Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL FIELDTRIP

PERAN DAN TUGAS PERAWAT DALAM PERAWATAN


LUKA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Budi Pekerti Perawat

Dosen Pembimbing: Ns.Rohmayanti , M. Kep

Disusun Oleh :

1. Amartia Putri Lamsari (17.0601.0050)


2. Mela Patmawati (17.0601.0051)
3. Evi Sulistyani (17.0601.0052)
4. Khurotun Akyun (17.0601.0053)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah melakukan fieldtrip pada:

Hari/Tanggal : Kamis, 25 April 2019

Tempat : Dusun Sukosari RT1/RW7, Desa Sukorejo, Kabupaten

Mertoyudan

Mengetahui, Magelang, 25 April 2019

Ns. Rohmayanti, M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk
menyelesaikan laporan ini. Dimana laporan ini merupakan salah satu dari
tugas mata kuliah Budi Pekerti Perawat.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.

Magelang, Mei 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

I.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

I.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 3

II.1 Pengertian Budi Pekerti Dalam Perawat ....................................................... 3

II.2 Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat ............................................................. 3

II.3 Manfaat Budi Pekerti Bagi Penderita ........................................................... 4

II.4 Budi Pekerti Sesama Tim Kesehatan dan Klien ........................................... 5

II.5 Definisi Etika Keperawatan .......................................................................... 7

II.6 Tujuan Etika Keperawatan ........................................................................... 9

II.7 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan ............................................................ 10

II.8 Peran Perawat ............................................................................................. 13

BAB III HASIL FIELD TRIP ............................................................................... 16

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 19

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 21

V.1 Kesimpulan ................................................................................................ 21

V.2 Saran .......................................................................................................... 21

iii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti


“timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab. Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional
diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan metodologi
keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan
mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas,
perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan
perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya
keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk
pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik,
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan
kode etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan
memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan
tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara
sembarangan.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?


2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?

1
I.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan


2. Untuk laporan diskusi kasus
3. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
4. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan
keperawatan.

2
BAB II TINJAUAN TEORI

II.1 Pengertian Budi Pekerti Dalam Perawat

Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan dan akhlak
seseorang yang diterapkan oleh tradisi, adat, dan kebiasaan. Budi pekerti dalam
perawatan khususnya berarti tata susila yang berhubungan dengan cita – cita
adat dan kebiasaan yang mempengaruhi seorang perawat dalam menunaikan
pekerjaannya. Syarat-syarat untuk menjadi perwat yang baik adalah :
1. Berminat terhadap perawatan, sehingga perawat dapat memberikan
kepuasan perawatan pada penderita.
2. Mempunyai rasa kasih sayang.
3. Mempunyai rasa sosial dan tabiat ramah.
4. Mempunyai kemampuan untuk menjaga nama baik perawat dan
instansi/unit kerjanya
5. Berpikiran dan berkelakuan baik serta berbadan sehat agar supaya
sanggup menjalankan pekerjaannya.
Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang
tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien akan
terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia
mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien sendiri merasa puas atas
pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi antara
perawat dan pasien.

II.2 Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat

Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian
yang baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena
perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan / perawatan baik terhadap
orang sakit maupun terhadap orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan
keahlian untuk sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga
merupakan pekerjaan yang suci.

3
Perawat juga termasuk tenaga kesehatan yang di didik dan nantinya
juga bekerja untuk masyarakat luas. Jadi sudah seharusnya menjadi kewajiban
untuk perawat memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada individu
masyarakat. Selain itu perawat juga wajib untuk memperhatikan dan mendapat
persetujuan apa yang akan dilakukan terhadap pasien. Jika tidak, perawatan
tidak mungkin bisa diteruskan. Jika iya, harus laksanakan semaksimal
mungkin. Dengan adanya prosedur seperti ini, tidak mendapat kesan kalau
pasien tidak tahu apa yang dilakukan perawat terhadapnya, walaupun si
perawat sudah menjelaskan tentang indikasi yang sesuai dengan keadaan
penderitanya, tapi pasien lah yang sepenuhnya menentukan akan dilakukan
tindakan atau tidak.
Apabila seorang perawat tidak dapat menangani sebuah kasus,
dikarenakan hal tersebut bukan kompetensinya, maka ia harus merujuknya ke
tenaga medis yang lebih ahli atau berkompeten dalam bidangnya misalnya ke
dokter atau dokter spesialis.

II.3 Manfaat Budi Pekerti Bagi Penderita

Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan


menjalankan pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh baiknya
pada penderita yang dirawatnya. Amal jasmani dan rohani yang diberikan
dengan penuh kerelaan oleh perawat kepada penderita, merupakan faktor
penting untuk kesembuhan penderita tersebut. Sering kali perawat
diajukan pertanyaan – pertanyaan yang bertalian dengan pengertian akhlak
dan kerohanian oleh penderita. Dalam hal ini, perawat bisa menjadi
penolong yang berguna untuk memberi kekuatan jiwa terutama kepada
mereka yang tidak mempunyai harapan sembuh.
Pekerjaan seorang perawat adalah pekerjaan manusiawi untuk
menolong sesama manusia agar mendapatkan kesehatan yang tinggi dan
untuk mengadakan lingkungan yang sehat bagi penderita maupun orang

4
sehat. Perawatan adalah pekerjaan yang berguna dan penting, serta dapat
memberi kepuasan batin bagi orang-orang yang memasukinya.
Perawat perlu mengatasi keperluan-keperluan dalam merawat
penderita secara langsung/tidak langsung. Misalnya mengenai sikapnya,
karena menghadapi penderita dari bermacam-macam tingkatan, umur, dan
lain-lain. Maka perlu diperhatikan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan jasmani maupun rohani penderita, sehingga bila penderita itu
memerlukan pertolongan dapat diberikan secara cepat. Perawat harus
dapat memberi bimbingan hidup sehat kepada penderita. Dari uraian-
uraian diatas, Dapat ditarik kesimpulan secara lebih spesifik.

II.4 Budi Pekerti Sesama Tim Kesehatan dan Klien

1. Budi pekerti hubungan tim keperawatan


Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Komposisi anggota tim
keperawatan bervariasi, tergantung pada tenaga keperawatan yang ada,
sensus pasien, jenis unit keperawatan, dan program pendidikan
keperawatan yang berafiliasi/kerjasama.
Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua perawat harus
berprinsip dan ingat bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah
mengutamakan kepentingan pasien serta kualitas asuhan keperawatan dan
semua perawat harus mampu mengadakan komunikasi secara efektif.
Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun kemampuan
bervariasi, maka dalam pemberian tugas asuhan keperawatan, perawatan
dibagi dalam berbagai kategori, misalnya perawat pelaksana, kepala
bangsal, kepala unit perawat, kepala seksi perawatan (supervisor), dan
kepala bidang keperawatan (direktor president of nursing). Dalam
memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus mampu
mengkomunikasikan dengan perawat anggota lain, dimana permasalahan
etis dapat didiskusikan dengan sesama perawat atau atasannya.

5
2. Budi pekerti perawat-pasien-dokter
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta
hubungan dengan dokter, dikenal beberapa peran perawat, yaitu :
a. Peran independen ( Mandiri )
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri
b. Peran dependen ( Tergantung Pada Dokter )
Peran perawat dalam melaksanakan program kesehatan dimana
pertanggung jawaban dipegang oleh dokter.
c. Peran inter dependen ( Kolaborasi )
Peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work
dengan tim kesehatan lain.

3. Hubungan perawat-pasien dalam koteks etis


Dalam konteks hubungan perawat-pasien, perawat dapat berperan
sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan
tentang penyakitnya. Dapat pula berperan sebagai pengganti orang tua
(terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien
dalam mengungkapkan perasaannya.
Pada dasarnya hubungan antara perawat-pasien berdasarkan pada
sifat alamiah perawat dan pasien dalam berinteraksi perawat-pasien, peran
yang dimiliki masing-masing membentuk suatu kesepakatan atau
persetujuan dimana pasien mempunyai peran dan hak sebagai pasien dan
perawat mempunyai peran dan hak sebagai perawat. Dan dalam hubungan
perawat-pasien maka setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan
kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan
perawat sebagai perawat. Kesepakatan ini menjadi parameter bagi perawat
dalam memutuskan setiap tindakan etis

6
II.5 Definisi Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos,
yang berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau
tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam
kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang
membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik
menerapkan konsep etis Karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan
menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi,
tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak
istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang
dari segi etis, hak asasi, dan tanggung jawab bila profesional kesehatan
menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang mengidap penyakit
yang pasti membawa kematian?

Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat


atau bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan,
menyusun pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi
anggotanya. Etika profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab
atau kewajiban bagi angngota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh
orang lain. Anggota profesi memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus
yangn dipergunakan untuk membuat keputusan yang memengaruhi orang lain.

Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar


hukum untuk melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien,
dengan menjamin pelayanan yang diberikan berdasarkan standar dan pelaksana
pelayanan merupakan tenaga profesional yang berkompeten. Perawat harus
membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberi gambaran

7
tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat juga harus mengerti
undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan kesehatan kepada
umum, terutama undang-undang yang mengatur praktik keperawatan. Perawat
harus juga memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya, seperti yang
dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi
keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline,
yang perwujudannya dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan.

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam


situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta
saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu
yang bersangkutan.

Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk


tercapainya kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai
kontrak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi
kepercayaan bagi perawat untuk terus menerus memelihara dan meningkatkan
mutu pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan
keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan dilandasi pula
dengan etika profesi.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung


jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi
keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi
keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama
perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan
untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati.

Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota


profesi dalam melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral
yang diyakini. Disamping itu, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
meningkatnya kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang lingkup layanan

8
keperawatan semakin komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya
untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis.

II.6 Tujuan Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat


untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat
pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang
mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi


keperawatan dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk
mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim
kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi,
2010). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara
sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk


mengembangkan etika profesi secara terus-menerus agar dapat menampung
keinginan dan masalah baru; dan mampu menurunkan etika profesi
keperawatan kepada perawat generasi muda, secara terus-menerus juga
meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap
menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit
untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan
tindakan “di bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat
terhadap profesi keperawatan.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam


buku Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan


2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang
terjadi dalam praktik keperawatan

9
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada
Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya

Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan


keperawatan milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi,
2010, pendidikan etika keperawatan bertujuan :

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi


kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim
kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar
praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan
keterampilan ini melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang
memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang dari
sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip
etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang


berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan
nilai, norma yang timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika
keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan
diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi
dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.

II.7 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah


sebagai berikut:

10
1. Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh
orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik
antara prinsip ini dengan otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan
adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum,standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien
dan keluarga.
5. Kejujuran (Veracity)

11
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
6. Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia
klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmennya yang dibuatnya.
Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan,mencegah penyakit,memulihkan
kesehatan,dan meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan, menyampaikan
pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

12
II.8 Peran Perawat

Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat


untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya
(Gaffar, 2005).

Menurut (Lokakarya Nasional,1996) Peran perawat adalah sebagai


pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan dan
institusi pendidikan,sebagai pendidik dalam keperawatan, peneliti dan
pengembangan keperawatan. atau peran perawat adalah cara untuk menyatakan
aktivitas perawat dalam praktek,dimana telah menyelesaikan pendidikan
formalnya diakui. Doheny (dalam Kusnanto, 2004) mengidentifikasi beberapa
elemen peran perawat sebagai perawat profesional meliputi :

1. Care giver (pemberi asuhan keperawatan)


Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi: pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan
informasi yang benar, menegakan diagnosis keperawatan berdasarkan
hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara
pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon.
2. Client advocate (pembela untuk melindungi klien)
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung
antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh
tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional.
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan

13
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocate(pembela klien), perawat harus
dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
3. Counsellor(pemberi bimbingan/konseling klien)
Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling
diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan
masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku
hidup ke arah perilaku hidup sehat.
4. Educator(sebagai pendidik klien)
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medis yang diterima sehingga klien/keluarga
dapat menerima tanggungjawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
5. Collaborator (anggota tim kesehatan)
Perawat juga bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
6. Change agent (pembaharu)
Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara
berpikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan
klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien
dan cara memberikan perawatan kepada klien.
7. Consultant(konsultan)
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.
Dengan peran ini dapat dikatakan, perawat adalah sumber informasi
yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

14
15
BAB III HASIL FIELD TRIP

Nama Perawat : Ns. Surini, S.Kep

Alamat : Dusun Sukosari RT1/RW7, Desa Sukorejo, Kabupaten

Mertoyudan

M : Mahasiswi

P : Perawat (Bu Surini)

M : Kalau boleh tau pendidikan terakhir Bu Rini apa ya ?

P : Profesi Keperawatan.

M : Kalau pengalaman dan organisasi yang diikuti selama jadi perawat apa
saja bu ?

P : Saya pertama bekerja di RS Ngesti Waluyo Parakan. Di tahun 1993


daftar CPNS dan diterima, kemudian bekerja sebagai perawat di
Puskesmas Salaman I sampai sekarang. Saya juga pernah menjadi
relawan haji sebanyak 2x.

M : Menurut pandangan Bu Rini sendiri, bagaimana budi pekerti dalam


bidang keperawatan ?

P : Perawat harus tulus daan iklas dalam memberikan pelayanan kesehatan


kepada masyarakat, tidak membeda-bedakan suku,ras maupun agama,
yang kaya atau miskin. Harus ramah dan dapat menjadi teladan bagi
klien.

M : bagaimana menurut ibu tentang konsep etika keperawatan ?

P : norma yang dianut kita sebagai perawat agar kita bisa berperilaku baik
terhadap pasien, keluarga pasien, dan masyarakat. Dan norma yang
disertakan harus kita lakukan dengan baik sesuai SOP yang ada.

16
M : lalu menurut Bu Rini bagaimana untuk prinsip etika keperawatan ?

P : berbuat baik berarti hanya melalukan sesuatu yang baik. Kebaikan,


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral dan
kemanusiaan.

M : kemudian apa saja manfaat etika keperawatan ?

P : menjadi perawat jangan hanya mengandalkan wawasan pengetahuan


namun juga mempunyai etika yang baik dan moral yang juga baik.

M : Bagaimana cara perawatan luka yang baik menurut ibu?

P : Pertama kita buka terlebih dahulu lukanya, kemudian dibersihkan


menggunakan larutan NaCl, lalu ditutup dengan betadin, kemudian
ditutup dengan kassa.

M : apakah di puskesmas sudah menerapkan konsep moist dalam perawatan


luka?

P : konsep perawatannya masih menggunakan cara lama mba.

M : apakah dalam melakukan perawatan luka menggunakan konsep steril?

P : iya jelas, untuk menghindari kontak bakteri pada luka, kita harus
menggunakan konsep steril. Baik dari alkes yang digunakan, cara
perawatannya, dan saat pemberian obatnya jika ada.

M : bagaimana jika menemukan pasien yang ngeyel, dengan membuka


balutan lukanya itu sendiri?

P : kita berikan edukasi terkait manfaat balutan luka dan akibat jika balutan
dibuka dapat menyebabkan infeksi dan lain-lain. Pelan-pelan, memang
tidak semua pasien sama. Tapi kalau terus menerus dinasihati insya Allah

17
pasien akan nurut. Kita libatkan juga keluarganya untuk memantau luka
dan balutan lukanya.

M : lalu, apa sajakah Budi pekerti yang baik di bidang perawatan luka?

P : menjaga privasi klien, baik saat melakukan perawatan luka maupun saat
pendokumentasian. Memberikan sedikit penkes untuk mempercepat
penyembuhan lukanya, menjelaskan dan menanyakan persetujuan
kepada klien sebelum melakukan tindakan apapun, dan mengucapkan
terimakasih atas kerjasamanya diakhir tindakan perawatan luka.

M : bagaimana tugas dan peran perawat luka sebagai advokat dan edukator
kepada pasien luka ?

P : Sebagai advokat, kita menjadi penghubung antara klien dengan tim


kesehatan lain dalam upaya melayani klien. Peran itu mengharuskan
perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam pengambilan
keputusan oleh klien. Sebagai pendidik, perawat membantu klien dengan
memberi pengetahuan keperawatan dan tindakan medik yang diterima
sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab juga. Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga.

M : baik bu rini, apakah ibu bisa memberikan pesan kepada kami mahasiswa
keperawatan terkait budi pekerti perawat terutama dalam hal luka ?

P : Menjaga akhlak dan tutur kata yang baik. Menunjukkan bahwa perawat
tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan sebaik mungkin,
jika ada yang menanyakan perkembangan luka setiap dirawat maka
jawab dengan bahasa yang mudah dipahami dan mensuport pasien baik
yang lukanya masih parah ataupun sudah mulai membaik. Selalu
bersikap sopan dan mengangkat nama perawat, bila dipanggil dengan
sebutan dokter/bidan sanggahlah “saya perawat, bukan dokter ataupun
bidan” . Selalu berikan pelayanan yang terbaik. Gunakan waktu belajar

18
atau menjadi mahasiswa dengan maksimal untuk menjadi perawat yang
baik dan terampil.

BAB IV PEMBAHASAN

19
Menurut hasil wawancara dengan Bu Surini, penerapan budi pekerti di lapangan
kerja(Puskesmas Salaman I) telah menerapkan beberapa prinsip etika
keperawatan(Dalami,2010) antara lain :

1. Otonomy : Keputusan dilakukannya tindakan berada pada


klien
2. Beneficience : Perawat selalau ramah dan baik kepada klien
3. Nonmaleficience : Tindakan/Perawatan luka tidak merugikan klien
karena selalu sesuai dengan SOP yang berlaku
4. Kejujuran
5. Kerahasiaan : perawat selalu menjaga privasi dan kerahasiaan
klien
6. Akuntabilitas : Perawat tidak membeda-bedakan klien dalam
memberikan pelayanan kesehatan.

Selain prinsip-prinsip tersebut, terdapat setidaknya 5 peran perawat


(Kusnanto,2004) yang telah diterapkan yaitu :

1. Perawat sebagai konselor yang membimbing klien dalam


menentukan/memilih perawatan yang lebih baik
2. Perawat sebagai educator yang memberi edukasi/informasi kepada klien
tentang sakit/luka yang diderita seperti melakukan pendkes
3. Perawat sebagai collaborator. Seperti mengkolaborasikan perawatan dengan
farmasi untuk memberi obat yang dapat mempercepat penyembuhan maupun
berkolaborasi dengan keluarga klien agar selalu mendukung/memberi
semangat kepada klien.
4. Perawat sebagai change agent. Perawat memberikan pelayanan sesuai standar
terbaru dan aman.
5. Perawat sebagai care giver yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan
yang optimal untuk proses penyembuhan klien.

20
BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Budi pekerti dalam perawatan khususnya berarti tata susila yang


berhubungan dengan cita – cita adat dan kebiasaan yang mempengaruhi
seorang perawat dalam menunaikan pekerjaannya.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung


jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi
keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi
keperawatan, yaitu perawat.

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan


mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara
sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

V.2 Saran

Sebagai seorang calon perawat, dalam menjalankan peran dan tugasnya


hendaknya dapat memahami konsep budi pekerti perawat dan juga etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

21
Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas

Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya

22

Anda mungkin juga menyukai