Oleh :
Sulistiyani 22020115120051
Kelompok 5
A.15.1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
0
IMPROVE THE SAFETY OF HIGH-ALERT MEDICATIONS
1
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan
dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh)
2
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
Standarnya adalah rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
e. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah rumah sakit harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien dengan kriteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis
3
4. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong dan jamin implementasi program keselamatan
pasien.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
c. Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
tingkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
4
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
5
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
6
2. Obat-obatan elektrolit konsentrat secara tidak disengaja, misalnya,
kalium klorida 2 meq/ml, kalium fosfat, natrium klorida > 0,9 % dan
magnesium sulfat 50 %
3. Obat-Obat sitostatika (PermenKes, 2011 dalam Hestiawati, 2015).
1. Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat
high alert.
2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk
obat high alert.
3. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan
mulai dari peresepan.
4. Penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan
pemberian obat.
5. Obat high alert disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label
high alert.
6. Pengecekan dengan 2 (dua) orang petugas yang berbeda untuk
menjamin kebenaran obat high Alert yang digunakan.
7. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat
pasien tanpa pengawasan.
1. Agonis adrenergic IV
a. Epinephrine
b. Phenylephrine
c. Norepinefrin
2. Antagonis adrenergic IV
a. Propranolol
b. Metoprolol
7
c. Labetalol
3. Agen anestesi (general, inhaler dan IV)
a. Propofol
b. Ketamine
4. Antiaritmia, IV
a. Lidokain
b. Amiodaron
5. Agen antitrombotik
a. Antikoagulan (misalnya, warfarin, heparin berat molekul
rendah)
b. Faktor Xa inhibitor (misalnya, fondaparinux, apixaban,
rivaroxaban)
c. Thrombin langsung inhibitor (misalnya, argatroban,
bivalirudin, dabigatran etexilate)
d. Trombolitik (misalnya, alteplase, reteplase, tenecteplase)
e. Glikoprotein IIb / IIIa inhibitor (misalnya, eptifibatide)
6. Agen kemoterapi, parenteral dan oral dekstrosa, hipertonik, 20%
7. Obat inotropic (misalnya, digoxin, milrinone)
8. Insulin (misalnya, liposomal amfoterisin B)
9. Agen sedasi moderat (misalnya, dexmedetomidine, midazolam)
8
e. Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan
dan nama jelas di bagian belakang resep sebagai bukti telah
dilakukan double check.
f. Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi
yang memadai dan menandatangani buku serah terima obat rawat
inap
9
Pemberian KCl melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan
dengan kecepatan infuse 10mEQ/Jam (atau 10mEqKCl dalam
100mL pelarut/jam) Pemberian obat KCL melalui central line
(vena sentral) konsentrasi maksimum adalah 20mEq/100mL,
kecepatan infuse maksimum 20mEq KCl dalam 100mL
pelarut/jam)
2) NaCl 3 % injeksi intravena diberikan melalui vena sentral
dengan kecepatan infuse tidak lebih dari 100mL/jam
3) Natrium Bicarbonat (Meylon vial 8.4%) injeksi, harus
diencerkan sebelum digunakan. Untuk penggunaan bolus,
diencerkan dengan perbandingan 1 mL Na. Bicarbonat : 1 mL
pelarut WFI, untuk pemberian bolus dengan kecepatan
maksimum 10 mEq/Menit. Untuk penggunaan infuse drip,
diencerkan dengan perbandingan 0.5 mL Na. Bicarbonat : 1 mL
Dextrose 5%, pemberian drip infuse dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 mEq/kg BB/jam.
c. Cek 7 (Tujuh) Benar Obat Pasien
Setiap memberikan obat kepada pasien harus dilakukan verifikasi 7
benar untuk mencapai medication safety yaitu:
1) Benar obat
2) Benar waktu dan frekuensi pemberian
3) Benar dosis
4) Benar rute pemberian
5) Benar identitas pasien
a) Kebenaran nama pasien
b) Kebenaran nomor rekam medis pasien
c) Kebenaran umur/tanggal lahir pasien
d) Kebenaran alamat rumah pasien
e) Nama DPJP
6) Benar informasi
7) Benar dokumentasi
10
d. Pemberian Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert) di Ruang
Perawatan
1) Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien
maka perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali
(double check) secara independen :
a) Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi
dokter.
b) Ketepatan perhitungan dosis obat.
c) Identitas pasien.
2) Obat high alert infus harus dipastikan :
a) Ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
b) Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada
syringe pump dan disetiap ujung jalur selang.
3) Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan
sesuai perhitungan standar yang telah baku, yang berlaku di
semua ruang perawatan.
4) Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar
menjelaskan kepada perawat penerima pasien bahwa pasien
mendapatkan obat high alert, dan menyerahkan formulir
pencatatan obat.
5) Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan
dan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert
dapat mengakibatkan tertundanya pemberian terapi dan dampak
yang buruk pada pasien, maka dokter dan perawat harus
memastikan dahulu keadaan klinis pasien yang membutuhkan
terapi segera (cito) sehingga double dapat tidak dilakukan,
namun sesaat sebelum memberikan obat, perawat harus
menyebutkan secara lantang semua jenis obat yang diberikan
kepada pasien sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan
baik oleh perawat yang lainnya.
11
3. Peresepan dan Institusi Medis terkait yang perlu di Waspadai
Penulisan resep untuk obat untuk pasien yang termasuk kategori obat
yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) harus sesuai dengan
ketentuan penulisan resep yang baku serta beberapa hal penting
berikut :
a. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep : penulisan
resep, indikasi, ketepatan obat, dosis, rute pemberian.
b. Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA / NORUM
harus menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan
dengan jelas dosis dan satuan obat, Contoh : IR 15 IU seharusnya
dituliskan IR 15 International Unit.
c. Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa
diperbolehkan dalam keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan
pedoman komunikasi efektif dengan tekhnik SBAR
d. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus
melakukan konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai
(nama obat/sediaan, satuan, dll)
Penulisan resep untuk obat untuk pasien yang termasuk kategori obat
yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) harus sesuai dengan
ketentuan penulisan resep yang baku serta beberapa hal penting
berikut :
a. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep : penulisan
resep, indikasi, ketepatan obat, dosis, rute pemberian.
12
b. Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA / NORUM
harus menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan
dengan jelas dosis dan satuan obat, Contoh : IR 15 IU seharusnya
dituliskan IR 15 International Unit.
c. Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa
diperbolehkan dalam keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan
pedoman komunikasi efektif dengan tekhnik SBAR
d. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus
melakukan konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai
(nama obat/sediaan, satuan, dll)
13
2) Tempelkan stiker bertuliskan “High Alert” pada setiap kemasan
obat high alert.
3) Obat high alert disimpan terpisah dari obat lain
b. Penyimpanan obat lasa ( look alike)
1) LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan
(warning) untuk keselamatan pasien (patient safety) : obat-
obatan yang bentuk / rupanya mirip dan pengucapannya /
namanya mirip TIDAK BOLEH diletakkan berdekatan.
2) Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus
diselingi dengan minimal 2 (dua) obat dengan kategori LASA
diantara atau ditengahnya.
3) Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat
memberi/menerima instruksi
c. Pemberian label
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi
dua jenis :
1) “HIGH ALERT” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi
atau infuse tertentu, mis. Heparin, Insulin, dll. Penandaan obat
High Alert dilakukan dengan stiker “ High Alert Double Check”
pada obat.
2) “LASA” untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA /
NORUM
Obat kategori Look Alike Sound Alike (LASA) diberikan
penanda dengan stiker LASA pada tempat penyimpanan obat.
Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien,
maka diberikan tanda LASA pada kemasan primer obat.
14
DAFTAR PUSTAKA
15