Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN PERIOPERATIF
CLOSE FRAKTURE FEMUR

Oleh:
ROISATUL HUSNIYAH
NIM 1401460017

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2018
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 36).
Sedangkan fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang / osteoporosis. .
B. Anatomi

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Kesehatan baiknya fungsi system musculoskeletal sangat
tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang- tulang memberi perlindungan
terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka
yang kuat untuk meyangga struktur tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh
bergerak metrik. Tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam tubuh
manusia yang terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (missal femur tulang kumat)
tulang pendek (missal tulang tarsalia),tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra).
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius). Tulang tersusun atas
sel,matrik protein,deposit mineral.sel selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas,osteosit dan
osteocklas. Osteoblas berfungi dalam pembetukan tulang dengan mensekresikan matriks
tulang. Matrik merupakan kerangka dimana garam - garam mineral anorganik di timbun.
Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak
ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam panghancuran,resorpsi dan
remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membran fibrus padat di namakan periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler tipis
yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang kanselus.
Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang panjang dan
dalam pipih. Sumsum tulang merah yang terletak di sternum, ilium, Vertebra dan rusuk pada
orang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. pembentukan
tulang. Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347).
C. Klasifikasi
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur, yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala
femur (capital fraktur).
 Hanya di bawah kepala femur.
 Melalui leher dari femur.
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
 Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih
kecil /pada daerah intertrokhanter.
 Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil.
D. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
 Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
di atasnya.
 Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
 Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
 Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif.
 Infeksi seperti osteomyelitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
 Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbs
vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang
yang bertugas di kemiliteran.
E. Patofisioliogi
Pre Operasi
Post Operasi

Post operasi

Pembedahan Efek Anestesi

Terputusnya kontinuitas General


jaringan
Penurunan Kesadaran

Terputusnya kontinuitas Port de entry


saraf mikroorganisme Ketidakmampuan Ketidakmampuan
memposisikan mengontrol
Pelepasan mediator kepala gerakan
inflamasi
Risiko infeksi

Nyeri Akut
Obstruksi Risiko Cedera
airway

Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Napas

F. Tanda & Gejala


1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi (Black, 1993 : 199)

G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :
1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya
pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau
lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial.
Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan pada
fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan
komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti
tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram
positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman
dari dasar luka fraktur terbuka. (Smeltzer, 2001).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994: 10).
Pengkajian Pasien Post Operasi Fraktur (Doenges, 1999) meliputi:
1. Gejala Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular perifer
atau Statis vascular (peningkatan resiko pembentu kan thrombus ).
2. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/ peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
3. Makanan / Cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis);
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : alergi/ sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan Munculnya
kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat
mengubah koagulasi) ; Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, anti inflamasi,
antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan
rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi
koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
7. Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
 CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
 Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
 Hitung darah kapiler
- HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
- Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
- Kadar Ca kalsium, Hb.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang.
Tujuan dan kriteria hasil :
 Nyeri dapat berkurang / hilang.
 Pasien tampak tenang.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada klien & keluarga.
R/ hubungan yang baik membuat klien & keluarga kooperatif.
b. Kaji tingkat intensitas & frekuensi nyeri.
R/ Tingkat intensitas nyeri & frekuensi menunjukkan skala nyeri.
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri.
R/ Memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Untuk mengetahui perkembangan klien.
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
R/ Merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgetik berfungsi untuk
memblok stimulasi nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
 Pasien memiliki cukup energi untuk beraktifias.
 Perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
 Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktifitas tanpa dibantu.
 Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya baik, luka.
Intervensi :
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
R/ mengurangi aktifitas dan energi yang tidak terpakai.
b. Berikan latihan aktifitas secara bertahap.
R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktifitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan.
R/ Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
d. Setelah latihan dan aktifitas kaji respon pasien.
R/ menjaga kemungkinan adanya –menjaga kemungkinan adanya abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka.
Tujuan dan Kriteria Hasil.:
Tidak terjadi infeksi.
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
a. Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor,
dolor, fungsi laesa.
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
b. Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R/ Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
c. Merawat luka dengan menggunakan tehnik aseptic.
R/ Mencegah kontami- nasi dan kemungkin- an infeksi silang.
d. Mewaspadai adanya keluhan nyeri men- dadak, keterbatasan gerak, edema lokal,
eritema pada daerah luka.
R/ Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
e. Pemeriksaan darah : leokosit.
R/ Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.
f. Pemberian obat-obatan : antibiotika.
R/ Mempercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC.

Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC.

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3.
Jakarta. EGC.

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai