Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

OPEN FRAKTUR AND CLOSE FRAKTUR

ZULKARNAIN ASHAR NASUTION

1911102411046

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Teori
a. Pengertian
Fraktur terbuka yaitu kondisi dimana tulang sudah menjulur keluar
menebus kulit yang membungkus tulang(Asikin et al., 2016). Fraktur terbuka
adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within).
(Yunisa, 2019). Fraktur terbuka merupakan fraktur pada kulit sampai ke patah
tulang. Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang
merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar,
maka fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi (Asrizal, 2014).
Pada pasien fraktur mengalami adanya kerusakan syaraf dan pembuluh
darah yang menimbulkan rasa nyeri. Nyeri terus menerus dan bertambah
beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Nyeri yang timbul pada fraktur
bukan semata-mata karena frakturnya saja, namun karena adanya
pergerakan fragmen tulang. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan
obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan teknik imobilisasi (tidak
menggerakkan daerah yang fraktur) (Fakhrurrizal, 2015).
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus
kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan, sedangkan
fraktur terbuka adalah fraktur yang fragmen tulangnya menembus kulit
sehingga terjadi kerusakan signifikan pada jaringan lunak di sekitarnya dan
kontaminasi luka (Iqbal, 2021).

b. Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana
terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Penyebab dari fracture adalah
Trauma langsung, terjadi pada tempat trauma (pukulan langsung, gaya
meremuk) Trauma tak langsung, tidak langsung, terjadi tidak pada tempat
trauma (gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim) Trauma patologis,
terjadi pada tulang yang mengalami kelainan (kista, neoplasma,
osteoporosis). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor
(Hastuti & SSt, 2014).

c. Klasifikasi
Menurut (Hermanto et al., 2020) terdapat beberapa tipe fraktur yaitu:
Fraktur tertutup atau fraktur sederhana tidak menyebakan robekan di kulit.
Fraktur terbuka,atau fraktur campuran atau fraktur kompleks merupakan
patah dengan luka pada kulit atau membran mukosa meluas ke tulang yang
fraktur.Fraktur terbuka diberi peringkat sebagai berikut :
1. Derajat I dengan luka bersih sepanjang kurang dari 1cm
2. Derajat II dengan luka lebih luas dengan tanpa kerusakan jaringan lunak
yang luas.
3. Derajat III dengan luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan
kerusakan jaringan lunak yang luas(tipe paling berat).

d. Tanda dan gejala

Gejala umum menurut (Wulandari et al., 2019) :

1. Pembengkakan : Edema muncul secara cepat dari lokasi darah dalam


jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
2. Deformitas : Daya tarik kekuatan otot yang menyebabkan fragmen tulang
berpindah.
3. Nyeri : Disebabkan karena spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. Krepitasi : bunyi
gemeretak yang di sebabkan akibat gesekan ujung-ujung tulang yang
patah
4. Tendernes / keempukan
5. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di
kamar mandi pada orang tua)
6. Kehilangan sensasi : mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf /
perdarahan.
e. Patofisiologi
Menurut (Siti Rahayuningsih, 2021), Tulang bersifat rapuh namun cukup
mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan tulang akan segera berdekatan
kebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respons inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma, dan leukosit dan inflitrasi sel darah putih. Kejadian inilah
yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
f. Pathway Keperawatan

Menurut (Brunner & Suddarth, 2002)


g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Muhebbi et al., 2019) :
1. Pemeriksaan rontgen, menentukan lokasi, luasnya fraktur dan jenis fraktur
2. CT Scan tulang, mengidentifikasi lokasi dan panjang tulang di daerah
yang sulit di evaluasi
3. Hitung darah lengkap, hematocrit dan leukosit mungkin meningkat atau
menurun
4. Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

h. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Hastuti & SSt, 2014) :
Dilakukan pada fraktur yang sederhana sehingga dapat di reposisi dari luar
kemudian di fiksasi dengan gips atau splin.
1. Pembedahan orif/oref

i. Penatalaksanaan Non Farmakologis


Menurut (Hastuti & SSt, 2014) :
1. Imobilisasi
2. Rehabilitasi yaitu mengembalikan aktivitas fungsional secara maksimal

2. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Survey Primer
1. (Breathing)

Menjelaskan tentang sisten pernafasan klien.

a. Inspeksi : bentuk dada klien nampak simetris kanan dan kiri, pola
nafas teratur irama regular. Tidak terpasang alat bantu nafas O2.
Retraksi otot bantu nafas tidak ada.
b. Palpasi : Tidak Ada nyeri tekan. Vocal vremitus sama antara kanan
dan kiri. Susunan ruas tulang belakan normal.
c. Perkusi : Thorax didapatkan sonor.
d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler. Tidak ada bunyi nafas tambahan
seperti wheezing atau ronchi. Biasanya sistem respirasi dalam
keadaan normal.

2. (Circulation)
a. Inspeksi : Klien tidak ada cyanosis , clabing vinger tidak ada.
b. Palpasi : Ictus kordis tidak teraba, tidak teraba pembesaran jantung,
tidak terdapat nyeri dada, nadi meningkat atau tidak. CRT dapat
kembali < 3 detik.
c. Perkusi : Suara pekak .
d. Auskultasi : Didapatkan bunyi irama regular. Pulsasi kuat posisi tidur,
bunyi jantung s1 terdapat di ICS V garis mid clavicula kiri terdengar
lub dan s2 terdapat di ICS 2 garis sternalis kiri terdengar dub.

3. (Brain)
Menjelaskan kesadaran klien, ada tidaknya gangguan persyarafan pada
klien.
a. Inspeksi : Kesadaran klien baik/ composmentis. Orientasi klien baik
(klien dapat mengenali waktu, dan tempat). Klien kadang mengeluh
pusing tetapi klien tidak mengalami kejang, kaku kuduk(-), brudsky (-).
Babinsky(-), nyeri kepala ataupun kelainandari nervus cranialis yang
lainnya.

4. (Bladder)
a. Inspeksi : Kaji oliguria, anuria, adanya retensi urin, rasa sakit atau
panas saat berkemih. Didapat bentuk alat kelamin normal, kebersihan
alat kelami bersih, urin bau khas warna kuning.
b. Palpasi : Tidak ada masa atau nyeri tekan.
c. Inspeksi : Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, kebiasaan bab klien
tidak ada masalah.
d. Palpasi : Keadaan abdomen tegang atau tidak, turgor kulit kembali < 3
detik .
e. Perkusi : Suara timpani ada pantulan gelombang cairan.
f. Auskultasi : Peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.
g. Inspeksi : Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai terbatas. Kulit
sedikit kotor pada area luka post op, terdapat pembengkakan atau
tidak, terdapat perubahan warna pada lokasi luka post op.
h. Palpasi : Kelembapan kulit lembab, akral hangat, turgor kulit dapat
kembali < 3 detik atau menurun di sekitar fraktur, kekuatan otot tangan
dan kaki klien maksimal atau tidak. Aktifitas klien di bantu oleh
keluarga karena klien post operasi harus menggunakan alatbantu
seperti krek atau jagrak untuk menopangnya.

b. Survey Sekunder
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan
tulang
2. Mekanisme trauma

c. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 Ds: 1. Agen pencedera fisik 1. Nyeri akut
1. Keluhan rasa nyeri 2. Kerusakan integritas 2. Gangguan
yang hebat pada struktur tulang mobilitas fisik
daerah fraktur 3. kerusakan integritas kulit 3. Resiko infeksi
2. Kebas/ kesemutan
3. Tangan sakit bila
digerakkan
4. Takut cacat
5. Takut melakukan
pergerakan
6. Cemas yang
berlebihan
Do:
1. Keadaan umum
lemah
2. Nyeri tekan pada
daerah fraktur
3. Ekpresi wajah
meringis
4. Menolak untuk
melakukan
pergerakan
5. Penurunan
kekuatan otot
6. Pembengkakan
jaringan pada sisi
cedera
7. Perdarahan pada
daerah fraktur
8. Cemas/ gelisah

d. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit
e. Intervensi Dan Luarannya

N SDKI SLKI SIKI


O

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I. 08238)


b.d Agen tindakan 3x24 jam Observasi
pencedera diharapkan tingkat 1.1 Identifikasi skala nyeri
1.2 Identifikasi faktor yang
fisik nyeri (L. 08066)
memperberat dan
membaik dengan memperingan nyeri
kriteria hasil :
Terapeutik
1. Keluhan nyeri 1.3 Berikan tekhnik non
sedang (3) ke
(5) farmakologi untuk mengurangi
2. Meringis nyeri
sedang(3) ke
(5) Edukasi
3. Sikap protektif 1.4 Ajarkan teknik relaksasi nafas
4. Ketegangan dalam
otot cukup
menurun(3) ke
(5) Kolaborasi
5. TD menurun: 1.5 Kolaborasi pemberian obat
116/70 mmHg
SR : 100x/ tramadol 100 mg dan
menit RR: 20x/ keterolac 30 mg (IV)
menit Perilaku
membaik 1.6 Monitor ttv pasien
2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi (I. 05173)
mobilitas fisik tindakan 3x24 jam Observasi
b.d diharapkan gangguan 2.1 identifikasi toleransi fisik
kerusakan mobilitas fisik melakukan pergerakan
integritas (L.05042) membaik 2.2 monitor kondisi umum
struktur dengan kriteria hasil : selama melakukan
tulang mobilisasi
1. Kecemasan (3)
ke (5) Terapeutik
2. Gerakan
terbatas (3) ke 2.3 Fasilitasi aktivitas mobilitas
(5) dengan alat bantu
3. Kelemahan 2.4 Libatkan keluarga untuk
fisik (3) ke (5) membantu pasien dalam
4. TTV pasien= meningkatkan pergerakan
TD : 116/70 Edukasi
mmHg 2.5 Ajarkan mobilisasi
SR : 100
sederhana yang harus
x/menit
RR: 20x/menit dilakukan
S : 36 C

3 Gangguan Setelah dilakukan Pengaturan posisi (I.01019)


rasa nyaman tindakan 1x7 jam Terapeutik
3.1. atur posisi tidur yang
b.d gejala diharapkan tingkat disukai, jika tidak kontra
penyakit nyeri (L. 08066) indikasi
3.2. imobilisasi dan topang
membaik dengan
bagian tubuh yang cedera
kriteria hasil :
Edukasi
Keluhan tidak nyaman 3.3. Informasikan saat akan
(3) ke (5) dilakukan perubahan
posisi
Keterangan :
Kolaborasi
1 : meningkat
3.4. Kolaborasi pemberian
2 : cukup meningkat premedikasi sebelum
3 : sedang mengubah posisi, jika
perlu
4 : ceukup menurun 3.5.
5 : menurun

f. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang telah direncanakan yang
meliputi tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi, tetapi juga
disesuaikan dengan kondisi dan situasi pasien. Tindakan mandiri merupakan
aktivitas keperawatan berdasarkan kesimpulan atau keputusan sendiri dan
bukan petunjuk dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi merupakan
tindakan berdasarkan hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lain.

g. Evaluasi

1 Nyeri akut b.d Agen pencedera Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
fisik diharapkan tingkat nyeri membaik dengan
kriteria hasil :

1. Keluhan nyeri sedang (5)


2. Meringis sedang (5)
3. Sikap protektif
4. Ketegangan otot cukup menurun (5)
5. TD menurun: 116/70 mmHg
SR : 100x/ menit RR: 20x/ menit Perilaku
membaik

2 Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam


kerusakan integritas struktur diharapkan gangguan mobilitas fisik
tulang membaik dengan kriteria hasil :

1. Kecemasan (5)
2. Gerakan terbatas (5)
3. Kelemahan fisik (5)
4. TTV pasien= TD : 116/70 mmHg
SR : 100 x/menit
RR: 20x/menit
S : 36 C

3 Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan tindakan 1x7 jam


gejala penyakit diharapkan tingkat nyeri (L. 08066)
membaik dengan kriteria hasil :
1. Keluhan tidak nyaman (3) ke (5)
Keterangan :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : ceukup menurun
5 : menurun
h. Discharge Planning

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M., Nasir, M., & Takko Podding, S. (2016). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Erlangga.

Asrizal, R. A. (2014). Closed fracture 1/3 middle femur dextra. Medula, 2(3), 94–100.

Brunner, S., & Suddarth, D. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Fakhrurrizal, A. (2015). Pengaruh pembidaian terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien
fraktur tertutup di ruang igd rumah sakit umum daerah am parikesit tenggarong. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 3(2), 1–10.
Hastuti, P. D., & SSt, S. (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Fraktur 1/3
Proksimal Humerus Sinistra Di RS. Al DR. Ramelan Surabaya. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Hermanto, R., Isro’in, L., & Nurhidayat, S. (2020). Studi Kasus: Upaya Penurunan Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Fraktur Femur. Health Sciences Journal, 4(1), 111.

Iqbal, A. (2021). PERBANDINGAN KADAR INTERLEUKIN-1β PADA PASIEN FRAKTUR


TERBUKA DAN FRAKTUR TERTUTUP PADA TULANG PANJANG DI KOTA PADANG.
4(1), 88–100.

Muhebbi, M., Annisa, F., Wijayanti, D. P., & Sulistyowati, A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. K DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OPERATIVE CLOSE FRAKTUR
RADIUS ULNA 1/3 DEXTRA DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN. Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Siti Rahayuningsih, S. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI


FRAKTUR FEMUR DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN:
NYERI. Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Wulandari, P. M., Annisa, F., Wijayanti, D. P., & Sulistyowati, A. (2019). ASUHAN
KEPERAWATAN PADA SDR. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP CLOSE
FRACTURE FEMUR DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN. Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Yunisa, A. (2019). P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai