Di Susun Oleh :
Nama : Bidadari
Nim :
B. Etiologi
1. Kekerasan langsung:kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada
titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung:kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot:patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E,2014)
C. Klasifikasi
Jenis-jenis fraktur :
1. Complete fracture (fraktur komplit), patah pada seluruh garis tengah
tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi
tulang.
2. Closed fracture (simple fraktur), tidak menyebabkan robeknya kulit,
integritas kulit masih utuh.
3. Open fracture (compound fraktur/ komplikata/ kompleksi), merupakan
fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit) atau membrane mukosa sampai
kepatahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
Grade III : luka sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang lainnya
membengkok.
5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
9. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang).
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, paget,metastasis tulang, tumor).
12. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
13. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya. (Brunner & Suddarth,2012)
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid
seperti normalnya.
3. Pemendekan tulang yang sebenarnya karena konstraksi otot yang melekat
diatas ada dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
( Brunner & Suddarth, 2012)
E. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan, tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang, setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya (Black, 2014).
Pathway
G. Penatalaksanan
1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).
2. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :
a.Eksternal→gips, traksi.
b. Internal→naildan plate.
3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula. (Price & Wilson. 2014)
H. Komplikasi
1. Umum :
a.Shock
b. Kerusakan organ
c.Kerusakan saraf
d. Emboli lemak
2. Dini :
a. Cedera arteri
b. Cedera kulit dan jaringan.
c. Cedera partement syndrom.
3. Lanjut :
a.Stiffnes (kaku sendi)
b. Degenerasi sendi
c.Penyembuhan tulang terganggu
d. Mal union
e.Non union
f. Delayed union
g. Cross union
(Price & Wilson. 2014)
2. Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan merupakan
dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh perawat yang bertanggung jawab. Masalah keperawatan yang
muncul adalah :
a. D.0077 (SDKI) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. D.0009 (SDKI) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan suplai darah kejaringan
c. D.0129 (SDKI) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka
d. D.0054 (SDKI) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
terapi, restriktif imobilisasi
Andra, F.S. & Yessi, M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Black J.M. 2014 . Asuhan Keperawatan Fraktur Femur . Yogyakarta
Brunner . 2012 . Asuhan Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta
Oswari E. 2014. Asuhan Keperawatan dengan Fraktur Femur.
http://www.kfoes.cn/index.php/article/girls/2018-09-24/1103.html.
Diperolehpada tanggal 17 November 2021
Price, A & L. Wilson . 2014 . Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal.
Jakarta:EGC.
Wong. 2014. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC.