Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang
terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah
persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan
untuk menetukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang
telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh
lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah
sistolik < 90 mmHg, denyut nadi >100/menit, kadar Hb >8 g /dL (Tuafan,
2012:247).
Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak. Semua wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko
perdarahan postpartum dan sekuelernya. Walaupun angka kematian
maternal telah turun secara darastis di negara-negara berkembang,
perdarahan postpartum tetap merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak dimana-mana (Taufan,2012:246).
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak
kurang lebih 200ml. Episiotomi meningkatkan angka ini sebesar 100 ml
dan kadang-kadang lebih banyak lagi. Wanita hamil mengalami
peningkatan jumlah darah dan cairan sehingga kehilangan 500 ml darah
pada wanita sehat setelah melahirkan tidak mengakibatkan efek serius.
Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang lebih kecil
dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
(Willian,2010:412).
Anemia dalam nifas adalah kondisi kadar Hb ibu berada di bawah
batas normal terjadi pada masa nifas. Kadar Hb ibu nifas normal adalah 11
gr%. Ibu nifas yang mengalami anemia memiliki kadar Hb kurang dari 11
gr % (Manuaba,2010). Perdarahan setelah melahirkan, atau perdarahan
postpartum adalah hilangnya lebih dari 500 ml darah Setelah persalinan
pervaginam, atau 1000 ml darah. Setelah operasi caesar. Ini adalah

1
penyebab paling umum kematian maternal perinatal di negara maju dan
merupakan penyebab utama morbiditas maternal di seluruh dunia.
Data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal
disebabkan oleh perdarahan postpartum dan diperkirakan 100.000
kematian maternal tiap tahunnya. Di berbagai negara paling sedikit
seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,
proporsinya berkisar antara kurang dari 10-60 %. Walaupun seorang
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca
persalinan, namun selanjutnya akan mengalami kekurangan darah yang
berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan (WHO).
Frekuensi perdarahan post partum berdasarkan laporan-laporan
baik dinegara maju maupun di negara berkembang angka kejadian berkisar
antara 5% sampai 15%. Dari amgka tersebut yang di, diperoleh gambaran
etiologi antara lain : antonia uteri(50-60%) sisa plasenta (23-24%),
retensio plasenta(16-17%), laselerasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah
(0,5-0,8%) (Nugroho,2012:247).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu melahirkan yang mengalami
perdarahan post partum?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan pendarahan
post partum.
2. Tujuan Khusus
a) Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien
pendarahan post partum
b) Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan
pada klien pendarahan postpartum
c) Dapat membuat perencanaan pada klien pendarahan post partum.
d) Dapat membuat intervensi pada klien dengan perdarahan post
partum.

2
BAB II
POST PARTUM

A. Definisi
Pendarahan post-partum merupakan salah satu penyebab kematian
ibu. Perdarahan post partum adalah keadaan kehilangan darah lebih dari
500cc yang terjadi setelah bayi lahir normal atau lebih dari 1.000 ml
setelah persalinan seksiocaesarean. Berdasarkan data Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dalam Budiastuti (2012)
perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan yang melebihi
500 cc dalam 24 jam setelah anak lahir atau membasahi lebih dari 3
potong kain sarung yang bekas.
Perdarahan post partum terjadi setelah persalinan dimana
persalinan memilki tiga fase yang dimulai dari kala I yaitu serviks
membuka <4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II saat
serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah
tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai
dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta.
Perdarahan postpartum biasanya terjadi setelah kala III persalinan selesai
(Saifuddin, 2002 dalam Lubis, 2011).

B. Etiologi
Penyebab perdarahan Postpartum menurut Anderson (2007) dalam
Sanjaya (2015) antara lain :
1. Atonia uteri
Atonia Uteri adalah keadaan berkurang/tidak adanya kontraksi uterus
yang efisien setelah lepasnya plasenta yang disebabkan karena uterus
yang over-distensi , kelelahan atau tidak bisa kontraksi karena tokolitik
atau anastesia general
2. Trauma
Trauma dapat berupa laserasi dan hematum karena melahirkan yang
dapat menyebabkan kehilangan darah yang signifikan, yang berkurang

3
seiring waktu dan hemostasis. Tempat terjadinya trauma umumnya
pada perineum, vagina dan serviks.
3. Abnormal plasentasi
Abnormal plasentasi atau penempelan abnormal plasenta pada dinding
uterus dapat menyebabkan pendarahan masif.
4. Gangguan koagulasi
Gangguan koagulasi merupakan kelainan idiopatik trombositopenia
purpura, trombotik trombositopenia purpura, penyakit von Willebrand’s
dan hemophilia. Dapat juga terjadi HELLP (hemolysis, elevated liver
enzyme levels, and low platelet levels) sindrom atau DIC (disseminated
intravascular coagulation).

C. Patofisiologi
Proses perdarahan post partum menurut (Chayatiningsih,2011)
yang terjadi dalam persalinan adalah saat pembuluh darah yang ada di
uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi, atoni uteri dan subinvolusi
uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga sehingga
pembuluh yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehinga pedarahan
terjadi terus menerus.
Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah. Penyakit darah yang dimiliki ibu sepertu
afibrinogemia atau hipofibrinogemia disebabkan karena kurangnya fibrin
untuk membantu proses pembekuan darah juga dapat menjadi penyebab
perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong
pada keadaan shock hemoragik.

D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah,
gelisah, letih, tekanan darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi
syok hemorogik (Chayatiningsih, 2011).

4
1. Menurut Saifuddin (2002) dalam Manik (2016) gejala klinik
berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a. Antonia Uteri
1) Gejala dan tanda yang selalu ada
a) Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b) Terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir (perdarahan
pascapersalinan primer atau P3)
2) Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :
a) Syok
b. Laserasi jalan lahir
1) Gejala dan tanda yang selalu ada
a) Terjadi perdarahan segera (P3)
b) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir (P3)
c) Uterus kontraksi baik
d) Plasenta lengkap
2) Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :
a) Pucat
b) Lemah
c) Menggigil
c. Retensio plasenta
1) Gejala dan tanda yang selalu ada
a) Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b) Perdarahan segera (P3)
c) Uterus kontraksi baik
2) Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :
a) Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
b) Inversio uteri akibat tarikan
c) Perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya sisa plasenta
1) Gejala dan tanda yang selalu ada
a) Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
b) Perdarahan segera (P3)

5
2) Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :
a) Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
e. Inversio uterus
1) Gejala dan tanda yang selalu ada
a) Uterus tidak teraba
b) Lumen vagina terisi massa
c) Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
d) Perdarahan segera (P3)
e) Nyeri sedikit atau berat
2) Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :
a) Syok neurogenik
b) Pucat dan limbung
2. Tanda dan Gejala
Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi uterus
keras, darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul
syok, pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada vagina,
serviks atau varises pecah dan sisa plasenta tertinggal (Purwandianto,
2000 dalam Chayatiningsih, 2011).

E. Faktor yang Mempengaruhi Post Partum


1. Usia
Wanita yang melahirkan anak pada usia lebih dari 35 tahun
merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia
diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal.
2. Paritas
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah
multiparitas.Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang
telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan.Primipara adalah
seorang yang telah pernah melahirkan satu kali satu janin atau lebih
yang telah mencapai batas viabilitas, oleh karena itu berakhirnya setiap

6
kehamilan melewati tahap abortus memberikan paritas pada
ibu.Seorang multipara adalah seorang wanita yang telah
menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga viabilitas. Hal yang
menentukan paritas adalah jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas,
bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar jika
wanita yang bersangkutan melahirkan satu janin, janin kembar, atau
janin kembar lima, juga tidak lebih rendah jika janinnya lahir
mati.Uterus yang telah melahirkan banyak anak, cenderung bekerja
tidak efisien dalam semua kala persalinan.
3. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan
nilaihemoglobin di bawah nilai normal, dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 11g/dL. Kekurangan hemoglobin dalam darah
dapat menyebabkan komplikasi lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Oksigen yang kurang pada uterus
akan menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat
sehingga dapat timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan
post partum.
4. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan dengan
hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan
yang lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya komplikasi
dalam persalinan yang akan berlangsung. Riwayat persalinan buruk ini
dapat berupa abortus, kematian janin, eklampsi dan preeklampsi, sectio
caesarea, persalinan sulit atau lama, janin besar, infeksi dan pernah
mengalami perdarahan ante partum dan post partum.
5. Bayi makrosomia
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia
kalau beratnya melebihi 4500 gram. Kesukaran yang ditimbulkan
dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat

7
menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih
besar.

6. Kehamilan ganda
Kehamilan ganda dapat menyebabkan uterus terlalu meregang,
dengan overdistensi tersebut dapat menyebabkan uterus atonik atau
perdarahan yang berasal dari letak plasenta akibat ketidakmampuan
uterus berkontraksi dengan baik

F. Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat perdarahan yang
berasal dari trauma jalan lahir.
3. Sindroma Sheehan:
a) Terjadi atropi dan nekrosis dari master of gland, kelenjar
hipofisis dengan berbagai tingkatannya.
b) Gambaran gejala penuh digambarkan pertama kali oleh Sheehan
dan Murdoch 1938, yaitu amenorea, gagal memberikan laktasi
karena payudara atropi, hilangnya bulu sebagai tanda seksual
sekunder pada pubis, ketiak, gangguan kelenjar lainnya seperti
hipotiroidisme, insufisiensi kelenjar adrenal.
c) Patogenesisnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi terjadi
gangguan dalam sekresi hormon tropik pada kelenjar sehingga
mengalami gangguan.
d) Gangguan klinik sesuai dengan fungsi hormonalnya.
Sindroma Sheehan dapat terjadi pada perdarahan
antepartum dan postpartum, Whitehead (1963) menemukan
terjadi atropi dan nekrosis sel tertentu pada master of gland
Hipophise sehingga pengeluaran hormon tropik terganggu.
Anemia berkepanjangan terjadi gangguan untuk dapat pulih
kembali, memerluka waktu yang panjang.

8
G. Penatalaksanaan
1. Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan/darah
pengganti dan pemberian obat.
2. Beberapa senter memberikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan
uterus yang terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu
mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus
melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi
normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas
atau tidak.
3. Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil
dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus
atau I.M tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali
normal dan tanagan operator baru dilepaskan.
4. Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan.
5. Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan servika yang keras
menyebabkan manuver di atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan
laparotomi untuk mereposisi, dan apabila terpaksa dilakukan
histerektomi jika uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan
pencocokan silang
2. Jumlah darah lengkap
3. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca partum
4. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk
fibrin/produk spilit fibrin (SDP/FSP)
6. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang
tertahan

9
I. ASUHAN KEPERAWATAN HEMORAGIC POST PARTUM
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, penanggungjawab dan lain – lain.
2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :
a. Kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml) dari jalan
lahir
b. Nadi lemah,dan tekanan darah rendah
c. Wajah pucat, pusing, lemah, letih, limbung
d. Lokea berwarna merah,
e. Merasa haus berlebih, ekstremitas dingin, dan mual.
f. Merasa gelisah dan pandangan berkunang-kunang
g. Keluar keringat dingin, kesulitan nafas,
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Klien memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit
ginjal kronik, hemophilia
b. Adanya riwayat pre eklampsia,
c. Pasien pernah mengalami trauma jalan lahir,
d. Kegagalan kompresi pembuluh darah pasien
e. Adanya gangguan pada tempat implantasi plasenta, dan retensi
sisa plasenta.
f. Pasien mengalami anemia
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, TB paru
b. Keluarga ada yang mengalami pre eklampsia
c. Terdapat keluarga yang menderita hemofilia dan penyakit
menular.

10
5. Riwayat Sosial Ekonomi
a. Riwayat perekonomian keluarga seperti riwayat pekerjaan,
jenis pekerjaan, tempat pekerjaan dan penghasilan
b. Masalah yang berhubungan dengan ekonomi seperti
membutuhkan biaya yang banyak untuk proses penyembuhan.
6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan
dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir, BB bayi lahir
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat
nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
4) Riwayat Kehamilan sekarang
a) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
c) Komplikasi selama kehamilan
7. Riwayat Antenatal Care
Meliputi dimana tempat pelayanan antenatal, beberapa kali, bagimana
perawatan serta pengobatannya yang didapat.
8. Faktor Pendukung
a. Aktivitas Daily Live (ADL)
1) Aktivitas/Istirahat

11
Gejala : Kelelahan berlebihan
2) Sirkulasi
a) Kehilangan darah pada kelahiran umumya 400-500 ml
(kelahiran per vagina), 600-800 ml (kelahiran sesaria)
b) Riwayat anemia kronis
c) Defek koagulasi kongenital/incidental
d) Ideopatik trombositopenia purpura
3) Eliminasi
Gejala : BAK berkurang atau kesulitan berkemih
4) Integritas Ego
Gejala : Cemas, ketakutan, khawatir
5) Seksualitas
a) Persalinan lama atau diinduksi, mendadak/traumatic
penggunaan frosep anesthesia umum, terapi tokolitik (terapi
obat untuk mengurangi motilitas uterus).
b) Kelahiran sulit atau manual dari plasenta.
c) Kelahiran vagina setelah sesaria (VABC)
d) Pemeriksaan plasenta setelah kelahiran menunjukan
hilangnya fragmen-fragmen plasenta, robekan/bukti terlilit
pembuluh darah.
e) Nyeri
Gejala : Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi
diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
f) Makan dan Minum
Gejala : tidak nafsu makan, minum tidak terpenuhi
g) Penyuluhan/pembelajaran
1) Haemoragi pasca partum sebelumnya
2) Hipertensi diinduksi oleh kehamilan
3) Uterin atau tumor servikal
4) Grand multipara
5) Menerima aspirin terus menerus/berlebihan

12
Menurut waktunya HPP dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Haemoragi pasca partum awal (sampai 24 jam setelah kelahiran).
Dimana dapat tanda-tanda sebagai berikut:
a) Sirkulasi
 Perubahan tekanan darah /nadi,
 Pelambatan pengisian kapiler,
 Pucat,kulit dingin, lembab,
 Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara externa atau
episiotomi, rembesan kateter intravena, perdarahan gusi (tanda-
tanda koagulasi intravaskular diseminata
 Haemoragi berat /gejala syok di luar proporsi jumlah kehilangan
darah (inversi uterus)
b) Eliminasi
Kesulitan berkemih dapat menunjukan hematoma dari porsi atas
vagina
c) Nyeri / ketidak nyamanan
 Sensasi nyeri terbakar / robekan (laserasi),
 Nyeri vulva/vagina/pelvis punggung berat (hematoma),
 Nyeri uterus lateral, nyeri panggul, nyeri tekan abdominal (atoni
uterin, fragmen plasenta tertahan ) uterin berat dan nyeri
abdominal (inversi uterus).
d) Keamanan
 Laserasi jalan lahir,
 Hematoma.
e) Seksualitas
 Pembesaran uterus lunak dan menonjol, perdarahan merah
terang dari vagina,
 Uterus kuat, agak menonjol,
 Kehamilan baru, dapat mempengaruhi over distensi uterus,
 Abrupsio plasenta, plasenta previa.
2) Haemoragi pasca partum lambat (24-28 jam setelah kelahiran )
Data-data yang dapat ditemukan antara lain:

13
a) Sirkulasi
 Rembesan kontinu/perdarahan tiba-tiba,
 Dapat tampak pucat/anemia.
b) Nyeri / ketidak nyamanan
 Nyeri tekan uterus (Fragmen plasenta tertahan),
 Ketidak nyamanan vagina/pelvis, sakit punggung.
c) Keamanan
 Rabas lokhial bau busuk,
 Pecah ketuban dini.
d) Seksualitas
 Tinggi fundus /badan uterus gagal kembali pada ukuran dan
fungsi sebelum kehamilan,
 Leukorea mungkin ada
 Terlepasnya jaringan.
b. Faktor Psikologi
- Kaji konsep diri pasien body image, peran, identitas pasien, dll
- Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang kondisi dan
tindakan
- Kaji dampak kondisi pasien dengan gaya hidup pasien
- Kaji apakah pasien cemas sebelum menjalani persalinan dan
setelah persalinan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
 Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
 Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
 Suhu : Normal/ meningkatan
 Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)
2) Inspeksi
 Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan
karakteristik episiotomi
 Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah

14
 Pervaginam: keluar darah, robekan
 Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
 Inspeksi payudara adakah area kemerahan
 Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, memepuh
dan perdarahan( Barbara R. Stright, 2004)
3) Palpasi
 Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
 Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada
kaki
 Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan
nyeri tekan
 Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat,
capilary refil memanjang
 Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
( Barbara R. Stright, 2004)

d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
 Golongan darah : menentukan Rh, golongan ABO, dan
mencocokan silang
 Julah darah lengkap : menunjukan penurunan hemoglobin atau
hematocrit (Hb/Ht) dan/ peningkatan julah sel darah putih (SDP)
(perpindahan kekiri dan peningkatan laju sedimentasi
menunjukan Infeksi)
 Kadar uterus dan vaginal : mengesampingkan infeksi pasca
partum
 Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine)
digunakan untuk mendiagnosis infeksi
 Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis
thrombosis vena profunda

15
 Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler
berwarna adalah metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya
tromboflebitis dan thrombosis.
 Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
 Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/
produk spilit fibrin (SDP/FSP), masa protombin memanjang pada
adanya KID
 Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan vaskular
berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia
3. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman perubahan status kesehatan ,respon
fisiologis (pelepasan katekolamin).
4. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan, status cairan tubuh (lokhial)
penurunan Hb, prosedur invasive.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

No Hari, Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Tanggal Keperawatan Hasil Keperawatan
1 Senin, 28 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Tinjau ulang 1. Membantu membuat
Agustus Volume Cairan tindakan kehamilan dan rencana perawatan
2017 berhubungan keperawatan selama persalinan/kelahir yang tepat dan
dengan 3x24 jam diharapkan an, perhatikan membatasi
kehilangan masalah volume faktor-faktor terjadinya
vaskular cairan kembali penyebab atau komplikasi.
berlebihan adekuat dengan pemberat pada
kriteria hasil : situasi hemoragi
1. Pengisian kapiler 2. Kaji dan catat 2. Perkiraan kehilang
cepat jumlah, tipe, dan darah, arterial
2. Tidak sianosis sisi perdarahan; versus vena dan

16
3. Membrane timbang dan adanya bekuan
mukosa kulit hitung pembalut. membantu membuat
lembab diagnosa banding
4. Volume dan menentukan
perfusi/sirkulasi kebutuhan
adekuat penggantian
5. TTV stabil 3. Kaji lokasi uterus 3. Peningkatan
dan derajat kontraktilitas
kontraktilitas miometrium dapat
uterus menurun -kan
kehilangan darah
4. Perhatikan 4. Tanda-tanda ini
hipotensi menunjukan
/takikardi hipovolemik dan
,pelambatan terjadinya syok.
pengisian kapiler
atau sianosis
dasar
kuku,membran
mukosa dan bibir
5. Lakukan tirah 5. Pengubahan posisi
baring dengan yang tepat
kaki ditinggikan meningkatkan aliran
20-30 dan tubuh balik vena.
horizontal
6. Observasi 6. Bermanfaat dalam
masukan dan memperkirakan
haluaran;perhatik luas/signifikansi
an berat jenis urin kehilangan cairan.
Volume perfusi
/sirkulasi adekuat
ditunjukan dengan

17
haluaran 30-50 ml
per jam atau lebih
besar
7. Hindari 7. Dapat
pengulangan / meningkatkan
gunakan haemoragi bila
kewaspadaan bila raserasi servik,
melakukan vagina, atau
pemeriksaan perineal / hematoma
vaginal atau terjadi.
rectal.
Kolaborasi :
8. Pemberian infus 8. Cairan/produk
melalui vena darah meningkatkan
.Berikan darah volume sirkulasi dan
lengkap atau mencegah
produk darah pembekuan
(mis:plasma)
9. Berikan obat- 9. Meningkatkan
obatan sesuai kontraktilitas dari
indikasi uterus yang
,oksitosin,metiler menonjol dan
gononovin miometrim, menutup
naleat,prostaglan sinus vagina yang
din. terpajan dan
menghentikan
hemoragi pada
adanya atoni.
10. Pemasangan 10. Mengontrol
kateter hemoragi yang
indwelling besar disebabkan oleh
kedalam kanal implantasi plasenta

18
servikal kedalam segmen
servikal non
kontraktil.
11. Pantau 11. Membantu
pemeriksaan dalam menentukan
laboratorium jumlah kehilangan
sesuai darah.
indikasi:Hb,Ht
2 Senin, 28 Perubahan Setelah dilakukan 1. Perhatikan Hb/Ht 1. Nilai banding
Agustus perfusi jaringan tindakan sebelum dan membantu dalam
2017 perifer keperawatan selama sesudah menentukan
berhubungan 3x24 jam diharapkan kehilangan darah beratnya kehilangan
dengan masalah perfusi darah.
hipovolemia jaringan kembali 2. Pantau tanda vital 2. Luasnya
adekuat dengan :catat derajat dan keterlibatan
kriteria hasil : durasi episode hipofisis dapat
1. Tidak sianosis hipovolemik. dihubungkan
2. Membrane dengan derajat dan
mukosa lembab durasi hipotensi.
3. Kesadaran Peningkatan
kompos mentis frekuensi
4. TTV batas pernafasan dapat
normal menunjukan upaya
5. AGD normal untuk mengatasi
asidosis metabolik.
3. Perhatikan 3. Perubahan
tingkat kesadaran sensorium adalah
dan adanya indicator dini dari
perubahan hipoksia.
perilaku.
4. Kaji warna dasar 4. Pada kompensasi
kuku, mukosa vasokontriksi dan

19
mulut, gusi dan pirau organ vital,
lidah: perhatikan sirkulasi pada
warna kulit. pembuluh darah
perifer diturunkan
yang
mengakibatkan
sianosis dan suhu
kulit dingin.
5. Kaji payudara 5. Kerusakan atau
setiap keterlibatan
hari,perhatikan hipofisis anterior
ada atau tidaknya menurunkan kadar
laktasi dan proklaktin,
perubahan pada mengakibatkan
ukuran payudara tidak adanya
produksi ASI dan
akhirnya
menurunkan
Kolaborasi : jaringan payudara.
6. Pantau AGD dan 6. Membantu dalam
kadar pH mendiagnosa
derajat hipoksia
jaringan atau
asidosis yang
diakibatkan dari
terbentuknya asam
laktat dari
metabolisme
anaerobic.
7. Berikan terapi 7. Memaksimalkan
oksigen sesuai ketersedian oksigen
kebutuhan untuk

20
transporsirkulasi
kejaringan.
8. Pasang jalan 8. Memudahkan
nafas:penghisap pemberian oksigen
sesuai indikasi
3 Senin, 28 Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon 1. Membantu dalam
Agustus krisis situasi, tindakan psikologis serta membentuk rencana
2017 ancaman keperawatan selama persepsi klien perawatan .Persepsi
perubahan status 3x24 jam diharapkan terhadap kejadian klien tentang
kesehatan masalah ansietas hemoragi post keladian mungkin
,respon klien berkurang partum. menyimpang
fisiologis dengan kriteria Klarifikasi sehingga
(pelepasan hasil : kesalahan konsep. memperberat
katekolamin). 1. Klien tampak ansietasnya.
rileks 2. Evaluasi respon 2. Meskipun
2. Klien tidak fisiologis pada perubahan pada
gelisah hemoragi pasca tanda vital
3. Klien tidak cemas partum; mis: mungkin karena
4. TTV batas normal takikardi, respon fisilogis ini
takipnea, gelisah dapat diperberat
atau iritabilitas. atau dikomplikasi
oleh faktor-faktor
psikologis
3. Sampaikan sikap 3. Dapat membantu
tenang, empati klien
dan mendukung mempertahankan
kontrol emosional
dalam berespon
terhadap perubahan
status fisiologi.
Membantu dalam
menurunkan

21
tranmisi ansietas
antar pribadi.
4. Berikan informasi 4. Informasi akurat
tentang modalitas dapat menurunkan
tindakan dan ansietas dan
keefektifan ketakutan yang
intervensi diakibatkan dari
ketidak tahuan.
5. Bantu klien 5. Pengungkapan
dalam memberikan
mengidentifikasi kesempatan untuk
perasaan ansietas: memperjelas
berikan informasi
kesempatan pada memperbaiki
klien untuk kesalahan konsep
mengungkapkan dan meningkatkan
perasaan perspektif,memudah
kan proses
pemecahan
Kolaborasi : masalah.
6.  Rujuk 6. membantu
klien/pasangan menurunkan
untuk konseling ansietas melalui
atau kelompok sebaya atau
pendukung dukungan
komunitas professional dan
interaksi.
4 Senin, 28 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Demonstrasikan 1. Mencegah
Agustus infeksi b.d tindakan mencuci tangan kontaminasi
2017 trauma jaringan, keperawatan selama yang tepat dan silang/penyebaran
status cairan 3x24 jam diharapkan teknik perawatan organisme
tubuh (lokhial) masalah infeksi tidak diri infeksius.

22
penurunan Hb, terjadi dengan 2. Perhatikan 2. Peningkatan suhu,
prosedur kriteria hasil : perubahan pada takhikardi atau
invasive 1. TTV batas normal tanda-tanda vital leukositosis
2. Involusi uterus atau jumlah SDP menandakan
normal infeksi.
3. Leukosit 5000- 3. Perhatikan gejala 3. Gejala-gejala ini
10000 ul malaise, menandakan
4. Tidak ada tanda- menggigil, keterlibatan
tanda infeksi anoreksia, nyeri sistemik,
tekan uterus, atau kemungkinan
nyeri pelvis menimbulkan
bakteremia, syok
dan kematian bila
tidak teratasi.
4. Pantau kecepatan 4. Infeksi uterus
involusi uterus memperlambat
dan sifat serta involusi dan
jumlah rabas memperlama aliran
lochia lokhia
5. Selidiki sumber 5. Diagnosa banding
potensial lain dari adalah penting
infeksi, seperti untuk pengobatan
pernafasan yang efektif
(perubahan pada
bunyi nafas,
batuk produktif,
sputum purulen),
mastitis
(bengkak,
eritema, nyeri)
atau infeksi
saluran kemih

23
(urin keruh, bau
busuk, dorongan
frekuensi, nyeri)
Kolaborasi :
6. Kaji kadar Hb/Ht, 6. Anemia sering
berikan suplemen menyertai infeksi,
zat besi sesuai memperlambat
indikasi. pemulihan dan
merusak system
imun.
7. Dapatkan 7. Pewarnaan gram
pewarnaan gram mengidentifikasi
atau kultur tipe infeksi;
bakteri bila kultur
lokhia berbau mengidentifikasi
busuk atau patogen khusus.
banyak
8. Berikan 8. Antibiotik
antibiotik intra spectrum luas
vena, sesuai mungkin diberikan
indikasi sampai hasil kultur
dan sensitivitas
tersedia.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500cc
yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml
setelah prsalinan abdominal. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post
partum adalah menghentikan perdarahan, mencegah timbulnya syok,
dan mengganti darah yang hilang. Dengan adanya asuhan keperawatan
yang tepat dapat meminimalisir terjadinya perdarahan post partum.
B. Saran
Diharapkan kita sebagai calon perawat dapat memberikan informasi,
asuhan dan pelayanan yang profesional dalam menolong persalinan
agar tidak terjadi komplikasi dalam persalinan sehingga membantu
program pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi
khususnya kejadian anemia.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Perdarahan Pospartum. Diakses dari:


http://digilib.unila.ac.id/20690/15/BAB%20II.pdf pada tanggal 27 Agustus
2017 pukul 15.45 WIB

Anonim. (2011). Jtpunimus-gdl-umarohchay-6305-2-babii.pdf. Diakses dari:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtpunimus-gld-umarohchay-6305-
2-babii.pdf pada tanggal 27 Agustus 2017 pukul 16.05 WIB

Budiastuti, Anggun;Ronoatmodjo,Sudarto. (2016).Hubungan Makrosomia dengan


Perdarahan Postpartum di Indonesia tahun 2012 (Analisis Data SDKI 2012).
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(1). Diakses dari
http://journal.fkm.ui.ac.id

Chayatiningsih, Umaroh. (2011). Asuhan Keperawatan Ny E dengan Perdarahan


Post Partum di Ruang Khotijah Rumah Sakit Islam Kendal. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Semarang.

Doenges, Marilynn E. (1996). Rencana Perawatan Maternal Bayi : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC

Lubis, Khairil Ismil.(2011).Pengaruh Paritas Terhadap Perdarahan Postpartum


Primer Di RSUD DR Pirngadi Medan 2007 – 2010. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara

Manik, Ika Noverina. (2016). Hubungan Status Preeklampsia dengan Kejadian


Perdarahan Postpartum pada Ibu Bersalin di RSUD dr H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Periode 1 Juli 2014 – 30 Juni 2015. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit


Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan edisi 2.
Jakarta: EGC

Nugroho T. (2012), Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Sanjaya, Windu.(2015). Tanda Bahaya serta Penatalaksanaan Perdarahan Post-


Partum. Intisari Sains Medis, 3 (1), 9-18. Diakses dari http://isainsmedis.id

26
Sudoyo Aru W dkk.(2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : internalpublising

William R.F & Oxorn H. (2010). Ilmu kebidanan :patologi & fisiologi
persalinan .Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET.

27

Anda mungkin juga menyukai