Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ERIC OCKI ARDINATA

NIM : 24020117130094

Tugas Mata kuliah EKOLOGI TERESTRIAL yang dibimbing oleh Dr. Mochamad Hadi ,M.si.

STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG SEMARANG -


APRIL 2020

Lokasi Hutan Kota Lokasi Hutan Kampus


Jenis Dominansi Jenis Dominansi
NO Nama Spesies
Ni DI (%) Ni DI (%) Englerment-
Englerment-Jorgensen Jorgensen
1 Ardeola speciosa 1 0,6622517 TD – SR 5 2,873563 SD - R
2 Passer montanus 10 6,6225166 D – SD 14 8,045977 D - SD
3 Orthotomus sutorius 3 1,986755 TD – R 2 1,149425 TD - R
4 Orthotomus sepium 5 3,3112583 SD – SD 7 4,022989 SD - SD
Streptopilia
5 14 20
chinensis 9,2715232 D – SD 11,49425 D-D
Lonchura
6 9 12
leucogastra 5,9602649 D - SD 6,896552 D - SD
7 Lonchura punctulata 7 4,6357616 SD – SD 11 6,321839 D - SD
8 Lonchura maja 5 3,3112583 SD – SD 6 3,448276 SD - SD
9 Nectarinia jugularis 10 6,6225166 D – SD 8 4,597701 SD - SD
10 Aethopyga siparaja 2 1,3245033 TD – R 1 0,574713 TD - SR
Artamus
11 4 5
leucorhynchus 2,6490066 SD – R 2,873563 SD - R
12 Ardea cinerea 3 1,986755 TD – R 2 1,149425 TD - R
Pycnonotus
13 20 20
aurigaster 13,245033 D–D 11,49425 D-D
14 Lanius schah 9 5,9602649 D – SD 8 4,597701 SD - SD
15 Geopilia striata 2 1,3245033 TD – R 5 2,873563 SD - R
16 Prinia familiaris 15 9,9337748 D – SD 18 10,34483 D-D
Amaurornis
17 5 2
phoenicurus 3,3112583 SD – SD 1,149425 TD - R
18 Hirundo tahitica 17 11,258278 D–D 15 8,62069 D - SD
19 Halcyon chloris 4 2,6490066 SD – R 4 2,298851 SD - R
20 Alcedo caerulescens 2 1,3245033 TD – R 3 1,724138 TD - R
21 Pycnonotus goaivier 4 2,6490066 SD – R 6 3,448276 SD - SD
               
Jumlah (N) 151 100%   174 100%  
Tabel 1. Perhitungan Indeks Kemelimpahan Struktur Komunitas Burung pada Dua Lokasi
Berbeda

Nilai Kelimpahan jenis digunakan untuk mengetahui kemelimpahan beserta pemusatan


dan penyebaran jenis-jenisnya. Hasil suatu data dapat dianalisis secara deskriptif seberapa besar
indeks kemelimpahannya melalui metode ini. Indeks ini pada umumnya digunakan untuk
mengetahui banyaknya dominansi suatu spesies yang ditunjukkan dengan prosentase. Jika
dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan
sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi
akan rendah. Dominansi tersebut mencakup adanya pertumbuhan maupun perkembangan
speseies tertentu secara terus menerus dan berkelanjutan yang tidak ada habisnya. Semakin
tinggi nilai dominansi suatu wilayah menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman nya kecil.
Tingginya dominansi suatu spesies dapat disimpulkan pula bahwa spesies tersebut sudah adaptif
terhadap lingkungannya.

Hasil nilai IKR spesies burung pada tabel menunjukkan bahwa burung dengan spesies
Pycnonotus aurigaster memiliki nilai kemelimpahan tertinggi yaitu 13,24% pada lokasi Hutan
Kota dan 11,49% pada Hutan Kampus. Hal ini dikarenakan karena adanya kecocokan dalam
ketersediaan pakan serta kemampuan burung untuk memilih habitat. Menurut Wiens (1992)
menyatakan bahwa ketersediaan pakan dalam suatu tipe habitat merupakan salah satu faktor
utama bagi kehadiran populasi burung. Hal ini juga berkaitan dengan adanya kemampuan burung
untuk memilih habitat yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya untuk kebutuhan hidupnya.
Kemelimpahan jenis juga dipengaruhi oleh sifat burung yang suka hidup berkelompok dalam
mencari makan. Menurut Mackinnon(1998) mengatakan bahwa kemelimpahan suatu spesies
disebabkan oleh kondisi habitat yang cukup rapat seperti hutan sekunder serta perilaku ekologis
burung yang lebih suka beraktivitas secara berkelompok.

Tabel 2. Perhitungan Indeks Keanekaragaman Jenis, Indeks Persebaran, dan Indeks


Kesamaan pada Struktur Komunitas Burung di Dua Lokasi Berbeda

Jumlah Individu
NO Nama Spesies Lokasi Hutan
Lokasi Hutan Kota
Kampus
1 Ardeola speciosa 1 5
2 Passer montanus 10 14
3 Orthotomus sutorius 3 2
4 Orthotomus sepium 5 7
5 Streptopilia chinensis 14 20
6 Lonchura leucogastra 9 12
7 Lonchura punctulata 7 11
8 Lonchura maja 5 6
9 Nectarinia jugularis 10 8
10 Aethopyga siparaja 2 1
11 Artamus leucorhynchus 4 5
12 Ardea cinerea 3 2
13 Pycnonotus aurigaster 20 20
14 Lanius schah 9 8
15 Geopilia striata 2 5
16 Prinia familiaris 15 18
17 Amaurornis phoenicurus 5 2
18 Hirundo tahitica 17 15
19 Halcyon chloris 4 4
20 Alcedo caerulescens 2 3
21 Pycnonotus goaivier 4 6
Jumlah Jenis (S) 21 21
Jumlah Individu (N) 151 174
Indeks Keanekagaman SW (H') 2,789481154 2,796099659
Indeks Persebaran ( e ) 0,916229462 0,918403367
Indeks Kesamaan (IS) 1 1
H MAX 3,044522438

Tabel 2 menunjukkan adanya beberapa parameter dari data hasil pengamatan jumlah individu
tiap spesies pada dua lokasi yang berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan adanya 21 spesies
yang sama dari lokasi Hutan Kota dan Hutan Kampus, namun memiliki jumlah individu yang
berbeda. Beberapa parameter yang ditunjukkan yaitu Indeks Keragaman Shannon wiener, indeks
persebaran, dan indeks kesamaan.

Keanekaragaman tumbuhan dapat dianalisis dengan menggunakan indeks


keanekaragaman Shannon-Wiener yang diperoleh dengan parameter kekayaan jenis dan proporsi
kelimpahan masing-masing jenis di suatu habitat. Indeks ini merupakan salah satu yang paling
sederhana dan banyak dipergunakan untuk mengukur indeks diversitas. Indeks Shanon-Wienner
dapat dipergunakan untuk membandingkan kestabilan lingkungan dari suatu ekosistem. Rata-rata
ini naik dengan naiknya jumlah species dan distribusi individu antara species-species
menjadisama/merata dengan kata lain nilai akan menjadi tinggi apabila keanekaragamannya
semakin banyak. Keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh faktor sebaran individu beserta
kecocokan dengan kondisi lingkungannya. Hal ini sesuai dengan Alikondra (2002) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi nilai keanekaragaman jenis (H’) adalah kondisi lingkungan,
jumlah jenis dan sebaran individu pada masing-masing jenis. Nilai indeks keanekaragaman jenis
(H’) burung pada dua lokasi tersebut termasuk dalam kategori sedang, dimana pada lokasi Hutan
Kota menunjukkan 2,789481154 dan Hutan Kampus 0,918403367. Nilai tersebut menjelaskan
bahwa di kawasan tersebut memiliki produktivitas cukup, kondisi ekosistem seimbang, serta
tekanan ekologis yang sedang.

Indeks kemerataan jenis (e’) digunakan untuk menilai kemantapan atau kestabilan jenis
dalam suatu komunitas , kemantapan indeks tersebut dapat dilihat pada penyebaran spesiesnya,
semakin menyebarnya spesies maka semakin stabil. Penyebaran burung di kawasan tersebut
memiliki indeks sebesar 0,916229462 pada lokasi Hutan Kota dan 0,918403367 pada lokasi Hutan
Kampus. Hasil tersebut dapat dikatakan stabil karena nilai indeks kemerataan jenis (E) burung
yang nilainya mendekati 1. Menurut Partasasmita (1998) menjelaskan nilai indeks kemerataan
berkisar antara 0-1. Apabila nilai E mendekati 0 berarti kemerataan antar spesies rendah,
sedangkan apabila nilai E mendekati 1 maka distribusi antar spesies relatif seragam. Indeks
tergolong tinggi mencirikan bahwa persebaran merata, tidk ada dominansi suatu jenis, dan
peluang hidup merata / sama.Penyebaran burung yang cukup merata di kawasan tersebut
disebabkan oleh vegetasi penyusun habitat yang mendukung bagi kelangsungan hidup berbagai
jenis burung disana. Partasasmita (1998) mengatakan bahwa berbagai tipe hutan, seperti hutan
primer, hutan sekunder maupun lahan terbuka/semak belukar merupakan habitat bagi beragam
jenis burung. Beberapa jenis burung bahkan menggunakan berbagai tipe habitat tersebut untuk
mencari makan, reproduksi, dan menjaga kelangsungan hidupnya.

Indeks kesamaan jenis merupakan indeks perhitungan yang digunakan untuk mengetahui
kesamaan jenis antar dua komunitas contoh yang berbeda. Indeks ini dapat pula disebut sebagai
indeks kemiripan. Semakin besar nilai indeks kesamaan komunitas (S), maka kesamaan jenis
kedua komunitas yang dibandingkan semakin seragam komposisi jenisnya. Komunitas yang
sama dilihat dengan terdapatnya jenis yang sama pada dua habitat yang diperbandingkan.
Berdasarkan dari data hasil pengamatan menunjukkan bahwa indeks kesamaan jenis dari dua
lokasi menunjukkan angka 1, dimana komposisinya jenisnya sama 100%. Menurut Magurran
(1988) dalam Kartono (2006) Indeks Kesamaan ini akan memiliki nilai sama dengan 1 apabila
terdapat kesamaan secara penuh atau jika serangkaian spesies dari kedua komunitas yang
dibandingkan identik. Untuk menghitung Nilai Indeks digunakan data perjumpaan langsung dan
tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Kartono, Agus P. 2006. Diktat Kuliah Ekologi Kuantitatif. Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata. Tidak diterbitkan
MacKinnon J., K. Phillips, dan B.V. Balen. 1998. Panduan Lapangan Burungburung di
Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Jakarta: Puslitbang BiologiLIPI.

Partasasmita, R. 1998. Ekologi Makan Burung Betet, Psittacula alexandri (L.) di Kawasan
Kampus IPB Darmaga. Bogor : IPB Press

Wiens, J. A. 1992. The Ecology of Bird Communitie. Foundations and Patterns. Cambridge :
University Press. 241-374

Anda mungkin juga menyukai