Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DALAM BERPAKAIAN

A. DEFINISI

kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhnnya guna


mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya ( Sulastri, 2012). Menurut Herdman (2012), Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas
perawatan diri untuk diri sendiri; mandi; berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
aktifitas makan sendiri; dan aktifitas eliminasi sendiri. Herdman (2012) membagi
Defisit perawatan diri menjadi 4 kegiatan; mandi, berpakaian/berhias, makan, dan
toileting.

Menurut Sutejo, (2016) Defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang


mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan Pasien untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi.

B. TUJUAN

Manusi membutuhkan pakian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tujuan


berpakaian yaitu untuk memberikan keindahan, penilaian, protksi dari agen penyakit,
kenyamanan, menutup aurat tampak rapi, bersih dan sehat.

C. FISIOLOGI

1. Pohon masalah

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh,


kurangnya motifasi

Gambar 2.2 Pohon Masalah Defisit perawatan diri (sumber:Sutejo, 2017)


D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

a. Proses terjadinya masalah


1. Faktor predisposisi
1. biologis: penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri dan faktor herediter.
2. psikologis: faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Kemampuan realitas turun, pasien gangguan jiwa yang kemampuan realitas
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
3. sosial: kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri
2. Faktor presipitasi
faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, yang di alami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.Sedangkan menurut Potter dan Perry (di dalam buku Sutejo 2016), terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu:
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersiahan diri.
Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu untuk tidak
peduli terhadap kebersihannya.
2. Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah pasien
dapat mencukupi perlengkapan keperawatan diri yang penting seperti, sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial yang diperaktikan
oleh kelompok sosial pasien.

3. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri
dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik keperawatan diri.
4. Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan diri. Orang
dari latar belakang kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan yang
berbeda pula.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan keadaan fisik yang tidak sehat lebih
memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.

E. MASALAH-MASALAH YANG DI TEMUKAN PADA KEBUTUHAN DASAR

Defisit perawatan diri: Berpakaian;

a. ketidakmampuan mengancing pakaian


b. ketidakmampuan mendapatkan pakaian
c. ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
d. ketidakmampuan mengenakan sepatu
e. ketidakmampuan mengenakan kaus kaki
f. ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian
g. ketidakmampuan melepas sepatu
h. ketidakmampuan melepas kaus kaki
i. hambatan memilih pakaian
j. hambatan mempertahanakan penampilan yang memuaskan,
k. hambatan mengambil pakain
l. hambatan mengenakan pakaian pada bagia tubuh bawah
m. hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas
n. hambatan memasang sepatu
o. hamabatan memasang kaus kaki
p. hambatan melepaskan pakaian
q. hamabatan melepas sepatu
r. hamabatan melepas kaus kaki
s. hambatan mengunakan alat bantu
t. hambatan menggunakan resleting
F. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM BERPAKAIAN

a. Pengkajian
Defisit perawatan diri dapat dinilai dari pertanyaan pasien tentang
kebersihan diri, berdandan dan berpakaian dan didukung dengan data hasil
observasi

1) Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
a) Malas mandi
b) Tidak mau menyisir rambut
c) Tidak mau menggosok gigi
d) Tidak mau memotong kuku
e) Tidak mau berhias/berdandan
f) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
g) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
2) data objektif
a) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, tidak
mampu berdandan memilih, mengambil dan memakai pakaian,
memakai sendal, sepatu, tidak pandai memakai resleting, memakai
barang-barang yang perlu dalam berpakaian, melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian.

b. Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri

Definisi: memfasilitasi pemenuhan kebutuhan berpakaian dan berhias .

c. Intervensi
Intervensi
1. Observasi
identivikasi usia dan budaya dalam membantu
berpakaian dan berhias
2. Terapeutik
- Sediakan pakaian pada tempat yang mudah dijangkau
- Sediakan pakaian pribadi, sesuai kebutuhan
- Fasilitasi mengenakan pakaian jika perlu
- Fasilitasi berhias (mis, menyisir rambut merapihkan
kumis/jenggot
- Jaga provasi selama berpakaian
- Tawarkan untuk laundry, jika perlu
- Berikan pujian terhadap kemampuan berpakaian secara
mandiri
3. Edukasi
- Informasikam pakaian yang tersedia untuk dipilih, jika
perlu
- Ajarkan mengenakan pakaian
2. Implementasi
Proses implementasi adalah melaksanakan rencana tindakan yang sudah
disusun dan disesuaikan dengan kondisi saat itu. Pelaksanaan tindakan
keperawatan bisa lebih dari apa yang telah direncanakan atau lebih sedikit dari
apa yang sudah direncanakan bahkan mampu memodifikasi dari perencanaan
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pada saat asuhan diberikan.
Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa
menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit
meningkat, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental
(Damaiyanti, 2012).

3. Evaluasi
a. Evaluasi kemampuan pasien Defisit perawatan diri berhasil apabila pasien
dapat
1) Mandi, memcuci rambut, menggosok gigi dan menggunting kuku
dengan benar.
2) Mengganti pakaian dengan bersih
3) Membereskan pakaian kotor
4) Berdandan dengan benar
b. Evaluasi kemampuan keluarga Defisit perawatan diri berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Mengenal msalah yang dirasakan dalam merawat pasien (pengertian,
tanda dan gejala, dan proses terjadinya Defisit perawatan diri)

Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien


DAFTAR ISI

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.innappni.or.id

Anda mungkin juga menyukai