Anda di halaman 1dari 40

Snake Bite (Gigitan Ular)

Kelompok 4

Kelompok Siluman Ular


Fiqi Ramadhan
Tatag Hardiyanto
Nila Ayu Soraya
Fahmi
Chairul Anwar

Neneng Kudsiah
Ayu Megawati

Anatomi Ular
Memiliki > 1 pasang gigi yang membesar pada
rahang atas berupa taring
Kalenjar bisa : dikelilingi otot kompresor, terletak
dibelakang bawah mata
Saluran bisa membuka kedalam pembungkus
pada dasar taring bisa dialirkan ke ujung melalui
kanal

Jenis Ular
Familli
Colubridae,
kebanyakan ular berbisa
masuk dalam famili ini,
misalnya ular pohon, ular sapi
(Zaocys carinatus ), ular tali
(Dendrelaphis pictus), ular
tikus atau ular jali (Ptyas
korros), dan ular serasah
(Sibynophis geminatus). Pada
umumnya
bisa
yang
dihasilkannya bersifat lemah.

Famili
Elapidae
memiliki
taring pendek dan tegak
permanen
misalnya
ular
cabai (Maticora intestinalis),
ular
weling
(Bungarus
candidus), ular sendok (Naja
sumatrana ), dan ular king
kobra (Ophiophagus hannah
), ular welang, ular anang
dan ular cabai

Familli Crotalidae/ Viperidae memiliki taring panjang


yang secara normal dapat dilipat ke bagian rahang
atas, tetapi dapat ditegakkan bila sedang menyerang
mangsanya. Ada dua subfamili pada Viperidae, yaitu
Viperinae dan Crotalinae . Crotalinae memiliki organ
untuk mendeteksi mangsa berdarah panas (pit organ),
yang terletak di antara lubang hidung dan
mata.misalnya adalah ular bandotan (Vipera russelli ),
ular tanah (Calloselasma rhodostoma ), dan ular
bangkai laut (Trimeresurus albolabris ), ular hijau dan ular
bandotan puspo.

Bisa Ular
Bisa Ular Bisa adalah suatu zat atau substansi yang
berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus
juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa
tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang
dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang
mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar
ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi
kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri
atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan
campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki
aktivitas enzimatik

Komposisi Bisa Ular


Enzim prokoagulan (Viperidae) dapat menstimulasi pembekuan darah
namun dapat pula menyebabkan darah tidak dapat berkoagulasi. Bisa
dari ular Russel mengandung beberapa prokoagulan yang berbeda dan
mengaktivasi langkah berbeda dari kaskade pembekuan darah.
Akibatnya adalah terbentuknya fibrin di aliran darah. Sebagian besar
dapat dipecah secara langsung oleh sistem fibrinolitik tubuh. Segera, dan
terkadang antara 30 menit setelah gigitan, tingkat faktor pembekuan
darah menjadi sangat rendah (koagulopati konsumtif) sehingga darah
tidak dapat membeku.
Haemorrhagins (zinc metalloproteinase) dapat merusak endotel yang
meliputi pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan sistemik spontan
(spontaneous systemic haemorrhage).

Racun sitolitik atau nekrotik mencerna hidrolase (enzim proteolitik dan


fosfolipase A) racun polipentida dan faktor lainnya yang meningkatkan
permeabilitas membran sel dan menyebabkan pembengkakan setempat.
Racun ini juga dapat menghancurkan membran sel dan jaringan.
Phospholipase A2 haemolitik and myolitik ennzim ini dapat menghancurkan
membran sel, endotel, otot lurik, syaraf serta sel darah merah.
Phospolipase A 2 Neurotoxin pre- synaptik (Elapidae dan beberapa Viperidae)
merupakan phospholipases A2 yang merusak ujung syaraf, pada awalnya
melepaskan transmiter asetilkolin lalu meningkatkan pelepasannya.
Post-synaptic neurotoxins (Elapidae) polipeptida ini bersaing dengan
asetilkolin untuk mendapat reseptor di neuromuscular junction dan
menyebabkan paralisis yang mirip seperti paralisis kuraonium

Definisi Snake Bite


Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan
oleh gigitan ular berbisa. Bisa ular adalah kumpulan dari
terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang
luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem
multiorgan,
terutama
neurologik,
kardiovaskuler,
dan sistem pernapasan. (Suzanne Smaltzer.2001)
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat
yang
apabila
tidak
segera
ditanganidapat
menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah
pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular (Sartono
1999)

Etiologi
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae,
dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal,
seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan
perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang
tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi
dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic) Bisa ular
yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah
dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah
merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin)
dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan
timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain

Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic) Yaitu bisa ular


yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel
saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringanjaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda
kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan
melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf
pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh
tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.

Bisa ular yang bersifat Myotoksin. Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering


berhubungan dengan maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan
kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
Bisa ular yang bersifat kardiotoksin, Merusak serat-serat otot jantung yang
menimbulkan kerusakan otot jantung.
Bisa ular yang bersifat cytotoksin. Dengan melepaskan histamin dan zat
vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
Bisa ular yang bersifat cytolitik Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan
dan nekrose di jaringan pada tempat gigitan.

Enzim-enzim Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran


bisa.

Patofisiologi
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata.
Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di
rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada
rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung
pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir, derajat ancaman yang
dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang hidung ular merespon panas
yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular untuk mengubahubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan. (Brian James. 2006)
Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih pendek.
Hal ini menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
menyuntikan bisa dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit
lebih dekat dan lebih mirip mengunyah daripada menyerang seperti
dikenal pada ular jenis viper. (Brian James. 2006)

Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah untuk


mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar
bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada bisa menginformasikan kekuatan
destruktifnya. Bisa ular terdiri dari bermacam polipeptida yaitu fosfolipase
A, hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease,
fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase. Enzim ini menyebabkan destruksi
jaringan lokal, bersifat toksik terhadap saraf, menyebabkan hemolisis, atau
pelepasan histamin sehingga timbul reaksi anafilaksis. (Snakebite, 2005)

Protease, kolagenase, dan arginin ester hydrolase telah diidentifikasi pada


bisa ular viper. Neurotoxin merupakan mayoritas bisa pada ular koral. Detail
spesifik diketahui beberapa enzim seperti berikut ini:
hyaluronidase memungkinkan bisa dapat cepat menyebar melalui
jaringan subkutan dengan merusak mukopolisakarida;
phospholipase A2 memainkan peranan penting pada hemolisis sekunder
dari efek esterolitik pada membran eritrosit dan menyebabkan nekrosis
otot; dan
enzim trombogenik menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin yang lemah,
dimana, pada waktunya mengaktivasi plasmin dan menyebabkan
koagulopati konsumtif dan konsekuensi hemoragiknya.

Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu menyebabkan


perbedaan envenomasi. Gigitan copperhead secara umum terbatas pada
destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan
menyebabkan toksisitas sistemik. Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil
yang kemudian dapat muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade
neuromuscular sistemik. Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan
potensi kerusakan sistemik dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah
perdarahan; koagulopati bukanlah hal yang aneh pada envenomasi yang
hebat. Efek lain, edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler dan cairan
interstisial di paru. Mekanisme pulmonal dapat terpengaruh secara signifikan.
Efek terakhir, kematian sel lokal, meningkatkan konsentrasi asam laktat
sekunder terhadap perubahan status volume dan membutuhkan peningkatan
ventilasi per menit. Efek-efek blokade neuromuskuler berakibat pada lemahnya
ekskursi diafragmatik. Gagal jantung merupakan akibat dari hipotensi dan
asidosis. Myonekrosis meningkatkan kejadian kerusakan adrenal myoglobinuria.
(Brian James. 2006)

Variasi derajat toksisitas juga membuat bisa ular dapat berguna untuk
membunuh mangsa. Selama envenomasi (gigitan yang menginjeksikan bisa
atau racun), bisa ular melewati kelenjar bisa melalui sebuah duktus menuju
taring ular, dan akhirnya menuju mangsanya. Bisa ular merupakan kombinasi
berbagai substansi dengan efek yang bervariasi.
Dalam istilah sederhana, protein-protein ini dapat dibagi menjadi 4 kategori :

Cytotoxin menyebabkan kerusakan jaringan lokal.


Hemotoxin, bisa yang menghancurkan eritrosit, atau mempengaruhi
kemampuan darah untuk berkoagulasi, menyebabkan perdarahan internal.
Neurotoxin menyerang sistem syaraf, menyebabkan paralisis transmisi saraf ke
otot dan pada kasus terburuk paralisis melibatkan otot-otot menelan dan
pernafasan.
Cardiotoxin berefek buruk langsung pada jantung dan mengarah pada
kegagalan sirkulasi dan syok

Racun yang merusak jaringan menyebabkan nekrosis jaringan yang luas


dan hemolisis. Gejala dan tanda yang menonjol berupa nyeri yang hebat
yang tidak sebanding dengan besar luka, udem, eritema, petekie,
ekimosis, bula, dan tenda nekrosis jaringan. Dapat terjadi perdarahan di
peritoneum atau pericardium, udem paru, dan syok berat karena efek
racun langsung pada otot jantung. Ular berbisa yang terkenal di Indonesia
adalah ular kobra dan ular welang yang bisanya bersifat neurotoksik.
Gejala dan tanda yang timbul akibat bisa jenis ini adalah rasa kesemutan,
lemas, mual, salivasi, dan muntah. Pada pemeriksaan ditemukan ptosis,
refleks abnormal, dan sesak nafas sampai akhirnya terjadi henti nafas
akibat kelumpuhan otot pernafasan. (Snakebite, 2005)

Pathway Terlampir ke Word

Manifestasi
1. Ular jenis Neurotoksik
Ular yang tergolong berbisa neurotoksik ialah keluarga Epiladae yaitu: ular
kobra, ular kraits, dan ular karang.
Gejala yang ditimbulkan :
Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan kelemahan seluruh badan dan
berakhir dengan syok
Sakit kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran terganggu sehingga tidak sadar
Otot tidak terkordinasi, sehingga tidak dapat mengambil atau memindahkan
benda kecil

Sesak nafas karena terjadi kelumpuhan pernapasan


Mual, muntah dan mencret

2. Ular jenis Hemolitik


Ular jenis hemolitik termasuk dalam keluarga Krotaluidae, sering disebut juga keluarga pit
viper yaitu Rattelesnaker (crotalus), ular Copperhead (Angkis-Trodon), pit viper sendiri
mengandung beberapa prokoagulan yang mengaktifasi kaskade pembekuan darah
Gejala yang ditimbulkan

Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak hebat dan terjadi
ganggren. Hal ini disebabkan ular itu selalu mengeluarkan racun dan enzim proteolitik
Sakit yang hebat di daerah gigitan
Daerah yang dihancurkan menembus dinding pembuluh lalu berkumpul di jaringan
sekitarnya

Sakit kepala hebat dan haus


Terjadinya perdarahan dalam usus dan ginjal sehingga terjadi melena dan hematuria.

Efek yang ditimbulkan akibat gigitan ular


dapat dibagi 3;
Efek local
Beberapa spesies seperti coral snakes, krait akan memberikan efek yang
agak sulit di diteksi dan hanya bersifat minor tetapi beberapa spesies,
gigitanya dapat menghasilkan efek yang cukup besar seperti : bengkak,
melepuh, perdarahan, memar sampai dengan nekrosis. Yang mesti
diwaspadai adalah terjadinya syok hipovolemik sekunder yang diakibatkan
oleh berpindahnya cairan vaskuler ke jaringan akibat efek sistemik bisa ular
tersebut.
Efek sistemik
Gigitan ular ini akan menghasilkan efek yang non-spesifik seperti : nyeri
kepala, mual dan muntah, nyeri perut, diare sampai pasien menjadi
kolaps. Gelayang ditemukan seperti ini sebagai tanda bahaya bagi
petugas kesehatan untuk memberi pertolongan segera

Efek sistemik spesifik


Efek sistemik spesifik dapat dibagi berdasarkan :

Koagulopati

beberapa spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopati. Tanda-tanda klinis yang dapat
ditemukan adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan, venipuncture dari gusi dan
bila berkembang akan menimbulkan hematuria, haematomesis, melena dan batuk darah.

Neurotoksik

Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini biasanya berbahaya bila terjadi
paralisis pada pernafasan. Biasanya tanda-tanda yang pertama kali dijumpai adalah pada syaraf
kranial seperti ptosis, oftalmoplegia progresif bila tidak mendapatkan anti venom akan terjadi
kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasanya full paralysis akan memakan waktu
+12 jam , pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam setelah gigitan.

Miotoksisitas

Miotoksisitas hanya akan ditemukan bila seseorang diserang atau digigit oleh ular laut. Ular yang
berada didaratan biasanya tidak ada yang menyebabkan terjadinya miotoksisitas berat. Gejala
dan tanda adalah : nyeri otot, tenderness, mioglobinuria dan berpotensi untuk terjadinya gagal
ginjal, hyperkalemia dan kardiotoksisitas.

Derajat gigitan Ular


1. Derajat 0
Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
Pembengkakan minimal, diameter 1 cm
2. Derajat 1
Bekas gigitan 2 taring
Bengkak dengan diameter 1-5 cm
Tidak ada tanda tanda sistemik sampai 12 jam

3. Derajat II
Sama dengan derajat I
Petechie, echimosis
Nyeri hebat dalam 12 jam
4. Derajat III
Sama dengan derajat I dan II
Syok dan distress nafas/petechie, echimosis seluruh tubuh

5. Derajat IV
Sangat cepat memburuk

Pertolongan pertama
Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit
dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka
habis.
Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat
ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan
imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan
daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran
bisa.
Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat
ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini
semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan
mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.

Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat
aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi
pergerakan dari area yang tergigit.
Monitor tanda-tanda vital korban temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan
tekanan darah jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktuwaktu menjadi membutuhkan intubasi.

Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa.
Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke
fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa).
Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang
signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa
serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular ular masih
dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). (MedlinePlus Medical
Encyclopedia , 2006) Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala
inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.

Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat


darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika
memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga
menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari
atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi
kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit

Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek
mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi
dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid
Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke
bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan
kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan
tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi
juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.

Sejumlah teknik pertolongan pertama yang lama telah ditinggalkan.


Penemuan klinik terbaru mendukung hal-hal berikut (MedlinePlus Medical
Encyclopedia , 2006) :
a. Jangan mencoba menghisap bisa dengan mulut dan memotong sisi gigitan.
Memotong sisi yang tergigit dapat merusak organ yang mendasarinya,
meningkatkan resiko infeksi, dan tidak membuang racun.
b. Jangan gunakan es atau kompres dingin pada sisi gigitan. Es tidak
mendeaktivasi bisa dan dapat menyebabkan radang dingin.
c. Jangan menggunakan kejutan listrik. Kejutan listrik tidak efektif dan dapat
menyebabkan luka bakar atau masalah elektrik pada jantun

d. Jangan gunakan alkohol. Alkohol dapat menghilangkan sakit, tapi juga


membuat pembuluh darah lokal berdilatasi, dimana dapat meningkatkan absorpsi
bisa.

Jangan menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal ini tidak terbukti efektif,
dapat meningkatkan kerusakan jaringan, dan dapat menyebabkan keharusan amputasi
Jangan mengangkat sisi gigitan di atas tinggi jantung korban.
Manajemen di Rumah Sakit Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan
mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan
pucat, perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam
nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal tube
dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas. Korban dengan syok
membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan
aliran darah ke organ-organ vital. (Brian James. 2006)
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi
menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan
air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu,
mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.

Pengobatan
Terapi yang dianjurkan meliputi:
a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar +
10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari
ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban
seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah
tidak terganggu.
Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan
pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan
nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan
resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock
perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat
terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan
ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.

d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan


toksoid maka diberikan satu dosis toksoid tetanus.
e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
f. Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat
mati/panik.
g. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas
protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum
kuda.

Indikasi SABU(Serum Anti Bisa Ular) adalah adanya gejala venerasi sistemik
dan edema hebat pada bagian luka. Pedoman terapi SABU mengacu pada
Schwartz dan Way (Depkes, 2001):
Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika
derajat meningkat maka diberikan SABU
Derajat II: 3-4 vial SABU
Derajat III: 5-15 vial SABU
Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU

Pengobatan suportif terdiri dari infus NaCl, plasma, atau darah, dan
pemberian vasopresor untuk menanggulangi syok. Mungkin perlu diberikan
fibrinogen untuk memperbaiki kerusakan sistem pembekuan. Dianjurkan
juga pemberian kortikosteroid. (Snakebite, 2005)
Bila terjadi kelumpuhan pernafasan dilakukan intubasi, dilanjutkan dengan
memasang respirator untuk ventilasi. Bila terjadi pembengkakan hebat
biasanya perlu dilakukan fasiotomi untuk mencegah sindrom
kompartemen. Bila perlu, dilakukan upaya untuk mengatasi faal ginjal.
Nekrotomi dikerjakan bila telah nampak jelas batas kematian jaringan,
kemudian dilanjutkan dengan cangkok kulit. Bila ragu-ragu mengenai jenis
ularnya, sebaiknya penderita diamati selama 48 jam karena kadang efek
keracunan bisa timbul lambat. Gigitan ular tak berbisa tidak memerlukan
pertolongan khusus, kecuali pencegahan infeksi. (Snakebite, 2005)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Penghitungan jumlah sel-sel darah
Prothrombin time dan activated partial thromboplastin time.
Fibrinogen dan produk-produk pemisahan darah
Tipe dan jenis golongan darah
Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN, kreatinin
Urinalisis untuk myoglobinuria
Analisa gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik
Studi Imaging

Radiografi thoraks pada pasien dengan edema pulmoner


Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal

Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit
viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.
Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat
terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh
mereka yang lebih kecil. (MedlinePlus Medical Encyclopedia , 2006)
Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Tanda kelemahan, vertigo, nadi cepat,lemah dan tak teratur,
pembengkakan, dan perubahan warna yang hebat didaerah gigitan
penting diperhatikan untuk menduga adanya efek keracunan yang lanjut.
Kemungkinan relaps yang berbahaya timbul 3 hari setelah gigitan.
Efek keracunan yang timbul dapat sangat berat sehingga sedapat
mungkin penderita memperoleh perawatan intensif di rumah sakit.

Asuhan Keperawatan Terlampir

Pertanyaan
Ginggi kelompok 1 :
1. tindakan menghisap bekas gigitan ular ?
2. penanganan pertama ?
Laela kelompok 2
1. Waktu 1x24 jam apakah efektif waktunya ?
Velyane kelompok 3
1. Indikasi pemasangan EET ?

2. Anti dofum atau menangani simptomatik

Anda mungkin juga menyukai