Anda di halaman 1dari 30

1.

Definisi

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3
kali/hari) serta banyaknya (lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi (feces cair)”.
(Suzanne dan brenda G Bare, 2002 : 1093)

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 83).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah defekasi
yang abnormal dengan konsistensi feces encer dan cair.

2. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna ( Rosa M. Sacharin,


1994 : 440)
a. Anatomi

Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Mulut dibatasi pada
kedua pipi yang dibentuk oleh muskolus basiratorius atapnya adalah palatum yang
memisahkan dari hidung dan bagian atas dan faring, lidah membentuk bagian
terbesar dari mulut.

1) Lidah

Lidah menempati kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis dalam
paring.

2) Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan yang
berbeda-beda. Set pertama adalah gigi primer atau susu. Set kedua atau set
permanen menggunakan gigi primer mulai tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.

3) Esofagus

Esofagus merupakan tuba otot. Berukuran 8-10 cm dari kartilago krikoid sampai
bagian kardia lambung panjang berganda selama 3 tahun setelah kelahiran
sesudahnya kecepatan pertumbuhan lebih lambat hingga mencapai panjang dewasa
yaitu 23-30 cm.

4) Lambung

Kapasitas lambung adalah antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat sekitar 75 ml
pada minggu kedua, pada akhir bulan pertama sekitar 10 ml dengan terjadinya
perkembangan bayi, lambung berkembang sehingga mempunyai seluruh gambaran
dari lambung dewasa.

5) Usus kecil

Usus kecil dibagi lagi menjadi deudenum, jejenum, ileum. Panjangnya saat lahir
sekitar 300 sampai 350 cc meningkat sekitar 50 persen selama tahun pertama
kehidupan. Dinding usus dibagi menjadi beberapa lapisan mukosa, sub mukosa,
muskuler dan serosa (peritoneal).

6) Usus Besar
Usus besar berjalan dari katup ileosaekal ke anus. Dibagi dalam lima bagian :
Caekum, kolon asenden, kolon transversum dan kolon desenden serta kolon
sigmoid.

7) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 spingter yaitu
spingter ani internus, spingter levator dan spingter ani ekstemus.

b. Fisiologi

1) Mulut

Fungsi saliva terutama adalah mekanis, membantu menelan, membantu berbicara,


dan juga mempunyai aksi antiseptik.

2) Lambung

Fungsi utama dari lambung adalah menyiapkan makanan untuk pencernaan usus,
pemecahannya penambahan makanan cairan pada makanan ketika direduksi
menjadi konsistensi setengah cair dan meneruskannya ke duodenum.

3) Usus kecil

Mensekresikan cairan alkali yang kaya mukus, yang melindungi absorbsi.

4) Usus besar

Fungsi dari usus besar yaitu mensekresikan mukus yang mempermudah jalannya
feces dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap.
5) Anus

Anus berfungsi untuk mengeluarkan feces.

Etiologi

Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal
sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit.
Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam
usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.

1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab


utama diare pada anak.

2) Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,


Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

3) Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis),


Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.

4) Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),


protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans).
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,Ensifalitis,
keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan


osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan


sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan
anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat
terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi
terhadap makanan.

d. Faktor psikologis

Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat


mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
Patofisiologi

Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah :

a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan


akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.

b. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler


kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat
terjadi asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan toksin
terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami
iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan
elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada
sindrom malabsorbsi. Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi intestinal.

Penatalaksanaan diare pada balita

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah


LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE
yaitu :
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang
beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik
bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa
minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi.

a. Diare tanpa dehidrasi


Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret


b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

Diare dengan dehidrasi berat


Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk
di infus. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti.

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering
di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna
dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera
(Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan
kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan
bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI,
2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat


dengan balita harus diberi nasehat tentang:

Cara memberikan cairan dan obat di rumah

Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

1. Diare lebih sering


2. Muntah berulang
3. Sangat haus
4. Makan/minum sedikit
5. Timbul demam
6. Tinja berdarah
7. Tidak membaik dalam 3 hari.

Patway
Klasifikasi diare

Klasifikasi Diare

Berdasarkan kausalnya, diare diklasifikasikan menjadi diare spesifik dan non


spesifik:

a) Diare spesifik

Diare yang disebabkan oleh infeksi yang spesifik dari bakteri, parasit atau virus
tertentu.

b) Diare non spesifik

Diare non spesifik disebabkan oleh pencetus selain infeksi spesifik tertentu seperti
makanan, stress ataupun gizi.
Berdasarkan lama waktu diare, diare diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare akut yaitu diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut
dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare
dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3)
Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat
badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-
10% (Depkes RI, 2005).

b) Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan
dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

c) Diare kronik

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab
non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme
yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare
yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih (Suharyono,
2008).

Pemeriksaan Diagnostik

– Pemeriksaan tinja.
– Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.

– Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

– Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau


parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

1. Pengkajian
a. Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.

b. Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare
persisten (Suriadi, 2010).

c. Riwayat penyakit sekarang

Menurut Suharyono (2004), yaitu:

1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin


meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.

4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine
normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau
sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada dehidrasi berat.

d. Riwayat kesehatan

Menurut Suharyono (2004), yaitu:

1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak
dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.

3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau
setelah diare.

e. Riwayat nutrisi

Menurut Suharyono (2004), yaitu:

1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare
dan infeksi yang serius.

2) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan
dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan
pencemaran.

3) Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum
seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak minum.
Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
g. Pemeriksaan fisik

Menurut Suharyono (2004), yaitu:

1) Keadaan umum

a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).

b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).

c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)

2) Berat badan

Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan sebagai berikut:

Tabel 2

Tingkat Dehidrasi

Tingkat Kehilangan Berat Badan Dalam %


Dehidrasi Bayi Anak Besar
Dehidrasi 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
ringan
Dehidrasi 5-10% (50-100 6% (60 ml/kg)
sedang ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 9% (90 ml/kg)
ml/kg)
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di
rumah sakit. Sedangkan di lapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan
menggunakan penilaian keadaan anak.

3) Kulit

Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu


dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare
dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik),
ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.

4) Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya


biasanya cekung.

5) Mata

Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Apabila mengalami
dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.

6) Mulut dan lidah


a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).

b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).

c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

7) Abdomen

a) Kemungkinan distensi.

b) Mengalami kram.

c) Bising usus yang meningkat.

8) Anus

Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.

Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA (2013), yaitu:

a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang


berlebihan.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output


yang berlebihan.

c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder


terhadap diare.

d. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi


berhubungan
dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi danketerbatasan
kognitif.

Intervensi Keperawatan

Menurut NANDA (2013), yaitu:

a. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output yang berlebihan.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:

1) Tidak terjadi dehidrasi

2) TTV dalam batas normal

3) Turgor kulit kembali elastis

4) Kulit tidak kering

5) Mukosa bibir basah

6) Tidak pucat lagi

NIC : Manajemen cairan dan elektrolit

1) Guidance

Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.

Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa


dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit.
2) Support

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.

Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya
rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan.

3) Teaching

Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.

Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk
mengganti cairan yang hilang.

4) Environment

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyamandan menurunkan kebutuhan


metabolik.

5) Collaboration

Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat.

Rasional : Mengetahui penyebab diare dengan pemeriksaan tinja dan pemberian


obat yang tepat sesuai hasil laboratorium.

b. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


denganoutput yang berlebihan.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:

1) Pasien tidak lagi mual muntah


2) Pasien sudah bisa makan

3) BB pasien kembali normal

NIC : Manajemen nutrisi

1) Guidance

Kaji dan pantau pemasukan makanan dan status nutrisi pasien

Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan memperbaiki
defisit.

2) Support

Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan

Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan
sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.

3) Teaching

Ajarkan keluarga untuk pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program


diet.

Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki


status nutrisinya.

4) Environment

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.


Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan
metabolik.

5) Collaboration

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien.

Rasional : pemberian makanan yang tepat mempercepat proses pemenuhan nutrisi


pasien.

c. Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


infeksi sekunder terhadap diare.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:

1) Suhu tubuh pasien tidak meningkat

2) Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5’C)

3) Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa)

NIC : Manajemen suhu tubuh

1) Guidance

Kaji dan pantau suhu tubuh pasien setiap 2 jam.

Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal suhutubuh untuk


mengetahui adanya infeksi,

2) Support

Berikan pasien kompres dengan kompres hangat.


Rasional : Untuk merangsang pusat pengatur panas tubuh menurunkan produksi
panas tubuh.

3) Teaching

Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang
meningkat pada diare.

Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada
diare dan dapat waspada.

4) Environment

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan
metabolik.

5) Collaboration

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas.

Rasional : pemberian obat-obatan penurun panas untuk mengurangi suhu tubuh


yang meningkat pada pasien.

d. Diagnosa IV : Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:

1) Mau menerima tindakan keperawatan

2) Klien tampak tenang dan tidak rewel

NIC : Manajemen ansietas


1) Guidance

Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang
salah pada perawat dan rumah sakit.

Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah
sakit.

2) Support

Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun
non verbal.

Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa
aman pada klien.

3) Teaching

Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan.

Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga.

4) Environment

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas.

5) Collaboration

Kolaborasi dengan orang tua dengan memberikan mainan pada anak.


Rasional : sebagai rangsangan sensori pada anak.

e. Diagnosa V : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis


dan kebutuhanterapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas,
salah interpretasi informasidan keterbatasan kognitif.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
teratasi dengan kriteria hasil:

1) Keluarga pasien mengetahui kondisi penyakit pada klien

2) Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya

NIC : Manajemen informasi

1) Guidance

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran,


termasuk pengetahuantentang penyakit dan perawatan anaknya.

Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental


serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.

2) Support

Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.

Rasional : Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadapkebutuha


n perawatan diri anaknya.

3) Teaching
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya,
penyebab dan akibatnya terhadapgangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan
aktivitas sehari-hari.

Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkanpartisipasi


keluarga klien dalam proses perawatan klien.

4) Environment

Buat lingkungan yang tenang dan bersih.

Rasional : agar keluarga dapat aktif mengikuti penkes yang diberikan perawat.

5) Collaboration

Kolaborasi dengan perawat lain dalam memberikan pendidikan kesehatan.

Rasional : agar penkes yang diberikan dapat berjalan efektif.

LATAR BELAKANG

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit
yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun
(balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal
yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada
orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang
mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya
atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.
Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang
tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).

Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2
pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data
UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya
karena diare

Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika
digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita
mendapatkan penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460
balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang
tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di
bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan
orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim,


kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan
merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food,
Fly , Feces, dan Finger.

Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus
rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah
satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan
infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat
dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).

Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3
bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami
episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun

Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per
100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare
di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277
diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
(piogama.ugm.ac.id).

Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang
diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir
sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa

. (yankesriau.wordpress.com).

Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan
untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan
ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diarekebanyakan disebabkan oleh Virus
atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam,
alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat
menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.
(lovenhealth.blogspot.com).

http://n-toblog.blogspot.com/2011/11/laporan-pendahuluan-diare.html

http://fadhilaalizza.blogspot.com/2016/07/penatalaksanaan-diare.html

http://diareanak.blogspot.com/p/klasifikasi-diare.html

https://sianturimerlina.wordpress.com/2013/01/28/makalah-asuhan-keperawatan-
anak-dengan-diare/

http://bangsalsehat.blogspot.com/2018/01/laporan-pendahuluan-gastroentritis-akut-
GE https://www.scribd.com/doc/100918879/Laporan-Pendahuluan-Asuhan-
Keperawatan-Pada-Pasien-Gastroenteritis-AkutA.html

Anda mungkin juga menyukai