Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

MIOMA UTERI

Disusun oleh: Kelompok 4

1. Elya Nova Dianesti 14.401.15.034


2. Ernik Widiyawati 14.401.15.035
3. Fawaid Imamul Hasan 14.401.15.036
4. Ferdi Idrus Imam S. 14.401.15.037
5. Fitriatul Hasanah 14.401.15.038
6. Haiva Rustiana Dewi 14.401.15.039
7. Herni Nur Handayani 14.401.15.040
8. Ida Bagus Nyoman 14.401.15.041
9. Inayatul Soleha 14.401.15.042

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pasien Dengan Mioma Uteri”

Makalah ini kami susun dengan maksud memberikan pengetahuan tentang


Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Mioma Uteri”, sebagai pedoman awal dalam
prakteknya di masyarakat. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing kami yaitu ibu Anis Yulia Astutik S. Kep., Ns., M. Kes yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Krikilan, Oktober 2017

ii
Daftar Isi

Cover ............................................................................................................... i

Kata pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi ............................................................................................... 6
2. 2 Etiologi ................................................................................................ 6
2. 3 Klasifikasi ........................................................................................... 7
2. 4 Patofisiologi ........................................................................................ 8
2. 5 Manifestasi klinis ................................................................................ 9
2. 6 Komplikasi .......................................................................................... 9
2. 7 Penatalaksanaan .................................................................................. 10
2. 8 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 13
2. 9Asuhan keperawatan ............................................................................ 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 19
3.2 Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moima uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri yang
disebut juga dengan leiomyoma uteri atau fibromioma uteri, merupakan
neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Insiden
mioma uteri adalah sebesar 20-25% wanita usia subur, bervariasi berdasarakan
usia dan ras. Sekitar 10% mioma uteri masih tumbuh setelah menopause.
Gejala klinis neoplasma ini bervariasi berdasarkan besar, jumlah, dan
letaknya. Yang paling sering adalah menoragia (jumlah perdarahan > 80 mL).
gejala lain berupa pembesaran abdomen progresif sehingga dirasa penuh dan
tekanan di perut bawah. Mioma uteri yang besar juga dapat menyebabkan
hidronefrosis akibat tekanan pada ureter. Kadang-kadang juga menyebabkan
infertilitas.
Secara patologis, mioma uteri berbentuk bulat, putih mutiara, licin, dan
kenyal. Mioma uteri tidak menyatu pada lapisan myometrium melainkan dilapisi
jaringan ikat tipis di permukaan luarnya. Secara histologis, mioma uteri tersusun
atas otot polos, jaringan ikat fibrosa, dan banyak pembuluh darah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit dari mioma uteri ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan penyakit mioma uteri ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep penyakit mioma uteri dari definisi, etiologi,
klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis serta komplikasi dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan mioma uteri meliputi pengkajian, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, diagnosa dan intervensi
keperawatan yang nantinya akan dilakukan di Rumah sakit sesuai dengan SOP

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Mioma Uteri
1. Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel – sel otot polos,
sedangkan untuk otot – otot rahim disebut dengan mioma uteri.
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomyoma,
fibromioma, atau fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai
jaringan ikatnya.
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa mioma uteri adalah
suatu pertumbuhan jinak dari otot – otot polos, tumor jinak otot rahim,
disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang
merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal,
ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak terdapat
pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun.
2. Etiologi Mioma Uteri
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun
dari hasil penelitian miller dan lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri
terjadi tergantung pada sel – sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest”
yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormone estrogen.
Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya mioma adalah wanita usia 35 – 35 tahun, hamil pada usia muda,
genetik, zat – zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor pencetus dari
terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifactorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoclonal yang dihasilkan dari mutasi somatic dari sebuah
sel neoplastic tunggal. Sel – sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khusunya pada kromosom lengan. Faktor – faktor yang mempengaruhi

2
pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetic, adalah estrogen,
progesterone dan human growth hormone.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen.
Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan
ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung
estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibriositik dari
payudara (14,8%), adenomiosis (16,5%) dan hyperplasia endometrium
(9,3%).
b. Progresteron
Progesterone merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesterone
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17B hidroxydehidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen
pada tumor.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormone pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormone
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologis serupa yaitu HPL,
terlihat pda periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat
dari leiomyoma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergik antara HPL dan estrogen
1) Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2) Paritas
Lebih sering terjadi pada nulipara atau wanita yang relative infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri

3
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3) Faktor ras dan genetic
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor
ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita
mioma.
Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat
degenerative karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri.
Perubahan sekunder meliputi atrofi, degenerasi hialin, degenerasi
kistik.
3. Klassifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Servical ( 2,6% ), umumnya tubuh kearah vagina menyebabkan infeksi
istnica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius. Corporal ( 91% ), merupakan lokasi lazim dan sering kali tanda
gejala.
2. Lapisan uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi
3 jenis yaitu :
a. Mioma uteri subserosa
Lokasi tumor di subresakorpus uteri dapat sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai masa yang dihubungkan dengan uterus melalui tungkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum
dan disebut sebagai mioma intra ligamenter. Mioma yang cukup besar
akan mengisi rongga peritonial sebagai suatu masa. Perlengketan
dengan usus, omentum atau mesentrium disekitarnya menyebabkan
sistem peredaran darah diambil alih dari tinggi tangkai keomentum.
Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan

4
terlepas dari uterus sebagai masa tumor yang bebas dalam rongga
peritorium. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b. Mioma uteri intramural
Berubah sering tidak memberikan gejala klinis tidak berarti kecuali
rasa tidak enak karena adanya masa tumor didaerah perut sebelah
bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan
kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam oto rahim dapat
besar, padat (jaringan ikat dominal) lunak (jaringan otot rahim
dominal).
c. Mioma uteri sub mokosa
Terletak dibawah endometrium dapat pula bertangkai maupun tidak.
Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis dan pada
keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi .
4. Patofisiologi
Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh
estrogen yang menyebapkan sub mukosa yang ditandai dengan pecahnya
pembulu darah dan intramurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang
menyebabkan perdarahan pervagina lama dan banyak. Dengan adanya
perdarahan pervagina lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi kekrangan
volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya nekrosa
dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri. Penatalaksanaan mioma uteri
adalah oprasi jika informasi tidak adekuat, kurang suport dari keluarga dan
kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan cemas.
Pada pos-oprasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan robekan
jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas kulit
mempengaruhi epitalisasi dan pembatasan aktifitas maka terjadi perubahan
pola aktifitas. Kerusakan jaringan juga mengakibatkan terpaparnya agen
infeksius yang memepengaruhi resiko tinggi infeksi.

5
Pada pasien pos-oprasi akan terpengaruh obat anastesi yang mengakibatkan
depresi pusat pernafasan dan penurunan kesadaran sehingga pola nafas tidak
fektif.
5. Pathway

6
6. Manifestasi klinis
Hampir separu kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelfik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan
apa apa dan tidak sadr bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam
uterus. Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinis meliputi :
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan perubahan pada mioma uteri
Gejala klinis terjadi hanya pada sekitar 35 % sampai 50 % dari pasien yang
terkena. Adapun gejala klinis yang dapat timbul pada mioma uteri :
1. Perdarahn abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan ( 30
% ). Bentuk perdarahan yang di temukan menoragi, metroragi, dan
hipermenoria. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe.
Perdarahan abnormal ini ndapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area
permukaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distroksi dan kongesti dari pembulu darah disekitarnya dan ulserasi
dari lapisan endometrium.
2. Penekanan rahim yang membesar :
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah
b. Gejala traktus urinarius : Urin frekwensi, retensi urin, obstruksi dan
hindronefosis
c. Gejala intestinal : Konstipasi dan obstruksi intestinal
d. Terasa nyeri karena tertekannya saraf
3. Nyeri dapat disebabkan oleh :
a. Penekanan saraf
b. Torsi betangkai
c. Submukosa mioma terlahir
d. Infeksi pada mioma
4. Infertilitas, Akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di
kornu.Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat

7
menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematus pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa.
5. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan
edema ektremitas bawah, hemotheroid, nyeri, fdan dyspareunia.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
7. Obortus spontan
Biasanya mioma akan mengalami infolusi yang nyata setelah kelahiran.
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :
1. Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon esterogen yang
meningkat dalam kehamilan
2. Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : Tumor menjadi lebih lunak,
Berubah bentuk dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi
sehingga terjadi perdarahan
3. Mioma subserosum yang bertikai oleh desakan uterus yang membesar /
setelah bayi lahir, terjadi torsi ( terpelintir) pada tunhkainya , torsi
menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil
merasakan nyeri yang hebat pada perut ( abdomen akut )
4. Kehamilan dapat mengalami keguguran
5. Persalinan prematurias
6. Gangguan proses persalinan
7. Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas
8. Pada kala II dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarah
9. Mioma yang lokasinya dibelakan dapat terdesak ke dalam kavum
douglasi dan terjadi inkar serasi
10. Subvertil ( Agak mandul ) sampai fertil ( mandul ) dan kadang kadang
hanya punya anak 1. Terutama pada mioma uteri sub mukosum
11. Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus
12. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang
besar dan letak sub serus

8
13. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang
letaknya diservik
14. Atonia uteri terutama paska persalinan banyak, terutama pada mioma
yang letaknya dalam dinding rahim
15. Kelainan letak plasenta
16. Plasenta sukar lepas ( Retensio placenta) terutam pada mioma yang sub
mukus dengan intra mural
Penanganan berdasarkan pada kemungkinan adanya keganasan,
kemunghkinan torsi dan abdomen akut dan kemungkinan menimbulkan
komplikasi obstetri maka :
a. Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa
harus dikeluiarkan
b. Waktu yang tepat untuk oprasi adalah kehamilan 16 – 20 minggu
c. Oprasi yang dilakukan pada umur kehamilan 20 minggu harus
diberikan substitusi progesteron :
1) Beberapa hari sebelum oprasi
2) Beberapa hari setelah oprasi, sebab ditakuti korpus luteum
terangkat bersama ntumor yang dpat menyebabkan abortus
d. Oprasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut
e. Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi
persalinan, pernafasan yang dilakukan :
1) Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa
2) Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan secrio cesarea dan
jangan lupa, tumor sekaligus diangkat
Adanya mioma tidak slalu meberikan gejala karena itu mioma sering di
temukan tanpa di sengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologi. Gejala
yang ditemukan sangat tergantung pada tempat serang mioma itu berada,
besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi
Adapun tanda tanda yang umumnya terjadi :

9
a. Tumor masa dibawah perut sering kali penderita pergi ke dokter oleh
karena adanya gejala klinis
b. Perdsarahan yang abnormal : Gangguan perdarahan yang terjadi
umunya adalah hiperminorea, Menoragia dan dapat juga terjadi
metroragi. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini
antara lain :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadillah hiperplasia indrometrium
sampai endokarsinoma, endrometrium
2. Permukaan endromatrium yang lebih luar daripada biasa
3. Atrofi endometrium diatas mioma submukosa
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
saran mioma diantara serabut miomatrium, sehingga tidak dapat
menjadi penjepit pembulu darah yang melaluinnya dengan baik.
c. Rasa nyeri
Rasa nyeribukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada selmioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan
d. Gejala dan tanda penekanan
Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urin, pada kandung kekmih
dapat menyebabkan obsipasi dan teknisia, pada pembulu darah
dan pembulu limpe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai
dan nyeri panggul.
e. Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekean intersisial tuba, sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga
uterus.

10
Uterus membesar merata, dan sekitar 80% perempuan yang
menderita mioma uterus bertambah beratnya 80 grm ( berat
normal uterus hanya sekitar 50 grm ). Pernah dilaporkan sampai
ada uterus yang menderita mioma dengan berat lebih 200 grm.
Mioma sering bersama-sama dengan kelainan uterus llain
endometriosis pada 11% penderita dan 7% penderita mioma jugak
menderita polip endometrium, hingga kondisi ini mengajukan
diagnosa mioma.
7. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Torsi tangkai mioma dari:
a. Mioma uteri subserosa
b. Mioma uteri submukosa
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan
a. Pengaruh mioma terhadap kehamilan
1) Infertilitas
2) Abortus
3) Persalinan prematuritas dan kelainan letak
4) Inersia uteri
5) Gangguan jalan persalinan
6) Perdarahan post partum
7) Retensio plasenta
b. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
2) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
8. Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penangana secara
konserfatif dan penanganan secara operatif :
1. Penangan konserfatif sebagai berikut :

11
a. Observasi dengan pemeriksaan pelfis secara periodik setiap 3-6 bulan
b. Bila anemia, HB lebih dari 8 g% tranfusi PRC.
c. Pemberian zat besi
2. Penanganan operatif, bila :
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-13 minggu
b. Pertumbuhan tumor cepat
c. Mioma subserosa bertangakai
d. Bila dapt menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
e. Hiperminoria pada mioma submukosa
f. Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
a. Enukleasi mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak
atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini
tampaknya aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukliasi
sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endommetrium atau sarkoma uterus, juga dihindari masa
kehamilan.tindakan ini harusnya dibatasi pada tumor pada tangkai dan
jelas yang dengan mudah dijepit dan di ikat.
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak ingin memiliki anak lagi
c. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan
uterus.
Lama perawatan :
1) hari paska diagnosa keperawatan
2) 7 hari paska histerektomi atau miomektomi
Masapemulihan:
1) 2 minggu pasca perawatan
2) 6 minggu pasca histerektomi

12
3. Penanganan radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami monopose. Radiotrapi ini umumnya hanay
dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif akhir-
akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radiotrapi hendaknya
hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan uterus.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi
b. Tidak disertai radang pelfis
c. Tidak dilakukan pada wanita usia muda, sebab dapmenyebabkan
menepouse. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan
pendarahan.
9. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium
dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan CT Scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal
dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leimiosarkoma sangat jarang USG tidak dapat membedakannya dengan
mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gunanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai terapi juga
bergabung dengan uterus, lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tidak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histereskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
5. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.

13
7. Tes kehamilan
8. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan
untuk menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia
atau adenokarsinoma endometrium).

14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Mioma Uteri
1. Pengkajian
a. Identitas
Mioma uteri biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering
ditemukan pada usia 35 tahun keatas. Kulit hitam lebih banyak beresiko
terkena mioma daripada kulit putih.
b. Keluhan utama
Pada penderita mioma uteri biasanya mengeluh perdarahan abnormal
(hypermenore, menoragia, metoragia. Rasa nyeri akibat gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Gangguan BAK dan BAB.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering
mengalami perdarahan (hypermenorhea, menorhagi, metrorhagia) yang
lama dan terus menurus kadang-kadang disertai nyeri pada perut bagaian
bawah dan riwayat kontak berdarah dan dysperania.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita/pernah menderita penyakit
yang sama berupa perdarahan terus menerus dan lama karena
predisposisi dari mioma adalah faktor keturunan. Pada keluarga adakah
riwayat gangguan pembekuan darah yang dapat mengakibatkan
perdarahan yang sulit berhenti.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun, rasa sesak
dan lain-lain (Wiknjosastro, 1999:347).
2) Eliminasi
Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi mengalami
perubahan. Perubahan pola BAK dapat berupa polakisuria, dysuria,

15
dan kadang terjadi retensio urine, perubahan pola BAB dapat berupa
obstipasi dan tonesmi (Wiknjosastro, 1999:288).
3) Seksualitas
Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah dyspareunia,
karena adanya mioma pada alat genetalia interna juga kadang
menyebabkan libido menurun (Wiknjosastro, 2007:342).
4) Aktifitas
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul (Wiknjosastro,
2007:342).
5) Kondisi psikososial
Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/gejala yang
ditimbulkan oleh adanya penyakit seperti perdarahan, ada benjolan,
perdarahan yang terus-menerus dan lama.
6) Kondisi spiritual
Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain dari
penyakitnya, terutama bagi pasien yang beragama Islam, tidak
dapat/terganggu dalam melaksanakan ibadah.
f. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah, kesadaran kompos mentis menurun sampai
somnolen karena perdarahan menimbulkan gangguan keseimbangan
cairan
b. Tanda-tanda vital
Tensi : Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi penurunan
tensi (hipotensi)
Nadi : Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi takikardi
Suhu : Dapat normal dan dapat juga terjadi peningkatan suhu apabila
sudah ditemukan infeksi/ dehidrasi berat.
Nafas : Mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder
c. Head to toe
1) Muka

16
Tampak pucat dan anemis serta gelisah. Ekspresi wajah tampak
meringis
2) Mata
Konjungtiva pucat, sclera putih, kelopak mata tidak oedem
3) Mulut
Mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat. Bau aseton
bisa terjadi asidosis akibat dehidrasi/ shock hipovolemik yang
hebat.
4) Dada
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk memenuhi
oksigen ke paru-paru
5) Abdomen
Tampak adanya pembesaran, teraba tumor di perut bagian
bawah, teraba lunak/ keras, berbatas tegas, kenyal, dan berbeda
dengan jaringan di sekitarnya.
6) Genetalia
Adanya perdarahan pervaginam menoragia, metoragia
7) Anus
Karena penekanan mioma pada rektum dapat menyebabkan
hemoroid akibat pengerasan feses
8) Integument
Biasanya pasien akan berkeringat (diaforesis) karena cemas,
CRT >2 detik, akral teraba dingin
9) Ekstremitas
Dapat terjadi penekanan oedema tungkai akibat penekanan pada
pembuluh darah ddan pembuluh limfe
d. Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan bimanual

17
Teraba tumor padat uterus terletak di garis tengah atau agak ke
samping, teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat
mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus
2) Pemeriksaan uterus sonde
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas,
sehingga diagnosanya ditegakkan dengan uterus sonde
3) USG
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
menegakkan dugaan klinis. USG abdominal dan transvaginal
digunakan untuk memantau apakah mioma tadi bertambah besar
atau kecil. Mioma dengan ukuran kecil dapat diketahui dan
letaknya terhadapt kavum uteri juga dapat ditentukan, apakah
suatu mioma submukosa, intramural, dan subserosum.

18
2. Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah

Ds : pasien mengeluh Mioma uteri Hipovulemik


lemas dan terjadi
perdarahan pada vagina

Intramural
Do :

 Kesadaran
menurun Gangguan kontraksi otot
 Wajah pucat dan uterus
anemis
 Mukosa bibir
kering dan pucat Perdarahan per vagina
 CRT > 2 datik
 TD : < 90/60
mmHg Hipovulemik
 N : > 100 x/menit
 S : normal
 R : > 20 x/menit

Ds : pasien mengatkan Mioma uteri Nyeri akut


nyeri pada perut bagian
bawah

Perdarahan per vagina


Do :

 Wajah tampak
meringis Gangguan peredaran darah
 Nadi meningkat

19
 Gelisah
 RR meningkat
 Diaphoresis Nekrosa dan perlengketan

Nyeri akut

Ds : pasien mengatakan Mioma uteri Ansietas


cemas karena dampak
gejala yang ditimbulka
oleh adanya penyakit dan Rencana operasi
perdarahan yang terus
menerus.

Do : Informasi tidak adekuat

 Pasien tampak
anemis dan gelisah Kurang pengetahuan
 Frekuensi nafas
meningkat
 Nadi meningkat
Cemas
 Diaphoresis
 Akral teraba dingin

Ansietas

20
3. Intervensi Keperawatan
No Dx. tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Hipovolemik Setelah dilakukan tindakan a. Awasi masukan dan
berhubungan keperawatan selama 1 x … haluaran, ukur volume
dengan jam hipovolemik tertangani darah yang keluar
perdarahan per
dengan kriteria hasil : melalui perdarahan.
vagina
- Kesadaran normal b. Catat kehilangan darah
- Wajah normal ibu dan kemungkinan
- Mukosa bibir lembab adanya kontraksi
- Tanda – tanda vital uterus.
normal c. Hindari trauma dan
pemberian tekanan
berlebihan pada daerah
yang mengalami
perdarahan.
d. Pantau TTV, evaluasi
perifer dan pengisian
kapiler.
e. Catat respon fisiologis
individual pasien
terhadap perdarahan,
misalnya kelemahan,
gelisah, ansietas, pucat,
berkeringat, penurunan
kesadaran.
f. Berikan cairan IV
sesuai indikasi.
2 Nyeri Setelah dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian
berhubungan nyeri secara
keperawatan selama 1 x …
nekrosa dan komprehensif (catat
perlengketan jam, diharapkan nyeri
keluhan, lokasi nyeri,
berkurang dengan frekuensi, durasi, dan
Kriteria hasil : intensitas (skala 0 – 10)
dan tindakan
- Pasien mengatakan skala
penghilangan nyeri
nyeri yang dialaminya yang dilakukan)
menurun. b. Pantau tanda – tanda
vital.

21
- Ekspresi wajah pasien c. Berikan posisi yang
tidak meringis nyaman sesuai
kebutuhan pasien
- Pasien tampak tenang
d. Dorong pengungkapan
perasaan pasien
e. Evaluasi upaya
penghilangan nyeri /
control pada pasien.
f. Tingkatkan tirah
baring, bantulah
kebutuhan perawatan
diri yang penting.
g. Kolaborasikan
pemberian analgetik
sesuai indikasi.
3 Ansietas Setelah dilakukan a. Kaji dan
berhubungan dokumentasikan
keperawatan selama 1x …
dengan kurang tingkat
jam kecemasan berkurang kecemasanpasien
pengetahuan
b. Kaji untuk faktor
dengan kriteria hasil :
budaya( misal :
- Kecemasan menurun konflik, nilai) yang
menjadi penyebab
- Frekuensi nafas normal
ansietas
c. Berikan informasi
menegenai sumber
komunikasi yang
tersedia
d. Informasikan tentang
gejala ansietas
e. berikan obat untuk
menurunkan ansietas
jika perlu
f. Saat ansietas berat,
dampingi pasien
bicara dengan tenang
dan berikan
ketenangan serta rasa
nyaman

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa mioma uteri adalah suatu
pertumbuhan jinak dari otot – otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus
yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar,
biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada
usia 35 tahun.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetic, adalah estrogen, progesterone dan human growth hormone.
3.2 Saran
Mioma uteri merupakan penyakit dengan beberapa faktor pencetus, Bagi
para wanita di usia subur perlu kiranya memperhatikan kesehatan organ
reproduksi dengan menjaga pola hidup sehat dan menjaga kebersihan organ vital.

23
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. (2004). Prosedur tetap obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Carpenitto. (2000). Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Parker. (2007). Etiology Symptomatology and Diagnosis of Urine Myomas .


Departement of Obsterics and Medicine, volume 87.

Raybun. (2001). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

Wilkinson, J. (2015). Buku Diagnosis Keperawatan . Jakarta: Buku Kedokteran.

24

Anda mungkin juga menyukai