Anda di halaman 1dari 17

“TUGAS KEPERAWATAN ANAK”

ASKEP PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA


DOSEN:Bpk Abram Babakal,Skep Ns

Disusun oleh:Kolompok VI

Iriani Dina Sudiarso (070114055)

Yolanda B Bataha (070114068)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT
MANADO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,atas rahmat dan
karuniaNya kami kelompok VI dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini merupakan
tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak yang diberikan oleh Bpk Abram Babakal
S.kep,Ns.

Makalah ini berisi tentang Asuhan Keperawatan pada anak dengan Leukimia,yang
didalamnya terdapat tinjauan teoritis penyakit(pengertian,etiologi,klasifikasi,tanda dan
gejala,gambaranklinis,insiden,pemeriksaanpenunjang,pemeriksaandiagnostik,penatalaksa
naan),tinjauan teoritis ASKEP dan patoflow Leukimia.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita untuk lebih memahami tentang
penyakit Leukimia pada anak.Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna untuk itu kami memerlukan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Manado,September 2009

Penulis
BAB 1
TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT LEUKIMIA

A. Pengertian

Istilah leukimia menggambarkan suatu bentuk kanker yang timbul pada organ
pembentukan darahpada tubuh(limpha,sistem limfatik,sumsum tulang).Organ ini
dibedakan sesuai dengan sistem leukosit yang terlibat.Bentuk umum dari semua leukimia
adalah ploriferasi tidak teratur dari SPD Dalam sumsum tulang yang menggantikan
elemen normal.Ada suatu penampilan abnormal dalam sel asal hematopoietik,yang
menggambarkan ketidakmampuan untuk membedakan dari sel normal.Bila sel normal
digantikan oleh sel leukimia,leukimia meilosit akut,yang melibatkan neutrofil,tipe
granulosit.Leukimia kronis paling umum adalah leukimia limfositik kronis,yang
dikarakteristikan oleh peningkatan abnormal pada limfosit.(doenges edisi 3).

Leukimia adalah proliferasi patologis dari sel pembuat sel darah merahyang
bersifat sitemik dan biasanya berakhir fatal. (Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga).

Leukimia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukimia dikatakan penyakit darah yang di
sebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah,yaitu pada sumsum
tulang.Penyakit ini sering di sebut kanker darah. Keadaan yang yang sebenarnya sumsum
tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang di hasilkan adalah sel darah yang
tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal. (Perawatan
Anak Sakit,edisi 2)

B. Etiologi

Penyebab LLA (Leukimia Limfosit Akut) sampai sekarang belum jelas, namun
kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:

1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia


(benzol,arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras
3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai
kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).

Faktor predisposisi:

1.Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen


(T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2.Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
3.Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen anti neoplastik.
4.Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5.Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6.Kelainan kromosom

Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur
antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai
alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen
jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human
leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika
sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat
diabaikan.

C. Klasifikasi

1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)

LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua


sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan
gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4
tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan
sel normal.

D. Tanda dan Gejala


1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.
Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-
kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang
sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi
secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik

E. Gambaran Klinis
 Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan perdarahan
disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta limfadenopati.
Perdarahan dapat didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi, dsb.
 Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat
disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat
infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi
pleura, kejang pada leukemia serebral.

F. Insiden

ALL (Acute Lymphoid Leukimia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-
anak yang berusia antara 3 dan 5. Anak perempuan menunjukan prognosis yang
lebih baik daripada anak perempuan menunjukan prognosis yang lebih baik daripada
anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekwensi remisi yag lebih sedikit dan
angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata juga lebih rendah.

ANLL (Acute Nonlymphoid Leukimia) mencakup 15%-25% kasus leukimia pada


anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan
kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal
menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak
dengan ALL. 50% anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki
remisi berkepanjangan. (Betz,Cecily L.2002. hal : 300)
G. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia,
limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton
dan terdapat sel blast (menunjukkan gejala patogonomik untuk leukemia).
 Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya terdiri
dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
 Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES,
granulosit, pulp cell.

70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan


kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1). 50 –
70% dari pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA).
Leukemia Mielogenus Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa:
 Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid
 Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang
diploid (2n+a)
 Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
 Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis bukan
merupakan kromosom normal, dari bentuk yang sangat besar sampai
yang sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui
jenis kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari
hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast.
Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan
mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik,anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan

I. Penatalaksanaan
o Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
 Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang
dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
 Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai
5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi.
3. Fase Pelaksanaan Kemoterapi:

1. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan
L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.
2. Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison
melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
3. Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang,
maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
o Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah
3 tahun remisi terus menerus.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASKEP

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesa

a. Identitas.

b. Keluhan utama.

c. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya


faktor herediter misanya kembar monozigot.

2. Pemeriksaan fisik

a. Aktifitas

Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan.

Tanda:kelemahan otot,somnolen.

b. Sirkulasi

Gajala:palpitasi.

Tanda:takikardi,membrane mukosa pucat

c. Eliminasi

Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urine, penurunan


haluaran urine.

d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, muntah,penurunan BB,disfagia.

Tanda : distensi abdomen,penurunan bunyi usus,hipertrofi gusi


(infiltrasi gusi mengindikasikan leukimia monositik akut).

e. Integritas ego

Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.

Tanda : depresi, ansietas, marah.

f. Neurosensori

Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang


konsentrasi, pusing, kesemutan.

Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

g. Nyeri / kenyamanan

Geajala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.

Tanda : gelisah, distraksi.

h. Pernafasan

Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.

Tanda : dispnea, takipnea, batuk.

i. Keamanan

Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan,


perdarahan spontan,tak terkontrol dengan trauma minimal.

Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau


hati.

j. Seksualitas
Gejala : penurunan libido, menoragia, impoten.

2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.Darah lengkap : menunjukan normositik,anemia normositik.

2.PT /PTT : memanjang.

3.LED : mungkin meningkat.

4.Muromidase serum (lisozim) : peningkatan pada leukimia monositik akut dan


mielomonositik.

5.Asam urat serum / urin : mungkin meningkat.

6.Copper serum : meningkat.

7.Zinc serum : menurun.

8.Biopsi sumsum tulang belakang : SDM abnormal biasanya 750% atau lebih dari
SDP pada sumsum tulang.

9.Foto dad dan biopsy nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. 1. Nyeri akut b/d Setelah 1. Kaji adanya nyeri. 1.Mengindikasikan
pembesaran organ / dilakukan terjadinya komplikasi.
nodus limfe, tindakan
2.Dapat membantu
sumsum tulang yang keperawatan,
2.Observasi TTV
mengevaluasi pernyataan
dikemas dengan sel nyeri dapat
verbal dan keefektifan
leukemik. berkurang
intervensi.
atau
3.Posisikan nyaman dan
terkontrol.
3.Dapat menurunkan
sokong sendi ekstremitas
ketidaknyamanan tulang dan
dengan bantal.
sendi.

4.Evaluasi dan dukung


4.Penggunaan persepsi diri /
mekanisme koping
perilaku untuk
pasien.
menghilangkan nyeri dapat
membantu pasien
mengatasinya lebih aktif.
5.Bantu atau berikan
aktifitas terapeutik,tehnik 5.Membantu manajemen
relaksasi. nyeri dengan perhatian
langsung.
6.Berikan obat sesuai
indikasi:analgetik,contoh 6.Diberikan untuk nyeri
:asematinofen(tylenol). ringan yang tidak hilang
dengan tindakan
kenyamanan.
2. Resiko tinggi Setelah 1.Kaji keadaan 1.Untuk mengetahui adanya
perdarahan b/d dilakukan resiko perdarahan dengan
trombositopenia. tindakan kulit/membran mukosa. menemukan adanya
keperawatan, peteki,perdarahan gusi.
resiko
2.Perubahan dapat
perdarahan
2.Pantau TD dan Nadi.
menunjukan sebagai efek
berkurang
hipovolemia(perdarahan).
atau tidak
terjadi
3.Jaringan rapuhdan
3.Hindari tindakan yang
perdarahan.
trombositopenia
dapat membuat cedera
meningkatkan resiko
jaringan/perdarahan.
perdarahan meskipun
trauma minor.

4.Anjurkan klien untuk 4.Dapat mengurangi iritasi


diet makanan halus. gusi.

5.Awasi pemeriksaan 5.Penurunan jumlah


lab,misalnya:trombosit, trombosit dan HB/HT
HB/HT. mengindikasikan adanya
perdarahan.
6.Berikan
SDM,trombosit. 6.Memperbaiki atau
menormalkan jumlah SDM
dan kapasitas pembawa O2
untuk memperbaiki
anemia,berguna untuk
mencegah atau mengobati
perdarahan.

3. Resiko tinggi infeksi Setelah 1.Kaji adanya nyeri tekan 1.Mengindikasikan infeksi
b/d sel leukosit yang dilakukan padaarea eritema. lokal.
abnormal. tindakan
2.Observasi suhu tubuh. 2.Hipertermia terjadi pada
keperawatan,
beberapa tipe infeksi.
kondisi klien
baik dan
resiko infeksi
3.Berikan mandi 3.Membantu menurunkan
berkurang
kompres. demam.
atau tidak
terjadi
4.Berikan periode 4.Menghemat energi untuk
infeksi.
istirahat tanpa gangguan. penyembuhan,regenerasi
seluler.
5.Berikan makanan
tinggi protein dan cairan. 5.Meningkatkan
pembentukan antibodi dan
6.Awasi pemeriksaan
mencegah dehidrasi.
lab:DL terutama
SDP,kultur 6.Penurunan jumlah SDP
gram/sensifitas. matur menunjukan
peningkatan resiko infeksi.
7.Berikan obat sesuai
indikasi ex:antibiotik. 7.Mengobati infeksi khusus.

8.Kaji ulang fotothoraks. 8.Indikator terjadinya atau


penyembuhan komplikasi
paru.
4. Kelelahan/kelemaha Setelah 1.Kaji tingkat kelemahan 1.Efek leukimia,anemia dan
n umum b.danemia. dilakukan klien. kemoterapi.
tindakan
2.Berikan lingkungan 2.Menghemat energi untuk
keperawatan,
tenang dan periode aktifitas dan regenerasi
kondisi klien
istirahat tanpa gangguan. seluler.
membaik(kel
emahan/kelel
3.Jadwalkan makan 3.Dapat meningkatkan
ahan
sekitar kemoterapi. pemasukan dan menurunkan
berkurang).
mual.
4.Kolaborasikan dengan
tim medis mengenai 4.Untuk menurunkan mual
pengobatan antiemetik setelah dilakukan
dan penambah darah. kemoterapi,dan
meningkatkan HB sehingga
mengurangi kelelahan atau
kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit (edisi 2).Jakarta;EGC.


http://praktik-perawat.blogspot.com
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/leukemia_pada_anak.html
http://dilichild86.blogspot.com/2008/04/asuh-keperawatan.html
BAB III

PENYIMPANGAN KDM

Berkurang atau tidak adanya sel hemopoetik normal

Trombosit menurun Proliferasi abnormal sel neoplastik

Trombositopenis Leukositosis

Perdarahan Pengenceran darah

2.Resiko tinggi perdarahan Penurunan Hb


b.d trombositopenia

Anemia
Aktifitas proliferasi berlanjut

4.Kelelahan/kelelaha
Pembesaran dalam sumsum tulang dan limfe n umum b.d anemia
atau dalam lien,hapar dan timus

3.Resiko infeksi b.d leukosit yang


abnormal
Memfiltrasi banyak
jaringan
tubuh,misalnya:tulang 1.Nyeri akut b.d pembesaran-
dan ginjal. pembesaran organ atau nodus
limfe,sumsumtulang yang di
kemas dalam sel leukemik
Sel darah imatur

Fungsi sumsum tulang belakang


memperlihatkan infiltrasi leukemik gross
penurunan aktivitas eritopoetik dan
hilangnya megakariosit.

Anda mungkin juga menyukai