Anda di halaman 1dari 7

RESUME FRAKTUR FEMUR

1. DEFINISI

Femur merupakan tulang terbesar dan terkuat dalam tubuh


manusia, diselubungi oleh otot terbesar dan terpanjang. (McRae &
Esser,2002 dalam buku Kneale Julia.2011). Fraktur adalah patah tulang,
yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price 7 Wilson, 2006 dalam buku Nurarif Amin Huda.2015))

Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau


disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jeringan saraf, dan
pembuluh darah). Fraktur femur disebut terbuka apabila terdapat
hubungan langsung antara tulang dengan udara luar. Kondisi ini secara
umum disebabkan oleh trauma langsung pada paha. Paha mendapat
distribusi darah dari percabangan arteri iliaka. Secara anatomis pembuluh
darah arteri mengalir disepanjang paha dekat dengan tulang paha, sehingga
apabila terdapat fraktur femur juga akan menyebabkan cidera pada arteri
femoralis yang berdampak pada banyak nya darah yang keluar sehingga
beresiko tinggi terjadi nya syok hipovolemik. Distribusi saraf feriver
berjalan pada sepanjang tulang femur sehingga adanya fraktur femur akan
mengakibatkan saraf terkompresi, menyebabkan respon nyeri hebat yang
beresiko terhadap kondisi syok neurogenik pada fase awal trauma. Respon
dari pembengkakan hebat terutama pada fraktur femur area dekat
persendian akan memberikan respon sindrom kompartemen. Sindrom
kompartemen adalah suatu keadaan terjebaknya otot, pembuluh darah, dan
jaringan saraf karena pembengkakan local yang melebihi kemampuan
suatu kompartemen atau ruang lokal. (Helmi Noor Zairin, 2012)
2. KLASIFIKASI

Menurut Smelzer.2001 dalam buku Jitowiyono Sugeng.2010:

a. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang


dengan dunia luar
b. Fraktur tebuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan
kulit dimana potensial untuk terjadinya infeksi. Fraktur terbuka
dibagi menjadi 3 derajat:
1. Derajat I :
a. Luka kurang dari 1cm
b. Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda
luka remuk
c. Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif
ringan
d. Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a. Laserasi lebih dari 1cm
b. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c. Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak yang
luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta
kontaminasi derajat tinggi
c. Fraktur complete : Patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur incomplete : Patah hanya terjadi pada sebagian terjadi pada
sebagian garis tengah tulang
3. ETIOLOGI
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup
mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Penyebab
fraktur batang femur antara lain (Muttaqin, 2011):
1) Fraktur femur terbuka : disebabkan oleh trauma langsung pada
paha.
2) Fraktur femur tertutup : disebabkan oleh trauma langsung atau
kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan
tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabakan fraktur
patologis.
4. PENATALAKSANAAN
a. Reduksi dan imobillisasi fraktur
1) Reduksi fraktur dilakukan untuk menurunkan nyeri dan
membantu emncegah formasi hematum reduksi dapat dilakukan
dengan menggunakan traksi.
2) Bidai pneumatik dipasang untuk menurunkan kehilangahan
darah dengan memberikan tekanan dan tamponadeu pada
formasi hematum. Traksi diperlukan untuk menahan tulang paha
agar tidak memberikan tekanan pada jaringan lunak akibat
kontraksi massa otot paha yang besar dan kuat pada saat
mengalami spasme.
b. Pemberian analgesik yang tepat managemen nyeri harus segera
diberikan. Apabila status hemodinamik baik, maka pemberian
narkotika intravena biasanya dapat menurunkan respon nyeri.
c. Profilaksis antibiotic
d. Transfusi darah, terutama pada fraktur femur terbuka dengan
adanya penurunan kadar hemoglobin.
e. Lakukan pemasangan foley kateter
f. Radigrafi harus segera dilakukan untuk mendeteksi patologi.
g. Konsultasi ortopedi untuk intervensi reduksi terbuka.
5. PEMRIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi, luasnya fraktur, trauma,
dan jenis fraktur.
2) Scan tulang, temogram, CT scan/MRI :memperlihatkan tingkat
keparahan fraktur, juga dan mengidentifikasi kerusakan jaringan linak.
3) Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh
pada multipel trauma) peningkatan jumlah SDP adalah proses stres
normal setelah trauma.
5) Kretinin : trauma otot meningkatkan beban tratinin untuk klien ginjal.
6) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilingan darah,
tranfusi mulpel atau cedera hati (Lukman & Ningsih, 2009)

6. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosterium serta
pembuluh darah didalam korteks, dan jaringan lunak disekitarnya akan
mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung
patahan tulang serta dibawah periosterum, dan akhirnya jaringan granulasi
menggantikan hematoma tersebut.
Kerusakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensif yang
menyebabkan sel-sel dari jaringan lunak disekitarnya serta akan
menginvasi daerah fraktur dan aliran darah keseluruh tulang akan
mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, dan
endosteum akan memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen
yang belum mengalami klasifikasi, yang juga disebut kalus). Osteoid ini
akan mengeras disepanjang permukaan luar korpus tulang dan pada kedua
ujung patahan tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorpsi material dari tulang
yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun kembali
tulang tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi
osteosit (sel-sel tulang yang matur). (Kowalak,P Jennifer,2012)
7. PENGKAJIAN
1. Riwayat perjalanan penyakit
a. Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan :nyeri pada paha
b. Apa penyebabnya, waktu : kecelakaan atau trauma, berapa jam/menit yang
lalu
c. Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
d. Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
e. Kehilangan fungsi
f. Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
2. Riwayat pengobatan sebelumnya
a. Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid
dalam jangka waktu lama
b. Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada
wanita
c. Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
d. Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
3. Pemeriksaan fisik : mengidentifikasi tipe fraktur
a. Inspeksi : deformotas yang Nampak jelas, edema, ekimosis, lokasi cidera,
laserasi, perubahan warna kulit .
b. Palpasi : bengkak, adanya nyeri, krepitasi, observasi spasme otot daerah tulang.
8. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri
b. Beri posisi yang nyaman
c. Ajarkan teknik rileksasi nafas dalam
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan fragmen tulang ditandai dengan
pemasangan pen
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local.
b. Doromh masukan nutrisi yang cukup
c. Batasi pengunjung
d. Berikan terapi antibiotic bila perlu
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penonjolan tulang
Intervensi :
a. Monitor kulit akan adanya kemerahan
b. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar

REFERENSI
Lukman, N & Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien
DenganGangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Amin,H & Hardhi,K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: MediaAction

Helmi,Zairin Noor.2012.Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah


Ortopedi.Jakarta:Salemba Medika.

Jitowiyono,Sugeng.,Weni kristiyani.2010.Asuhan Keperawatan Post


Operasi.Yogyakarta:Nuha Medika.

Nugroho,Taufan.2011.Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit


Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika.

Rendy,M Clevo.,Margareth TH.2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit


Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai