Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIGANOSA FRAKTUR RADIUS SINISTRA


DI RUANG KUTILANG DI RSPAU dr. S HADJOLUKITO
YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :

Nama : Bidadari
Nim :

PRODI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DUTA GAMA KLATEN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR RADIUS SINISTRA
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari pada yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot
ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan di sekitarnya juga akan terpengaruh
mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ
tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
akibat fragmen tulang (Burner & Suddart, 2012). Fraktur radius adalah
terputusnya kontinuitas batang radius yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian) dan biasanya lebih banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Fraktur radius adalah rusaknya kontinuitas
tulang lengan yang menyambung dengansiku dan dengan tangan sisi ibu jari
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung. (Brunner
& Suddart, 2012)
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang
tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Wong, 2014).
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa fraktur
radius sinistra adalah terputusnya kontinuitas tulang lengan kiri bawah yang
menyambung dengan siku dengan tangan di sisi ibu jari yang disebabkan oleh
trauma langsung maupun tidak langsung.

B. Etiologi
1. Kekerasan langsung:kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada
titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung:kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot:patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E,2014)

C. Klasifikasi
Jenis-jenis fraktur :
1. Complete fracture (fraktur komplit), patah pada seluruh garis tengah
tulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi
tulang.
2. Closed fracture (simple fraktur), tidak menyebabkan robeknya kulit,
integritas kulit masih utuh.
3. Open fracture (compound fraktur/ komplikata/ kompleksi), merupakan
fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit) atau membrane mukosa sampai
kepatahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
Grade III : luka sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.
4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang lainnya
membengkok.
5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
9. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang).
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, paget,metastasis tulang, tumor).
12. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
13. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya. (Brunner & Suddarth,2012)

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid
seperti normalnya.
3. Pemendekan tulang yang sebenarnya karena konstraksi otot yang melekat
diatas ada dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
( Brunner & Suddarth, 2012)

E. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan, tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang, setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya (Black, 2014).
Pathway

Skema pohon masalah fraktur radius menurut Andra danYessi (2013)


F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
1. X-ray:
Menentukan lokasi/luasnya fraktur.
2. Scan tulang:
Memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung Darah Lengkap
Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan;
peningkatanlekosit sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kretinin
Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati.
(Brunner & Suddarth, 2012)

G. Penatalaksanan
1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).
2. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :
a.Eksternal→gips, traksi.
b. Internal→naildan plate.
3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula. (Price & Wilson. 2014)

H. Komplikasi
1. Umum :
a.Shock
b. Kerusakan organ
c.Kerusakan saraf
d. Emboli lemak
2. Dini :
a. Cedera arteri
b. Cedera kulit dan jaringan.
c. Cedera partement syndrom.
3. Lanjut :
a.Stiffnes (kaku sendi)
b. Degenerasi sendi
c.Penyembuhan tulang terganggu
d. Mal union
e.Non union
f. Delayed union
g. Cross union
(Price & Wilson. 2014)

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang digunakan sehari-hari, status perkawinan, pendidikan , pekerjaan,
tanggal MRS,diagnosa medis.
b. Keluhan Utama : Pada umunya keluhan utama pada kasus fraktur
adalah rasa nyeri.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
terjadinya fraktur, yang dapat membantu dalam menentukan
perencanaan tindakan.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pengumpulan data ini ditentukan kemungkinan penyebab fraktur
dan memberi bentuk berapa lama tulang tersebut menyambung.
3) Riwayat penyakit keluarga
Pengumpulan data ini untuk mengetahui penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit tulang yang merupakan salah satu
faktor terjadinya fraktur .
4) Aktivitas /istirahat
Apakah setelah terjadi fraktur ada keterbatasan gerak/kehilangan
fungsi motorik pada bagian yang terkena fraktur (dapat segera
maupun sekunder, akibat pembengkakan/ nyeri).
5) Sirkulasi
Terdapat tanda hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri/ansietas) atau hypotention (hipovolemia). Takikardi
(respon stress, hipovolemia). Pembengkakan jaringan atau massa
hematoma pada sisi cidera.
6) Neurosensori
Gejala yang muncul antar lain spasme otot, kebas/kesemutan,
deformitas local, pemendekan rotasi, krepitasi,
kelemahan/kehilangan fungsi.
7) Nyeri/ Kenyamanan
Nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan atau kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi),
tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf dan spasme/kram otot.
8) Keamanan
Tanda yang muncul laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, dan
perubahan warna kulit dan pembengkakan lokal (Price & Wilson.
2014).

2. Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan merupakan
dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh perawat yang bertanggung jawab. Masalah keperawatan yang
muncul adalah :
a. D.0077 (SDKI) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. D.0009 (SDKI) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan suplai darah kejaringan
c. D.0129 (SDKI) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka
d. D.0054 (SDKI) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
terapi, restriktif imobilisasi

3. Rencana Asuhan Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut Setelah dilakukan O:
berhubungan tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi,
dengan agen selama 3x6 jam karkteristik, durasi,
cidera fisik (SDKI diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
Hal. 172) berkurang. Dengan intensitas nyeri
DS: kriteria hasil: - Identifikasi skala nyeri
- Pasien Tingkat Nyeri: - Identifikasi respon
mengeluh - Keluhan nyeri nyeri secara non verbal
nyeri pada menurun - Identifikasi faktor yang
daerah perut - Ekpresi meringis memperkuat dan
bagian lengan menurun (SLKI memperingan nyeri
bawah hal. 145) - Identifikasi
- Pasien Kontrol Nyeri: pengetahuan dan
mengatakan - Melaporkan nyeri keyakinan tentang nyeri
skala nyeri 6 terkontrol - Identifikasi pengaruh
DO: meningkat budaya terhdap respon
Pasien tampak - Kemampuan nyeri
meringis onset nyeri - Monitor keberhasilan
Td: 130/90 mmHg meningkat terapi komplementer
N: 88x/menit - Kemampuan yang sudah diberikan
RR: 26x/menit mengenali - Monitor efek samping
S; 36,4 C penyebab nyeri penggunaan analgesic
Spo2: 98% meningkat T:
P: Nyeri saat - Mampu - Berikan teknik non
melakukan menggunakan farmakologis untuk
aktivitas teknik non mengurangi nyeri
Q: Nyeri seperti farmakologi (TENS, hypnosis,
tertusuk-tusuk meningkat ( SLKI akupresur, terapi music,
R:Tangan sebelah hal. 58) biofeedback, terapi
kiri pijat, aromaterapi,
S: Skala nyeri 6 teknik imajinasi
T:Saat digerakkan terbimbing.
- Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
E:
- Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi pereda
nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non
famakologi teknis nafas
dalam
C:
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. (SDKI) (SLKI) (SIKI)
Perfusi perifer Perfusi jaringan O:
tidak efektif Selama dilakukan - Monitor adanya
berhubungan asuhan keperawatan daerah tertentu yang
dengan penurunan selama 3x6 jam hanya peka terhadap
suplai darah diharapkan panas/dingin/tajam/tu
kejaringan Circulation status mpul
Kriteria Hasil: - Monitor adanya
Mendemostrasikan tromboplebitis
status sirkulasi yang T:
ditandai dengan : - Instruksikan keluarga
- Tekanan systole untuk mengobservasi
dan diastole kulit jika ada lesi
dalam rentang - Diskusikan mengenai
yang diharapkan penyebab perubahan
- Tidak ada sensasi.
ostostatik E:
hipertensi - Jelaskan penyebab dan
komplikasi lesi dan
tromboplebitis.
C:
- Kolaborasi dalam
peberian terapi
medikasi.
3. (SDKI, D.0111) (SLKI) (SIKI)
Gangguan Kulit dan Membran O:
integritas kulit Mukosa - Monitor kulit akan
berhubungan Stelah dilakukan adanya kemerahan
dengan fraktur tindakan keperawatan - Monitor aktivitas dan
terbuka selama 3x6 jam mobilisasi pasien
diharapkan - Monitor status nutrisi
Kriteria Hasil: pasien
- Integritas kulit
yang baik bisa T:
dipertahankan - Anjurkan pasien untuk
- Perfusi jaringan menggunakan pakaian
baik yang longgar Jaga
- Menunjukan kebersihankulit agar
pemahaman tetap bersih dan kering
dalam proses - Mobilisasi pasien (ubah
perbaikan kulit posisi pasien) setiap
dan mencegah dua jam sekali
terjadinya sedera - Oleskan lotion atau
berulang minyak /baby oil pada
- Mampu aerah yang tertekan
melindungi kulit E:
dan - Sediakan materi dan
mempertahankan media pendidikan
kelembapan kulit kesehatan
dan perawatan - Jadwalkan pendidikan
alam. kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
C:
- Kolaborasi dalam
pemberian terapi
medikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andra, F.S. & Yessi, M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Black J.M. 2014 . Asuhan Keperawatan Fraktur Femur . Yogyakarta
Brunner . 2012 . Asuhan Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta
Oswari E. 2014. Asuhan Keperawatan dengan Fraktur Femur.
http://www.kfoes.cn/index.php/article/girls/2018-09-24/1103.html.
Diperolehpada tanggal 17 November 2021
Price, A & L. Wilson . 2014 . Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal.
Jakarta:EGC.
Wong. 2014. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai