Anda di halaman 1dari 13

Fraktur Nasal

Kelompok 4
Nama kelompok :

1.Hilmy Haldeyan6. Meliawati Hidayatullah


2. Ita Natasya 7. Melita Hertika Sari
3. Kikin Kurnia Novianti 8. Mitaloka
4. Luthfia Anugrah Indah 9. Muhammad Andi Wijaya
5. Mawar Sasya Jahihah
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai
oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi,
pemendekan, dan krepitasi.
Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang
umumnya sdisebabkan oleh ruda paksa.
Berdasarkan pengertian diatas maka Fraktur os nasal adalah
trauma tulang rawan pada nasal yang disebabkan oleh ruda
paksa, missal : kecelakaan, benturan hebat yang ditandai oleh
rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, dan lain-lain.
Anatomi Fisiologi Hidung
 Os nasal dipasangkan menyokong setengah bagian atas
piramida nasal. Setiap os nasal berartikulasi secara lateral
dengan prosesus frontal os maxilla dan berproyeksi secara
anterior ke arah garis tengah. Bagian superior, os nasal tebal
dan berartikulasi dengan os frontal. Bagian inferior
 os nasal menjadi tipis, dan berartikulasi dengan kartilago
lateral atas.
 Setengah bagian bawah dari hidung disokong oleh 2
kartilago lateral atas, 2 kartilago lateral bawah, dan kartilago
quadrangularis Kartilago lateral atas memiliki artikulasi jenis
fibrosa di bagian superiornya dengan os nasal, di bagian
medialnya dengan kartilago quadrangularis medial, dan di
bagian inferiornya dengan kartilago lateral bawah.
Beberapa penyebab fraktur os nasal
adalah sebagai berikut :

 1. Trauma
 Langsung (kecelakaan lalulintas)
 Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi
berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang
belakang)
 2. Patologis : Metastase dari tulang
 3. Degenerasi
 4. Spontan : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat
Fraktur Os nasal terbagi menjadi 3 yaitu

  Fraktur hidung sederhana : Jika fraktur dari tulang hidung,


dapat dilakukan perbaikan dari fraktur tersebut dengan anastesi
local.
  Fraktur Tulang Hidung Terbuka : Fraktur tulang hidung
terbuka menyebabkan perubahan tempat dari tulang hidung dan
disertai laserasi pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung.
  Fraktur Tulang Nasoetmoid : Fraktur ini merupakan fraktur
hebat pada tulang hidung, prosesus frontal pars maksila dan
prosesus nasal pars frontal. Fraktur tulang nasoetmoid dapat
menyebabkan komplikasi (Mansjoer, 2007).
Patofisiologi

 Gangguan traumatik os dan kartilago nasal dapat


menyebabkan deformitas eksternal dan obstruksi jalan
napas yang bermakna. Jenis dan beratnya fraktur nasal
tergantung pada kekuatan, arah, dan mekanisme cedera.
Sebuah benda kecil dengan kecepatan tinggi dapat
memberikan kerusakan yang sama dengan benda yang
lebih besar pada kecepatan yang lebih rendah. Trauma
nasal bagian lateral yang paling umum dan dapat
mengakibatkan fraktur salah satu atau kedua os nasal.
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus,
pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang di imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang yang dinamakan krepitus yang teraba akibat
gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera (Brunner dan suddarth ,2010).
Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari fraktur os
nasal adalah sebagai berikut :
 Deviasi hidung : Deviasi dapat terjadi pada
septum nasal, tulang nasal atau keduanya.
 Bleeding
 Saddling
 Kebocoran cairan serebrospinal
 Komplikasi orbital (Hidayat, 2009).
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup
adalah sebagai berikut :

 1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :


 Mengelevasikan kepala dan kompres dingin, kemudian dilakukan
pembedahan dengan reposisi os.nasal teknik reduksi tertutup dengan
sebelumnya.
 2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
 Reposisi terbuka, membutuhkan sedasi yang lebih dalam atau anestesia
umum. Indikasinya antara lain fraktur luas-dislokasi dari tulang nasal dan
septum, dislokasi fraktur dari septum kaudal, fraktur septum terbuka,
deformitas persisten setelah reduksi tertutup, untuk indikasi relatifnya
seperti hematom septum, reduksi tulang yang inadekuat terkait dengan
deformitas pada septum, deformitas kartilagenus, pembedahan
intranasal baru-baru ini.
Konsep Asuhan Keperawatan
 Pengkajian Pasien Post Operasi Fraktur ( Doenges, 2007) meliputi :
 a. Gejala Sirkulasi
 Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular
perifer atau Statis vascular (peningkatan resiko pembentu kan thrombus ).
 b. Integritas Ego
 Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
 Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
 c. Makanan / Cairan
 Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ;
 malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
 d. Keamanan
 Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan).
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat
yang dijual bebas, atau obatobatan rekreasional.

Pemeriksaan Penunjang :
•Pemeriksaan Rongent : Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali
proyeksi, anterior, posterior lateral.
•CT Scan tulang, fomogram MRI : Untuk melihat dengan jelas daerah yang
mengalami kerusakan.
•Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer).

Diagnosa Keperawatan :

•Resiko tinggi terhadap jalan nafas tidak efektif b/d perlukaan intra nasal
Intervensi :
 Diagnosa Keperawatan
 Resiko tinggi terhadap jalan nafas tidak efektif b/d perlukaan intra nasal
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam, potensi jalan nafas dapat
dipertahankan, dengan kriteria hasil :
 1. Pola pernapasan normal
 2. Bunyi napas jelas dan tidak bising
 3. Aspirasi dapat dicegah
 Intervensi :
 Observasi frekwensi/irama pernapasan ; pernapasan cuping hidung, pernapasan mengorok/stridor, dan
serak.
 • Rasional : Dapat mengindikasikan terjadinya gagal pernapasan.
 Awasi tanda vital dan perubahan mental.
 • Rasional : Takikardia/peningkatan gelisah dapat mengindikasikan terjadinya hipoksia/pengaruh terhadap
pernapasan.
 Auskultasi bunyi napas.
 • Rasional : Adanya mengi / ronchi menunjukkan secret tertahan.
 Perubahan posisi secara periodik dan dorong pernapasan dalam.
 • Rasional : Meningkatkan ventilasi ke semua segman paru dan mobilisasi sekret, menurunkan resiko
atelektasis dan peneumonia.
 Dorong pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari, hindari minuman karbonat.
 • Rasional : Pengenceran sekret mulut/pernapasan untuk meningkatkan pengeluaran. Minuman karbonat
”busa” pada area orofaringdan mungkin untuk klien menahannya, sehingga mempengaruhi jalan napas.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai