DISUSUN OLEH:
LAPORAN PENDAHULUAN
CA KOLOREKTAL
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
1. Usia
Menurut ACA (2017), risiko kanker kolorektal meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Proporsi kasus yang di diagnosis pada
individu yang berusia dibawah 50 tahun meningkat dari 6 % pada
tahun 1990 menjadi 11% pada tahun 2013. Sebagian besar (72%) pada
kasus ini terjadi pada individu dengan usia di atas 40 tahun.
2. Genetik
Hampir 30% pasien kanker kolorektal memiliki riwayat keluarga
dengan penyakit ini, sekitar 5% diantaranya disebabkan oleh kelainan
genetic yang diwariskan. Individu dengan riwayat keluarga tingkat
pertama (orangtua, saudara kandung atau anak) yang didiagnosis
dengan kanker kolorektal memiliki risiko 2 sampai 4 kali
dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit tersebut.
3. Riwayat menderita adenoma beresiko tinggi (polip kolorektal yang
berukuran 1 sentimeter atau lebih besar atau memiliki sel yang terlihat
abnormal di bawah mikroskop).
Riwayat menderita kolitis ulserativa kronis atau penyakit Crohn
selama 8 tahun atau lebih. Penyakit Crohn juga sering disebut colitis
granulomatosis atau colitis transmural, merupakan peradangan di
seluruh dinding granulomatois, sedangkan colitis ulseratif secara
primer adalah inflamasi yang terbatas di selaput lendir kolon. Risiko
terjadinya kanker kolon pada Crohn;s lebih besar.
4. Mengonsumsi alcohol
Konsumsi alcohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari, sekitar satu
minuman), dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolon.
Dibandingkan dengan seseorang yang tidak minum alcohol dan hanya
mengonsumsi sesekali, seseorang yang rata-rata mengonsumsi 2
sampai 3 minuman beralkohol per hari memiliki risiko kanker 20%
lebih tinggi, dan yang mengonsumsi lebih dari 3 minuman per hari
memiliki sekitar 40% peningkatan risiko.
5. Merokok
Badan Penelitian Kanker Internasional pada November 2009
melaporkan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker kolorektal.
Kaitan terhadap rectum lebih besar dibandingkan dengan kolon.
6. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker kolon yang lebih tinggi
pada pria dibandingkan wanita. Secara khusus seseorang dengan berat
badan normal, pria obesitas memiliki 50% risiko kanker kolon lebih
tinggi dan kanker rectal 20%, sedangkan wanita obesitas memiliki
sekitar 20% peningkatan risiko kanker kolon dan risiko kanker rectal
10%. Obesitas dapat berdampak negative pada kesehatan metabolic
yang merupakan fungsi utama dari semua proses biokimia didalam
tubuh. Studi terbaru menunjukkan bahwa kesehatan metabolic yang
buruk memiliki kaitan dengan kejadian kanker kolorektal.
C. TANDA GEJALA
Kanker kolorektal seringkali dapat dideteksi dengan prosedur
skrining. Adapun manifestasi klinis dari kanker kolon menurut (Network,
2016) adalah :
1. Anemia
2. Perdarahan pada rectum
3. Nyeri abdomen
4. Perubahan kebiasaan defekasi
5. Obstruksi usus atau perforasi.
D. PATOFISIOLOGI
E. KOMPLIKASI
1. Adrematus polyps
CA Kolorektal Faktor predisposisi (geneytik, usia,
(adenoma)
2. Hyperplastic polyps dan gaya hidup, dll.)
implantory polyps.
Implamasi jaringan
dari efek kompresi Obstrusi pada kolon sigmoid
tumor
Kerusakan Kompresi Fases tertekan
jaringan syaraf lokal
vesikular Anoreksia Konstipasi
lokal Nyeri saat implamasi jaringan dari
defekasi intek nutrisi efek kompresi tumor
Perdarahan tidak adekuat Fase obstrusi sekum
Internal metatase melalui vena
(fases+darah) Nyeri vorta
Ketidakseimbangan Distensi sekum
Anemia nutrisi kurang dari kerusakan jaringan hati
kebutuhan tubuh Peritonitis
Kelemahan Fungsi hati menurun
CA hati
Intoleransi
aktifitas
Penatalaksanaan
CA Kolorektal
Kurang informasi
Kerusakan Thd pembedahan Resiko infeksi
integritas kulit
Cemas
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto
dada dan foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema
barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini menggambarkan adanya
kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor
pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah
sigmoidoscopy dan colonoscopy.
3. Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray
dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang
sudah metastasis.
4. Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar
histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu
ditentukan diferensiansi sel.
5. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya
turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult
blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus
menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase
(tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam
sebelum diberikan feces spesimen.
6. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening
di abdomen dan hati.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak
daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh
kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel
darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
2. Kemotherapy
Kemotherapy memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat kemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di
injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
3. Pembedahan
Pembedahan adalah terapi primer untuk sebagian besar kanker kolon
dan rectal; jenis pembedahan bergantung pada lokasi dan ukuran
tumor, dan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Beberapa jenis
pembedahan yang dapat dilakukan:
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan
lain-lain.
2. Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
4. Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien
dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan
dalam konsep PQRST)
P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan
menguranginya)
Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana
merasakannya sekarang)
R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-
tiba atau bertahap)
6. Riwayat Kesehatan Dahulu
(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan
atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini.
Termasuk faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh)
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit
turunan atau riwayat penyakit menular)
8. Pola Aktivitas Sehari-hari
(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit
dan saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola
pemenuhan atau tidak)
9. Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik
pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan
observasi keadaan umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah
yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
10. Data Psikologis
(Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya
komunikasi, dan konsep diri)
11. Data Sosial
(Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan
masyarakat)
12. Data Spiritual
(Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap
kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah)
13. Data Penunjang
(Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium
yang dijalani klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal,
dituliskan hanya 3 kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila
hasilnya fluktuatif, buat keterangan secara naratif)
14. Program dan Rencana Pengobatan
(Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang
akan dijalani oleh klien)
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder
terhadap proses keganasan usus.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kolostomi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi
fekal terhadap kulit periostomal.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi dan efek kemoterapi yang didapat.
K. INTERVENSI