Bismillahirrohmanirohim
Puji sukur saya kehadirat Allah SWT atas karena rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ilmiah ini. Salawat beserta salam saya ucapkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Makalah ini membahas tentang tindakan neurektomi nervus nasalis posterior yang saat ini
sedang berkembang, terutama pada kasus kasus rinitis vasomotor dan rinitis alergi yang
tidak membaik setelah pemberian terapi medikamentosa. Neurektomi nervus nasalis
posterior ini dilakukan dengan bantuan endoskopi dan termasuk tindakan minimal invasif.
Teknik ini selain dapat mengurangi gejala hidung tersumbat, dapat juga mengurangi
gejala rinorea, sehingga disebut sebut lebih baik dari pada tindakan konkoplasti ataupun
konkotomi. Walaupun demikian, pada literatur yang sering didapatkan kombinasi kedua
teknik ini, sehingga hasil yang didapatkan menjadi bias apakah memang teknik ini
terbukti mengurangi gejala hidung atau tidak. Makalah ini adalah sebuah laporan kasus
yang dikaitkan dengan bukti bukti dari literatur. Bukti bukti ini ditelaah sesuai dengan
laporan kasus yang saya kaji.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. I
DAFTAR ISI………………………………………………………………….... II
ABSTRAK……………………………………………………………………… 1
ABSTRACT……………………………………………………………………. 1
PENDAHULUAN……………………………………………………………… 2
ANATOMI HIDUNG…………………………………………………………... 3
MODULASI PERSEPSI SENSORIS…………………………………………. 5
TEKNIK NEUREKTOMI NERVUS NASALIS POSTERIOR………….. 7
KASUS…………………………………………………………………………. 8
TELAAH ILMIAH……………………………………………………………. 10
DISKUSI……………………………………………………………………….. 11
KESIMPULAN………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 14
CRITICAL APPRAISAL……………………………………………………… 16
Abstrak
Gejala rinitis alergi dan non alergi biasanya dapat dikontrol melalui terapi
medikamentosa, tetapi terdapat beberapa kasus yang tidak berhasil pada terapi
medikamentosa, sehingga tatalaksana pembedahan menjadi pilihan yang baik
pada kasus ini. Neurektomi nervus nasalis posterior merupakan salah satu pilihan,
bila dibandingkan dengan neurektomi nervus vidianus, prosedur ini cukup aman
dan hasilnya cukup menjanjikan. Makalah ini ditulis untuk telaah kritis
neurektomi nervus nasalis posterior sebagai rinitis non-alergi. Dilaporkan pasien
perempuan, 41 tahun, dengan nyeri daerah wajah dan hidung tersumbat selama 2
tahun, keluhan rasa mengalir ditenggorok dan gangguan tidur selama 1 tahun.
Pengobatan kortikosteroid intranasal dan cuci hidung telah diberikan selama 3
bulan tetapi tidak membaik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema konka
inferior dan septum deviasi serta pemeriksaan penunjang tes alergi negatif. Pasien
didiagnosis dengan rinitis non alergi dan dilakukan neurektomi nervus nasalis
posterior. Pada saat operasi ditemukan adanya nervus tambahan didepan foramen
sfenopalatina yang diduga nervus nasalis inferoposterior. Setelah follow up 3
bulan terdapat penurunan gejala hidung dan perbaikan kualitas tidur. Pasca
evaluasi 1 tahun pasien tidak mengalami rekurensi gejala hidung dan gangguan
tidur. Walaupun hasil neurektomi nervus nasalis posterior pada pasien ini baik
dalam follow up yang cukup lama, tetapi tetap diperlukan penelitian untuk
membuktikan efektivitas neurektomi nervus nasalis posterior.
Abstract
Symptoms of allergic and non-allergic rhinitis can usually be controlled by
medical therapy. However there are some cases need surgical intervention due
failure to medical therapy.. Posterior nasal neurectomy is an option. other than
vidian neurectomy, because it is safe and gives a quite promising result. The
results of posterior nasal neurectomy should be examined critically in clinical
practice. Female, 41 years old reported with facial pain and nasal congestion for
2 years, post nasal drip and sleep disorders for 1 year. She had been given
intranasal corticosteroid and nasal irigation for 3 months but had not showed any
improvement. Physical examination found edema inferior turbinate and septal
deviation, Skin prick test allergy was negative. Patient was diagnosed non-
allergic rhinitis and underwent posterior nasal neurectomy., During the
procedure additional branch was found in front of sphenopalatine foramen. After
Modulasi Persepsi
Sensoris
Gambar 4. Skematik Perjalanan Saraf di
Fossa Pterigopalarina. 11 Nervus sensoris non olfaktorik yang
berasal dari nervus trigeminus
Saraf sensoris yang mempersarafi mempunyai jaras saraf bermielin dan
hidung merupakan percabangan dari tanpa mielin terhadap nyeri
nervus oftalmikus (V1) dan nervus (nosiseptif). Stimulus kimia (seperti
maksilaris (V2). Kedua nervus ini produk biokimia endogen) dan fisik
merupakan percabangan utama dari dapat menstimulasi serabut afferen
nevus trigeminus. Kebanyakan saraf sensorik pada mukosa hidung,
daerah dinding lateral hidung dan membawa sensasi (seperti sensasi
septum nasi dipersarafi oleh cabang- gatal) ke sistem saraf pusat dan
cabang nervus maksilaris. Pada fossa mengaktifkan refleks bersin. Perlu
pterigopalatina, nervus maksilaris diketahui bahwa gejala hidung dapat
bergabung dengan nervus vidianus terjadi tanpa adanya abnormalitas
membentuk ganglion mukosa. Pada pasien rinitis alergi
pteriogopalatina tanpa sinaps. dapat merasakan hidung tersumbat
Cabang dari ganglion tanpa adanya gangguan pada
pteriogopalatina ini kemudian keluar mukosa, Sebagai contoh mentol
dari foramen sfenopalatina ke rongga dapat meningkatkan persepsi hidung
hidung dan membentuk percabangan tersumbat tanpa adanya perubahan
lateral dan cabang medial. Nervus aliran udara. hal ini dikarenakan
nasalis posterosuperior lateral aktivasi reseptor dingin oleh mentol,
mempersarafi konka inferior, media dan sensasi dingin ini membuat
dan superior. 9,12 kesan peningkatan aliran udara. sama
10
11
12
13
14
15
16
17