Disusun oleh:Kolompok VI
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,atas rahmat dan
karuniaNya kami kelompok VI dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini merupakan
tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak yang diberikan oleh Bpk Abram Babakal
S.kep,Ns.
Makalah ini berisi tentang Asuhan Keperawatan pada anak dengan Leukimia,yang
didalamnya terdapat tinjauan teoritis penyakit(pengertian,etiologi,klasifikasi,tanda dan
gejala,gambaranklinis,insiden,pemeriksaanpenunjang,pemeriksaandiagnostik,penatalaksa
naan),tinjauan teoritis ASKEP dan patoflow Leukimia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita untuk lebih memahami tentang
penyakit Leukimia pada anak.Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna untuk itu kami memerlukan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Manado,September 2009
Penulis
BAB 1
TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT LEUKIMIA
A. Pengertian
Istilah leukimia menggambarkan suatu bentuk kanker yang timbul pada organ
pembentukan darahpada tubuh(limpha,sistem limfatik,sumsum tulang).Organ ini
dibedakan sesuai dengan sistem leukosit yang terlibat.Bentuk umum dari semua leukimia
adalah ploriferasi tidak teratur dari SPD Dalam sumsum tulang yang menggantikan
elemen normal.Ada suatu penampilan abnormal dalam sel asal hematopoietik,yang
menggambarkan ketidakmampuan untuk membedakan dari sel normal.Bila sel normal
digantikan oleh sel leukimia,leukimia meilosit akut,yang melibatkan neutrofil,tipe
granulosit.Leukimia kronis paling umum adalah leukimia limfositik kronis,yang
dikarakteristikan oleh peningkatan abnormal pada limfosit.(doenges edisi 3).
Leukimia adalah proliferasi patologis dari sel pembuat sel darah merahyang
bersifat sitemik dan biasanya berakhir fatal. (Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga).
Leukimia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukimia dikatakan penyakit darah yang di
sebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah,yaitu pada sumsum
tulang.Penyakit ini sering di sebut kanker darah. Keadaan yang yang sebenarnya sumsum
tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang di hasilkan adalah sel darah yang
tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal. (Perawatan
Anak Sakit,edisi 2)
B. Etiologi
Penyebab LLA (Leukimia Limfosit Akut) sampai sekarang belum jelas, namun
kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
Faktor predisposisi:
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur
antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai
alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen
jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human
leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika
sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat
diabaikan.
C. Klasifikasi
E. Gambaran Klinis
Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan perdarahan
disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta limfadenopati.
Perdarahan dapat didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi, dsb.
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat
disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat
infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi
pleura, kejang pada leukemia serebral.
F. Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukimia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-
anak yang berusia antara 3 dan 5. Anak perempuan menunjukan prognosis yang
lebih baik daripada anak perempuan menunjukan prognosis yang lebih baik daripada
anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekwensi remisi yag lebih sedikit dan
angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata juga lebih rendah.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik,anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
I. Penatalaksanaan
o Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang
dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai
5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi.
3. Fase Pelaksanaan Kemoterapi:
1. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan
L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.
2. Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison
melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
3. Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang,
maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
o Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah
3 tahun remisi terus menerus.
BAB II
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas.
b. Keluhan utama.
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas
Tanda:kelemahan otot,somnolen.
b. Sirkulasi
Gajala:palpitasi.
c. Eliminasi
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, muntah,penurunan BB,disfagia.
e. Integritas ego
f. Neurosensori
g. Nyeri / kenyamanan
Geajala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
h. Pernafasan
i. Keamanan
j. Seksualitas
Gejala : penurunan libido, menoragia, impoten.
2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
8.Biopsi sumsum tulang belakang : SDM abnormal biasanya 750% atau lebih dari
SDP pada sumsum tulang.
9.Foto dad dan biopsy nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
3. Resiko tinggi infeksi Setelah 1.Kaji adanya nyeri tekan 1.Mengindikasikan infeksi
b/d sel leukosit yang dilakukan padaarea eritema. lokal.
abnormal. tindakan
2.Observasi suhu tubuh. 2.Hipertermia terjadi pada
keperawatan,
beberapa tipe infeksi.
kondisi klien
baik dan
resiko infeksi
3.Berikan mandi 3.Membantu menurunkan
berkurang
kompres. demam.
atau tidak
terjadi
4.Berikan periode 4.Menghemat energi untuk
infeksi.
istirahat tanpa gangguan. penyembuhan,regenerasi
seluler.
5.Berikan makanan
tinggi protein dan cairan. 5.Meningkatkan
pembentukan antibodi dan
6.Awasi pemeriksaan
mencegah dehidrasi.
lab:DL terutama
SDP,kultur 6.Penurunan jumlah SDP
gram/sensifitas. matur menunjukan
peningkatan resiko infeksi.
7.Berikan obat sesuai
indikasi ex:antibiotik. 7.Mengobati infeksi khusus.
PENYIMPANGAN KDM
Trombositopenis Leukositosis
Anemia
Aktifitas proliferasi berlanjut
4.Kelelahan/kelelaha
Pembesaran dalam sumsum tulang dan limfe n umum b.d anemia
atau dalam lien,hapar dan timus