Kelompok 4
Neneng Kudsiah
Ayu Megawati
Anatomi Ular
Memiliki > 1 pasang gigi yang membesar pada
rahang atas berupa taring
Kalenjar bisa : dikelilingi otot kompresor, terletak
dibelakang bawah mata
Saluran bisa membuka kedalam pembungkus
pada dasar taring bisa dialirkan ke ujung melalui
kanal
Jenis Ular
Familli
Colubridae,
kebanyakan ular berbisa
masuk dalam famili ini,
misalnya ular pohon, ular sapi
(Zaocys carinatus ), ular tali
(Dendrelaphis pictus), ular
tikus atau ular jali (Ptyas
korros), dan ular serasah
(Sibynophis geminatus). Pada
umumnya
bisa
yang
dihasilkannya bersifat lemah.
Famili
Elapidae
memiliki
taring pendek dan tegak
permanen
misalnya
ular
cabai (Maticora intestinalis),
ular
weling
(Bungarus
candidus), ular sendok (Naja
sumatrana ), dan ular king
kobra (Ophiophagus hannah
), ular welang, ular anang
dan ular cabai
Bisa Ular
Bisa Ular Bisa adalah suatu zat atau substansi yang
berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus
juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa
tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang
dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang
mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar
ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi
kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri
atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan
campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki
aktivitas enzimatik
Etiologi
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae,
dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal,
seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan
perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang
tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi
dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic) Bisa ular
yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah
dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah
merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin)
dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan
timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain
Patofisiologi
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata.
Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di
rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada
rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung
pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir, derajat ancaman yang
dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang hidung ular merespon panas
yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular untuk mengubahubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan. (Brian James. 2006)
Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih pendek.
Hal ini menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
menyuntikan bisa dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit
lebih dekat dan lebih mirip mengunyah daripada menyerang seperti
dikenal pada ular jenis viper. (Brian James. 2006)
Variasi derajat toksisitas juga membuat bisa ular dapat berguna untuk
membunuh mangsa. Selama envenomasi (gigitan yang menginjeksikan bisa
atau racun), bisa ular melewati kelenjar bisa melalui sebuah duktus menuju
taring ular, dan akhirnya menuju mangsanya. Bisa ular merupakan kombinasi
berbagai substansi dengan efek yang bervariasi.
Dalam istilah sederhana, protein-protein ini dapat dibagi menjadi 4 kategori :
Manifestasi
1. Ular jenis Neurotoksik
Ular yang tergolong berbisa neurotoksik ialah keluarga Epiladae yaitu: ular
kobra, ular kraits, dan ular karang.
Gejala yang ditimbulkan :
Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan kelemahan seluruh badan dan
berakhir dengan syok
Sakit kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran terganggu sehingga tidak sadar
Otot tidak terkordinasi, sehingga tidak dapat mengambil atau memindahkan
benda kecil
Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak hebat dan terjadi
ganggren. Hal ini disebabkan ular itu selalu mengeluarkan racun dan enzim proteolitik
Sakit yang hebat di daerah gigitan
Daerah yang dihancurkan menembus dinding pembuluh lalu berkumpul di jaringan
sekitarnya
Koagulopati
beberapa spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopati. Tanda-tanda klinis yang dapat
ditemukan adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan, venipuncture dari gusi dan
bila berkembang akan menimbulkan hematuria, haematomesis, melena dan batuk darah.
Neurotoksik
Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini biasanya berbahaya bila terjadi
paralisis pada pernafasan. Biasanya tanda-tanda yang pertama kali dijumpai adalah pada syaraf
kranial seperti ptosis, oftalmoplegia progresif bila tidak mendapatkan anti venom akan terjadi
kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasanya full paralysis akan memakan waktu
+12 jam , pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam setelah gigitan.
Miotoksisitas
Miotoksisitas hanya akan ditemukan bila seseorang diserang atau digigit oleh ular laut. Ular yang
berada didaratan biasanya tidak ada yang menyebabkan terjadinya miotoksisitas berat. Gejala
dan tanda adalah : nyeri otot, tenderness, mioglobinuria dan berpotensi untuk terjadinya gagal
ginjal, hyperkalemia dan kardiotoksisitas.
3. Derajat II
Sama dengan derajat I
Petechie, echimosis
Nyeri hebat dalam 12 jam
4. Derajat III
Sama dengan derajat I dan II
Syok dan distress nafas/petechie, echimosis seluruh tubuh
5. Derajat IV
Sangat cepat memburuk
Pertolongan pertama
Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit
dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka
habis.
Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat
ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan
imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan
daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran
bisa.
Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk
penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa
keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat
ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini
semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan
mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat
aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi
pergerakan dari area yang tergigit.
Monitor tanda-tanda vital korban temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan
tekanan darah jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktuwaktu menjadi membutuhkan intubasi.
Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit
kemungkinan berbisa.
Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke
fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa).
Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang
signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa
serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular ular masih
dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). (MedlinePlus Medical
Encyclopedia , 2006) Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala
inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek
mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi
dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid
Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke
bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan
kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan
tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini
membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi
juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.
Jangan menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal ini tidak terbukti efektif,
dapat meningkatkan kerusakan jaringan, dan dapat menyebabkan keharusan amputasi
Jangan mengangkat sisi gigitan di atas tinggi jantung korban.
Manajemen di Rumah Sakit Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan
mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan
pucat, perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam
nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal tube
dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas. Korban dengan syok
membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan
aliran darah ke organ-organ vital. (Brian James. 2006)
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi
menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan
air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu,
mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
Pengobatan
Terapi yang dianjurkan meliputi:
a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar +
10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari
ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban
seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah
tidak terganggu.
Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan
pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan
nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan
resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock
perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat
terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan
ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
Indikasi SABU(Serum Anti Bisa Ular) adalah adanya gejala venerasi sistemik
dan edema hebat pada bagian luka. Pedoman terapi SABU mengacu pada
Schwartz dan Way (Depkes, 2001):
Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika
derajat meningkat maka diberikan SABU
Derajat II: 3-4 vial SABU
Derajat III: 5-15 vial SABU
Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU
Pengobatan suportif terdiri dari infus NaCl, plasma, atau darah, dan
pemberian vasopresor untuk menanggulangi syok. Mungkin perlu diberikan
fibrinogen untuk memperbaiki kerusakan sistem pembekuan. Dianjurkan
juga pemberian kortikosteroid. (Snakebite, 2005)
Bila terjadi kelumpuhan pernafasan dilakukan intubasi, dilanjutkan dengan
memasang respirator untuk ventilasi. Bila terjadi pembengkakan hebat
biasanya perlu dilakukan fasiotomi untuk mencegah sindrom
kompartemen. Bila perlu, dilakukan upaya untuk mengatasi faal ginjal.
Nekrotomi dikerjakan bila telah nampak jelas batas kematian jaringan,
kemudian dilanjutkan dengan cangkok kulit. Bila ragu-ragu mengenai jenis
ularnya, sebaiknya penderita diamati selama 48 jam karena kadang efek
keracunan bisa timbul lambat. Gigitan ular tak berbisa tidak memerlukan
pertolongan khusus, kecuali pencegahan infeksi. (Snakebite, 2005)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Penghitungan jumlah sel-sel darah
Prothrombin time dan activated partial thromboplastin time.
Fibrinogen dan produk-produk pemisahan darah
Tipe dan jenis golongan darah
Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN, kreatinin
Urinalisis untuk myoglobinuria
Analisa gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik
Studi Imaging
Komplikasi
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit
viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.
Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat
terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh
mereka yang lebih kecil. (MedlinePlus Medical Encyclopedia , 2006)
Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Tanda kelemahan, vertigo, nadi cepat,lemah dan tak teratur,
pembengkakan, dan perubahan warna yang hebat didaerah gigitan
penting diperhatikan untuk menduga adanya efek keracunan yang lanjut.
Kemungkinan relaps yang berbahaya timbul 3 hari setelah gigitan.
Efek keracunan yang timbul dapat sangat berat sehingga sedapat
mungkin penderita memperoleh perawatan intensif di rumah sakit.
Pertanyaan
Ginggi kelompok 1 :
1. tindakan menghisap bekas gigitan ular ?
2. penanganan pertama ?
Laela kelompok 2
1. Waktu 1x24 jam apakah efektif waktunya ?
Velyane kelompok 3
1. Indikasi pemasangan EET ?