FRAKTUR FEMURALIS
S T I K E S
OLEH :
PROFESI-NERS
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Di susun oleh :
Mengetahui,
Fraktur femur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan
oleh kekerasan. (E. Oerswari :2011).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Frakturterbuk
adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi
(sjamsuhidajat, 2000).
Menurut Mansjoer,dkk, (2000), daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak,
ditemukan tanda functio laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas
angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah.
Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan
adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa
juga nervus siatika dan arteri dorsalis pedis.
D. Patofisiologi
Tulang cukup rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan (Aplay,A. Graham, 1993). Tetapi apabila tekana eksternal yang dating lebih besar
dari yang dapat di serap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Pendarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hemotoma di rongga medulla
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan kebagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon implamasi yang di tandai dengan
vasodilatasi, eksudat plasma dan leukosit, dan implamasi sel darah putih. Kejadian ini lah
yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M,etal. 1993)
Traumatik, spontan,
Terputusnya tulang
Fraktur Nyeri
Luka Intoleransiaktivitas
Cidera vaskuler terbuka(pen,plat)
Komplikasiawal
1. Avaskulernekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau terganggu yang
bias menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya volkman’s ischemia.
2. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkat permeabilitas kapiler yang
bias menyebabkan menurunya oksigenasi.
Komplikasidalamwaktu lama
1. Delayed union (pernyatuan tertunda)
2. Non union (tak menyatu), penyatuan tulang tidak terjadi,cacat, kadang-kadang dapat
terbentuk sendi palsu pada tempat ini.
3. Malunion (tulang patah sembuh dalam posisi yang tidak semestinya)
F. Penatalaksanaan
1. Fraktur Reduction
a. Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali
secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
b. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi
pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat,
sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung
umur klien.
Peralatan traksi :
Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
2. Fraktur Immobilisasi
a. Pembalutan (gips)
b. Eksternal Fiksasi
c. Internal Fiksasi
d. Pemilihan Fraksi
3. Fraksi terbuka
a. Pembedahan debridement dan irigrasi
b. Imunisasi tetanus
c. Terapi antibiotic prophylactic
d. Immobilisasi (Smeltzer, 2001).
G. Pengkajian
Menurut hidayat (2004:98), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada pasien post operasi menurut Suratun
(2008:66) adalah :
1. Lanjutkan perawatan pra operatif
2. Kaji ulang kebutuhan pasien berkaitan dengan kebutuhan rasa nyeri, perfusi jaringan,
promosi kesehatan, mobilitas dan konsep diri
3. Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan dengan pembedahan: tanda vital, derajat
kesadaran, cairan yang keluar dari luka, suara nafas, bising usus, keseimbangan cairan, dan
nyeri.
4. Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah akibat pembedahan mayor
(frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun, konfusi dan gelisah).
5. Kaji peningkatan komplikasi paru dan jantung: observasi perubahan frekuensi nadi,
pernafasan, warna kulit, suhu tubuh, riwayat penyakit paru, dan jantung sebelumnya.
6. Sistem perkemihan: pantau pengeluaran urin, apakah terjadi retensi urin. Retensi dapat
disebabkan oleh posisi berkemih tidak alamiah, pembesaran prostat, dan adanya infeksi
saluran kemih.
7. Observasi tanda infeksi ( infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis biasanya timbul selama
minggu kedua), dan tanda vital.
8. Kaji komplikasi tromboembolik: kaji tungkai untuk tandai nyeri tekan, panas, kemerahan,
dan edema pada betis.
9. Kaji komplikasi embolik lemak: perubahan pola panas, tingkah laku dan perubahan
kesadaran.
Sedangkan menurut Doenges (2000:761), data dasar pengkajian pada pasien dengan post op
fraktur femur berhubungan dengan intervensi bedah umum yang mengacu pada pengkajian
fraktur, yaitu:
1. Aktivitas/istirahat:keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
2. Sirkulasi: hipertensi, hipotensi, takikardia, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian
yang tekena, pembengkakan jaringan.
3. Neurosensori: hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kebas, deformitas local.
4. Nyeri/kenyamanan: nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera, spasme/keram otot.
5. Keamanan: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
local.
Pemeriksaan penunjang fraktur femur.
1. Foto Rontgen.
a. Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
b. Mengetahui tempat dan type fraktur. Biasanya diambil sebelum dan sesudah
dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik.
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
5. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
6. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau
cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Cedera pada jaringan Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri bagian kaki
atas, paha
Klien mengatakan tidak bisa
menggerakkan kakinya
Klien mengatakan bekas terjadi
benturan pada kakinya
Do :
Posisi klien menahan nyeri
Tingkah laku klien berhati-hati
Tingkah laku ekspresif : gelisah,
merintih, menangis, waspada, dll
Perubahan anatomic pada tubuh klien
Perubahan nadi, nafas dan tekanan
darah
2. Ds :
Melaporkan secara verbal adanya
kelelahan atau kelemahan
Adanya dsypneu atau
ketidaknyamanan saat beraktifitas
Do :
Respon abnormal dari tekanan darah
atau nadi terhadap aktivitas
Perubahan ECG: aritmia, iskemia
Ds : Trauma jaringan Risiko infeksi
Klien menyatakan merasakan sakit
pada kaki
klien mengatakan sering demam
klien mengatakan kakinya terasa
bengkak
Do :
Tekanan darah, suhu, nadi dan nafas
klien meningkat
Kaki klien tampak bengkak
danmemerah
Klien tampak gelisah
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak
edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
J. NCP
DAFTAR PUSTAKA
Black ,Jjoyce M. 2011. Medical surgical nursing. W .B Sainders Company :philadelpia
Brunner dan suddarth, 2002, keperawatan medical bedah, edisi 3, EGC ,Jakarta
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi
8. EGC : Jakarta.
Carpenito (2000),DiagnosaKeperawatan-AplikasipadaPraktik Klinis , E d . 6 , EGC, Jakarta.