Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA

A. Definisi Leukimia
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang artinya putih dan haima
yang artinya darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang
dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan
jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk
sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati
dan sel-sel baru akan menggantikannya. Dan terkadang proses yang teratur ini berjalan
menyimpang. Dimana sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan
sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana
sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-
sel lain.
Leukimia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
dengan bentuk leukosit yang abnormal, jumlahnya yang berlebihan dapat menyebabkan
anemia, trombositopenia dan dapat berakhir dengan kematian (Soeparman, 1998).
Leukimia merupakan penyakit maligna proloferatif generalisata dari jaringan darah
terutama leukosit, dapat terjadi secara akut maupun kronik, terutama terjadi pada anak
usia 1-5 tahun (Sacharin,1996). Leukimia adalah suatu keganasan yang sering terjadi
pada anak usia dibawah 15 tahun akibat proliferasi sel darah putih immature (Ashwill,
1997).
B. Etiologi Leukimia
Penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui, akan tetapi terdapat beberapa
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Genetik
Adanya penyimpangan kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom,
Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld,
sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991 dalam Handayani 2008) .
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identic dimana
kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku
juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985
dalam Handayani, 2008) .
3. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom
dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan
insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ANLL (Wiernik,1985;
Wilson, 1991 dalam Handayani, 2008).
4. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan
adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak
ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang
merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan (Wiernik, 1985
dalam Handayani, 2008). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia (Kumala, 1990 dalam Reeves, 2001).
5. Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kromis dari bahan kimia (benzen) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen
(Wiernik,1985; Wilson, 1991 dalam dalam Handayani, 2008). Selain benzen
beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain:
produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik (Soeparman, 1998).
6. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (Soeparman, 1998).
7. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus
lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat
dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis.

C. Patofisiologi Leukimia
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini
sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif
membuat sel-seldarah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel
ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus
diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada
leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi
yangdihasilkan adalah sel yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau
jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian
darikonsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.

Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum
tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut
ke organ yang lebih besar (splenomegali, hepatomegali). Poliferasi dari satu jenis sel
sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke
pengembangan/pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenias (penurunan jumlah).
Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya immunocompetence dengan
meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi (Long, 1996).

Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah masuk ke dalam
tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur antigen manusia. Begitu
juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh tubuh. Dimana struktur antigen
manusia terbentuk oleh struktur antigen darimberbagai alat tubuh terutama kulit dan
selaput lendir yang terletak dipermukaan tubuh (Ngastiyah, 1997).uriadi (2001 dalam
prosesnya meliputi: normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast. Adnya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan pletelet terganggu
sehingga akan menimbulkan anemia dn trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudanh mengalami
infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi
organ, sistem saraf pusat, gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum
tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
meningkatnya tekanan jaringan dan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.

D. Manifestasi klinik
Hal-hal yang dapat di perhatikan untuk mengidentifikasi leokemia yaitu dengan adanya
tanda dan gejala sebagai berikut (Baughman,2000)
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang
menderitaleukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh
tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan Mukosa
seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut
petekia.Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar
trombositsangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik

Selain apa yang telah di sebutkan dan dijelaskan diatas ada beberapa sumber yang juga
menyebutkan tanda dan gejala yang dapat muncul utamanya pada anak yaitu: anak
terlihat pucat., demam, anemia, perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan, Purpura,
pembesaran hepar dan lien, adanya gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena
infiltrasi sel-sel ganas, jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat
ditemukan tanda meningitis, peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein dan
penurunan glukosa (Nursalam, 2005).

E. Penatalaksanaan
Pengobatan pada pasien leukemia dapat dilakukan tindakan seperti :
1. Kemotherapi
Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. (Handayani
& Haribowo, 2008). Kemoterapi bertujuan untuk memperlambat produksi sel
darah putih yang abnormal (Hegner & Caldwell, 2003). Protokol pengobatan
bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak.
Penanganan atau pilihan pengobatan leukemia pada anak menggunakan
kemoterapi (AMC, 2013).
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi kanker yang
bersifat sistemik (Brooker, 2008). Keuntungan penggunaan kemoterapi adalah
mengobati kanker, menjaga dan menahan penyebaran sel kanker, memperlambat
pertumbuhan sel kanker, membunuh sel kanker yang menyebar ke bagian tubuh
lainnya, dan mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker (AMC, 2013).
Namun, kemoterapi mempunyai kelemahan atau efek negatif yaitu tidak hanya
mematikan sel maligna tetapi juga mematikan sel normal lain yang tumbuh secara
cepat, misalnya sel pembentuk darah di sumsum tulang, folikel rambut, sel-sel
dan mukosa di mulut, mukosa saluran pencernaan, sel germinal (sperma dan
ovum) dan sel-sel kulit (Potts & Mandleco (2007) dalam Hapsari, 2012; Otto,
2005). Kemoterapi pada pasien anak dengan leukemia menyebabkan beberapa
efek samping. Salah satu dari efek samping kemoterapi adalah mual dan muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, masalah kulit dan kuku, kehilangan rambut, serta
masalah kesehatan mulut (AMC, 2013).
Pemakaian agen kemoterapi dilakukan dalam empat fase yaitu terapi induksi,
terapi profilaksis SSP, terapi intensifikasi atau konsolidasi, dan terapi rumatan.
a. Terapi induksi
Terapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-
obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid
(terutama prednison), vinkristin, L-asparaginase, dengan atau tanpa
doksorubisin. Terapi ini menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang
dari 5% sel-sel leukemia dalam sumsum tulang. Setelah remisi, tubuh pasien
tidak lagi memiliki pertahanan dan sangat rentan terhadap infeksi dan
perdarahan spontan. Konsekuensinya, terapi suportif selama periode ini sangat
esensial.
b. Terapi profilaksis SSP
Penanganan SSP terdiri atas terapi profilaksis melalui kemoterapi intratekal
dengan metotreksat, sitarabin, dan hidrokortison.
c. Terapi intensifikasi atau konsolidasi
Setelah remisi total tercapai, dilaksanakan suatu periode intensif untuk
menghilangkan sel-sel leukemia yang masih tersisa. Periode intensif
diperpanjang 2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas
keterlibatan sistem syaraf pusat dan oragan vital lain. Penyuntikan intratekal
yang menyertai kemoterapi sistemik meliputi pemberian Lsparaginase,
metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin, dan merkaptopurin,
selama periode beberapa bulan.
d. Terapi rumatan
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai dan
berhasil dengan baik untuk memelihara remisi dan selanjutnya mengurangi
jumlah sel leukemia. Regimen terapi obat kombinasi yang meliputi pemberian
merkaptopurin setiap hari, metotreksat seminggu sekali, dan terapi intratekal
secara periodik yang diberikan selama 2 tahun kemudian. Selama terapi
rumatan, harus dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk
mengevaluasi respon sumsum tulang terhadap obat-obatan yang digunakan.
2. Kombinasi Prednison, vinkristin diharapkan dapat mengurang remisi pada sekitar
95% anak dengan akut limfositik leukemia.
3. Transplantasi sumsum tulang
a. Sebelum transplantasi pasien menjalani penyinaran seluruh tubuh dan
kemoterapi untuk mengurangi kemungkinan penolakan.
b. Transplantasi dianjurkan pada penderita akut limfoitik leukima dengan
remisi ke-2
c. Transplantasi membutuhkan donor sumsum tulang dari saudara
sekandung.
Kasus :

Anak T usia 13 tahun (perempuan) dirawat dengan diagnosa medis leukemia. Anak T saat ini
sedang menjalani kemoterapi. Anak T mengatakan merasa putus asa dengan kondisi
penyakitnya. Merasa malu karena badan semakin kurus, rambut rontok dan tidak dapat
mengikuti sekolah seperti teman-temannya. Buatlah konsep kebutuhan dasar yang terganggu dan
asuhan keperawatan dalam bentuk mind mapping pada kasus tersebut.

I. PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Nama : Anak T
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. Keluhan utama
Pasien mengatakan putus asa dengan kondisi penyakitnya. Merasa malu karena badan
semakin kurus, rambut rontok dan tidak dapat mengikuti sekolah seperti teman-
temannya.
C. Pengkajian Kebutuhan Dasar
Kebutuhan Konsep diri pasien meliputi :
1. Gambaran diri
Anak T semakin kurus dan rambutnya rontok
2. Identitas diri
Anak T adalah seorang remaja perempuan
3. Peran diri
Anak T sebagai siswa tidak dapat mengikuti sekolah seperti teman-temannya.
4. Ideal diri
Anak T ingin sekolah seperti teman-temannya
5. Harga diri
Anak T merasa putus asa dengan kondisi penyakitnya dan kondisi fisiknya.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
3. Ketidakefektifan performa peran berhubungan dengan harga diri rendah

D. Rencana Asuhan Keperawatan

E. Evaluasi Keperawatan

analisis praktik klinik keperawatan


masyarakat perkotaan pada pasien leukemia
di ruang hematologi dan onkologi lina Gustiana, FIK UI, 2013 lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20351498-PR-Lina%20Gustiana.pdf

AMC (American Cancer Society). (2013). Understanding chemotherapy: A guide


for patients and families.
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003025-
pdf.pdf, diakses pada tanggal

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Merdeka

Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah (alih bahasa: Yasmin


Asih). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai