Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.

K DENGAN
MASALAH UTAMA HIPERTENSI PADA NY. S DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG KITRI
KELURAHAN MARGAHAYU RT02/RW 04

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Tahap Stase Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :
Fanny Maulida Rahma
0432950920010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BEKASI
2020
Kasus

Ny. S usia 50 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan membuka usaha warung kecil-
kecilan didepan rumahnya. Ny. S tinggal bersama dengan suaminya yang bernama Tn. k, seorang
laki-laki berusia 51 Tn. K bekerja sebagai buruh serabutan. Memiliki 2 orang anak , Anak yang
pertama sudah berumah tangga dan sudah tidak serumah lagi anak keduanya kerja di jepang
sebagai karyawan swasta, dirumah tinggal Tn. K dan Ny. S saja , Pada keluarga Tn. K yang
sedang sakit adalah Ny. S sendiri dengan menderita hipertensi beberapa tahun belakangan. Ny. S
mengatakan apabila sakitnya sedang kambuh selalu pergi berobat ke puskesmas. mengatakan
tidak memiliki pantangan dalam hal makanan, namun ketika sakitnya sedang kambuh Ny. S
memodifikasi makanan yang hendak dimakannya telebih dahulu, seperti mengurangi makanan
asin, dan lain sebagainya. Ny. S mengatakan kaki dan tangannya suka pegal. Terutama bagian
kakinya kalau malam suka terasa keram, dan hanya dibaluri minyak urut apabila sedang
mengalaminya. Ny. S mengatakan kakinya mulai terasa sakit dari lutut sampai jari, pun lututnya
juga nyeri apabila hendak duduk.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BANI SALEH

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS UMUM
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn.K Pendidikan : SD
Umur : 51 Tahun Pekerjaan :Buruh Serabutan
Agama : Islam Alamat : Margahayu
Suku : Betawi No. Telp :-

b. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pendidikan

1. Ny. S P 50 Istri Ibu Rumah SD


Tangga

2. An.M L 30 Anak Karyawan


Swasta SMK

An. Y L Anak Karyawan SMK


3. 25 Swasta

c. Genogram (tiga generasi)

Ny.S Tn.K

An.M An.Y
Keterangan :
: laki-laki

:perempuan

: meninggal

: hubungan dengan keluarga

: nikah

….. : tinggal serumah

: klien

d. Tipe keluarga :
a) Jenis tipe keluarga : Keluaga Bpk. E memiliki kelurga dengan tipe Niddle age /
aging couple Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja di
rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena perkawinan / meniti karier
b) Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga :
Menurunnya fungsi, Menurunkan kekuatan fisik, sumber financial yang tidak
memadai, isolasi sosial, kesepian ,Kerentanan psiklogis , Promosi kesehatan

e. Suku Bangsa
a) Asal suku bangsa : Tn.K dan ibu .S sama-sama berasal dari suku Jawa, bahasa
yang mereka gunakan sehari-harinya adalah bahasa Indonesi baik antara anggota
keluarga maupun dengan tetangga sekitar

b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : keluarga Tn. K berasal dari Jawa,
dalam keluarga tidak ada pantangan makanan apapun.

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Agama yang dianut oleh
keluarga ibu.S adalah Islam. Anggota keluarga tidak ada perbedaan keyakinan dan
perbedaaan praktek ibadah, keluarga ibu.S selalu menjalankan ibadah sesuai dengan
aturan dan jadwalnya. Seperti melaksanakan sholat 5 kali sehari dan kadang-kadang
mengkuti Acara pengajian. Agama dianggap oleh keluarga ibu.S adalah sebagai
landasan dasar atas keyakinan dan nilai yang mempengaruhi kehidupan keluarga.
g. Status sosial ekonomi keluarga
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : ibu.S bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan membuka warung di rumah. Sedangkan Tn. K suami ibu S bekerja sebagai
Buruh serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu setiap harinya dengan
status ekonomi menengah kebawah.

b) Penghasilan: hasil jualan warung dirumah : Rp 100.000- 200.000/hari

Uang bulanan dari anak :Rp 200.000/bln

c) Upaya lain :berjualan warung dirumah

d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) : televisi, kipas angina, kursi
tamu, lemari , sepeda motor

e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:makan ,listrik

h. Aktivitas reaksi keluarga : ibu.S jarang sekali melakukan rekreasi ketempat hiburan.
Saat santai di rumah keluarga sering duduk berkumpul bersama sambil menonton
televisi dan berkumpul dengan tetangga sekitar

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini: tahap perkembangan keluarga Tn. K
merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga
dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan
lain meninggal.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : tahap


perkembangan keluarga Tn. K merupakan tahap VIII keluarga usia lanjut ditahap
perkembangan 1)Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan 2) Adaptasi
dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, 3) Mempertahankan keakraban
suami-isteri dan saling merawat 4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan
sosial masyarakat 5) Melakukan “ Life Review” untuk saat ini masih berproses dalam
memenuhu tahap perkembangan belum ada kendala.

c. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga


a) Riwayat kesehatan saat ini : - Tn. K sebagai kepala keluarga jarang sekali
sakit tidak mempunyai masalah kesehatan yang serius , tidak ada masalah
istihat, makan maupun kebutuhan dasar yang lain, tidak mempunyai
keturunan hipertensi. Tidak merokok.
- Ny. S mempunyai hipertensi , rutin control kepuskesmas 1 bulan sekali
untuk cek lab dan mengambil obat rutin, tidak mempunyai masalah
dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya mempunyai
hipertensi pada saat pengkajian :
TD : 140/85 mmhg S: 36 celcius BB : 65 kg
N: 84 x/m R: 18 x/m TB: 149 cm
- An. M jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan imunisasi sudah
lengkap.
- An. Y jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan imunisasi sudah
lengkap.

b) Riwayat penyakit keturunan :Ny. S menderita hipertensi tapi keluarga Ny. S


dari pihak Bapak/Ibu tidak ada yang menderita Hipertensi

Iminisasi
Keadaan (BCG/POLIO/ Masalah T Tindakan Yg
No Nama Umur BB
Kesehatan DPT/HB/CAMP Keluarga Telah Dilakukan
AK)
Tn. K 30 51 56 Sehat - Tidak ada Sudah dilakukan
1. 59k
g
Ny . S 50 50 65 65 Kurang - Tidak ada sudah dilakukan
2.
kg sehat
3. An. M 30 4448 kg Sehat Lengkap Tidak ada Sudah dilakukan
An. Y 25 45 45 Sehat Lengkap Tidak adaS Sudah dilakukan
4.
kg

d. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Posyandu , Puskesmas dan Rumah


sakit

e. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Ny. S menderita hipertensi tapi keluarga


Ny. S dari pihak Bapak/Ibu tidak ada yang menderita Hipertensi

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah :12X 6 M
b) Tipe rumah :permanen ada tingkat diatas rumah dan untuk tempat mencuci dan
jemur baju
c) Kepemilikan : miik sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : terdiri dari ruang tamu kamar tidur ruang tengah
terdapat lemari pakaian ,dapur dan kamar mandi rumah Nampak rapid an bersih.
e) Ventilasi/jendela : memiliki sirkulasi udara yang baik,memiliki system sanitasi
yang baik,memiliki penerangan ruang yang baik
f) Pemanfaatan ruangan : Di teras depan dimanfaatkan untuk buka warung kecil
kecilan

g) Septic tank ( ada/tidak, jarak dengan sumber air bersih) :ada septic tank
dibelakang rumah jarak 1 meter

h) Sumber air minum : air mineral/ gallon isi ulang


i) Kamar mandi/WC : ada kamar mandi disamping dapur
j) Sampah : tersedia tempat sampah didapur dan bisanya nanti sampahnya dibakar
k) Kebersihan lingkungan :lingkungan bersih dan nyaman

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


a) Kebiasaan : Keluarga Tn.k bertempat tinggal di kelurahan Marahayu, warga
memilki kebiasaan berkumpul setiap sore sampai malam. Pelayan kesehatan
terdekat adalah puskesmas yang jaraknya tidak terlalu jauh.

b) Aturan/kesepakatan : tidak ada

c) Mobilitas geografis keluarga : Keluarga mengatakan sudah bertempat dirumah


tersebut sejak 23 tahun lalu, sebelumnya Tn. K ikut ayahnya, sebelum mempunyai
anak.

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Tn. K. dan Ny. S


Mengatakan hubungan dengan tetangga baik, setiap hari setelah pulang kerja Tn. K
ngobrol dengan tetangga. Dalam RT/RW ada kegiatan pengajian dan diikuti
warganya . tetangga banyak berasal dari daerah seperti jawa, sunda dan Sali betawi.
Jarak antara rumah sangat dekat dan banyak berdempetan.

d. Sistem pendukung keluarga : Dalam keluarga Tn. K. Apabila tedapat permasalahan


selalu di musawarahkan dengan Ny. S. Dalam mendukung kesehatan, keluarga
memiliki fasilitas untuk menunjang kesehatan keluarga yaitu berupa Jamkesmas,
fasilitas kesehatan yang ada di rumah sudah cukup bagus .

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi keluarga : Dalam keluarga Tn. K. mengatakan biasa
berkomunikasi denganmenggunakan bahasa indonesia, dapat berkomunikasi dengan
baik tidak ada hambatan dalam berkomunikasi.

b. Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga) : Dalam mengontrol perilaku


anak-anaknya saat ini adalah Tn. K. dengan memberikan nasehat bila anak-anaknya
berperilaku kurang baik. yang berperan mengambil keputusan dalam setiap masalah
adalah Tn. K dan Ny. S. Tn.K selaku kepala keluarga mengatakan telah memenuhi
peranya sebagai kepala keluarga begitu juga Ny.S mengatakan telah memenuhi
peranya sebagai istri.

c. Nilai dan norma keluarga: Dalam keluarga Tn.K. mempunyai suatu peraturan yang
ditanamkan kepada anak-anaknya yaitu tidak bertengkar dengan anggota keluarga dan
dalam menyelesaikan masalah harus dengan musyawarah. Konflik peran jarang
terjadi baik kedua orang tua maupun anak-anaknya

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif : Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan
rumah tangga.

b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga : Keluarga selalu mengajarkan dan
menanamkan prilaku yang baik.

b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga : interaksi Keluarga juga selalu


mengajarkan dan menanamkan prilaku social yang baik dalam masyarakat

c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : yang berperan


mengambil keputusan dalam setiap masalah adalah Tn. K

d) Kegiatan keluarga waktu senggang : Ny. S mengatakan hanya istirahat yang


dilakukan apabila waktu senggangnya sambil menonton tv

e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :Ny. S mengatakan mengikuti pengajian dan Tn.
K suka ikut bergotong royong diwilayah rumahnya

c. Fungsi perawatan kesehatan : Keluarga meyakini pengobatan yang disediakan


dipelayanan kesehatan keluarga Tn.k mengatakan jika ada anggota keluarga yang
sakit biasanya di bawa puseksmas. saat ini Ny.S mengetahui bahwa sudah menderita
penyakit hipertensi dengan keluhan kepala sering pusing, tengkuk terasa berat. Lalu
ibu.S memeriksakan kesehatan nya ke puskesmas dan dokter mengatakan bahwa
ibu.S menderita hipertensi dan diberikan obat untuk menurunkan tekanan darahnya.

d. Fungsi reproduksi : Sistim reproduksi ibu. S dan Tn K masih baik yaitu memiliki
anak dari hasil perkawinanya menghasilkan anak 2 .

e. Fungsi ekonomi : Kebutuhan pokok keluarga sehari-hari cukup terpenuhi dari


penghasilan Tn. K

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor yang dimiliki :
-Stresor jangka pendek ibu.S merasa kawatir jika sakit tidak sembuh – sembuh, atau
bertambah parah bila tidak di obati dan . Ny.S khawatir karena tekanan darahnya
tinggi.
-Stresor jangka panjang Keluarga ibu.S mengatakan hampir tidak pernah mengalami
stres dalam jangka panjang ( > 6 bulan ).

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor: Keluarga sangat kawatir dalam


menghadapi masalah kesehatan yang cukup serius jika di alami oleh salah satu
anggota keluarga, dan untuk mencari jalan keluarnya keluarga menggunakan obat
tradisional juga selalu berdoa kepada allah.

VII. PEMERIKSAAN FISIK INDIVIDU ANGGOTA KELUARGA (sesuai teknik


inspeksi, palpasi ,auskultasi)

Pemeriksaan Tn . K Ny. S

Vital Sign 1 120/80 mmHg , RR : 160/100 mmHg , RR : 20 x/m ,


18 x/m , N: 80 x/m , S: N: 78 x/m ,S: 36C
36,2C

BB dan TB Bb: 59 Kg, 160 cm Bb : 65 Kg , Tb: 149 cm

Kepala bentuk bulat, tidak ada Bentuk bulat, tidak ada


benjolan benjolan, ibu.S mengatakan
sering merasa sakit kepala

Mata Simetris kiri dan Simetris kiri dan kanan, reflek


kanan, reflek pupil
positif, miosis pupil positif, miosis

Hidung Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, tidak ada


ada sekret, tidak ada sekret, tidak ada kelainan
kelainan seperti seperti polip,Bersih , tidak ada
polip,Bersih , tidak ada lesi
lesi

Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab, tidak ada


tidak ada caries caries

Telinga Bersih, tidak tampak Bersih, tidak tampak adanya


adanya cerumen, tidak cerumen, tidak ada lesi, bentuk
ada lesi, bentuk simetris kiri dan kanan
simetris kiri dan kanan

Leher Tdk ada pembesaran Tdk ada pembesaran kelenjar


kelenjar thyroid thyroid, ibu. S mengeluh sering
merasakan tengkuk
belakangnya tersa berat

Toraks I: pengemban gan dada I: pengemban gan dada


simetris P: tidak ada simetris P: tidak ada nyeri
nyeri tekan P: sonor A: tekan P: sonor A: vesiculer
vesicular

Abdomen I : tidak ada jejas P I : tidak ada jejas P :peristaltik


:peristaltik usus usus 16xmenit P : tidak ada
16xmenit P : tidak ada nyeri tekan A : tympani
nyeri tekan A :
tympani

Ekstremitas atas Tidak ada edema Tidak ada edema

Ektremitas bawah Tdk ada varises, tdk Tdk ada varises, tdk ada edema
ada edema

VIII. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya : Tn. K dan Ny. S berharap kedepannya dapat terus
hidup sehat .

b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Tn. K dan Ny. S mengatakan pelayanan
kesehatan dipuskesmas sudah bagus dan ramah dan kader disekitar wilayah rumahnya
sudah berperan aktif.
J. ANALISIS DATA
Data Masalah

DS :
- Klien mengatakan pusing apabila sedang Nyeri akut
banyak pikiran
- Klien mengatakan pegal didaerah tengkuk
- Klien mengatakan selalu pergi berobat kalau
sakitnya tidak kunjung sembuh
P: nyeri karena tekanan darah tinggi,
Q: nyeri seperti tertusuk tusuk.
R: nyeri dirasakan pada leher bagian belakang,
S: Skala nyeri 5,
T: nyeri hilang timbul, Ny.“S” mengatakan
mempunyai riwayat nyeri sudah lumayan
lama . Pada pemeriksaan fisik ditemukan
tanda-tanda vital:
DO:
TD : 160/100 mmHg, P: 78x/menit, N: 20 x/
menit dan S: 36C.
DS :
- Klien mengatakan belum mengetahui apa itu
Defisit pengetahuan tentang program
darah tinggi.
diet hipertensi
- Klien mengatakan kalau sudah kambuh darah
tingginya pola makannya diubah.
- Klien mengatakan belum mengetahui bahwa
jus timun atau belimbing bisa menurunkan
darah tingginya.
DO :
- Memberitahuakan obat yang sedang
dikonsumsinya yaitu amlodipin
- Klien terlihat bingung ketika perawat bertanya
tentang makanan atau minuman apa saja yang
bisa menurunkan darah tinggi.
- Klien bertanya tentang jus belimbing dan
bagaimana cara membuatnya.
DS : Gangguan mobilitas fisik
- Klien mengatakan tangan dan kakinya pegal-
pegal
- Klien mengatakan kedua kakinya suka kram
saat tidur
- Klien mengatakan lututnya suka sakit saat
hendak bangun dari duduk
- Klien mengatakan dalam melakukan
aktivitasnya masih bisa dilakukan sendiri
- Klien mengatakan kalau merasa sakit suka
dioleskan oleh minyak urut
DO :
Klien terlihat memegang lututnya saat hendak
bangun dari duduk

K. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Defisit pengetahuan tentang program diet hipertensi
3. Gangguan mobilitas fisik

L. SKORING
1. Dx. Nyeri akut
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah (kurang 3 1 3/3 x 1 = 1 - Klien mengatakan
sehat/aktual) pegal didaerah tengkuk
2. Kemungkinan masalah 2 2 ½x2=1 - Klien mengatakan pegal
bisa diubah (sebagian) didaerah tengkuk
3. Potensial masalah untuk 3 1 3/3 x 1 = 1 - Klien mengatakan selalu
dicegah (tinggi) pergi berobat kalau
sakitnya tidak kunjung
hilang saat minum obat
warung
4. Menonjolnya masalah 2 1 2/2 x 1 = 1 - Klien mengatakan
(masalah harus segera pegal didaerah tengkuk
ditangani)
Jumlah 4

2. Dx. Defisit pengetahuan tentang program diet hipertensi


No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah (kurang 3 1 3/3 x 1 = 1 - Klien mengatakan
sehat/aktual) belum mengetahui
bahwa jus timun atau
belimbing bisa
menurunkan darah
tingginya
- Klien bertanya tentang
jus belimbing dan
bagaimana cara
membuatnya.
2. Kemungkinan masalah 2 2 2/2 x 2 = 2 - Klien bertanya tentang
bisa diubah (mudah) jus belimbing dan
bagaimana cara
membuatnya.
3. Potensial masalah untuk 3 1 3/3 x 1 = 1 - Klien bertanya tentang
dicegah (tinggi) jus belimbing dan
bagaimana cara
membuatnya.
4. Menonjolnya masalah 2 1 2/2 x 1 = 1 - Klien mengatakan
(masalah harus segera belum mengetahui
ditangani) bahwa jus timun atau
belimbing bisa
menurunkan darah
tingginya
Jumlah 5
3. Dx. Gangguan mobilitas fisik
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah (kurang 3 1 3/3 x 1 = 1 - Klien mengatakan
sehat/aktual) tangan dan kakinya
pegal-pegal
- Klien mengatakan
kedua kakinya suka
kram saat tidur
- Klien mengatakan
lututnya suka sakit
saat hendak bangun
dari duduk
- Klien terlihat
memegang lututnya
saat hendak bangun
dari duduk
2. Kemungkinan masalah 2 2 2/2 x 2 = 2 - Klien mengatakan
bisa diubah (mudah) dalam melakukan
aktivitasnya masih bisa
dilakukan sendiri
3. Potensial masalah untuk 3 1 3/3 x 1 = 1 - Klien mengatakan
dicegah (tinggi) kalau merasa sakit suka
dioleskan oleh minyak
urut
4. Menonjolnya masalah 2 1 2/2 x 1 = 1 - Klien mengatakan
(masalah harus segera tangan dan kakinya
ditangani) pegal-pegal
- Klien mengatakan
kedua kakinya suka
kram saat tidur
- Klien mengatakan
lututnya suka sakit
saat hendak bangun
dari duduk
- Klien terlihat
memegang lututnya
saat hendak bangun
dari duduk
Jumlah 5

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


1. Dx. Defisiensi pengetahuan tentang program diet hipertensi
2. Dx. Gangguan mobilitas fisik
3. Dx. Nyeri akut

N. RENCANA INTERVENSI

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Data Domain & Tujuan NOC NIC


Diagnosis
DS : Domain 5 1) klien mampu - Klien dan - Kaji tingkat
- Klien kelas 4 mengerti dan keluarga pengetahu
mengataka Diagnosis memahami menyatakan an klien
n belum : pengertian pemahan dan
mengetah Defisiensi Hipertensi tentang keluarga
ui apa itu pengetah penyakit, - Jelaskan
2) klien mampu
darah uan kondisi,prognosi patofisiolo
mengerti dan
tinggi. (00126) s, dan program gi dari
memahami tanda
- Klien pengobatan penyakit
dan gejala
mengataka - klien dan dan
Hipertensi
n kalau keluarga bagaimana
sudah 3) klien mampu mampu hal ini
kambuh mengerti dan melaksanakan berhubung
darah memahami prosedur yang an dengan
tingginya penanganan dijelaskan antomi da
pola Hipertensi secara benar fisiologi,
makannya - Klien dan dengan
4) klien mampu
diubah. keluarga cara yang
mengerti dan
- Klien mampu tepat.
memahami
mengataka komplikasi menjelaskan - Gambarka
n belum Hipertensi kembali apa n tanda
mengetah yang dijelaskan dan gejala
ui bahwa perawat/tim yang biasa
jus timun kesehatan muncul
atau lainya. pada
belimbing penyakit
bisa dengan
menurunk cara yang
an darah tepat
tingginya - Gambarka
DO : n proses
- penyakit
Memberita dengan
huakan cara yang
obat yang tepat
sedang - Identifikasi
dikonsumsi kemungkin
nya yaitu an
amlodipin penyebab,
- Klien dengan
terlihat cara yang
bingung tepat
ketika - Sediakan
perawat informasi
bertanya pada klien
tentang tentang
makanan kondisi,
atau dengan
minuman cara yang
apa saja tepat
yang bisa - Sediakan
menurunk bagi
an darah keluarga
tinggi. informasi
- Klien tentang
bertanya kemajuan
tentang jus klien
belimbing dengan
dan cara yang
bagaimana tepat
cara - Diskusikan
membuatn pilihan
ya. terapi atau
penangana
n
- Dukung
klien untuk
mengekspl
orasi atau
mendapat
kan second
opinion
dengan
cara yang
tepat atau
diindikasik
an
- Eksplorasi
kemungkin
an sumber
atau
dukungan
dengan
cara yang
tepat.
DS : Domain Setelah dilakukan - Klien meningkat - Monitoring
12 kelas 1 tindakan dalam aktivitas vital sign
- Klien
Diagnosis keperawatan fisik sebelum/s
mengataka : Gangguan mobilitas - Mengerti tujuan esudah
Gangguan fisik teratasi dengan dari latihan dan
n tangan
mobilitas tujuan : peningkatan lihat
dan fisik( 0008 – Meningkatkan mobilisasi respon
5) Toleransi - Memverbalisasi pasien saat
kakinya klien untuk kan perasaan latihan
pegal- melakukan dalam - Kosultasika
aktivitas fisik meningkatkan n dengan
pegal – Mencegah kekuatan dan terapi fisik
- Klien terjadinya kemampuan tentang
cidera akibat
berpindah rencana
mengataka jatuh
ambulasi
– Meningkatkan
n kedua sesuai
kebugaran
fisik dengan
kakinya
kebutuhan
suka kram - Ajarkan
pasien
saat tidur
tentang
- Klien teknik
mengataka ambulasi
- Kaji
n lututnya
kemampua
suka sakit n pasien
dalam
saat
mobilisasi
hendak - Damping
dan bantu
bangun
pasien saat
dari duduk mobilissi
- ajarkan
- Klien
pasien
mengataka bagaimana
merubah
n dalam
posisi dan
melakukan berikan
bantuan
aktivitasny
jika
a masih diperlukan
bisa
dilakukan
sendiri
- Klien
mengataka
n kalau
merasa
sakit suka
dioleskan
oleh
minyak
urut
DO :
Klien terlihat
memegang
lututnya saat
hendak
bangun dari
duduk

DS : Domain Tujuan umum : 1. Nyeri terkontrol 1. Lakukan


12 kelas 1 Setelah dilakukan
- Klien 2. Skala nyeri 2 pengkajian
Diagnosis kunjungan ke rumah
mengataka : Nyeri diharapkan nyeri (ringan) nyeri secara
Akut berkurang dan klien
n pusing Kriteria hasil : komfrehensif,
(00132) mampu mengontrol
apabila nyeri. 1. Mampu termasuk
sedang mengontrol nyeri lokasi,
Tujuan khusus:
banyak Setelahdilakukan (tahu penyebab karakteristik,
tindakan
pikiran nyeri, mampu durasi
keperawatan
- Klien keluarga mampu: menggunakan tehnik frekuensi,
1. Mengenal masalah
mengataka nonfarmakologi kualitas dan
kesehatan
n pegal 2. Mengambil untuk mengurangi faktor
keputusan
didaerah nyeri) prespitasi.
3. Merawat anggota
tengkuk keluarga yang sakit 2. Melaporkan 2. Observasi
4.Memodifikasi
- Klien bahwa berkurang reaksi non
lingkungan
mengataka dengan verbal dan
5.Memanfaatkan
n selalu menggunakan ketidaknyaman
fasilitas pelayanan
pergi kesehatan dengan manajemen an.
berobat nyeri. 3. Gunakan
tehnik
kalau 3. Mampu
komunikasi
sakitnya mengenali nyeri terapeutik.
4. Bantu pasien
tidak (skala, intensitas,
dan keluarga
kunjung frekuensi, dan tanda untuk
menemukan
sembuh nyeri)
dukungan.
4. Tanda vital dalam 5. Kolaborasi
rentang normal. dengan dokter
P: nyeri karena
jika ada
tekanan darah keluhan dan
tindakan nyeri
tinggi,
tidak berhasil.
Q: nyeri
seperti
tertusuk
tusuk.
R: nyeri
dirasakan
pada leher
bagian
belakang,
S: Skala nyeri
5,
T: nyeri hilang
timbul, Ny.“S”
mengatakan
mempunyai
riwayat nyeri
sudah
lumayan
lama . Pada
pemeriksaan
fisik
ditemukan
tanda-tanda
vital:
DO:
TD : 160/100
mmHg, P:
78x/menit, N:
20 x/ menit
dan S: 36C.
Diagnosa Ttd
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
Defisiensi S:
pengetahuan O:
tentang program A:
diet hipertensi P:
Gangguan S:
mobilitas fisik O:
A:
P:
Nyeri akut S:
O:
A:
P:
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Hipertensi atau
yang biasa dikenal dimasyarakat sebagai tekanan darah tinggi terjadi akibat adanya
peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah dari
jantung ke seluruh tubuh secara terus menerus dari satu periode (Irianto, 2014).
Sebanyak kurang lebih 60% penderita hipertensi berada di negara berkembang, di
Indonesia penyakit hipertensi masih menjadi penyebab kematian ke dua setelah stroke
(Wardani, 2013).
Data WHO tahun 2015 menunjukkan sekiatar 1,13 miliar orang di dunia
menyandang hipertensi, artinya satu dari tiga orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,diperkirakan pada tahun
2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya
9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan kompilkasinya.
Riskesdas 2018, menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
pada penduduk usia kurang lebih 18 tahun sebesar 34,1% tertinggi di kalimantan selatan
44,1%, sedangkan terendah di papua sebessar 22,2%`. Estimasi jumlah penderita
hipertensi di indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di
indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31.6%), umur 45-54
tahun(45.3%), umur 55-64tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34.1%
diketahui bahwa sebesar 8.8% terdiagnsis hipertens dan 13.3% orang yang terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat serta 32.3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi
sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
Hasil survei dengan melakukan pengkajian Ny.F di RT 17 Kelurahan Kedung
Pengawas Kecamatan babelan kabupaten Bekasi. Bahwa permasalahan yang dialami
pada Ny. F adalah penyakit hipertensi. Klien mengatakan pusing setelah ditensi
mendapatkan 130/100mmHg. pada umumnya Ny. F belum mengetahui makna tentang
hipertensi, tanda gejala termasuk pengobatan dan penanganan hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku yang berisiko seperti
merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsusmsi
gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol
berelbihan dan stres.Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian
hipertensi diantaranya meningkatkan promosi keshatan, melakukan pengukuran darah
secara rutin dan pemeberdayaan masyarakat dalam deteksi dini dan monitoring faktor
resiko hipertensi melalui posbindu yang diselenggarakan di masyarakat, di tempat kerja
dan institusi.
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu, tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel
yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan
fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit
degeneratif.

B. TUJUAN PENYULUHAN
I. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan Ny.S tentang hipertensi.
II. Tujuan Khusus
a) Ny.S mampu mengetahui apa itu hipertensi
b) Ny.S dapat mengerti dan memahami penyebab hipertensi
c) Ny.S dapat mengerti dan memahami tanda dan gejala hipertensi
d) Ny.S dapat mengerti dan memahami cara pencegahan hipertensi
e) Ny.S dapat mengetahui tentang komplikasi hipertensi

C. MANFAAT PENELITIAN
1) Bagi Masyarakat
 Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan informasi
kesehatan  dan penyakit hipertensi
 Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan hipertensi
khususnya lansia sehingga dapat dikontrol apabila terjadi masalah
dengan penyakit hipertensi 
2) Bagi Institusi
 Memberikan masukan dalam hal pemantauan hipertensi pada masyarakat
khususnya lansia di Rt 04
 Dapat dijadikan pedoman dalam menentukan kebijakan program penyakit
hipertensi 
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan diastoik atau
tekana keduanya. Hipertensi dapat didefinisiakan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisakn sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).

B. Etiologi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Restistance (TPR). Peningkatan kecepatan
denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus SA.
Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaaan
hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya diskompensasi
oleh penurunan volume sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal
atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin atau aldosterone
maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh
ginjal. Peningkatan plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolic akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan preload biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan etiologi
a. Hipertensi esensial( primer)
Merupakan 90% dari kaksus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini
belum diketahui penyebabnya secara pasti. Berapa factor yang mempengaruh dalam
terjadinya hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, strees dan psikologis, serta
faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya
asupan kalium/kalsium). Peningkatan darah tidak jarang merupakan satu-satunya
tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi komplikasi
pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung.

b. Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan
jelas sehingga lebih mudah di kendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi
sekunder diantaranya beruba kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan
adrenal, kelainan otak, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resisitensi
insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan
kortikosteroid.

2. Klasifkasi berdasarkan derajat hipertensi


Berdasarkan JNC VII :
Derajat Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Pre-hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi derajat II > 160 Atau > 100
Menurut European Society of Cardiology :
Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 90
Normal 120 – 129 Dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 Dan/atau 85 – 89
Hipertensi derrajat1 140 – 159 Dan/atau 90 – 99
Hipertensi derajat2 160 -= 179 Dan/atau 100 – 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 Dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ 190 Dan < 90
terisolasi

D. Tanda dan Gejala


Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manisferstasi yang khas sesuai siste, organ yang divaskularisasi oleh pembulu darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanisfestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanisfestasi sebagai paealysisi sementara pada suatu sisi
(hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan (Brunner & Suddart, 2005).
Crowin. (2000) menyebutkan bahwa sebagai besar sebagian besar gejala klinis
timbul.:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial
2. Penglihatran kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari penyebab
hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol HDL, dan EKG (Mansjoer dkk, 2001).

F. Pengobatan
1. Pengobatan Medis
a. Diuretic (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis

c. Betabloker (Metaprolol, Propanolol, Atenolol)


1) Menurunkan daya pompa jantung
2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial
3) Pada penderita diabetes mellitus dapat menutupi gejala hipoglikemia
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah
e. ACE Inhibitor (Captopril)
1) Menghambat pmbentukan zat Angiotensin II
2) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingati
daya pompa jantung.
g. Antagonis kalsium (Dilitiasem dan Varepamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitis)
2. Pengobatan komplementer
a. Daun Seledri
Kandungan daun seledri : Daun seledri memiliki kandungan Apigenin yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah dan Pthalide yang dapat mengendurkan
otot-otot arteri atau membuat rileks pembuluh darah. Kandungan itulah yng
mengatur aliran darah yang memungkinkan pembuluh darah membesar dan
mengurangi tekanan darah.
Cara pembuatan : Daun seledri di rebus sampai mendidih, kemudian di minum
hangat. Diminum 2 kali sehari.

b. Labu Siam
Kandungan labu siam : Buahnya mengandung zat saponin, alkaloid, tannin.
Daunnya mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Kandungan alkoloidnya
dapat membuka pembuluh darah yang tersumbat. Oleh sebab itu, labu siam bisa
menurunkan darah tinggi.
Cara pembuatan : Diparut kemudian airnya diminum. Sebaiknya diminum 2 kali
sehari, pada pagi dan sore.

c. Bawang Putih
Kandungan bawang putih : Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat
anti bakteri dan antiseptik. Kandungan allicin dan aliin berkaitan dengan daya anti
kolesterol. Daya ini mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan
lain-lain.
Cara pembuatan : Ambil 3 siung bawang putih, kemudian parut dan saring lalu
diminum airnya. Bawang putih juga dapat di kunyah dan dimakan langsung.

d. Mentimun
Kandungan mentimun : Buah mentimun mengandung silikon, fluorin, dan kalium,
dan sebaliknya rendah kalori sehingga mampu membantu merangsang ginjal untuk
membuang sisa metabolisme dan deposit lemak di dalam tubuh.
Cara pembuatan : Ambil 2 buah mentimun segar dicuci bersih, lalu diparut. Hasil
parutannya diperas dan disaring, lalu diminum sekaligus. Lakukan 2-3 kali sehari.
Dapat dimakan langsung dan dibuat jus.

e. Pepaya
Kandungan pepaya : Pepaya memiliki banyak kandungan potassium yang dapat
menurunkan tekanan darah tinggi. Satu buah pepaya mengandung kurang lebih 16
% kebutuhan tubuh akan potassium. Dengan mengkonsumsi makanan tinggi
potassium setiap hari maka tekanan darah akan terkontrol.
Cara pembuatan : Dapat dimakan langsung atau dibuat jus.

f. Daun Sirsak
Kandungan daun sirsak : Mengandung banyak serat, karbohidrat, kalium, vitamin
C, air, fosfor dan kalsium, lemak. Daun sirsak juga mengandung antioksidan yang
dapat melenturkan dan melebarkan pembuluh darah serta menurunkan tekanan
darah.
Cara pembuatan : Ambil 4 – 5 lembar daun sirsak, kemudian rebus dengan 3 gelas
air sampai tersisa 1 gelas. Minumlah setiap hari sampai tekanan darah turun.

g. Belimbing
Kandungan belimbing : Buah belimbing kaya akan serat dan vitamin C. Dalam satu
buah belimbing berukuran sedang (90 gram), setidaknya terkandung 3 gram serat, 1
gram protein, serta dapat memenuhi 52% kebutuhan harian tubuh akan vitamin C.
Selain kaya serat dan vitamin, buah belimbing juga dikenal rendah kalori. Dalam
satu buah belimbing berukuran sedang, terdapat sekitar 30 kalori dan 5 gram
karbohidrat. Buah belimbing mengandung mineral yang baik bagi kesehatan. Selain
itu, belimbing juga mengandung kalium tinggi dan rendah natrium. Mengandung
kalium membuat belimbing bermanfaat sebagai buah penurun tekanan darah tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 21 responden dengan
kriteria lnsia hipertensi dengan tekanan darah antara 150/90 mmHg sampai 220/130
mmHg, serta dengan usia antara 60-82 tahun, menunjukkan bahwa terjadi
penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan jus belimbing
(Ardiyanto, Nuraeni, & Supriyono, 2014).
Cara pembuatan : Cuci buah belimbing lalu potong kecil-kecil. Anda masukkan ke
dalam blender lalu haluskan. Anda minum jus belimbing segera saat masih dingin.
h. Tomat
Kandungan tomat : Buah tomat memiliki kandungan likopen, efek anti inflamasi
dari anti oksidan di dalam likopen ini dapat mengurangi kerusakan sel yang
memicu aterosklerosis yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Likopen juga
berperan dalam menurunkan ldl dan sebagai anti-ateroklerosis dengan cara
melindungi pembuluh endotel dari kerusakan, mengurangi respin inflamasi serta
menghambat proliferasi sel otot halus (Lestari & Rahayuningsih dalam Ilma &
Wirawanni, 2015).
Cara pembuatan : Siapkan buah tomat matang 150gr haluskan dengan blender tanpa
tambahan air dan gula diberikan selama 7 hari.

G. Prognosis
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor ini dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergera kebawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespons pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat responsvasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan ke renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldesteron oleh korteks
adenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan ditensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oeh jantuung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
meningkatkan tahanan perifer.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
a. Diuretic (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis
c. Betabloker (Metaprolol, Propanolol, Atenolol)
1) Menurunkan daya pompa jantung
2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial
3) Pada penderita diabetes mellitus dapat menutupi gejala hipoglikemia
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah
e. ACE Inhibitor (Captopril)
1) Menghambat pmbentukan zat Angiotensin II
2) Efek samping : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingati
daya pompa jantung.
g. Antagonis kalsium (Dilitiasem dan Varepamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitis)

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai body mass index (BMI) dengan
rentang 18,5 - 24,9 kg/m2 (Kaplan,2006). Bmi dapat diketahui dengan membagi
berat badan anda dengan tinggi badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan
meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan
diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolic dapat diturunkan
sebanyak 5 mmHg (radmarssy, 2007).

b. Kurangi asupan natrium (sodium)


Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam
yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira – kira 6 gr nacl atau 2,4 gr garam perhari)
(Kaplan, 2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang
dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½
sendok the perhari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan
tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg (radmarssy, 2007).
c. Batasi konsumsi alcohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alcohol harus dibatasi
karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningktakan tekanan darah. Para
peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi 4 x lebih besar daripada
mereka yang tidak minum minuman beralkohol.

d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet


Pertahankan asupan diet potassium (>90mmol (3500 mg) perhari) dengan
cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang
bersama air kencing. Dengan setidaknya mengkonsumsi buah-buahan sebanyak 3-
5 kali dalam sehari, sseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup
(Radmarssy, 2007).

e. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi meroko dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari mengkonsumsi
tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi (Dalimartha,2008).
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena
menyempitkan pembuluh darah dan meingkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah (Sheps, 2005). Maka pada penderita hipertensi dianjurkan untuk
menghentikan kebiasaan merokok (pfizerpeduli.com).

f. Penurunan stress
Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika
episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi (sheps, 2005). Menghindari stress dengan menciptakan yang menyenangkan
bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti
yoga atau meditasi yang dapat mengontrol system saraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah (pfizerperduli.com)

g. Terapi masasse (pijat)


Menurut dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada
penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga
gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur
energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan
hambatan lain makan resiko hipertensi dapat ditekan.

I. Makanan yang dianjurkan penderita hipertensi


a. Konsumsi buah dan sayur
Menurut Anwar (2014) konsumsi buah dan sayur yang kurang merupakan faktor
yang berkontribusi untuk terjadinya hipertensi. Pada penelitian Sumaerih di Indramayu
tahun 2006 dan Lu Wang Et al. di Boston tahun 2008 membuktikan bahwa asupan
kalium yang tinggi dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian epidemiologi
menunjukkan bahwa asupan rendah kalium mengakibatkan peningkatan tekanan darah
dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistensi pembuluh
darah pada ginjal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Allen Deborah yang
menyatakan bahwa asupan kalium yang tinggi akan menurunkan tekanan darah.
Mekanisme kerja kalium dalam mencegah penyempitan pembuluh darah
(arteroklerosis) adalah dengan menjaga dinding pembuluh darah arteri tetap elastik dan
mengoptimalkan fungsinya, sehingga tidak mudah rusak akibat tekanan darah tinggi.
Berikut adalah makanan dengan tingkat kalium tinggi, diantaranya buah bit, bayam,
tomat, jeruk, pisang, alpukat, yogurt, air kelapa.

b. Makanan tanpa garam dan kaldu bubuk


Diet rendah garam bertujuan untuk membantu menurunkan tekanan darah tinggi
serta mempertahankan tekanan darah menuju normal. Selain itu, bertujuan untuk
menghilangkan retensi garam dalam tubuh. Dasar diet hipertensi yang perlu
diperhatikan adalah membatasi penggunaan garam natrium serta jenis makanan
berlemak. Fungsi natrium dalam tubuh ialah menjaga keseimbangan cairan dan asam
basa tubuh, namun apabila asupan natrium berlebihan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan tubuh sehingga menimbulkan penimbunan cairan (edema)
(Palimbong, Kurniasari, & Kiha, 2018).

J. Makanan yang dibatasi dan dihindari penderita hipertensi


a. Garam dapur
Diet rendah garam merupakan diet yang dimasak dengan atau tanpa
menggunakan garam namun dengan pembatasan tertentu. Garam rendah yang
digunakan adalah garam natrium. Natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraselular tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Asupan natrium yang
berlebihan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi (Palimbong et al., 2018).

b. Makanan yang diolah dengan sumber sodium


Jenis bahan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh responden selain garam
adalah Monosodium glutamat (MSG) atau yang dikenal masyarakat sebagai bahan
penyedap masakan. Dari penelitian didapatkan sebanyak 98 responden (hampir 100%)
yang menggunakan MSG untuk bahan penyedap masakan. MSG adalah garam natrium
yang berikatan dengan asam amino berupa asam glutamat. Meskipun diperkenankan
sebagai penyedap masakan, penggunaan MSG berlebihan dapat mengakibatkan tekanan
darah tinggi (Astuti, 2017).

c. Makanan yang diawetkan


Mengawetkan makanan apa pun membutuhkan garam. Garam bisa menghentikan
makanan agar tidak membusuk dan membuatnya bisa dimakan lebih lama. Semakin
lama sayuran berada dalam pengalengan dan mengawetkan cairan, semakin banyak
natrium yang mereka ambil. Satu ketimun acar kecil bisa mengandung 447 mg sodium.
Jadi akan lebih baik penderita darah tinggi untuk bisa membatasi atau mengurangi
konsumsi acar.
d. Makanan dalam kaleng
Makanan kaleng, seperti sarden dan kornet, cenderung memiliki kadar natrium
yang tinggi. Serupa pada makanan beku, natrium pada makanan kaleng juga berfungsi
sebagai pengawet agar tahan lama.

e. Kecap
Kecap manis mengandung natrium yang cukup tinggi. Satu sendok makan kecap
manis mengandung 698 mg natrium. Seseorang yang menderita hipertensi perlu hati-
hati dalam mengkonsumsi kecap manis. Kalau menemukan produk kecap yang tidak
menuliskan jumlah kandungan sodiumnya, sebaiknya tinggalkan. Apalagi ada beberapa
produk kecap manis yang komposisi garamnya justru lebih banyak daripada kecap asin.

f. Daging dalam kemasan


Daging yang sudah diproses dan disimpan dalam kemasan merupakan makanan
pantangan darah tinggi yang paling utama. Sebab, produk ini banyak mengandung
natrium. Salah satu contohnya adalah sosis. Pada saat daging olahan ini diproses,
biasanya akan ada penambahan garam. Konsumsi daging pada dasarnya dianjurkan
sebagai sumber protein sehat. Tapi, pastikan Anda mengonsumsi daging dalam keadaan
segar, bukan dalam kemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2014). Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas S . Parman Kota
Banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan, 5(1), 1–8.
Ardiyanto, I., Nuraeni, A., & Supriyono, M. (2014). Efektifitas Jus Belimbing Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan Tawangmas Baru Kecamatan
Semarang Barat. Jurnal Ilmi Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 1–8.
Astuti, I. S. W. (2017). Correlation Analysis of Food Consumption Pattern that Induced
Hypertension on Farmer in Rural Areas of Jember Regency. Journal of Agromedicine and
Medical Sciences, 3(3), 7.
Doenges, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Palimbong, S., Kurniasari, M. D., & Kiha, R. R. (2018). Keefektifan Diet Rendah Garam Pada
Makanan Biasa Dan Lunak Terhadap Lama Kesembuhan Pasien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 3(1), 74–89.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh ASKEP). Yogyakarta: Nuha Medika.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT HIPERTENSI
Diagnosa Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang program diet hipertensi
Sasaran : Ny. S
Waktu : 30 menit
Hari / Tanggal : Rabu, 30 Desember 2020
Tempat Lokasi : Rumah Ny. S
Pemberi Materi : Fanny Maulida Rahma

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan Ny. S dan keluarga mampu
mengetahui tentang apa saja diet untuk penderita hipertensi.

2. Tujuan Khusus
a. Ny. S dan keluarga mampu menyebutkan makanan yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi.
b. Ny. S dan keluarga mampu menyebutkan makanan yang dibatasi dan dihindari untuk
penderita hipertensi.
c. Ny. S dan keluarga mampu menyebutkan apa saja pengobatan tradisional untuk
penderita hipertensi.

3. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Tanya jawab

4. Alat Bantu Belajar


a. Leaflet
b. Lembar balik / booklet

5. Evaluasi Belajar
a. Sebutkan makanan yang dianjurkan penderita hipertensi
b. Sebutkan makanan yang dibatasi dan dihindari penderita hipertensi
c. Sebutkan pengobatan tradisional untuk penderita hipertensi
6. Materi Pembelajaran
Pokok bahasan : Diet hipertensi
Sub pokok bahasan :
a. Makanan yang dianjurkan penderita hipertensi
b. Makanan yang dibatasi dan dihindari penderita hipertensi
c. Pengobatan tradisional penderita hipertensi

7. Tahap Pelaksanaan

No
Tahapan Penyuluh Peserta Waktu
.
1. Orientasi : 1. Memberi salam 1. Menjawab salam 5 menit
Kegiatan pembuka 2. Mengajukan 2. Menjawab
pembelajaran pertanyaan untuk pertanyaan
menggali tentang diet
pengetahuan hipertensi
keluarga tentang diet
hipertensi
2. Tahap 1. Menjelaskan 1. Klien menyimak 20 menit
Kerja:Kegiatan inti makanan yang penjelasan
dianjurkan untuk tentang makanan
penderita hipertensi yang dianjurkan
2. Menjelaskan untuk penderita
makanan yang hipertensi
dibatasi dan dihindari 2. Klien menyimak
untuk penderita penjelasan
hipertensi tentang makanan
3. Menjelaskan yang dibatasi dan
pengobatan dihindari untuk
tradisional untuk penderita
penderita hipertensi hipertensi
4. Memberi kesempatan 3. Klien menyimak
pada keluarga untuk penjelasan
mengajukan tentang
pertanyaan pengobatan
5. Menjawab tradisional untuk
pertanyaan yang penderita
diajukan hipertensi
4. Klien diberi
kesempatan
untuk bertanya
5. Klien diberi
kesempatan
untuk
mendengarkan
jawaban
3. Terminasi: 1. Menyimpulkan dan 1. Mendengarkan 5 menit
Kegiatan penutup mendiskusikan dan berperan
semua materi yang aktif dalam
dibahas diskusi
2. Memberikan evaluasi
secara lisan
3. Meminta salah satu
anggota keluarga
untuk menjelaskan
kembali tentang diet
hipertensi sesuai
dengan
kemampuannya

8. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1) Ny. S dan Keluarga menyambut baik petugas kesehatan untuk penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanaakan dirumah keluarga Ny. S
3) Kontrak waktu penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
b. Kriteria Proses
1) Ny. S dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
2) Tidak ada anggota keluarga yang meninggalkan ruangaan saat penyuluhan
dilaksanakan
3) Ny. S dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab secara benar
c. Kriteria Hasil
1) Ny. S dan keluarga mampu menyebutkan kembali makanan yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi
2) Ny. S dan keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 makanan yang dibatasi dan
dihindari untuk penderita hipertensi
3) Ny. S dan keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7 pengobatan tradisional untuk
penderita hipertensi

Anda mungkin juga menyukai