitan dengan piridoksal phosphat, senyawa coprine yang memblokade
enzim asetaldehid dehidrogenase, senyawa muskarin yang mempunyai efek kolinergik
perifer.
4. Biji jarak. Kulitnya tidak beracun tetapi bijinya yang beracun. Jika biji jarak ditelan
bersama kulitnya, kulit ini tidak larut sehingga tidak menimbulkan keracunan. Bahan
aktif pada biji jarak adalah sejenis glikoprotein yaitu ricin. Ricin menyebabkan
aglutinasi sel darah merah disertai hemolisis dan kerusakan sel darah merah.
5. Papaver somniferum. Bunganya mengandung opium. Kurang lebih mengandung 25
jenis alkaloid. Kandungan opium antara lain : Turunan fenantren yaitu morfin, kodein;
Turunan benzel isokuinolin antara lain : papaverin, noskapin. Morfin adalah unsur yang
paling banyak dalam opium. Secara farmakologis morfin menekan korteks otak, pusat
pernafasan, pusat batuk. Morfin merangsang pusat muntah, nervus vagus, saraf spinalis.
Efek morfin paling menonjol adalah efek analgesik. Kodein juga mempunyai efek
analgesik yang kuat.
Keracunan akut terjadi setengah jam setelah masuknya racun. Gejala terdiri dari tiga
tahap : Tahap eksitasi, dimana terjadi perasaan tenang, aktifitas fisik dan mental
meningkat, tahap stupor terjadi beberapa menit sampai beberapa jam berupa depresi,
sakit kepala, lelah, pusing, mengantuk; tahap koma.
b. Makanan yang mengandung racun/toksin
- Eksotoksin : Toksin yang diproduksi dan dikeluarkan oleh mikroorganisme yang masih
hidup.
Keracunan yang disebabkan eksotoksin dapat terjadi karena makanan yang diproses
kurang sempurna sehingga clostridium botulinum dan sporanya masih dapat tumbuh.
Makanan tersebut antara lain: daging, sayuir-sayuran, buah-buahan.
Botulisme merupakan keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri. Clostridium
botulinum dapat hidup an-aerobik dan berbentuk spora. Racun botulinum merupakan
racun yang sangat kuat terhadap saraf. Pada manusia menimbulkan gejala sukar menelan,
kelumpuhan kelopak mata, kelumpuhan anggota badan. Racun fatal pada dosis 5 gr.
- Enterotoksin : Adalah toksin yang spesifik pada lapisan mukosa usus.
Keracunan yang disebabkan makanan yang mengandung enterotoksin yang
dihasilkan bakteri Stafilokokus, Clostridium perfringens, Bacilus cereus. Pencemaran
terjadi karena makanan dibiarkan terbuka/ spora yang masih ada tumbuh kembali.
Makanan yang tercemar antara lain : daging, produk ikan, susu, telur. Gejala yang
timbul : dehidrasi, diare, mual, sakit perut.
- Toksoflavin dan asam bongkrek.
Tempe bongkrek adalah sejenis bahan makanan yang dibuat dari ampas (bungkil)
kelapa yang telah diperas santannya. Bahan makanan tersebut cara pembuatannya
melalui fermentasi dengan menggunakan kapang/ ragi Rhizopus oligosporus. Dalam
proses pembuatannya dapat menghasilkan asam bongkrek yang menimbulkan
cendawan yang menghasilkan racun toksoflavin (demikian juga oncom yang
menimbulkan cendawan Aspergillus flavus yang menghasilkan aflatoksin).
Asam bongkrek dan toksoflavin merupakan racun kuat yang mempunyai aksi
menghambat/ sebagai inhibitor terhadap enzim mitokondria dan mengganggu
fosforilasi oksidatif, menghambat pemecahan karbohidrat dan lemak, serta
menghambat pembentukan ATP sehingga akan mengganggu metabolisme glikogen
yang menyebabkan kadar glukosa darah menurun (hipoglikemia).
Sifat racun asam bongkrek dan toksoflavin tahan terhadap panas (termostabil)
sampai 117 oC. Oleh karena itu racun tempe bongkrek tidak bisa hilang walau dimasak/
digoreng. Racunnya tetap aktif.
- Mycotoksin ( Racun jamur )
Keracunan yang disebabkan mycotoksin biasanya terjadi setelah makanan yang
ditumbuhi jamur dan biasanya pada makanan basi. Mycotoksin mempengaruhi berbagai
sistem dalam tubuh : hepatotoksisitas, efek pada traktus digestivus, hematopoietik,
nephrotoksik, neurotoksik, pneumotoksisitas, teratogenesis, mutagenesis,
karsinogenesitas.
Hepatotoksisitas. Mycotoksin yang sangat berperan dalam menyebabkan
hepatotoksisitas adalah aflatoksin. Pada keadaan kronis dapat menyebabkan kanker,
karena aflatoksin bersifat karsinogenik. Gejala keracunan aflatoksin: berat badan
menurun, penurunan produksi susu dan telur, reduksi motilitas pada rumen, penurunan
reproduksi. Pada manusia : Muntah, sakit perut, edema paru-paru, nekrosis hati.
Mycotoksin lain yang menyebabkan hepatotoksik adalah rubratoksin, misalnya dari
Penicillium rubrum, Penicillium purpurogenan. Pnomopsin adalah produk jamur
patogen (Phomopsis leptostromiformis) yang menyerang hepar menyebabkan ikterus
khususnya pada domba.
Efek pada traktus digestivus. Toksin utama adalah Trichothecenes dapat menyebabkan
berbagai efek pada hewan. Trichothecenes bersifat sitotoksik dapat menyebabkan
terjadinya nekrosis pada mulut, traktus digestivus. Gejala keracunan berupa :
penurunan berat badan, diare dengan perdarahan, dermatitis, nekrosis epitelial.
Nephrotoksisitas. Ochratoksin adalah mycotoksin yang pada hewan berpengaruh
terhadap ginjal/ nephritis dan berhubungan dengan sistem ekskresi. Gejala keracunan :
Konsumsi air berlebihan, pengeluaran urin terus menerus, depresi, penurunan konsumsi
pakan. Contoh tanaman penghasil ochratoksin adalah :Aspergillus ochraceus,
Penicillium viridicatum.
Inefisiensi reproduksi. Zearolenone adalah metabolit estrogenik pada spesies fusarium
tertentu. Diet konsentrasi 50 – 100 ppm zearolenone mempengaruhi siklus estrus,
konsepsi, ovulasi, implantasi. Gangguan pada fetus ukurannya kecil.
Neurotoksin. Fumonisis pada Fusarium moniliforme, Fusarium proliferatum bersifat
neurotoksin. Keracunan pada susunan saraf pusat ditandai dengan paralisis fascial.
C. RACUN PESTISIDA
Pestisida adalah zat untuk membunuh dan mengendalikan hama. Hama yang paling
sering ditemukan adalah serangga. Serangga merusak berbagai tumbuhan dan hasil pertanian,
sehingga insektisida yang merupakan pestisida yang digunakan secara luas untuk melindungi
berbagai produk pertanian. Jumlah senyawa kimia yang yang digunakan sebagai pestisida
kurang lebih 900 macam. Berdasarkan tujuan penggunaannya pestisida dapat digolongkan
dalam : Insektisida (digunakan untuk memberantas serangga), rodentisida (untuk
memberantas binatang pengerat ), herbisida (untuk memberantas semak-semak/ tanaman
pengganggu), fungisida (untuk memberantas jamur), bakterisida (untuk memberantas
bakteri).
Insektisida. Berdasarkan pada struktur kimianya, insektisida dapat dikelompokkan menjadi :
Insektisida golongan organoklorin dan insektisida Inhibitor kolinesterase. Insektisida
Inhibitor kolinesterase dibedakan menjadi golongan organofosfat dan golongan karbamat.

1. Insektisida golongan Organoklorin


Insektisida golongan organoklorin masih banyak digunakan, meskipun beberapa
diantaranya telah dilarang beredar, misalnya endrin. Penggunaan pestisida organoklorin
makin berkurang karena penggunaannya dalam waktu yang lama residunya persisten
dalam tanah, jaringan tanaman dan pada tubuh hewan. Akumulasi terutama dalam
jaringan lemak.
Insektisida organoklorin meliputi klordran, heptaklor, endrin, aldrin, dieldrin,
heksaklorosikloheksan merupakan insektisida polisiklik yang mengandung klor. Senyawa
ini larut dalam lemak dan tidak larut dalam air. Aldrin stabil selama 1 – 2 minggu setelah
digunakan, sedangkan yang lain dapat berbulan-bulan sampai setahun atau lebih. Sebagai
insektisida tersedia sebagai insektisida tunggal atau campuran dalam bentuk serbuk atau
larut dalam pelarut organik. Dosis letal aldrin pada manusia 1,5 – 3 gram; DDT 10 – 20
gram, Dieldrin 1,5 – 3 gram.
DDT (Dichlor Dephenyl Trichloretan) merupakan salah satu insektisida
organoklorin. DDT dihasilkan dari kondensasi antara monochlorobenzen dan chloral.
DDT mempunyai sifat : Titik didih 107 oC – 108 oC, sukar larut dalam air tetapi mudah
larut dalam larutan organik seperti lemak, minyak tanah, benzena dll. DDT merupakan
bahan insektisida yang mempunyai daya toksik yang kuat sekali dan efektif membasmi
serangga bila diberikan dengan jumlah yang cukup banyak.
DDT pengaruhnya terhadap manusia juga cukup membahayakan kesehatan.
Bahaya bagi manusia terutama jika diabsorpsi melalui kulit dan terjadi akumulasi dalam
tubuh. Keracunan insektisida organoklorin ini dapat melalui mulut, inhalasi dan kulit.
DDT mampu bertahan dan cenderung disimpan dalam timbunan lemak. Bioakumulasi
DDT cukup lama dalam lemak tubuh. Pada tikus waktu paruh biologisnya 6 – 12 bulan.

DDT bersifat lipolitik, oleh karena itu terdapat pada cairan tubuh yang berlemak
termasuk susu. DDT dapat menginduksi hepatoma pada mencit. DDT menginduksi
pembesaran hati dan nekrosis sentrolobuler. Zat-zat tersebut juga menginduksi
monooksigenase mikrosom sehingga dapat mempengaruhi toksisitas zat lain. Pada
burung dapat meningkatkan metabolisme estrogen. Gangguan hormon ini akan
berpengaruh pada sistem reproduksi.
Keracunan DDT tidak hanya disebabkan daya toksik DDT itu sendiri, tetapi
larutan yang dipakai dapat pula menjadi penyebab beratnya tingkat keracunan, misalnya
pada kulit dapat menimbulkan bintik-bintik yang terasa gatal. Sifat racun DDT terutama
berpengaruh terhadap SSP. Gejala keracunan akut berupa hiperaktif, tremor, kejang-
kejang, kelumpuhan pada otot lengan dan tungkai, menginduksi fasilitasi dan
hipereksitasi pada pertautan sinaps dan pertautan neuromuskuler yang mengakibatkan
perangsangan berulang pada neuron pusat, neuron sensorik dan neuron motorik. DDT
sangat sensitif terhadap jantung yang pengaruhnya membentuk endogen epinephrin yang
menimbulkan gejala ventriculer febrilasi yaitu gerak jantung menjadi kacau akibat terjadi
peregangan otot-otot jantung. Kematian dapat terjadi karena depresi pernafasan.
Keracunan dapat diperberat oleh pelarutnya yang umumnya minyak tanah, karena
minyak tanah meningkatkan absorpsi organoklorin melalui oral maupun melalui kulit.
Gejala keracunan kronis berupa : sakit kepala, pusing, insomnia, nausea.
2. Insektisida Inhibitor Kolinesterase
Pestisida inhibitor kolinesterase umumnya digunakan dalam bidang pertanian
untuk memberantas/ mengendalikan serangga bertubuh lunak. Termasuk insektisida
inhibitor kolinesterase adalah golongan organofosfat dan golongan karbamat. Toksisitas
insektisida dari kedua golongan tersebut sangat bervariasi.
Insektisida organofosfat dan karbamat menghambat asetilkolin esterase. Biasanya
neurotransmitter asetilkolin dilepaskan pada sinaps tersebut. Sekali impuls disalurkan,
asetilkolin yang dilepas dihidrolisis oleh enzim asetilkolin esterase menjadi asam asetat
dan kolin ditempat tersebut. Sewaktu terpejan insektisida organofosfat dan karbamat,
enzim asetilkolin esterase dihambat, sehingga terjadi akumulasi asetilkolin. Asetilkolin
yang ditimbun dalam susunan saraf pusat akan menginduksi tremor, inkoordinasi, kejang-
kejang dll. Dalam sistem saraf otonom akumulasi ini akan menyebabkan diare, urinasi
tanpa sadar, bronkontriksi dll. Akumulasinya pada pertautan neuromuskuler akan
mengakibatkan kontraksi otot yang diikuti dengan kelemahan, hilangnya refleks dan
paralisis.
a. Insektisida golongan organofosfat
Golongan organofosfat makin banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang
menguntungkan. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah dan
tidak dapat menyebabkan resistensi pada serangga., kerjanya cepat dan mudah terurai.
Keracunan dapat terjadi melalui mulut, inhalasi, kulit.
Golongan organofosfat bekerja menghambat asetilkolin esterase,
mengakibatkan akumulasi asetilkolin. Asetilkolin yang berlebihan menyebabkan
berbagai gejala. Beratnya gejala kurang lebih berkorelasi dengan tingkat
penghambatan kolinesterase dalam darah.
Termasuk golongan organofosfat antara lain parathion dan diklorvos.
Parathion (0,0-diethyl-o-p-Nitrophynil thiophosphate). Dari hasil percobaan pada
binatang, dosis yang menimbulkan gejala keracunan kira-kira 10 mg – 20 mg. Dosis
minimal yang akut bagi orang dewasa 3mg – 4 mg/kg berat badan.
Parathion maupun golongan persenyawaannya dikenal sebagai racun yang
mempunyai aksi memblokir / menghambat kerja enzim kolinesterase dalam seluruh
jaringan tubuh, sehingga menyebabkan akumulasi asethylkolin dalam jaringan-
jaringan tubuh yang bila dalam konsentrasi rendah menimbulkan rangsangan dan
dalam konsentrasi tinggi dapat dapat menyebabkan kelumpuhan.
Cepat/ lambatnya timbul gejala keracunan tergantung pula pada jumlah bahan
serta jalan masuknya ke dalam tubuh, misalnya gejala pada alat pernafasan pertama
timbul sewaktu menghirup parathion dalam eksposisi inhalasi. Sedangkan pengaruh
terhadap alat pencernaan bila tertelan atau terminum. Gejala eksposisi kulit dapat
timbul sebelum terlihat gejala keracunan sistemik, ditandai dengan munculnya
keringat pada kulit setempat dan atau tanpa timbulnya erythema/ iritasi pada kulit.
Pada selaput lendir saluran pernafasan akan terjadi bronchospasm (kejang bronchi)
dan edema paru-paru (berisi cairan). Kematian biasanya karena kegagalan bernafas
akibat kelumpuhan saraf sentral.

b. Insektisida golongan karbamat.

Kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Zat ini juga


menghambat enzim asetilkolin esterase. Jika terjadi keracunan yang disebabkan
karbamat gejalanya sama seperti pada keracunan organofosfat tetapi lebih mendadak
dan tidak lama karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten,
pengaruhnya terhadap enzim tersebut jauh lebih reversibel daripada efek
organofosfat. Meskipun gejala keracunan cepat hilang, tetapi karena muncul
mendadak dan menghebat dengan cepat maka dapat berakibat fatal jika tidak segera
mendapat pertolongan karena depresi pernafasan.

Rodentisida. Termasuk rodentisida antara lain :


- Walfarin : adalah suatu antikoagilan yang bekerjanya sebagai anti metabolit vitamin K,
dengan demikian menghambat pembentukan protrombin.
- Fluoroasetat : Keracunan akut pada manusia dapat terjadi melalui mulut, inhalasi.
Sedangkan keracunan kronis tidak terjadi. Dosis fatal 50 – 100 mg.
Gejala klinik : dalam beberapa menit sampai 4 – 5 jam dimulai dengan muntah, konvulsi
detak jantung dan nafas tak teratur, depresi pernafasan, koma. Kematian karena gagal
pernafasan diakibatkan edema paru-paru.
Herbisida. Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan relatif rendah, mis :
senyawa klorofenoksi, herbisida bipiridil.
Fungisida. Senyawa merkuri, misalnya : metil dan etil merkuri merupakan fungisida yang
sangat efektif untuk mengawetkan butir-butir padi.
D. NARKOTIKA & OBAT-OBAT BERBAHAYA
Istilah narkotika berasal dari kata yunani “nacosis” yang berarti tak sadarkan diri.
Semula zat ini digunakan bagi tiap zat yang mengakibatkan tidur, kemudian digunakan untuk
obat analgetika. Berdasarkan Undanng-undang no 9 tahun 1996 tentang narkotika, yang
dimaksud dengan narkotika adalah zat baik alamiah maupun sintesis apabila penggunaannya
dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kehilangan rasa dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Yang termasuk dalam narkotika alamiah antara lain :
a. Opium, yang diperoleh dari getah tanaman Papaver sominiverum.
b. Kokain yang berasal dari tanaman Koka dari semua genus Erytroxylon.
c. Ganja yang bersal dari tanaman ganja dari genus Cannabis termasuk biji dan buahnya.
Ganja mengandung tetrahydrocannabiol. Dalam tetrahydrocannabiol terdapat efek
halusinogen.
Morfin merupakan alkaloid dari opium dengan rumus kimia C 17 H19 NO3. Heroin
merupakan hasil konversi dari opium melalui proses pengolahan dilaboratorium, yaitu
produksi lanjutan dari morfin setelah melalui proses asetilasi, pemanasan dan penyulingan.
Opium merupakan bahan baku untuk untuk pembuatan morfin, heroin, codein. Heroin
khasiatnya lebih kuat daripada morfin. Kegunaannya tidak mempunyai nilai medis.
Golongan narkotika. Pengaruh berbahaya obat-obat narkotika alamiah maupun sintetis
tergantung pada sifat-sifat dan cara kerjanya obat tersebut. Narkotika dibedakan dalam 3
golongan :
1. Narkotika golongan stimulan. Yang termasuk golongan stimulan adalah obat-obat
narkotika yang bersifat menimbulkan rangsangan terhadap otak dan saraf atau disebut
juga obat perangsang. Obat perangsang dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a. Golongan Amphetamine. Amphetamine dikenal sebagai obat perangsang yang
bekerja meningkatkan kesigapan, menghilangkan rasa letih, menghilangkan depresi
ringan pada perasaan, menimbulkan perasaan kondisi jasmani segar. Pada bidang
kedokteran dipakai sebagai obat menghilangkan schock pada saat operasi,
memperbaiki kestabilan tekanan darah waktu operasi.
b. Golongan anti depressant. Mempunyai kemampuan mengubah keadaan dan dapat
memperbaiki keadaan depresi.
Bahaya penyalahgunaan pemakaian narkotika berpengaruh buruk terhadap terhadap
organ-organ dalam tubuh manusia yaitu pada sel-sel atau organ-organ dalam otak yang
berakibat mengalami kemunduran daya pikir, pelupa, lemah ingatan.
- Pengaruh pada susunan saraf baik susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer akan
terganggu. Pengaruh terhadap saraf saraf adalah timbulnya halusinasi yaitu terjadi salah
pengamatan panca indera yang tidak sesuai dengan objek, misalnya berjalan di jalan
yang ramai lalu lintas seolah-olah berjalan ditempat sepi.
- Pengaruh terhadap jantung. Meningkatkan kerja jantung, meningkatkan denyut jantung
disebabkan adanya penyempitan pembuluh darah.
- Terhadap pencernaan terutama kerusakan fungsi hati
- Bahaya ketagihan dan ketergantungan. Secara fisik merasa fungsi tubuh tidak sempurna
bila pemakaian dihentikan.
2. Narkotika golongan depressant. Mempunyai efek yang menimbulkan depresi. Obat-
obat tersebut bekerja mempengaruhi otak dan saraf sentral.
3. Narkotika golongan halusinogen. Menimbulkan halusinasi. Dalam keadaan halusinasi
korban akan mengalami kehilangan persepsi tentang dirinya, tentang waktu da, bentuk.
Terjadi perubahan sensasi yaitu perubahan perasaan, penglihatan, kesadaran .
Keracunan alkohol. Alkohol yang diperdagangkam terdiri dari : metanol, etanol, butanol.
Dalam proses pembuatan metanol dihasilkan arang, asam asetat dan aseton. Etanol dan ethyl
alkohol dibuat dari bahan pati. Etanol mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap dan
larut dalam air. Etanol dibuat dengan jalan fermentasi gula dengan menggunakan mikroba
seperti Sacharomyces. Alkohol dapat diabsorpsi melalui semua jalan masuk termasuk saluran
pernafasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk ke usus (diminum) dan diserap oleh
usus halus. Kurang dari 10 % diekskresikan melalui urin dan dikeluarkan juga melalui napas
(udara). Alkohol didistribusikan ke jaringan-jaringa tubuh dan kemudian dimetabolisme
menjadi acetaldehyde, acetic acid dan akhirnya menjadi carbon dioksida (CO 2). Metabolisme
tersebut terjadi di hati, ginjal, paru-paru dan otot. Metabolisme atas reaksi-reaksi dan
perubahan-perubahan energi dalam sel-sel tubuh kira-kira 8 gr per jam. Pengaruh alkohol
terhadap tubuh tergantung pada keseimbangan antara yang masuk dan penggantian zat
(metabolisme dalam tubuh. Dalam dosis rendah dapat menyebabkan korban lemah. Dalam
dosis tinggi : rasa mual (nausea), vertigo, kadar asam (asidosis) dalam tubuh meningkat,
sesak napas. Kematian disebabkan konsentrasi etanol dalam darah mencapai 0.5 %.
E. LOGAM.
Logam ditemukan secara luas dipermukaan bumi. Umumnya logam-logam ditemukan
dalam bentu
Golongan organofosfat makin banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang
menguntungkan. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah dan
tidak dapat menyebabkan resistensi pada serangga., kerjanya cepat dan mudah terurai.
Keracunan dapat terjadi melalui mulut, inhalasi, kulit.
Golongan organofosfat bekerja menghambat asetilkolin esterase,
mengakibatkan akumulasi asetilkolin. Asetilkolin yang berlebihan menyebabkan
berbagai gejala. Beratnya gejala kurang lebih berkorelasi dengan tingkat
penghambatan kolinesterase dalam darah.
Termasuk golongan organofosfat antara lain parathion dan diklorvos.
Parathion (0,0-diethyl-o-p-Nitrophynil thiophosphate). Dari hasil percobaan pada
binatang, dosis yang menimbulkan gejala keracunan kira-kira 10 mg – 20 mg. Dosis
minimal yang akut bagi orang dewasa 3mg – 4 mg/kg berat badan.
Parathion maupun golongan persenyawaannya dikenal sebagai racun yang
mempunyai aksi memblokir / menghambat kerja enzim kolinesterase dalam seluruh
jaringan tubuh, sehingga menyebabkan akumulasi asethylkolin dalam jaringan-
jaringan tubuh yang bila dalam konsentrasi rendah menimbulkan rangsangan dan
dalam konsentrasi tinggi dapat dapat menyebabkan kelumpuhan.
Cepat/ lambatnya timbul gejala keracunan tergantung pula pada jumlah bahan
serta jalan masuknya ke dalam tubuh, misalnya gejala pada alat pernafasan pertama
timbul sewaktu menghirup parathion dalam eksposisi inhalasi. Sedangkan pengaruh
terhadap alat pencernaan bila tertelan atau terminum. Gejala eksposisi kulit dapat
timbul sebelum terlihat gejala keracunan sistemik, ditandai dengan munculnya
keringat pada kulit setempat dan atau tanpa timbulnya erythema/ iritasi pada kulit.
Pada selaput lendir saluran pernafasan akan terjadi bronchospasm (kejang bronchi)
dan edema paru-paru (berisi cairan). Kematian biasanya karena kegagalan bernafas
akibat kelumpuhan saraf sentral.

b. Insektisida golongan karbamat.

Kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Zat ini juga


menghambat enzim asetilkolin esterase. Jika terjadi keracunan yang disebabkan
karbamat gejalanya sama seperti pada keracunan organofosfat tetapi lebih mendadak
dan tidak lama karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten,
pengaruhnya terhadap enzim tersebut jauh lebih reversibel daripada efek
organofosfat. Meskipun gejala keracunan cepat hilang, tetapi karena muncul
mendadak dan menghebat dengan cepat maka dapat berakibat fatal jika tidak segera
mendapat pertolongan karena depresi pernafasan.

Rodentisida. Termasuk rodentisida antara lain :


- Walfarin : adalah suatu antikoagilan yang bekerjanya sebagai anti metabolit vitamin K,
dengan demikian menghambat pembentukan protrombin.
- Fluoroasetat : Keracunan akut pada manusia dapat terjadi melalui mulut, inhalasi.
Sedangkan keracunan kronis tidak terjadi. Dosis fatal 50 – 100 mg.
Gejala klinik : dalam beberapa menit sampai 4 – 5 jam dimulai dengan muntah, konvulsi
detak jantung dan nafas tak teratur, depresi pernafasan, koma. Kematian karena gagal
pernafasan diakibatkan edema paru-paru.
Herbisida. Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan relatif rendah, mis :
senyawa klorofenoksi, herbisida bipiridil.
Fungisida. Senyawa merkuri, misalnya : metil dan etil merkuri merupakan fungisida yang
sangat efektif untuk mengawetkan butir-butir padi.
D. NARKOTIKA & OBAT-OBAT BERBAHAYA
Istilah narkotika berasal dari kata yunani “nacosis” yang berarti tak sadarkan diri.
Semula zat ini digunakan bagi tiap zat yang mengakibatkan tidur, kemudian digunakan untuk
obat analgetika. Berdasarkan Undanng-undang no 9 tahun 1996 tentang narkotika, yang
dimaksud dengan narkotika adalah zat baik alamiah maupun sintesis apabila penggunaannya
dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kehilangan rasa dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Yang termasuk dalam narkotika alamiah antara lain :
d. Opium, yang diperoleh dari getah tanaman Papaver sominiverum.
e. Kokain yang berasal dari tanaman Koka dari semua genus Erytroxylon.
f. Ganja yang bersal dari tanaman ganja dari genus Cannabis termasuk biji dan buahnya.
Ganja mengandung tetrahydrocannabiol. Dalam tetrahydrocannabiol terdapat efek
halusinogen.
Morfin merupakan alkaloid dari opium dengan rumus kimia C 17 H19 NO3. Heroin
merupakan hasil konversi dari opium melalui proses pengolahan dilaboratorium, yaitu
produksi lanjutan dari morfin setelah melalui proses asetilasi, pemanasan dan penyulingan.
Opium merupakan bahan baku untuk untuk pembuatan morfin, heroin, codein. Heroin
khasiatnya lebih kuat daripada morfin. Kegunaannya tidak mempunyai nilai medis.
Golongan narkotika. Pengaruh berbahaya obat-obat narkotika alamiah maupun sintetis
tergantung pada sifat-sifat dan cara kerjanya obat tersebut. Narkotika dibedakan dalam 3
golongan :
4. Narkotika golongan stimulan. Yang termasuk golongan stimulan adalah obat-obat
narkotika yang bersifat menimbulkan rangsangan terhadap otak dan saraf atau disebut
juga obat perangsang. Obat perangsang dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a. Golongan Amphetamine. Amphetamine dikenal sebagai obat perangsang yang
bekerja meningkatkan kesigapan, menghilangkan rasa letih, menghilangkan depresi
ringan pada perasaan, menimbulkan perasaan kondisi jasmani segar. Pada bidang
kedokteran dipakai sebagai obat menghilangkan schock pada saat operasi,
memperbaiki kestabilan tekanan darah waktu operasi.
b. Golongan anti depressant. Mempunyai kemampuan mengubah keadaan dan dapat
memperbaiki keadaan depresi.
Bahaya penyalahgunaan pemakaian narkotika berpengaruh buruk terhadap terhadap
organ-organ dalam tubuh manusia yaitu pada sel-sel atau organ-organ dalam otak yang
berakibat mengalami kemunduran daya pikir, pelupa, lemah ingatan.
- Pengaruh pada susunan saraf baik susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer akan
terganggu. Pengaruh terhadap saraf saraf adalah timbulnya halusinasi yaitu terjadi salah
pengamatan panca indera yang tidak sesuai dengan objek, misalnya berjalan di jalan
yang ramai lalu lintas seolah-olah berjalan ditempat sepi.
- Pengaruh terhadap jantung. Meningkatkan kerja jantung, meningkatkan denyut jantung
disebabkan adanya penyempitan pembuluh darah.
- Terhadap pencernaan terutama kerusakan fungsi hati
- Bahaya ketagihan dan ketergantungan. Secara fisik merasa fungsi tubuh tidak sempurna
bila pemakaian dihentikan.
5. Narkotika golongan depressant. Mempunyai efek yang menimbulkan depresi. Obat-
obat tersebut bekerja mempengaruhi otak dan saraf sentral.
6. Narkotika golongan halusinogen. Menimbulkan halusinasi. Dalam keadaan halusinasi
korban akan mengalami kehilangan persepsi tentang dirinya, tentang waktu da, bentuk.
Terjadi perubahan sensasi yaitu perubahan perasaan, penglihatan, kesadaran .
Keracunan alkohol. Alkohol yang diperdagangkam terdiri dari : metanol, etanol, butanol.
Dalam proses pembuatan metanol dihasilkan arang, asam asetat dan aseton. Etanol dan ethyl
alkohol dibuat dari bahan pati. Etanol mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap dan
larut dalam air. Etanol dibuat dengan jalan fermentasi gula dengan menggunakan mikroba
seperti Sacharomyces. Alkohol dapat diabsorpsi melalui semua jalan masuk termasuk saluran
pernafasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk ke usus (diminum) dan diserap oleh
usus halus. Kurang dari 10 % diekskresikan melalui urin dan dikeluarkan juga melalui napas
(udara). Alkohol didistribusikan ke jaringan-jaringa tubuh dan kemudian dimetabolisme
menjadi acetaldehyde, acetic acid dan akhirnya menjadi carbon dioksida (CO 2). Metabolisme
tersebut terjadi di hati, ginjal, paru-paru dan otot. Metabolisme atas reaksi-reaksi dan
perubahan-perubahan energi dalam sel-sel tubuh kira-kira 8 gr per jam. Pengaruh alkohol
terhadap tubuh tergantung pada keseimbangan antara yang masuk dan penggantian zat
(metabolisme dalam tubuh. Dalam dosis rendah dapat menyebabkan korban lemah. Dalam
dosis tinggi : rasa mual (nausea), vertigo, kadar asam (asidosis) dalam tubuh meningkat,
sesak napas. Kematian disebabkan konsentrasi etanol dalam darah mencapai 0.5 %.
E. LOGAM.
Logam ditemukan secara luas dipermukaan bumi. Umumnya logam-logam ditemukan
dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain dan sangat jarang yang ditemukan dalam
bentuk elemen tunggal. Pada batu-batuan logam ditemukan sebagai bagian dari mineral. Pada
perairan umumnya ada dalam bentuk ion-ion baik sebagai pasangan ion atau dalam bentuk
ion-ion tunggal. Sedangkan pada atmosfir logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana
unsur-unsur logam tersebut ikut beterbangan dengan debu yang ada di atmosfir. Bentuk
kimia logam dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis akibat aktivitas manusia.
Toksisitasnya dapat berubah bila bentuk kimianya berubah.
Pada umumnya logam bermanfaat bagi manusia, baik dibidang industri maupun
pertanian, misalnya untuk pembuatan peralatan, mesin dsbnya. Dalam bidang-bidang tersebut
hasil buangannya sering masih mengandung unsur-unsur atau senyawa logam berat. Adapula
logam-logam yang penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh.
Adanya perbedaan tersebut kemudian dikenal dengan istilah logam berat dan logam yang
dibutuhkan oleh organisme.
Logam berat dengan logam-logam lain perbedaannya terletak pada pengaruh yang
ditimbulkan bila logam tersebut berikatan dan masuk ke dalam tubuh organisme hidup.
Logam berat biasanya menimbulkan efek meracuni tubuh makhluk hidup, sebagai contoh :
kadmium (Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg) dll. Namun demikian meskipun semua logam berat
dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk hidup, sebagian dari logam-logam berat
tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut berada dalam jumlah yang
sangat sedikit, tetapi bila kebutuhan dalam jumlah yang sangat kecil terssebut tidak terpenuhi
maka dapat berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup. Karena tingkat kebutuhan sangat
dipentingkan maka logam-logam tersebut juga dinamakan sebagai logam-logam/ mineral-
mineral esensial tubuh. Tetapi jika jumlah dari logam esensial ini masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah berlebih maka akan berubah fungsi menjadi zat racun bagi tubuh. Contoh
logam berat esensial adalah Tembaga (Cu), Seng (Zn), nikel (Ni) dll.

Soal latihan
1. Sebutkan substansi pada bisa ular yang bersifat racun
2. Apa yang dimaksud dengan racun yang bersifat hematotoksik dan sebutkan (2) jenis ular
yang mempunyai racun bersifat hematotoksik.
3. Jelaskan mengapa sering terjadi keracunan setelah mengkonsumsi tempe bongkrek.
4. Bagaimana sifat racun insektisida golongan organofasfat dan jelaskan bagaimana kerja
racun tersebut.
5. Cu merupakan logam esensial tetapi dalam jumlah tertentu dapat bersifat racun. Jelaskan.

Anda mungkin juga menyukai