Anda di halaman 1dari 16

IMPROVE THE SAFETY OF HIGH-ALERT MEDICATIONS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperwatan II

Dosen Pembimbing : Ns. Devi Nurmalia, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Annisa Rahma Wijayanti 22020115130108

Hesti Kusumastuty 22020115130073

Riyantika Ayu Ramandhani 22020115120059

Sulistiyani 22020115120051

Zumrotul Aulia 22020115130062

Kelompok 5

A.15.1

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017

0
IMPROVE THE SAFETY OF HIGH-ALERT MEDICATIONS

A. Definisi Patient Safety


Keselamatan pasien (patient safety) adalah salah satu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien. Pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi
solusi untuk meminimalkan resiko. (Depkes RI, 2008).
Menurut IOM, keselamatan pasien (psien safety) didefinisikan
sebagai freedom on accidental injury. Accidental injury disebabkan karena
erorr yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana
yang salah dalam mencapai tujuan. Cooper et all (2000) telah
mendefinisikan bahwa “patient safety as the avoidance, preventation, and
amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the process of
health care”. Pengertian ini maksudnya adalah pasient safety adalah
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak
diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari pelayanan kesehatan
(Depkes RI, 2008).
Tujuan patient safety rumah sakit adalah (Depkes RI, 2006) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan Kejadian Tidak Diharapkan

Indikator keselamatan pasien (Patient Safety) secara internasional adalah:


1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)

1
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan
dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh)

Standar Patient Safety menurut Depkes RI (2006) yaitu :


1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Kriterianya
adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

2. Mendidik Pasien Dan Keluarga


Standarnya adalah rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di Rumah sakit harus ada sistim dan mekanisme
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat:

2
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
Standarnya adalah rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
e. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah rumah sakit harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien dengan kriteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis

3
4. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong dan jamin implementasi program keselamatan
pasien.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan.
c. Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
tingkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

4
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

5. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien


Standarnya adalah:
a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas.
b. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

6. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai


Keselamatan Pasien Standarnya adalah:
a. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-
hal terkait dengan keselamatan pasien.

5
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

B. Definisi High Alert Medication in Patient Safety


Obat-obatan yang perlu diwaspadai (High Allert Medication)
merupakan obat-obatan yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan
(sentinel event). Obat yang memiliki risiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome) apabila terjadi kesalahan dalam
pemberian obat (PermenKes, 2011 dalam Hestiawati, 2015).
Obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) adalah
sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya
yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat (ISMP – Institute
for safe medication practices). Jadi obat yang perlu diwaspadai merupakan
obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat
dengan risiko tinggi, dan dapat menyebabkan cedera serius pada pasien
jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.
Tujuan adanya keselamatan pasien terkait pemberian obat yang perlu
diwaspadai antara lain:
1. Memberikan pedoman dalam managemen dam pemberian obat yang
perli diwaspadai sesuai standar pelayanan farmasi dan keselamatan
pasien dirumah sakit
2. Meningkatkan keselamatan pasien
3. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcomes
4. Mencegah terjadinya kesalahan atau error dalam pelayanan obat yang
perlu diwaspadai
5. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
Kelompok Obat high-alert diantaranya adalah:
1. Obat-obatan yang terlihat mirip dan obat yang apabila diucapkan
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM,
atau Look Alike Sound Alike/ LASA).

6
2. Obat-obatan elektrolit konsentrat secara tidak disengaja, misalnya,
kalium klorida 2 meq/ml, kalium fosfat, natrium klorida > 0,9 % dan
magnesium sulfat 50 %
3. Obat-Obat sitostatika (PermenKes, 2011 dalam Hestiawati, 2015).

Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap obat-obatan yang perlu


diwaspadai (high alert medication) adalah sebagai berikut:

1. Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat
high alert.
2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk
obat high alert.
3. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan
mulai dari peresepan.
4. Penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan
pemberian obat.
5. Obat high alert disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label
high alert.
6. Pengecekan dengan 2 (dua) orang petugas yang berbeda untuk
menjamin kebenaran obat high Alert yang digunakan.
7. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat
pasien tanpa pengawasan.

Kategori Obat-obatan yang termasuk dalam obat yang perlu


diwaspadai (high aller medication): (Institute for Safe Medication
Practices)

1. Agonis adrenergic IV
a. Epinephrine
b. Phenylephrine
c. Norepinefrin
2. Antagonis adrenergic IV
a. Propranolol
b. Metoprolol

7
c. Labetalol
3. Agen anestesi (general, inhaler dan IV)
a. Propofol
b. Ketamine
4. Antiaritmia, IV
a. Lidokain
b. Amiodaron
5. Agen antitrombotik
a. Antikoagulan (misalnya, warfarin, heparin berat molekul
rendah)
b. Faktor Xa inhibitor (misalnya, fondaparinux, apixaban,
rivaroxaban)
c. Thrombin langsung inhibitor (misalnya, argatroban,
bivalirudin, dabigatran etexilate)
d. Trombolitik (misalnya, alteplase, reteplase, tenecteplase)
e. Glikoprotein IIb / IIIa inhibitor (misalnya, eptifibatide)
6. Agen kemoterapi, parenteral dan oral dekstrosa, hipertonik, 20%
7. Obat inotropic (misalnya, digoxin, milrinone)
8. Insulin (misalnya, liposomal amfoterisin B)
9. Agen sedasi moderat (misalnya, dexmedetomidine, midazolam)

C. Peningkatan keselamatan pasien (Patient Safety) pada Keamanan


Obat (High Alert Medication.
1. Persiapan Obat yang perlu di Waspadai
a. Apoteker/Asisten Apoteker memverifikasi resep obat high alert
sesuai PedomanPelayanan Farmasi penanganan High Alert
b. Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta
merah.
c. Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert
dapat didelegasikan pada asisten apoteker yang sudah ditentukan.
d. Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda
sebelum obat diserahkan kepada perawat.

8
e. Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan
dan nama jelas di bagian belakang resep sebagai bukti telah
dilakukan double check.
f. Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi
yang memadai dan menandatangani buku serah terima obat rawat
inap

2. Pemberian Obat yang perlu di Waspadai


a. Penyiapan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert) di Ruang
Perawatan
Penyiapan dan pemberian obat kepada pasien yang perlu diwaspadai
termasuk elektrolit konsentrasi tinggi harus memperhatikan kaidah
berikut :
1) Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
2) Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan
penggunaan label khusus.
3) Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh
orang yang berkompeten.
4) Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori
LASA
5) Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja
dekat pasien tanpa pengawasan.
6) Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA /
NORUM (Look Alike Sound Alike = Nama Obat RUpa Mirip),
saat memberi / menerima instruksi.

b. Cara Pengenceran Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert) di


Ruang Perawatan
1) KCl 7.46% injeksi (Konsentrasi sediaan yang ada adalah 1mEq
= 1 mL) harus diencerkan sebelum digunakan dengan
perbandingan 1mL KCL : 10mL pelarut (WFI/NaCl 0.9%).
Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10 mEQ/100mL.

9
Pemberian KCl melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan
dengan kecepatan infuse 10mEQ/Jam (atau 10mEqKCl dalam
100mL pelarut/jam) Pemberian obat KCL melalui central line
(vena sentral) konsentrasi maksimum adalah 20mEq/100mL,
kecepatan infuse maksimum 20mEq KCl dalam 100mL
pelarut/jam)
2) NaCl 3 % injeksi intravena diberikan melalui vena sentral
dengan kecepatan infuse tidak lebih dari 100mL/jam
3) Natrium Bicarbonat (Meylon vial 8.4%) injeksi, harus
diencerkan sebelum digunakan. Untuk penggunaan bolus,
diencerkan dengan perbandingan 1 mL Na. Bicarbonat : 1 mL
pelarut WFI, untuk pemberian bolus dengan kecepatan
maksimum 10 mEq/Menit. Untuk penggunaan infuse drip,
diencerkan dengan perbandingan 0.5 mL Na. Bicarbonat : 1 mL
Dextrose 5%, pemberian drip infuse dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 mEq/kg BB/jam.
c. Cek 7 (Tujuh) Benar Obat Pasien
Setiap memberikan obat kepada pasien harus dilakukan verifikasi 7
benar untuk mencapai medication safety yaitu:
1) Benar obat
2) Benar waktu dan frekuensi pemberian
3) Benar dosis
4) Benar rute pemberian
5) Benar identitas pasien
a) Kebenaran nama pasien
b) Kebenaran nomor rekam medis pasien
c) Kebenaran umur/tanggal lahir pasien
d) Kebenaran alamat rumah pasien
e) Nama DPJP
6) Benar informasi
7) Benar dokumentasi

10
d. Pemberian Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert) di Ruang
Perawatan
1) Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien
maka perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali
(double check) secara independen :
a) Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi
dokter.
b) Ketepatan perhitungan dosis obat.
c) Identitas pasien.
2) Obat high alert infus harus dipastikan :
a) Ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
b) Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada
syringe pump dan disetiap ujung jalur selang.
3) Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan
sesuai perhitungan standar yang telah baku, yang berlaku di
semua ruang perawatan.
4) Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar
menjelaskan kepada perawat penerima pasien bahwa pasien
mendapatkan obat high alert, dan menyerahkan formulir
pencatatan obat.
5) Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan
dan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert
dapat mengakibatkan tertundanya pemberian terapi dan dampak
yang buruk pada pasien, maka dokter dan perawat harus
memastikan dahulu keadaan klinis pasien yang membutuhkan
terapi segera (cito) sehingga double dapat tidak dilakukan,
namun sesaat sebelum memberikan obat, perawat harus
menyebutkan secara lantang semua jenis obat yang diberikan
kepada pasien sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan
baik oleh perawat yang lainnya.

11
3. Peresepan dan Institusi Medis terkait yang perlu di Waspadai
Penulisan resep untuk obat untuk pasien yang termasuk kategori obat
yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) harus sesuai dengan
ketentuan penulisan resep yang baku serta beberapa hal penting
berikut :
a. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep : penulisan
resep, indikasi, ketepatan obat, dosis, rute pemberian.
b. Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA / NORUM
harus menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan
dengan jelas dosis dan satuan obat, Contoh : IR 15 IU seharusnya
dituliskan IR 15 International Unit.
c. Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa
diperbolehkan dalam keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan
pedoman komunikasi efektif dengan tekhnik SBAR
d. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus
melakukan konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai
(nama obat/sediaan, satuan, dll)

Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis


pasien (catatan terintegrasi) juga sesuai dengan penulisan resep, yaitu :
a. Ditulis dengan huruf kapital.
b. Satuan tertentu harus ditulis lengkap.
c. Dosis dan rute pemberian harus ditulis jelas.
d. Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan
untuk mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya.

Penulisan resep untuk obat untuk pasien yang termasuk kategori obat
yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) harus sesuai dengan
ketentuan penulisan resep yang baku serta beberapa hal penting
berikut :
a. Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep : penulisan
resep, indikasi, ketepatan obat, dosis, rute pemberian.

12
b. Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA / NORUM
harus menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan
dengan jelas dosis dan satuan obat, Contoh : IR 15 IU seharusnya
dituliskan IR 15 International Unit.
c. Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa
diperbolehkan dalam keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan
pedoman komunikasi efektif dengan tekhnik SBAR
d. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus
melakukan konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai
(nama obat/sediaan, satuan, dll)

Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis


pasien (catatan terintegrasi) juga sesuai dengan penulisan resep, yaitu :
a. Ditulis dengan huruf kapital.
b. Satuan tertentu harus ditulis lengkap.
c. Dosis dan rute pemberian harus ditulis jelas.
d. Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan
untuk mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya.

4. Penyimpanan Obat yang perlu di Waspadai


Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di
logistik farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit
konsentrasi tinggi terdapat juga di unit pelayanan, yaitu ICU dan kamar
bersalin (VK) dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai
dengan kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan
memperhatikan jenis sediaan obat (rak/kotak penyimpanan, lemari
pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan sesuai ketentuan
obat “High Alert”.
a. Penyimpanan Elektrolit Konsentrasi Tinggi
1) Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang
menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk
kelompok obat yang “High Alert” sesuai Daftar Obat High Alert

13
2) Tempelkan stiker bertuliskan “High Alert” pada setiap kemasan
obat high alert.
3) Obat high alert disimpan terpisah dari obat lain
b. Penyimpanan obat lasa ( look alike)
1) LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan
(warning) untuk keselamatan pasien (patient safety) : obat-
obatan yang bentuk / rupanya mirip dan pengucapannya /
namanya mirip TIDAK BOLEH diletakkan berdekatan.
2) Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus
diselingi dengan minimal 2 (dua) obat dengan kategori LASA
diantara atau ditengahnya.
3) Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat
memberi/menerima instruksi
c. Pemberian label
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi
dua jenis :
1) “HIGH ALERT” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi
atau infuse tertentu, mis. Heparin, Insulin, dll. Penandaan obat
High Alert dilakukan dengan stiker “ High Alert Double Check”
pada obat.
2) “LASA” untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA /
NORUM
 Obat kategori Look Alike Sound Alike (LASA) diberikan
penanda dengan stiker LASA pada tempat penyimpanan obat.
 Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien,
maka diberikan tanda LASA pada kemasan primer obat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.


Jakarta : Depkes RI
Depkes RI. (2008). Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
(Konsep Dasar dan Prinsip). Jakarta: Depkes RI
Hestiawati. (2015). Profil Pengelolaan Kalium Klorida Pekat Sebagai
High Allert Medication Di RSUP. Fatmawati. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah
Institute for Safe Medication Practices. (2011). List Of High Allert
Medication in Acute Care Settings. Diakses pada tanggal 13 April
2017, dari: https://www.ismp.org/tools/highalertmedications.pdf
Pratama, RY. (2014). Pengaruh Fungsi Pengorganisasian Kepala
Ruangan Terhadap Pelaksanaan Patient Safety di Ruang
Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik. Medan : US Sari Mutiara
Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai