Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN MANAJEMEN RUANG KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Dr. Blacius Dedi, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 7 (2)
1. Riyanti (2008076) 6. Windy Saputri A (2008100)
2. Siti Marfu’ah (2008082) 7. Yenli Ardina (2008104)
3. Wahyu Zaintika EA 8. Yesika Heryana P
(2008095) (2008105)
4. Wanda Ardila (2008096) 9. Zulfatun Nadhifah
5. Wangsit Agung P (2008097) (2008111)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2020

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat, di era globalisasi kedudukan di Rumah Sakit menjadi sangat
penting dikarenakan tidak hanya untuk memberikan kesembuhan kepada
kliennya, namun merupakan tuntutan masyarakat dalam hal kualitas,
sehingga pelayanan keperawatan sangat menentukan keberadaannya, untuk
itu pengelolaan kasus dibidang keperawatan sangat menjadi penting untuk
dijadikan perhatian para Direktur / Manager RS pada umumnya dan kepala
bidang perawatan pada khususnya.
Dalam keperawatan, manajemen kaitannya untuk melaksanakan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, staffing, kepemimpinan dan controlling
(evaluasi). Manajer perawat melaksanakan fungsi manajemen untuk
memberikan asuhan keperawatan. Proses manajemen keperawatan
mendukung proses keperawatan, dimana keperawatan bekerja melalui
personal untuk melaksanakan perawatan, pengobatan dan memberi rasa
nyaman kepada kelompok pasien/klien. Tugas manajer keperawatan adalah
merencanakan, mengorganisasikan mengarahkan dan mengontrol keuangan,
material, dan sumber daya manusia untuk melaksanakan yang efektif dan
ekonomis kepada klien.
Manajemen merupakan proses koordinasi & integrasi sumber-sumber
melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan,
pengawasan, atau pengendalian untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi yang spesifik (Huber, 2000). Keberhasilan sebuah proses
manajemen tergantung dari jenis dan kualitas tanggapan yang berkembang
dari para perawat, dimana upaya-upaya manajemen diterapkan, karena
manajemen keperawatan suatu proses bekerja yang
berkesinambunganpenting bagi perawat untuk mengetahui teknik
manajemen yang akan mendukung dalam pelaksanaan perawatan terhadap
klien seefektif dan seefisien mungkin serta bertanggung jawab sebagai

2
pemimpin maupun manajer dari diri sendiri, klien, maupun profesi itu
sendiri.
Dengan semakin berkembangnya profesi keperawatan, maka perawat
harus meningkatkan pengetahuan mereka dan menerapkan teori serta
berbagai penelitian yang telah dilakukan dalam bidang manajemen kedalam
praktek pemberian pelayanan keperawatan yang bermutu dan menyeluruh.
Perubahan peran dan fungsi manajemen keperawatan masa kini yang
berorientasi pada sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab menjadi
desentralisasi. Dengan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
berfokus pada kegiatan koordinasi, memungkinkan manajemen keperawatan
dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata baik di rumah
sakit maupun dalam komunitas sehingga perawatan perlu memahami
konsep dan aplikasinya.
Program pendidikan profesi Ners khususnya pada stase manajemen
keperawatan merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan
kesepakatan kepada mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan konsep yang
telah didapat dari materi kuliah manajemen keperawatan dalam kenyataan di
lapangan untuk mengelola pelayanan keperawatan maupun asuhan
keperawatan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka mahasiswa program pendidikan
profesi ners STIKES Karya Husada Semarang perlu melakukan praktek di
rumah sakit guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
mengaplikasikan sistem manajemen keperawatan disalah satu Rumah Sakit
Ungaran Kabupaten Semarang dalam hal ini adalah diruang Mawar.
Berdasarkan latar belakang di atas maka diharapkan mahasiswa dapat
lebih mempelajari dari pengalaman yang didapatkan di ruangan sehingga
dapat diaplikasikan sesuai dengan pengetahuan yang didapat agar dapat
menjadi perawat manajerial yang terampil dalam pengelolaan sebuah
pelayanan keperawatan di rumah sakit sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien melalui tahapan pengkajian sampai dengan
evaluasi dengan baik.

3
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik klinik manajemen keperawatan selama 2
minggu diharapkan mahasiswa dapat menerapkan konsep dan langkah
manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk
menemukan masalah-masalah yang ada diruang Mawar.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan maupun asuhan keperawatan diruang Mawar.
c. Menyusun analisa SWOT dan menemukan proiritas masalah sesuai
dengan kebutuhan ruang Mawar.
d. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang
ditemukan berdasarkan prioritasnya.
e. Melaksanakan atau mengimplementasikan rencana yang telah
disusun.
f. Mengevaluasi hasil kegiatan yang dilakukan.
C. MANFAAT
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori
manajemen secara langsung.
2. Rumah sakit
Dapat memberikan masukan dalam memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien melalui manajemen keperawatan khususnya di ruang Mawar
3. Perawat pelaksana
Sebagai masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan praktek
guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PLANNING
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2002).
Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka
waktunya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perencanaan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang Perencanaan jangka pendek atau yang
disebut sebagai perencanaan operasional adalah perencanaan yang dibuat
untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun.
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai lima tahun (Marquis
& Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering
disebut perencanaan strategis adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan tiga sampai 20 tahun (Swanburg, 1999).
B. ORGANIZING
Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan
sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada
masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi
dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg
& Swansburg, 1999)
1. Struktur organisasi
Masing- masing organisasi memiliki struktur formal dan informal
yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balikantar pribadi.

5
Struktur formal direncanakan dan dipublikasikan, untuk informal tidak
direncanakan dan sementara. Seorang manager keperawatan harus
mengerti dan memakai keduanya. Struktur formal organisasi merupakan
susunan usaha resmi jabatan ke dalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari timbal balik pribadi yang
tidak resmi diantara pekerja yang mempengaruhi efektivitas kerja
mereka.kualitas timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung
dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya.Mengingat struktur
formal dan informal organisasi saling melengkapi, manager perawat bisa
memakai struktur organisasi informal untuk mengganti kerugian karena
kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
2. Job Description
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya sebagai kepala ruang, jadi atara satu dengan yang lainnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan
perannya.
3. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus memudahkan pembagian
perawat yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dan
sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak
diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien menjadi tidak optimal.Jenis model asuhan keperawatan menurut
Grant and Messey, 1997 dan Marquis and Houston, 1998 antara lain :
a. Model fungsional
Model fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
(merawat luka pada semua pasien di bangsal)

6
b. Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda
–beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
c. Model Primer
Model penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar RS.
d. Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya
dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti
isolasi dan intensive care.
e. Model Tim Primer
Pada model ini digunakan kombinasi dalam kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini diterapkan pada
beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang S1
Keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
3) Melalui kombinasi model tersebut diharapkan komunikasi
asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan penentuan pemilihan
metode pembelian asuhan keperawatan (Marquis and Houston,
1998), yaitu :

7
1) Sesuai Visi dan Misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan.
3) Efisien dan efektif dalam biaya
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5) Kepuasan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
C. STAFFING
1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang
menebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan, tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 1995) Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan
sesuatu yang kurang baik fisiologis maupun psikologis,dorongan
merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan
adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
2. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka.
Didalam kebanyakan sistem klasifikasi pasien dikelompokkan sesuai
dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan
untuk memberikan perawatan tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing angkanya
mengukur volume usaha yang diperlikan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijaankan, manager perawat harus menentukan jumlah kaegori

8
pembagian pasien, karakteristik pasien di masing-masing kategori,
jumlah dan jenis perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien
didalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional serta
memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan
informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing
sistem memperbolehkan usaha kualifikasi waktu.
3. Ketenagaan keperawatan dan pasien
a. Jenis Perawatan
Menurut Douglas, 1984 (dalam Swansburg, 1999) pada suatu
pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung
pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Douglas,
1984 mengklasifikasikan derajat ketergantungan pasien dibagi
menjadi 3, antara lain :
1) Perawatan minimal ( minimal care ) memerlukan waktu 1-2 jam
per 24 jam.
Kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum sendiri
c) Ambulasi dan pengawasan
d) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
e) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
f) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
2) Perawatan intermediet ( intermediet care ), memerlukan waktu
3-4 jam per 24 jam.
Kriteria :
a) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebh dari sekali
d) Foley cateter atau monitor intake dan output
e) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur

9
3) Perawatan maksimal ( total care ), memerlukan waktu 5-6 jam
per 24 jam.
Kriteria :
a) Segalanya diberikan atau dibantu
b) Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
d) Pemakaian suction
e) Gelisah atau disorientasi
b. Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Untuk memperkirakan kebutuhan tenaga keperawatan disuatu ruang
rawat inap dapat ditinjau dari :
1) Waktu keperawatan langsung, dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan.
2) Waktu keperawatan tidak langsung, waktu yang dibutuhkan
perawat dalam perawatan tidak langsung adalah 60 menit,
meliputi: membaca status, menulis, membuat rencana,
kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
3) Waktu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, waktu yang
dibutuhkan adalah 15-30 mnt, meliputi: aktivitas sehari-hari,
obat-obatan, kelanjutan perawatan dll

Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan


menurut Gillis untuk RS di Indonesia adalah:

AxBx 365
tenaga Perawat =
( 365−C ) x jam kerja/hari

Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan
pasien.
B: sensus harian= BORx jumlah tempat tidur.

10
BOR :jumlah pasien x 100%
Jumlah TT

C: jumlah hari libur= 76 hari (52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12
hari libur nasional)

Proporsi dinas pagi: siang: malam adalah 47%: 36%: 17%.


Formulasi PPNI:

Tenaga Perawat = Ax52(minggu) x7 hari(TT x BOR)


41 ( minggu) x 40 jam / minggu
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang
dibutuhkan klien.
Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
menurut Depkes 2005 untuk RS di Indonesia adalah:
Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan
tugas-tugas non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
XhasilA = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C

11
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
c. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi,
kebijaksanaan penjadwalan (Gillies, 1994)
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personel yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada
departemen atau divisi luas kebijaksanaan penjadwalan untuk
memandu pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut
persoalan berikut tidak ada maka manager perawat harus bersatu
sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal untuk personel di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk
atau libur
3) Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja
menyangkut jadwal masuk atau libur
4) Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-
masing pekerja perhari perminggu dan perbulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-
masing pekerja
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi
dari pergiliran tersebut.
10) Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur
perminggu

12
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
12) Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak
berurutan
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian
tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja
17) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal tugas liburan masuk atau libur
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari
tertentu
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada
masing-masing pekerja
21) Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawai mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus
23) Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur
thanksgiving, natal, tahun baru,
24) Jumlah personel masing-masing kategori yang akan dijadwalkan
untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan
dengan permintaan waktu libur dan hari libur
26) Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian
jadwal waktu.
Biasanya supervisor permintaan darurat untuk penyesuaian
jadwal waktu dan libur personel perawat karena jadwal kerja harus
disiapkan beberapa minggu sebelumnya dan diperbaiki untuk
penyesuaian perubahan dalam sensus pasien, keadaan pasien yang

13
sakit, permintaan libur dari lebaran, banyak waktu yang berkaitan
dengan kegiatan super visi diluangkan dalam penyesuaian jadwal.
d. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja mengurangi absensi dan perputaran serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan yang akan
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja (Munir, 1994: 162):
1) Metode seminar atau konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki
jabatan sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat
akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik
yang menyangkut sesi manajemen maupun penyelenggaraannya
atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
2) Metode lokakarya (workshop)
Penyelenggarannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah materinya. Pada ateri
lokakarya bersifat teknis , administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
3) Metode sekolah atau khusus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi
adanya aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang
harus di mengerti dan harus dilaksanakan oelh peserta. Metode
ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir
sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau
tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode belajar sambil kerja (learning by doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama
sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini
dilakukan oleh atasan kepada bawahan secara langsung dalam
membimbing pegawai kantor.Dalam prakteknya metode

14
pendidikan dan pelatihan ini sesuai dengan pertimbangan tujuan,
fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instalansi
lainnya.
D. ACTUATING
1. Definisi
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan pengontrolan adalah
“Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana
yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang ditentukan”. Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi
kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan perbaikan.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada,
sehingga jika muncul isue dapat segera direspons dengan cepat dengan
cara duduk bersama.
Kontroling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang
dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan
mutu (Azwar, 1996).
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir
dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan
ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan.
Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan
(target, prosedur bekerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil
yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan
atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi
secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisien pengguanan
sumber daya dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staff
untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.

15
2. Peran leader shift dalam controling
a. Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
pelayanan kesehatan
b. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan terhadap
staff
c. Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas
maksimal dengan menyediakan standar keamanan minimum.
d. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan
reaktif
e. Menggunakan pengawasan sebagai metode menentukan tujuan
yang tidak tercapai
f. Secara aktif mengesahkan pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan konsumen.
g. Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang
menyakinkan pasien menerima perawatan sesuai harapan.
h. Menjadi role medel bagi staff terhadap tanggung jawab dan
tanggung gugat.
i. Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
3. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standar
ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang
paling tepat untuk mengukur standar yang ada.
4. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
a) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program yang telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan
mengguanakan sumber data yang telah ditetapkan.
b) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuaan dan
pengertian staff dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan digunakan secara benar

16
d) Dapat digunakan sebab-sebab terjadi penyimpangan
e) Dapat diketahui staff yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi adan latihan lanjutan.
E. SUPERVISI
Menurut Thora kron (1997) Supervisi adalah kegiatan pembinaan
dengan prinsip; mengarahkan, mengajar, mengobservasi, mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat degan sabar, adil serta bijaksana
sehingga setiap perawat dapat memberikan askep dgn baik,trampil, aman,
cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai kemampuan dan keterbatasannya.
Menurut Prajudi atmosudiro (1982) Supervisi diartikan sebagai pengamatan
atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
sifatnya rutin. Menurut Swansburg (1999) Supervisi adalah suatu proses
memfasilitasi sumber-sumber yang diperlukan staf untuk menyelesaian
tugas-tugasnya.
1. Tujuan supervisi :
a) Mengorientasikan staf atau pelaksana keperawatan
b) Melatih staf dan pelaksana keperawatan
c) Memberi arahan dalam pelaksanaan tugas
d) Memberi layanan kemampuan staf atau pelayanan kesehatan
2. Karakteristik supervisi yang baik
a) Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan
b) Mencerminkan pola organisasi atau struktur organisasi yang ada
c) Kegiatan berkesinambungan, teratur dan berkala
d) Dilaksanakan oleh atasan langsung( ka unit, karu atau Penanggung
jawab yang ditunjuk)
e) Menunjukan pada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas
asuhan keperawatan
3. Peran supervisor :
a) Sebagai perencana: supervisor harus mampu membuat perencanaan
sebelum melaksanakan supervisi, meliputi; siapa yang
disupervisi,apa tugasnya, kapan waktu supervisi, kenapa,
bagaimana misal tersebut sering terjadi.

17
b) Sebagai pengarah: supervisor harus mampu memberi arahan yang
baik saat supervisi. Pengarahan harus lengkap sesuai kebutuhan,
dapat dimengerti,menunjukan indikasi yang penting, bicara pelan
dan jelas, pesan masuk akal, hindari pengarahan dalam satu waktu,
pastikan arahan dapat dimengerti & pengarahan harus dapat
ditindak lanjuti. Tujuan pengarahan (Gillies,1994:Azwar, 1996):
mencegah karyawan melakukan penyimpangan yang tidak sesuai
standar.
c) Sebagai pelatih : dalam mensupervisi harus dapat berperan sebagai
pelatih dalam memberikan asuhan keperawatan. Prinsip dari
pelatihan atau pengajaran harus menghasilkan perubahan perilaku
(mental, emosional, aktivitas fisik) atau akan mengubah pikiran,
gagasan, sikap dan cara mengerjakan sesuatu (Kron, 1987)
d) Sebagai penilai : supervisor harus dapat memberikan penilaian
yang baik. Penilaian akan berarti bila tujuan spesifik, jelas, terdapat
standar penilaian kinerja dan observasi akurat. Penilaian
merupakan pengukuran terhadap akibat yang timbul dari
pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Azwar, 1996)
4. Sasaran supervisi
a) Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola
b) Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
c) Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinyu atau
sistematis
d) Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis
e) Sistem dan prosedur tidak menyimpang
f) Pembagian tugas dan wewenang objektif
g) Tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan
kekuasaan,kedudukan ataukeuangan.

18
5. Cara supervisi
a) Langsung : dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Supervisor terlibat dalam kegiatan, agar pengarahan
dan petunjuk tidak dirasa sebagai perintah.
b) Tidak langsung :dilaksanakan melalui laporan baik tertulis atau
lisan. Supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik
diberikan secara tertulis.
6. Kompetensi yang harus dimilki supervisor ( Bittel ,1997)
a) Knowledge Competencies :
b) manajer akan lebih sukses bila dilandasi dengan ilmu pengetahuan
yang cukup.
c) Enterpreneurial Competencies (orientasi efisiensi & proaktif).
d) Orientasi efisiensi : Keinginan untuk mendapat dan melakukan
pekerjaan yang lebih baik dengan menggunakan ssmber daya yang
ada. Proaktif; mempunyai inisiatif, menulis laporan,
menyapa/menghubungi klien.
e) Intellectual Competencies :
1) Berfikir logis dengan cari penyebab dari suatu kejadian.
2) Konseptual yaitu mampu untuk mengumpulkan informasi dan
dapat membedakan hal-hal diluar konsep.
3) Ketrampilan mendiagnosis yaitu mampu untuk
mengaplikasikan konsep dan teori ke dalam situasi atau
kondisi kehidupan nyata.
f) Sosio-emotional Competencies;
1) Kepercayaan diri
2) Pengembangan
3) Persepsi objektif
4) Pengkajian diri yang akurat
5) Adaptasi stamina
g) Interpersonal Competencies;
1) Kepercayaan diri

19
2) Pengembangan lain
3) Perhatian penuh pada dampak
4) Kekuasaan satu sisi
5) Kekuasaan sosial
6) Komunikasi oral baik
7) Berpandangan positif
8) Mengelola proses kelompok
9) Dapat mengkoordinasi semua kegiatan dalam kelompok
7. Kegiatan supervisor
a. Sebelum pertukaran shift (15-30 mnt) :
1) Cek kecukupan fasilitas peralatan, saran untuk hari itu
2) Cek jadwal kerja
b. Pada waktu mulai shift (15-30 mnt) :
1) Cek personil yang ada
2) Analisa keseimbangan personil & pekerjaan
3) Atur pekerjaan, identifikasi kendala
4) Alternatif supaya pekerjaan dapat diselesaikan
c. Sepanjang hari dinas (6-7 jam):
1) Memeriksa pekerjaan setiap personil (arahkan,instruksi, koreksi
dan berilatihan)
2) Memeriksa kemajuan pekerjaan dari personil, segera bantu bila
diperlukan
3) Mengecek pekerjaan rumah tangga
4) Cek kembali pek personil & kenyamanan kerja, terutama staf
baru.
8. Kegiatan supervisor sebelum pulang
a. Buat daftar misal yang belum terselesaikan dan berusaha untuk
memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya
b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan cek
hasilnya (kecukupan material, peralatan)
c. Lengkapi laporan harian sebelum pulang
d. Buat daftar pekerjaan keesokan harinya

20
9. Fungsi supervisi
a. Mengatur & mengorganisir proses pelayanan keperawatan
b. Memperbaiki faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan
c. Mengkordinasi, mendorong dan menstimulasi kearah peningkatan
kualitas
d. Assisting, supporting and sharing
10. Prinsip supervisi
a. Didasar atas hubungan profesional, bukan pribadi
b. Kegiatan direncanakan secara matang
c. Bersifat edukatif, supporting dan informal
d. Memberi rasa aman pada staf atau perawat
e. Membentuk kerjasama yang demokratis
f. Harus obyektif, dan sanggup mengadakan self evaluation
g. Progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan
staf
h. Konstruktif dan kreatif mengembangkan diri
i. Meningkatkan kinerja bawahan.
11. Supervisor keperawatan
a. Kepala Ruangan
b. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan di unit
kerjanya. Karu merupakan ujung tombak penentu tercapai
tidaknya tujuan yankes di RS
c. Pengawas keperawatan
d. Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pada areanya.
e. Kepala Seksi
f. Mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung
g. Kepala Bidang Keperawatan
h. Melakukan supervisi kepada Kasie secara langsung dan semua
perawat secara tidak langsung.

21
BAB III

Analisa Situasional

Kasus :

Ruang Wijaya Kusuma di Rumah Sakit Medika Husada merupakan ruang yang
memiliki visi menjadi bangsal prima. Metode penugasan asuhan keperawatan
adalah Metode Moduler yaitu metode modifikasi antara Tim dan Primer.
Memiliki kapasitas total tempat tidur 30 tempat tidur, dengan 3 tempat tidur untuk
pasien dengan pengawasan (total care). Jumlah SDM perawat terdiri 1 orang
Kepala ruang dengan pendidikan Ners, 5 orang katim dan sekaligus PPJA dengan
pendidikan Ners, 3 orang PPJA dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan
dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, 9 orang sebagai perawat pelaksana dengan
tingkat pendidikan DIII Keperawatan. Manajemen Keperawatan memiliki
kebijakan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, serta adanya
penerapan proses kredensialing/ rekredensialing dengan pelaksanaan jenjang karir
perawat. Selain itu berdasarkan kebijakan akreditasi Rumah Sakit dokumentasi
asuhan keperawatan saat ini adalah dokumentasi SDKI, SIKI dan SLKI
sedangkan di rumah sakit Medika Husada masih menggunakan dokumentasi
asuhan keperawatan dengan pendekatan Nanda NOC dan NIC. Ruang Wijaya
Kusuma memiliki rata rata BOR 90% dengan beban kerja perawat yang tinggi.
Pendokumentasian asuhan keperawatan masih secara paper base. Pada lembar
pengkajian keperawatan, diagnosa dan intervensi keperawatan dilakukan secara
ceklist sedangkan implementasi dan evaluasi keperawatan dilakukan dengan
ditulis secara narasi. Hasil temuan manajemen keperawatan : adanya komplain
dari pasien karena seringkali perawat terlambat memberikan obat, dokumentasi
pengkajian hanya lengkap 75%, diagnosa hanya lengkap 85% dengan mengangkat
masalah keperawatan nyeri atau cemas dari pasien masuk sampai dengan pasien
pulang. Pemberian edukasi yang hanya dilakukan pada saat pasien mau pulang
dengan penjelasan cara minum obat dan waktu kontrol saja. Dokumentasi
discharge planning juga diisi bila pasien sudah pulang. Perawat mengatakan bila
pasien rawat inap terisi penuh, tidak sempat melaksanakan dokumentasi asuhan
keperawatan, dan akan diisi bila pekerjaan sudah berkurang. Perawat mengatakan
motivasi menurun karena untuk kegiatan kredensialing belum tersosialisasi dari

22
Manajemen Keperawatan, serta belum adanya reward yang sesuai dengan kinerja
perawat. Data kepatuhan perawat dalam mencuci tangan masih rendah karena
tidak sesuai protokol 6 langkah cuci tangan dan tidak 5 moment cuci tangan.
Proses pelaksanaan supervisi hanya dilakukan bila akan dilakukan akreditasi
rumah sakit.

A. Pengkajian Manajemen Ruang Keperawatan


1. Perencanaan
Berdasarkan hasil data yang ditemukan, Ruang Wijaya Kusuma
berkomitmen menjadi bangsal prima dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien sehingga menyebabkan beban kerja yang
tinggi dirasakan oleh perawat, sistem reward dan sangsi yang tidak jelas.
Adanya komplain dari pasien dan keluarga karena pelayanan dalam
pemberian obat yang dirasa kurang cepat.
Berdasarkan kajian data tersebut, Ruang Wijaya Kusuma tidak
memiliki sistem perencanaan yang baik, karena tidak sesuai dengan misi
yang diterapkan pada bangsal tersebut yang mana menjadi bangsal prima
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Hal itu dapat
diukur dari adanya komplain mengenai pelayanan pemberian obat yang
kurang cepat. Optimalisasi perencanaan jangka pendek, menengah, dan
panjang perlu ditingkatkan. Sehingga dapat dipengaruhi oleh ketiadaan
kebijakan dan sasaran kegiatan ruangan yangterstandardisasi sehingga
pandangan ke depan masih terhalangi.
Pembenahan manajemen ruangan dapat dimulai dari menyusun
kebijakan dan sasaran kegiatan ruangan sehingga rencana jangka pendek,
menengah, dan panjang dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan
demikian, model manajemen ruangan dan asuhan keperawatan dapat
tesusun dengan sistematis.
2. Pengorganisasian
Metode yang digunakan Asuhan Keperawatan di RS Medika Husada
perolehan data dari pengkajian :
a. Ruangan menggunakan Metode asuhan keperawatan

23
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan secara paper based
dengan metode checklist pada format pengkajian , diagnose
keperawatan dan intervensi keperawatan. Tetapi pada format
implementasi dan evaluasi keperawatan, perawat masih banyak
menuliskan secara narasi. Ditemukan kelengkapan dokumentasi pada
pengkajian keperawatan hanya sejumlah 75 % ; diagnose keperawatan
hanya 85% dengan mengangkat diagnose nyeri atau cemas dari pasien
masuk sampai pasien pulang. Pemberian edukasi hanya dilakukan
pada saat pasien mau pulang dengan penjelasan cara minum obat dan
waktu control saja. Pendokumentasian discharge planning hanya
dilakukan bila pasien sudah pulang. Ketidaksesuaian antara kebijakan
akreditasi rumah sakit dengan pelaksanaan di Rumah Sakit Medika
Husada tentang metode pendokumentasian askep, dimana standar
akreditasi rumah sakit memakai metode 3S, sedangkan di Rumah
Sakit Medika Husada memakai metode 3N.
b. Pengorganisasian ketenagaan
Perawat bekerja berdasarkan rutinitas meskipun sudah dibagi metode
penugasanya secara Metode Moduler (modifikasi antara Tim dan
Primer).
c. Beban kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
Kurangnya SDM perawat, banyaknya pasien dan komitmen dari
ruangan menjadi bangsal prima dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien yang menyebabkan beban kerja yang
tinggi dirasakan oleh perawat.
3. Ketenagaan
Ruang Wijaya Kusuma memiliki 18 Perawat diantaranya :

Jenjang pendidikan Pelatihan Jumlah


Profesi Ners BTCLS 6
D III Keperawatan BTCLS 12
Total 18

24
Ruang Wijaya Kusuma di RS Medika Husada rata-rata jumlah pasien yaitu

Kategori Jumlah Pasien


Total care 3
Parsial care 15
Minimal care 12
Total 30

Hasil Perhitungan berdasarkan rumus Douglas

No Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
1 Minimal Care 12 12 x 12 x 0,14 12 x 0,07
0,17 = = 1,68 = 0,84
2,04
2 Partial Care 15 15 x 15 x 0,15 15 x 0,10
0,27 = = 2.25 = 1,5
4,05
3 Total Care 3 3 x 0,36 3 x 0,3 = 3 x 0,2 =
= 1,08 0,9 0,6
Jumlah 30 7,17 = 7 4,83 = 5 2,94 = 3

Berdasarkan perhitungan diatas, maka Pagi : 7 orang, Sore : 5 orang,


Malam : 3 orang, sehingga jumlahnya 15 orang.
Faktor libur dan cuti = 25% x 15 = 3,75 perawat = 4 perawat
Jadi berdasarkan perhitungan diatas jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan ketergantungan pasien adalah : (P+S+M+L+1) =
(7+5+3+4+1) = 20 Perawat.

4. Pergerakan / actuating
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penggerakan atau
pengarahan pada proses keperawatan diruang Wijaya Kusuma, kurang
berjalan dengan baik. Karena fungsi manajemen yang memantau dan
menyesuaikan perencanaan, proses dan sumber efektif tidak terealisasikan
dengan baik, sehingga salah satu dampaknya adalah kinerja dan sistem
reward dan sanksi yang tidak optimal dan proses pelaksanaan supervise
yang hanya dilakukan bila akan dilakukan akreditasi RS. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya perilaku kepatuhan perawat dalam mencuci

25
tangan masih rendah, tidak sesuai dengan protocol 6 langkah cuci tangan
dan tidak 5 moment mencuci tangan.
5. Kontroling (pengendalian, evaluasi, dan pengarahan)
a. Pengarahan
Belum optimalnya sistem pengawasan, pengarahan pada staf perawat
berpengaruh pada kinerja perawat, sehingga perawat bekerja tidak
mematuhi protocol mencuci tangan.
b. Pengendalian
Sistem reward dan sangsi yang tidak jelas dan supervise yang
dilakukan pada saat akan dilakukan akreditasi RS.
c. Evaluasi
Proses evaluasi dirasakan kurang yang berdampak pada tidak
optimalnya kinerja perawat.

B. Profil Rumah Sakit Medika Husada


VISI :
Mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri melalui
pendekatan sumber daya RS.
MISI :
1) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai kebutuhan pasien
dan keluarga secara profesional yang berorientasi pada keselamatan
pasien.
2) Mengembangkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara
kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.
3) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan etika bidang
kesehatan. 

MOTTO : Kesembuhan Anda Adalah Kebahagiaan Kami.

26
1. Sejarah rumah sakit
Rumah sakit medika husada kabupaten semarang didirikan pada
tahun 1910,milik tuan zending (seorang belanda),kemudian pada tahun
1950 berkembang menjadi rumah sakit pembantu ungaran milik daerah.
Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah sakit
medika husada antara lain pelayanan Rawat jalan, Rawat Inap, Gawat
darurat serta pelayanan penunjang diagnostic dengan kepastian tempat
tidur pasien 187 (Seratus delapan puluh tujuh).
Mulai dari berdiri hingga sekarang Rumah sakit medika husada
telah banyak mengalami perkembangan, Rumah sakit medika husada
didirkan pada tahun 1910, pada tahun 1979 berdasarkan surat keputusan
Men Kes/SK/II/1979 tentang penetapan kelas Rumah Sakit Daerah sebagai
rumah sakit umum kelas D,pada tahun 1993 berdasarkan surat keputusan
menteri kesehatan RI Nomor 1152/Menkes/XXI/1993 tentang peningkatan
Rumah sakit medika husada di tetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas C,dan
pada tahun 2012 Rumah Sakit medika husada menerapkan Pola
pengelolaan keuangan badan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD),
yaitu berdsarkan keputusan bupati semarang nomor 445/0518/2009
tanggal 13 oktober 2009 tentang penetapan penerapan pola pengelolan
keuangan badab layanan umum daerah (PPK-BLUD) ,Sesuai surat bupati
semarang nomor 910/04050 tanggal 16 noember 2011,Rumah sakit
medika husada memperoleh keleluasan dalam mengelola sumber daya
pelaksanaan tugas operasional public dan pengelolaan keuangan dengan
dengan tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sehingga menjadi lebih efesien dan efektif dan mampu memenuhi tuntutan
dan harapan pelanggan. Pada tahun 2016 Rumah sakit medika husada
telah ditetapkan berdasarkan penilian yang dilakukan oleh komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) berdasarkan SK KARS-
SERT/385/IX/2016 dinyatakan telah memenuhi standar akreditasi dengan
lulus tingkat peripurna.
Perkembangan Rumah sakit medika husada sebagai berikut :

27
a. Pada tahun 1979 berdasarkan surat keputusan Men./SK/III/1979 tentang
penetapan kelas Rumah Sakit Daerah sebagai Rumah Sakit Umum
Kelas D.
b. Pada tahun 1993 berdasarkan Surat Keputusan Menteri kesehatan RI
Nomor 1152/Menkes/XII/1993 tentang peningkatan Rumah Sakit
medika husada maka Rumah Sakit medika husada ditetapkan sebagai
Rumah Sakit kelas C
c. Pada tahun 2011 Rumah sakit medika husada mengalami perubahan
structure organisasi dsn tata kerja berdasrkan peraturan daerah
kabupaten semarang Nomor 3 Tahun 2011 tanggal 2 Januari 2011
tentang structure organisasi dan tata kerja Rumah sakit medika husada.
d. Pada tahun 2012 Rumah Sakit medika husada menerapkan pola
pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD)
,yaitu berdasarkan keputusan Bupati Semarang Nomor 4450/0518/2009
tanggal 13 oktober 2009 tentang penetapan penerapan pola pengelolaan
keungan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) dengan status
penuh.
e. Pada tahun 2016 Rumah sakit medika husada telah di tetapkan
berdasarkan penilaian yang di lakukan oleh komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) berdasarkan SK KARS-SERT/385/IX/2016 dinyatakan
telah memenuhi standar akreditasi dengan Lulus Tingkat Paripurna.
2. Tipe rumah sakit
Rumah sakit medika husada adalah rumah sakit tipe C yang
merupakan salah satu Rumah Sakit milik pemerintah kabupaten semarang
terletak di kecamatan Ungaran Barat, Kab. Semarang yang merupakan
salah satu dari 19 (Sembilan belas) kecamatan yang ada di Kabupaten
Semarang, atau tepatnya di Jl. Diponegoro No. 125 Ungaran berdasarkan
letak geografis diatas maupun faktor lainnya, Rumah sakit medika husada
berada dalam posisi strategis sehingga kepercayaan terhadap Rumah sakit
medika husada dari masyarakat sebagai pelanggan terus meningkat. Pada
tanggal 30 September 2016 Rumah sakit medika husada memperoleh

28
prestasi lulus akreditasi paripurna dengan nomor sertifikat : KARS-
SERT/385/IX/2016.
3. Lokasi rumah sakit
Rumah sakit medika husada terletak di kecamatan Ungaran Barat,
Kab. Semarang yang merupakan salah satu dari 19 (Sembilan belas)
kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang, atau tepatnya di Jl.
Diponegoro No. 125 Ungaran berdasarkan letak geografis diatas maupun
faktor lainnya, Rumah sakit medika husada berada dalam posisi strategis
sehingga kepercayaan terhadap Rumah sakit medika husada dari
masyarakat sebagai pelanggan terus meningkat.
4. Pelayanan yang diberikan rumah sakit
a. Jenis Pelayanan di Rumah sakit medika husada
1) Instalasi Rawat Jalan
Poliklinik : Bedah , Penyakit Dalam , Kebidanan dan Kandungan ,
anak , Syarat , THT , Mata , Kulit Kelamin , Rehabilitas Medik /
Fisioterapi , Gigi , Diabetes , Pelayanan Informasi Obat , Gizi ,
VCT ‘Cahaya’ dan Umum
2) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, Radiologi , Farmasi , Rehabilitas Medik /
Fisioterapi . EKG , USG , Bank Darah dan Hemodialisa.
3) Instalasi Rawat Inap
Ruang , ruang dahlia, ruang mawar, ruang bougenvile, ruang
melati (anak), ruang flamboyan, ruang anggrek.
4) Instalasi Gawat Darurat (IGD).
b. Pelayanan 24 jam di rumah sakit medika husada
1) IGD + Trauma Center
2) Instalasi Farmasi/Apotek
3) Instalasi Radiologi
4) Instalasi Laboratorium
5) Instalasi bedah sentral
c. Medical checkup/kir kesehatan

29
Rumah sakit medika husada melayani pemeriksaan kesehatan/medical
checkup unruk berbagai keperluan seperti:
1) Kir kesehatan untuk persyaratab haji
2) Kir kesehatan untuk persyaratan CPNS/PNS
3) Kir kesehatan untuk persyaratan masuk perguruan tinggi
4) Kir kesehatan untuk persyaratan diklatpim
5) Kir kesehatan untuk persyaratancalon legislative daerah
6) Kir kesehatan untuk TKI/TKW
7) Kir kesehatan umum
8) Struktur organisasi rumah sakit

DIREKTUR

KELOMPOK JABATAN BAGIAN TATA USAHA


FUNGSIONAL

SUB BAGIAN SUB BAGIAN


PERENCANAAN UMUM DAN
DAN KEUANGAN KEPEGAWAIANN

BIDANG BIDANG BIDANG SARANA


PELAYANAN MEDIK KEPERAWATAN DAN DAN SANITASI
DAN PENUNJANG PENUNJANG NON
MEDIK MEDIK

SEKSI PELAYANAN SEKSI SEKSI SARANA


MEDIK KEPERAWATAN

SEKSI PENUNJANG SEKSI SEKSI HIGIENE


DAN REKAM MEDIK PENUNJANG DAN SANITASI
NON MEDIK

30
f. Alur pelayanan

PASIEN DATANG MENGAMBIL NOMOR ANTRIAN

LOKET PENDAFTARAN

PASIEN UMUM PASIEN BPJS PASIEN JAMKESDA PASIEN PERUSAHAAN

KASIR LOKET VERTIVIKASI VERTIVIKASI VERTIVIKASI


1 KARTU BPJS DAN PERSYARATAN RUJUKAN DARI PT
RUJUKAN DI JAMKESDA DAN KARTU
KANTOR BPJS PESERTA

PENGAMBILAN SEP PENGAMBILAN SPJ


(SURAT ELEGIBLITAS (SURAT JAMINAN
PESERTA) PELAYANAN)

POLIKLINIK SPESIALIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG
-LABORATORIUM
- RADIOLOGI
RAWAT JALAN RAWAT INAP

PASIEN UMUM
PASIEN TPPRI
BPJS/JAMKESDA
APOTIK RAWAT
JALAN
APOTIK BPJS
KASIR/LOKET 2

PASIEN PULANG

31
g. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan
Berdasarkan hasil observasi diruang wijaya kusuma jumlah
kunjungan pasien rawat inap hari pertama sebanyak 15 orang, hari
kedua 16 orang, dan hari ketiga 22 orang.

C. Hasil Pengkajian : Input, Proses, Output, Wawancara Kepala Ruang


Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 2 november 2020
sampai dengan tanggal 5 november 2020 melalui pendekatan wawancara
kepada kepala bidang keperawatan, kepala ruang, perawat serta pasien
diperoleh data:
1. Pengkajian input
a. Man
1) Recruitment
Jumlah tenaga perawat sebanyak 18 orang dengan perekrutan PNS
baru sebanyak 3 orang
2) Penempatan
Ruang Wijaya Kusuma

32
A. Struktur Organisasi Ruang Wijaya Kusuma

MANAJEMEN RUANGAN
widi, S.Kep.Ns

STAFF ADMINISTRASI
Jaici Purwanti

KATIM I KATIM II KATIM III


wanda, S.Kep.Ns yesika, S.Kep.Ns riyanti, S.kep

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


wahyu, S.Kep yenli, S.Kep zulfatun, S.Kep

wangsit, AMK fuah, AMK

Noveia Avelio, Amd.Kep

Agnes Tyas W. Amd.Kep

Aditya Nur Ihdo, Amd.Kep


Hanis Muranisa,S.Kep,Ns

S indriyawati, S.Kep,Ns
Eliin Wahyu W, Amd.Kep
Jati M, S.Kep.Ns

33
Nurul Afifah, Amd.Kep

3) Komposisi ketenagaan keperawatan diruangan


Tabel tenaga perawat dengan latar belakang pendidikan dan status
kepegawaian
NAMA PENDIDIKAN STATUS PEGAWAI
SPK D3 D4 S1 NS PNS HONOR
Ns. widi, S.Kep √ √
Ns. yesika, S.Kep √ √
Ns. wahyu. S.Kep. √ √
Ns. wanda, S.Kep. √ √
Ns. riyanti, S.Kep √ √
yenli, AMK √ √
Fu’ah, AMK √ √
wangsit, AMK √ √
Zulfa , AMK √ √
Tutik Lestari, AMK √ √
Tri Mulyani, AMK √ √
Rista, AMK √ √
Aprilia Kartini, AMK √ √
Ns. Prastowo C, S.Kep √ √
Sita Dewi, AMK √ √
Laras, AMK √ √
Ritana, AMK √ √
Arga, AMK √ √

4) Analisa Kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Mawar menurut


Depkes 2005, Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
Ruang Wijaya Kusuma di RS Medika Husada rata-rata jumlah
pasien aitu :

Kategori Jumlah Pasien


Total care 3

34
Parsial care 15
Minimal care 12
Total 30

Hasil Perhitungan berdasarkan rumus Douglas

No Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
1 Minimal Care 12 12 x 12 x 0,14 12 x 0,07
0,17 = = 1,68 = 0,84
2,04
2 Partial Care 15 15 x 15 x 0,15 15 x 0,10
0,27 = = 2.25 = 1,5
4,05
3 Total Care 3 3 x 0,36 3 x 0,3 = 3 x 0,2 =
= 1,08 0,9 0,6
Jumlah 30 7,17 = 7 4,83 = 5 2,94 = 3

5) Berdasarkan perhitungan diatas, maka Pagi : 7 orang, Sore : 5


orang, Malam : 3 orang, sehingga jumlahnya 15 orang.
6) Faktor libur dan cuti = 25% x 15 = 3,75 perawat = 4 perawat
7) Jadi berdasarkan perhitungan diatas jumlah perawat yang
dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah :
(P+S+M+L+1) = (7+5+3+4+1) = 20 Perawat.
b. Material
Sarana dan prasarana diruang perawatan
1) Alat kesehatan diruangan
NO. JENIS ALAT JUMLAH ALAT
TERPAKAI RUSAK
Alat-alat kesehatan:
1. Stetoskop 4
dewasa
2, Bak instrumen 15
3. Kom kecil 10
4. Sterilisasi set 5
5. Alat suction 1
6. Alat timbangan 1
7. Kursi roda 5 1
8. Urinal 25
9. Torniquet 2
10. Nebulizer 1
11. Bengkok 1
12. Sampah medis 4

35
13. Sampah non 15
medis
14. Tabung o2 1
transport
15. EKG 2
16. Pispot pr/lk 11
17. Tensi 3
18. SPO2 2
19. Ambubag besar 3
20. Flometer 30
21. Blood warmer 2
Alat non medis:
1. Tempat tidur 33
2. Standar infus 39 4
3. AC/Kipas 1/13
4. Televisi 1
5. Kulkas 1
6. Kursi penunggu 3
7. Meja dokter -
8. Kursi dokter -
9. Almari linen 2
10. Almari alkes 1
11. Baskom mandi 30
12. Komputer 1
13. Loker obat 1
14. Tempat linen 1
kotor
15. Rak sepatu -
16. Antiseptik 13
handrub
Linen:
1. Sprei 100
2. Sarung bantal 98
3. Stik laken 30
4. Selimut 115
5. Perlak 20
7. Baju operasi 57
Sarana penunjang:
a. Sumber listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik, diperlukan aliran
listrik yang cukup, sumber listrik dari PLN
b. Sumber air
Sumber air yang digunakan diruang Mawarn cukup baik untuk
memenuhi kebutuhan air
c. Penerangan

36
Penerangan diruang Mawar cukup baik, setiap ruangan ada
penerangan
d. Alat komunikasi
Masing-masing ruangan dilengkapi bel
Berdasarkan hasil pengkajian alat yang telah dilakukan diatas,
didapatkan bahwa jumlah alat dengan rasio pasien yang ada diruang
Mawar sudah cukup terpenuhi namun, namun masih ada beberapa hal
yang kurang diantaranya, kerapian alat tidak tertata dengan baik, tidak
ada daftar nama-nama dokter yang ada di Mawar, tidak ada papan
daftar nama pasien yang ada ruangan.
c. Metode
1. Metode pelayanan asuhan keperawatan
Metode yang digunakan diruang Wijaya Kusuma yaitu metode
moduler yaitu modifikasi antara tim dan primer. Hal ini di
maksudkan untuk kenyamanan kerja perawat dan menerapkan
fungsi ketua tim sebagai perawat yang bertanggung jawab atas
timnya dan bertanggung jawab atas program terapi yang ada di
timnya, serta perawat pelaksana yang menjalankan program-
program sesuai dengan program yang dibuat oleh ketua tim.
Dokumentasi proses keperawatanbelum optimal,berdasarkan
kebijakan akreditasi Rumah Sakit dokumentasi asuhan keperawatan
saat ini adalah dokumentasi SDKI, SIKI dan SLKI sedangkan di
rumah sakit Medika Husada masih menggunakan dokumentasi
asuhan keperawatan dengan pendekatan Nanda NOC danNIC. Hal
ini disebabkan karena keterbatasan jumlah perawat dan belum
adanya reward yang sesuai dengan kinerja perawat.

2. Operan
Berdasarkan hasil pengamaman di ruang Wijaya Kusuma di
lakukan timbang terima terlebih dahulu diruangan perawat
kemudian berkeliling keruang pasien setiap pergantian shif, Pada
proses timbang terima perawat menyebutkan nama pasien,

37
diagnose medis dan intervensi lanjutan dan terapi yang akan
diberikan kepada pasien.
3. Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil obeservasi, ronde di ruang Wijaya
Kusuma selalu dilaksanakan, jika ada masalah atau kasus yang
belum terselesaikan, maka perawat ruangan akan melakukan
diskusi dengan sesama perawat, ahli gizi dan dokter dengan
melibatkan pasien dan keluarga pasien.
4. Pendokumentasian keperawatan
Data yang didapatkan secara obeservasi, sistem
pendokumentasian yang ada diruang Mawar berorientasi dari
berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya: perawat, dokter,
laboratorium, gizi, radiologi, apotek dan fisioterapi.
Pendokumentasian di ruang Mawar terdapat :
a. Identitas pasien : Nama pasien, usia, alamat, jenis kelamin,
nomor CM, nomor kamar
b. Diagnosa
c. Nama dokter
d. Lembar resep obat
e. Lembar triase dan pengkajian
f. Lembar pemeriksaan fisik
g. Lembar dokumentasi pemberian informasi selalu diisi
h. Lembar hasil pemeriksaan laboratorium
i. Lembar assesmen operasi
j. Lembar transfer pasien
k. Lembar pencegahan resiko jatuh selalu diisi
l. Lembar ringkasan perawatan pasien
m. Surat pernyataan penggunaan fasilitas ruangan
n. Assesmen keperawatan rawat inap
o. Lembar skrining gizi
p. Lembar pengkajian nyeri
q. Lembar catatan terintegrasi : diisi dokter

38
r. Lembar grafik TTV
s. Rencana asuhan keperawatan
t. Lembar catatan keperawatan
Diisi oleh perawat, dicatat setiap shift terdapat : tanggal/jam,
Diagnosa prioritas, tindakan keperawatan, evaluasi dan paraf.
Namun penulisan evaluasi tindakan dituliskan hasil S dan O
tidak sistemasis, sebagai contoh shift pagi menuliskan S:Nyeri,
O:TD, dilanjutkan shift siang menuliskan S:Nyeri dan O:
Skala+TD, kemudian dilanjutkan shift malam dituliskan
S:Nyeri+skala, O:TD
u. Lembar catatan terintegrasi
Diisi oleh perawat dan dicatat setiap shift menggunakan
metode SBAR dan SOAP, SBAR digunakan untuk pasien baru
datang dan SOAP digunakan untuk pasien lama.
v. Lembar resume keperawatan
w. Lembar catatan pelaksanaan edukasi
x. Lembar administrasi
5. Perencanaan pasien pulang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada kepala
ruang, perawat serta pasien diruang Mawar perencanaan pasien
pulang dilakukan sudah cukup baik, perawat menjelaskan keadaan
pasien kepada keluarga, memberikan obat pulang, waktu control
dan administrasi.
6. Pelaksanaan pasien safety
Berdasarkan hasil observasi diruang Wijaya Kusuma
pelaksanaan pasien safety dilakukan sudah cukup baik, perawat
mengajarkan cara mencuci tangan kepada pasien dan keluarga,
mengganti dan merapikan bed pasien, serta untuk pasien resiko
jatuh tersedia SOP pencegahan pasien jatuh, tersedia format
skrining pasien jatuh yang harus diisi perawat tiap shift berupa
humpty dumphy dan morse false scale, namun untuk tanda yang
diberikan kepada pasien resiko jatuh hanya diberikan tanda

39
kancing berwarna kuning pada gelang pasien tidak dan
menggunakan safe zone.
d. Money
Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua tim diruang Wijaya
Kusuma pendapatan didapat dari setiap jasa pelayanan dilakukan iuran
Rp20.000 perbulan untuk setiap orang perawat diruangan.
e. Market
Berdasarkan hasil observasi yang menggunakan jasa pelayanan
diruang Wijaya Kusuma adalah pasien dan mahasiswa.

2. PELAYANAN RAWAT INAP


1. Ruang perawatan
Ruang perawatan wijaya kusuma berjumlah 32 ruangan, fasilitas untuk pasien
dimasing-masing ruangan antara lain:
VIP : Kamar mandi, AC, kursi, lemari, TV, Tempat tidur penunggu pasien
Kelas 3 :Kipas, kursi, Lemari.
2. Segmen pasar rawat inap berdasarkan kepesertaan
Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua tim bahwa ruang rawat inap kelas
1 dan kelas 2, jenis layanan umum dan BPJS, Mayoritas pasien di ruang
wijaya kusuma adalah 80% menggunakan pelayanan BPJS dan 20%
pelayanan umum.
3. Data indikator
Berdasarkan hasil observasi kepada pasien di ruang Mawar kepuasan terhadap
pelayanan keperawatan cukup baik, kenyaman pasien cukup baik.
4. BOR ruang perawatan
Berdasarkan hasil wawancara kepada bagian rekam medis dan kepala ruang
didapatkan hasil:
BOR ruang perawatan : Jumlah perawatan rumah sakit x 100
Jumlah TT x Jumlah hari dalam periode
PERIODE BOR
Oktober 90,0%
5. BOR kelas perawatan
BOR periode Oktober : Jumlah perawatan rumah sakit x 100%

40
Jumlah TT x jumlah hari dalam periode
: 840x 100% 930
30 x 31
: 90%
2. Pengkajian proses
a. Visi misi ruang rawat inap
1) Visi
Menjadi pilihan utama masyarakat dalam memperoleh tempat tidur
2) Misi
a. Mewujudkan keperawatan yang optimal
b. Mewujudkan budaya kerja yang terintegrasi (senyum, salam, sapa)
c. Mewujudkan budaya kerja yang disiplin
d. Bertanggung jawab serta berdedikasi tinggi
e. Mewujudkan pelayanan yang professional seta peningkatan iptek
keperawatan dalam segala hal pendidikan keperawatan
b. Perencanaan ruangan
Dari hasil wawancara dan kuisioner menunjukkan kepala ruang sudah
melakukan perencanaan hal ini ditunjukkan dengan presentasi hasil
kuisioner. Dari hasil wawancara didapatkan:
1) Terdapat visi dan misi diruangan keperawatan
2) Tujuan sudah sesuai dengan kedua visi dan misi
3) Perencanaan alat dan fasilitas, ruangan mengusulkan kelengkapan alat
yang tidak sesuai diruangan kebidang sarana dan prasarana.
4) Ruangan mengadakan pertemuan dengan staf setiap 1 bulan sekali
diadakan rapat ruangan namun kendalanya adalah setelah pertemuan
ada beberapa staf yang tidak ikut
5) Ruangan mengadakan perkembangan staf, pelatihan pendidikan lanjut
jika ada tenaga kerja yang ingin melanjutkan pendidikan kerja sudah
sesuai dengan SOP
6) Untuk perencanaan jenjang karir perawat, setiap 3 tahun sekali
dilakukan kenaikan pangkat dan perawat berkerja sudah sesuai
dengan SOP

41
c. Pengorganisasian
Method yang digunakan asuhan keperawatan di rumah sakit Medika
Husada khususnya diruang Wijaya kusuma:
1) Ruangan menggunakan metode asuhan keperawatan Tim
2) Setiap pelaksana katim kadang malas membaca orientasi tugasnya
masing – masing
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode tim memiliki kendala
yaitu tidak semua pasien dilayani oleh tim dan solusinya adalah
apabila tim yang lain tidak ada pekerjaan lagi maka dapat membantu
tim yang lain
4) Pelaksanaan dakumentasi asuhan keperawatan yang membuat laporan
harian yaitu katim. melaksanakan asuhan keperawatan yaitu
pelaksana serta yang melengkapi status perawat pelaksana dan juga
katim.
5) Penghitungan bahan kerja perawat menggunakan rumus
douglas,harapannya perhitungannya sesuai dengan rumus
6) Kinerja staf yaitu staf bekerja sudah sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab staf masing-masing
7) Program orientasi staf bar yaitu orientasi ruangan selama 1 bulan
sesuai SOP
d. Pengarahan
1) Pengarahan terhadap ketua tim dan staf melalui operan yang
mengarahkan perawat pelaksana yang akan di lakukan hari itu kerja
sesuai arahan ketua tim.
2) Pelaksanaan bimbingan dan supervise kepala staf tidak dilaksanakan
dengan baik, masih perlu orientasi perlengkapan pasien, dapat ditegur
secara langsung bila tidak disiplin seperti, memakai baju tidak sesuai
dan tidak memakai name tag
3) Setiap 3 bulan sekali dilakukan penilaian kerja terhadap staf melalui
pujian dan pemberian Reward
4) Komunikasi katim dan staf berjalan dengan baik setiap hari, dan akan di
lakukan evaluasi selesai pertukaran sif

42
5) Apabila terjadi konflik antar staf akan di bina keduanya bersama untuk
dapat mencai akar masalahnya serta tidak boleh menyalahkan satu sama
lain
e. Pengendalian
Pengendalian mutu diruangan
1) Angka resiko jatuh
2) Angka resiko infeksi
3) Angka penurunan dikubitus
4) Kesalahan obat
5) Komunikasi efekif
6) Jika semakin banyak yang beresiko jatuh indikatornya tidak berhasil

D. Analisa SWOT

OPORTUNITY
FAKTO STRENGHT WEAKNESS TREAT
(KESEMPATAN
R (KEKUATAN) (KELEMAHAN) (ANCAMAN)
)
M1 Memiliki Kurangnya  Dapat Terdapat RS
(ketena tenaga jumlah tenaga merekrut lain dengan
gaan) kesehatan yang perawat, perawat tenaga
telah memiliki harusnya 20 fresh kesehatan
sebagaimana graduate dengan
sertifikasi
mengikuti lulusan 10 kompetensi
rumus terbaik dari setingkat
perhitungan akper dengan RS
Douglas, tetapi medika Medika
masih kurang 2. husada tiap Husada
tahun.
 Sebagai
tempat
pendidikan
& pelatihan
bagi tenaga
kesehatan
karena dekat
dengan
kampus

43
nakes
M2  Peralatan  Proses  Dapat Letak
(Materi kedokteran kalibrasi alkes mengajukan demografis
al) yang canggih yang kurang Perjanjian yang kurang
dan mutakhir. terjadwal Kerja Sama kondusif
 Mempunyai secara rutin. (PKS) dengan sehingga
SOP tentang  Pendokumenta beberapa sering
standar asuhan sian masih asuransi melakukan
keperawatan dilakukan kesehatan perbaikan
menurut secara narasi milik swasta sarana dan
pendekatan sesuai dengan maupun BPJS. prasarana
SDKI, SLKI NANDA,  Dapat
DAN SIKI. NOC dan mengirimkan
NIC. tenaga
perawat untuk
mengikuti
pelatihan
tentang askep
sesuai dengan
pendekatan
SDKI, SLKI
dan SIKI.
M3 Adanya SOP Belum Dapat Kualitas
(metode tentang sistem optimalnya mengirimkan nakes yang
) pemberian sistem tenaga perawat lebih rendah
sanksi dan pengawasan, untuk mengikuti dari RS lain
penghargaan pengarahan pelatihan karena tidak
terhadap pada staf tentang adanya
perawat perawat kredensial system
berpengaruh keperawatan di kredensial
pada kinerja RSUP.
perawat,
sehingga
perawat bekerja
tidak sesuai
dengan standar
operasional
prosedur (SOP).

E. Prioritas Masalah

No Masalah C A R L Skor Prioritas


1
Kurangnya kepatuhan cuci
5 5 5 5 625 I
tangan

2 Kurangnya tenaga perawat 5 4 4 5 400 II

44
3
Belum optimal discharge
planning 4 4 4 4 256 IV

4 Belum optimalnya sistem


pengawasan 4 4 4 5 320 III

Belum optimal askep 3S


5 4 4 4 3 192 V

Ket:

C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan


peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara /
teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan
yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas 5: sangat penting,
4:penting, 3: cukup penting, 2: kurang penting, 1: sangat kurang penting

45
F. FISHBONE

ENVIRONMENT METODE
METODE MAN

 Kurangnya motivasi  Belum adanya sosialisasi  Perawat Kurang Antusias


perawat untuk tentang dalam melakukan
mempelajari askep pendokumentasian askep pendokumentasian sesuai
dengan pendekatan 3S sesuai dengan SOP
pendekatan SDKI, SLKI  Perawat belum memahami
DAN SIKI. askep dengan pendekatan
3S
BELUM
OPTIMALNYA
PENDOKUMENTASI
AN ASUHAN
KEPERAWATAN
DENGAN STANDAR
KEPERAWATAN
DENGAN
MONEY MESIN PENDEKATAN 3S
MATERIAL
Belum ada usulan anggaran Belum tersedia askep
 PENDOKUMENTASIAN BELUM DILAKUKAN untuk membuat askep pendekatan 3S dengan sistem
SECARA LENGKAP SERTA IMPLEMENTASI DAN pendekatan 3S dengan sistem computer based
EVALUASI MASIH DILAKUKAN SECARA NARASI computer based
 PENDOKUMENTASIAN DILAKUKAN SECARA
PAPERBASE
 PENDOKUMENTASIAN PENGKAJIAN HANYA
LENGKAP 75%, DIAGNOSA HANYA LENGKAP
85%.

46
METODE

 BELUM ADANYA URAIAN TUGAS


MASING-MASING PERAWAT. ENVIRONMENT MAN
 PEREKRUTAN TENAGA PERAWAT
Lingkungan kerja yang tidak  Belum mengetahui
RUMAH SAKIT DILAKUKAN RUTIN
peduli dengan permasalahan tentang perhitungan
TIAP TAHUN DARI 10 LULUSAN
ruangan kebutuhan perawat
TERBAIK AKPER MEDIKA HUSADA
sesuai standar
KURANGNYA
JUMLAH TENAGA
PERAWAT,
HARUSNYA 20
SEBAGAIMANA
MENGIKUTI RUMUS
PERHITUNGAN
DOUGLAS, TETAPI
MATERIAL MONEY MASIH KURANG 2.
MESIN
Belum adanya proposal Alokasi dana tersedia untuk
pengajuan tenaga perawat perekrutan tenaga perawat baru TERDAPAT SOP PEREKRUTAN
tambahan TENAGA PERAWAT.

47
METODE
ENVIRONMENT
 PELAKSANAAN SUPERVISI MAN
HANYA DILAKUKAN BILA Sarana dan prasarana
AKAN DILAKUKAN Perawat belum memiliki
yang tidak
AKREDITASI RUMAH SAKIT. pengetahuan yang cukup
mendukung
 BELUM ADANYA PROSES tentang proses kredensial
KREDENSIALING PERAWAT. perawat
BELUM
OPTIMALNYA
SISTEM
PENGAWASAN,
PENGARAHAN PADA
STAF PERAWAT
BERPENGARUH
PADA KINERJA
MONEY MESIN PERAWAT
MATERIAL
SUDAH MEMILIKI SOP
Tim komite kredensial belum PELAKSANAAN SUPERVISI DAN
berfungsi secara optimal Terdapat Alokasi dana
KREDENSIALING PERAWAT.
untuk pemeberian reward

48
METODE ENVIRONMENT MAN
 Jumlah tenaga perawat kurang
 Discharge planning hanya Sarana dan prasarana untuk
 Asumsi perawat bahwa
dilakukan pada saat pasien mau discharge planning sudah tersedia
discharge planning hanya
pulang dengan penejelasan cara
dilakukan ketika pasien akan
minum obat dan waktu control
pulang saja
saja
 Kurangnyaa sosialisasi tentang
SOP pelaksanaan discharge
planning
BELUM OPTIMALNYA
PELAKSANAAN
DISCHARGE
PLANNING

MATERIAL METODE
MESIN
DOKUMENTASI DISCHARGE Tidak memerlukan alokasi dana
PLANNING DIISI BILA PASIEN khusus untuk melakukan TERDAPAT SOP
PULANG discharge planning PELAKSANAAN DISCHARGE
PLANNING

49
METHODE
ENVIRONMENT MAN
 KEPATUHAN PERAWAT DALAM Hampir semua perawat Kurangnya kesadaran diri
MENCUCI TANGAN MASIH RENDAH melakukan cuci tangan tidak perawat untuk melakukan cuci
KARENA TIDAK SESUAI PROTOKOL 6 sesuai dengan 6 langkah cuci tangan sesuai protocol 6
LANGKAH CUCI TANGAN DAN 5 tangan & 5 moment cuci langkah cuci tangan dan 5
MOMENT CUCI TANGAN. tangan moment cuci tangan
 PELAKSANAAN SUPERVISI HANYA
DILAKUKAN BILA AKAN DILAKUKAN
AKREDITASI RUMAH SAKIT.
KURANGNYA
KEPATUHAN CUCI
TANGAN

MATERIAL MONEY
MESIN
TERDAPAT WASTAFEL CUCI
Terdapat anggaran untuk
TANGAN DAN HANDSRUB DI TERDAPAT SOP
pengadaan rutin handwash dan
TIAP-TIAP BED PASIEN MAUPUN MENCUCI TANGAN.
handscrub
DI LORONG RUANGAN.

50
51
G. Perencanaan/Planning Of Action (POA)
Tabel 3.9
Planning Of Action (POA)
No. Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Media Dana Waktu PJ
1 Mengobservasi Untuk Perawat Melakukan demonstrasi infocuss Swada - -
perawat dalam mengoptimalkan ruang pendokumentasian ya
pelaksanaan pelaksanaan rawat inap asuhan keperawatan
dokumentasi SDKI, pendokumentasiana menggunakan SDKI,
SIKI dan SLKI . suhan keperawatan SIKI dan SLKI
menggunakan
SDKI, SIKI dan
SLKI
2 Mendiskusikan Untuk mengetahui Perawat Diskusi LCD - - -
dengan Karu tentang jumlah kebutuhan ruang rawat
kebutuhan jumlah perawat inap
perawat berdasarkan berdasarkan rumus
rumus douglass douglass
3 Melakukan untuk Perawat Melakukan sosialisasi
sosialisasi tentang mengoptimalkan ruang rawat
pentingnya sistem pengawasan, inap

52
pelaksanaan pengarahan pada staf
supervisi yang rutin perawat berpengaruh
pada kinerja perawat
4 Melakukan Untuk Perawat Melakukan demonstrasi - - - -
demonstrasi tentang mengoptimalkan ruang
discharge planning pelaksanaan rawat
discharge planning inap
5 Memberikan edukasi Meningkatkan Perawat Melakukan coaching - - - -
tentang pentingnya pengetahuan, ruang
cuci tangan sesuai kesadaran dan rawat
protokol 6 langkah kepatuhan perawat inap
cuci tangan dan 5
dalam mencuci
moment cuci tangan
tangan

53
BAB IV
PEMBAHASAN

A. IMPLEMENTASI / PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN DI


RUANGAN
Praktek belajar lapangan manajemen merupakan proses pemahaman
keilmuan dan berbagai teori atau pendapat para ahli yang didapat melalui
proses belajar dari perkuliahan. Pengalaman belajar lapangan manajemen
harus dimiliki oleh semua calon tenaga kesehatan terutama mahasiswa Profesi
Ners (Ns) sehingga mahasiswa STIKES Karya Husada wajib menyelesaikan
praktek keperawatan manajemen. Proses pembelajaran lapangan tersebut
dilaksanakan dengan beberapa tahapan :
1. Persiapan Lapangan
Persiapan lapangan dilakukan berdasarkan buku pedoman praktek. Setelah
terjun dilapangan yaitu di ruang Wijaya Kusuma, diberikan pengarahan
dan orientasi tentang struktur program dan metode kerja selama berada di
lahan praktek, selain itu didapatkan masalah material termasuk alat-alat
kesehatan diruangan yang belum lengkap dan tidak tertata rapi, serta
pendokumentasian asuhan keperawatan yang belum optimal.
2. Pelaksanaan Praktek
Praktek manajemen pada dasarnya adalah belajar menemukan,
merencanakan, mengatasi, mengevaluasi dan menindak lanjuti dari
permasalahan. Secara garis besar proses praktik diruang wijaya kusuma
dilakukan dengan menganalisa alat-alat kesehatan diruangan seperti
kekurangan dan kerapian alat serta pendokumentasian yang kurang
optimal dan tidak sesuai dengan JCI.
B. DISKUSI
Hasil pengkajian selama praktek diruang Wijaya Kusuma meliputi
kepatuhan perawat dalam cuci tangan masih rendah karena tidak sesuai
dengan protocol 6 langkah cuci tangan dan 5 momen cuci tangan , mengingat
Tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering berkontak dengan kuman
yang menyebabkan penyakit dan menyebarkannya. Cara terbaik untuk
mencegahnya adalah dengan membiasakan melakukan kebersihan tangan.

54
Kebersihan tangan adalah tehnik yang sangat mendasar dalam mencegah dan
mengendalikan infeksi, dengan kebersihan tangan dapat menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme yang ada di kulit (Hidayat, 2005).
Hand Hygiene atau kebersihan tangan adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air atau
pencairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih. Tindakan
ini sering kita anggap sepele, namun merupakan hal yang sangat penting
dalam menjaga higiene tangan maupun kulit serta salah satu upaya efektif
dalam mencegah infeksi nosokomial.
Mahasiswa sudah menyampaikan kepada kepala ruangan tentang
kurangnya kepatuhan perawat dalam cuci tangan masih rendah, karena tidak
sesuai dengan protocol 6 langkah cuci tangan dan 5 momen cuci tangan yang
sesuai dengan kebijakan akreditasi Rumah Sakit. Kepala ruangan juga bersedia
menyikapi hasil diskusi dengan mahasiswa dan bersedia untuk
mensosialisasikan kembali kepada perawat di Ruang wijaya kusuma.
Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 15% dari
seluruh pasien di rumah sakit menderita infeksi nosokomial. Survei prevalensi
oleh WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara mewakili wilayah kerja WHO
menunjukkan frekuensi tertinggi infeksi nosokomial ada di rumah sakit Asia
Tenggara dengan prevalensi 11%. Di Indonesia kejadiannya mencapai 15,74%
lebih besar dibanding Negara maju berkisar 4,8 15,5%.
Menurut penelitian Rahma Athifa dkk (2020) tentang Kepatuhan Cuci
Tangan Petugas Rawat Inap di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semrang,
Tindakan kewaspadaan standar dapat mencegah transmisi patogen di rumah
sakit. Tindakan kewaspadaan standar diantaranya cuci tangan, higienitas
pasien dan petugas medis, penanganan benda tajam yang aman, dan alat
pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan gaun pelindung. Cuci tangan
yang benar dianggap tindakan sederhana dan paling efektif dalam mencegah
transmisi patogen dari petugas medis ke pasien maupun sebaliknya. Melalui
cuci tangan dengan sabun dan air yang cukup dapat menghilangkan 90%
kontaminan yang ada di tangan. Hal tersebut diperkuat adanya bukti bahwa

55
kegiatan membersihkan tangan dapat mengurangi kejadian healthcare
associated infection (HAIs).
Menurut penelitian Bambang Sumardi dkk, (2020) tentang Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
Penerapan Standar Cuci Tangan mengungkapkan bahwa Hasil uji bivariat
menunjukkan bahwa perawat patuh terbanyak pada perawat berpengetahuan
baik sebanyak 17 orang, sedangkan perawat tidak patuh terbanyak pada
perawat berpengetahuan tidak baik sebanyak 9 orang. Hasil uji Chi-Square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan
perawat dengan kepatuhan perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit UKI
Jakarta. Hal ini ditunjukkan dengan p value 0,018 lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05 (p < 0,05). Selain itu diketahui bahwa perawat berpengetahuan
baik berpeluang 7,650 kali patuh dalam melakukan penerapan standar
mencuci tangan dibandingkan perawat berpengetahuan tidak baik. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyuni (2014) yaitu hubungan
yang positif kuat antara pengetahuan dan kepatuhan dalam melakukan cuci
tangan (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perawat
berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam mencuci tangan.

WHO (2006) mengungkapkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang


cuci tangan merupakan salah satu hambatan untuk melakukan cuci tangan. Hal
ini didukung pendapat Pittet (2001), bahwa salah satu faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan melakukan cuci tangan adalah kurangnya
pengetahuan seseorang akan pentingnya melakukan cuci tangan dalam
mengurangi penyebaran bakteri dan terjadinya kontaminasi pada tangan dan
kurang mengerti tentang teknik melakukan cuci tangan yang benar.Selain itu
menurut Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (2011), secara umum
alasan kurangnya kesadaran mencuci tangan adalah tingginya mobilitas
perawat dan dokter sehingga secara praktis lebih mudah menggunakan sarung
tangan, hal tersebut memicu tingginya penggunaan sarung tangan yang
didukung kelalaian untuk cuci tangan sebelum dan setelah menggunakannya.

56
Di simpulkan bahwa dalam penelitian Nur Hidayah dkk (2019) tentang
Kepatuhan Tenaga Kesehatan Terhadap Implementasi Hand Hygiene bahwa
di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Kota MakassarTingkat pengetahuan
tenaga kesehatan mengenai pelaksanaan hand hygiene sudah sangat baik
dengan rata-rata tingkat pengetahuan perawat sebesar 78.3%, bidan sebesar
62.5% dan dokter sebesar 62.5%. Tingkat kepatuhan pelaksanaan hand
hygiene tenaga kesehatanberdasarkan kategori profesi adalah perawat
(54.3%), bidan (62.5%), dan dokter (43.7%).Berdasarkan tiap indikasi hand
hygiene kepatuhan tenaga kesehatan pada momen sebelum kontak dengan
pasien 43.7%, sebelum tindakan aseptik 75.0%, setelah terpapar cairan tubuh
pasien yang berisiko 87.5%, setelah kontak dengan pasien 41.7% dan setelah
menyentuh lingkungan sekitar pasien 14.3%.Berdasarkan penggunaan hand
wash dan handrub dalam pelaksanaan hand hygiene tenaga kesehatan
didapatkan hasil bahwa penggunaan handwash sebesar 49.6% dan handrub
sebesar51.4%.

57
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil dari praktek menajemen keperawatan di ruang Wijaya kusuma Rumah
Sakit Medika Husada yang dimulai dari tahap pengkajian sampai evaluasi ada
beberapa yang harus diperbaiki salah satunya adalah mengenai kepatuhan
perawat dalam melakukan tindakan 6 langkah cuci tangan dan 5 momen cuci
tangan
Saran
Di harapkan dalam asuhan keperawatan dilakukan dengan seoptimal
mungkin dari sisi cuci tangan dan pendokumetasian tersebut menggunakan
SDKI, SIKI dan SLKI sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

58

Anda mungkin juga menyukai