Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN MANAJEMEN PENGELOLAAN PASIEN

PADA NY. R DENGAN RISIKO KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI


JARINGAN OTAK DI RUANG RAJAWALI 1A RSUP Dr. KARIADI
SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Manajemen Keperawatan


Pembimbing Akademik : Sarah Ulliya, S.kep., M.Kes
: Ns. Devi Nurmalia, S.Kep., M.Kep

Oleh :
Annisa Rahma Wijayanti
22020119220123

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXV


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
LAPORAN MANAJEMEN PENGELOLAAN PASIEN
PADA NY. R DENGAN RISIKO KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN OTAK DI RUANG RAJAWALI 1A RSUP Dr. KARIADI
SEMARANG
I. IDENTITAS

Tanggal masuk ruangan : 13 Januari 2020 / 15.30 WIB


Tanggal pengkajian : 13 Januari 2020 / 15.45 WIB
A. Identitas Pasien

Nama : Ny. R
No. Rekam Medis : C224xxx
Umur : 57 tahun 11 bulan
Ruang Rawat Inap : Rajawali IA (HCU)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Purwosari, Perbalan G-1, RT 05 RW 05,
Semarang, Jawa Tengah
Pembiayaan Kesehatan : JKN Non PBI
Kelas Ruangan :-
B. Identitas Penanggungjawab Pasien

Nama : Tn. W
Usia : 65 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Hubungan dengan Klien : Suami Ny. R
Bahasa : Jawa dan Indonesia
Alamat : Purwosari, Perbalan G-1, RT 05 RW 05,
Semarang, Jawa Tengah
No. Telepon : 089994xxx
II. RESUME KONDISI PASIEN
Pada hari Senin, tanggal 13 Januari 2020 pukul 05.00 WIB, klien setelah
ibadah sholat subuh tiba-tiba mengeluh pusing dan lemah pada anggita gerak kiri
dan susah untuk digerakkan. Keluarga klien mengatakan klien tidak sadarkan
diri dengan posisi duduk di kasur dengan mulut miring ke kanan dan bicara tidak
jelas. Klien saat itu langsung dibawa ke RS Panti Wilasa Citarum, Semarang.
Pada saat di RS Panti Wilasa dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi dikarenakan
peralatannya lebih lengkap untuk melakukan tindakan kepada klien. Ketika di
IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang saat di kaji klien sadar, klien mengatakan
pandangan mata kanan dan kiri kabur, pusing berputar-putar, lemas, ekstremitas
kiri atas dan bawah terasa lemah, berat untuk diangkat dan rasa kebas pada sisi
kiri.
Pengkajian ulang yang dilakukan di ruangan IA (HCU) setelah orientasi
didapatkan hasil bahwa keadaan umum Ny. R lemas. Kesadaran composmentis
dengan nilai GCS 15 (E4M6V5). Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien didapatkan hasil TD 135/73 mmHg, N 76x/menit, RR 20 x/menit, suhu :
36℃, SpO2 : 100%, dan IMT : 24.82 kg/m 2 (BB : 70 kg dan TB : 168 cm), klien
tidak mempunyai alergi dan klien sudah terpasang gelang identitas sejak klien di
IGD. Pengkajian gizi pada Ny. R menunjukkan kategori A (gizi baik).
Pengkajian eliminasi, klien BAK sebanyak 3 kali dalam sehari (±700cc), klien
belum BAB selama dirawat dan terakhir BAB pada tanggal 12 Januari 2020
pukul 17.00 WIB. Klien mengeluh pusing, klien mengalami kelemahan pada
ekstremitas kiri atas dan bawah (hemiparesis sinistra) dengan kekuatan otot 4.
Pengkajian indeks barthel untuk ADL klien mengalami ketergantungan ringan
dengan skor 12. Klien mengalami gangguan penglihatan buram pada kedua
matanya. Hasil visus pada kedua mata adalah 1/300. Penilaian risiko jatuh klien
yaitu risiko jatuh tinggi dengan skor 70 sehingga diberikan tanda kuning (risiko
jatuh) di tempat tidur, gelang dan rekam medis klien. Klien terpasang infus RL
20 tpm.
Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan terkait dengan kondisi
pasien tersebut, didapatkan masalah keperawatan yang ditegakkan yaitu risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak, hambatan mobilitas fisik dan risiko jatuh.
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, perumusan diagnosa didapatkan
pada tanggal 13 Januari 2020 dan dari hasil pengkajian didapatkan data klien
mengeluh pusing, klien terlihat gelisah. Hasil TTV menunjukkan TD 135/73
mmHg, N 76 x/menit, RR 20 x/menit, suhu : 36℃, SpO2 : 100%. Tujuan dan
intervensi yang dilakukan pada Ny. R adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak pada Ny. R dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien dalam rentang
normal, klien tidak mengalami penurunan kesadaran dan klien tidak mengeluh
pusing. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi diagnosa
ini yaitu manajemen terapi trombolik diantaranya pantau TTV dan kesadaran
klien setiap 8 jam sekali, posisikan kepala klien head up 30°, didapatkan ijin
tertulis informed consent , diamati tanda-tanda perdarahan dan berikan terapi
kolaborasi per oral amplodipin 10mg/24 jam, vitamin B1 B6 B12 1 tablet/8jam,
paracetamol 500 mg/8 jam dan injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam,
ranitidine 50 mg/12 jam serta manitor 125 cc/6 jam. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan klien tidak lagi mengeluh pusing,
TTV klien dan rentang normal dan klien tidak mengalami penurunan kesadaran
sehingga masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak klien teratasi.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
Perumusan diagnosa didapatkan pada tanggal 13 Januari 2020 dan dari hasil
pengkajian didapatkan bahwa klien mengeluh lemas pada anggota gerak kiri atas
dan bawah, kekuatan otot 4, klien terlihat mampu melawan gravitasi dan
melawan sedikit tahanan pada ekstremitas kiri. Intervensi yang dilakukan adalah
terapi latihan : mobilitas sendi dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam, masalah hambatan mobilitas fisik pada Ny. R
dapat teratasi dengan kriteria hasil kekuatan otot anggota gerak kiri meningkat
dari 4 menjadi 5, klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dapat mengatasi diagnosa ini yaitu
jelaskan pada klien dan keluarga manfaat dan tujuan dari ROM, kolaborasi
dengan ahli terapi fisik, ajarkan pasien dan keluarga untuk melakukan ROM
pasif dua kali dalam sehari atau sesuai dengan kondisi klien, dukung klien untuk
berlatih posisi duduk ditempat tidur dan kolaborasi pemberian vitamin B, B6
B12 1tab/8jam. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, klien
tidak lagi mengeluh lemah pada ekstremitas kirinya, kekuatan otot anggota gerak
kanan dan kiri klien adalah 5, klien dapat duduk, berdiri dan berjalan dengan
baik sehingga masalah hambatan mobilitas fisik klien teratasi.
Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan visual dan mobilitas.
Perumusan diagnosa ini didapatkan pada tanggal 13 Januari 2020. Dari hasil
pengkajian didapatkan bahwa klien mengatakan padangan mata kanan dan kiri
kabur dengan hasil visus dikedua mata adalah 1/300. Klien juga mengalami
kelemahan pada ekstremitas kiri atas dan bawah dengan kekuatan otot 4.
Intervensi yang dilakukan adalah pencegahan jatuh dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam masalah risiko jatuh pada
Ny.R dapat teratasi dengan kriteria hasil klien tidak mengalami jatuh selama
perawatan dirumah sakit. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah sarankan klien untuk meminta bantuan, berikan
orientasi ruangan sekitar kepada klien dan keluarga, tempatkan bel dalam
jangkauan klien, pastikan tempat tidur dalam posisi rendah dan roda terkunci,
pastikan selalu terpasang bed rail di tempat tidur klien, pastikan terpasang tanda
risiko jatuh di gelang, tempat tidur dan rekam medis klien serta anjurkan
keluarga untuk selalu mendampingi klien. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam, klien tidak jatuh selama perawatan di ruang
Rajawali 1A (HCU), selalu terpasang bed rail di tempat tidur klien sehingga
masalah risiko jatuh klien teratasi.
Pada perawatan hari ke-4 yaitu tanggal 16 Januari 2020, klien sudah
mengalami banyak peningkatan meliputi kekuatan otot pada ekstremitas kiri
Ny.R meningkat dari 4 menjadi 5 (mampu menggerakkan persendian dalam
lingkup gerak penuh, mampu melawan grativasi, mampu melawan dengan
tahanan penuh). Klien tidak merasa pusing, keadaan umum baik, hemodinamik
klien dalam batas normal, klien sudah mampu melihat objek dengan baik, masa
stroke sudah tidak terlihat timbul dan hasil pemeriksaan neurologisnya baik.
Klien sudah memenuhi untuk dilakukan perawatan diruang biasa sehingga klien
diperbolehkan pindah diruangan merak lantai 1 RSUP Dr. Kariadi. Klien pindah
pada tanggal 16 Januari 2020 pukul 12.00 WIB dan mendapatkan terapi obat
vitamin B1 B6 B12 1 tab/8jam per oral.

III. PENGELOLAAN PASIEN


A. PROSES PENERIMAAN PASIEN
Ny. R datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada 13 Januari 2020
pukul 15.00 WIB dalam keadaan sadar, Saat ditanya mengenai keluhan, klien
mengatakan pandangan mata kanan dan kiri kabur, pusing berputar-putar,
lemas, ekstremitas kiri atas dan bawah terasa lemah, berat untuk diangkat dan
rasa kebas pada sisi kiri. Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan lanjut
menunjukkan klien disarankan untuk rawat inap di Ruang Rajawali 1A atas
indikasi stroke hemoragic. Petugas IGD menghubungi Ruang Rajawali 1A
untuk konfirmasi pasien baru dan memperoleh tempat sehingga klien dapat
dipindahkan segera, petugas IGD juga menginput data pasien baru di
komputer sehingga dapat diketahui oleh perawat Ruang Rajawali 1A bahwa
akan ada pasien baru. Klien dibawa ke ruang Rajawali 1A (Unit Stroke) dan
tiba pukul 15.30 WIB. Perawat menerima operan pasien dari IGD beserta
semua dokumen pasien termasuk lembar transfer pasien internal. Perawat
menghantarkan pasien ketempat tidur pasien lalu memindahkan pasien dari
brankar IGD ke tempat tidur pasien di HCU.
Lembar transfer pasien internal telah diisi lengkap oleh petugas di IGD
yaitu berisi unit tujuan dan nama petugas yang dihubungi, serta waktu
menghubungi, alasan transfer, waktu transfer, dan kategori pasien transfer.
Lembar transfer pasien internal juga berisi ringkasan kondisi pasien seperti
alat yang terpasang dan waktu pemasangan, obat atau cairan yang dibawa saat
transfer, dokumen yang disertakan, informasi yang telah diberikan, dan status
awal pasien sebelum transfer. Selain itu, juga terdapat serah terima pasien
yang berisi komunikasi SBAR.
Situation (S) yaitu Pasien Ny. R, umur 57 tahun 11 bulan, nomer
rekam medis C224XXX. Pasien baru dari IGD dengan tanggal masuk IGD 13
Januari 2020 pukul 15.30. DPJP pasien Dr. E spesialis saraf dan PPJP perawat
A. Diagnosa medis pasien Stroke Hemoragic (SH) hemiparesis sinistra dan
diagnosa keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. klien
mengatakan pandangan mata kanan dan kiri kabur, pusing berputar-putar,
lemas, ekstremitas kiri atas dan bawah terasa lemah, berat untuk diangkat dan
rasa kebas pada sisi kiri
Background (B) yaitu pasien tidak mempunyai riwayat alergi, Pasien
rujukan dari RS Panti Wilasa Citarum Semarang. Pasien tidak mempunyai
riwayat pembedahan.
Assesment (A) yaitu pasien sadar, composmentis, GCS 15, keadaan
umum lemah, TD 165/80 mmHg, nadi 90x/menit, RR 20 x/menit, suhu
36.7°C, SpO2 100%. Tindakan yang telah dilakukan berupa pemasangan
infus RL 20 tpm, pemberian injeksi ranitidin 50 mg/12 jam, pemberian
vitamin B1, B6, dan B12 1 tablet/8jam, amlodipine 10 mg/24 jam,
paracetamol 500 mg/8 jam dan injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam,
serta manitor 125 cc/6 jam. Pasien telah dipasang gelang identitas dan
tanda risiko jatuh digelang pasien. pasien sudah di head up 30°. Klien telah
dilakukan perekaman EKG, pemeriksaan MSCT kepala polos, pemeriksaan
Foto Thoraks Antero Posterior dan pengambilan darah untuk cek
laboratorium. Pasien dan keluarga sudah diedukasikan oleh dokter dan
perawat dan sudah mengetahui mengenai penyakitnya. Masalah
keperawatan yang perlu di tangani yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
otak, hambatan mobilisasi fisik dan risiko jatuh.
Recommendation (R) monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital
pasien per 8 jam, tunggu hasil laboratorium, foto thorax antero posterior dan
MSCT kepala polos, head up 30°

1. Serah Terima Pasien

Telah diterima pasien baru


Tanggal / waktu : 13 Januari 2020 / 15.30 WIB
Nama : Ny. R
Dx Medis : Stroke Hemoragik (SH)
Asal Ruangan : Instalasi Gawat Darurat (IGD)
a. Serah Terima Obat dan Alat

Daftar Obat yang Diterima


No. Nama Obat Jumlah
1. Amlodipine 10 mg/24 jam
2. Vitamin B1 1 tab/8 jam
3. Vitamin B6 1 tab/8 jam
4. Vitamin B12 1 tab/8 jam
5. paracetamol 500 mg/8 jam
6. Ranitidine 50 mg/12 jam
7. Asam Traneksamat 500mg/8 jam

Daftar Alat yang Diterima


No. Nama Alat Jumlah
1. Infus RL 20 tpm terpasang

b. Data Pemeriksaan Penunjang yang Dibawa


1) Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik
2) Pemeriksaan EKG
3) Pemeriksaan MSCT Kepala

2. Orientasi Pasien
Ny. R merupakan pasien baru transfer dari IGD. Klien dan keluarga diberi
edukasi dan orientasi pasien rawat inap di Ruang Rajawali 1A (Unit
Stroke). Perawat yang menerima pasien melakukan orientasi berupa
pengenalan petugas ruangan dan perawat penanggung jawab pasien,
pengenalan fasilitas fisik baik untuk pasien maupun keluarga, orientasi
ruangan, pengenalan tata laksana pelayanan di rumah sakit, pemberian
edukasi keselamatan bagi pasien dan kelurga, serta pemberian informasi
mengenai barang milik pasien serta menginformasikan hak dan kewajiban
pasien. Selain itu, klien dan keluarga juga dijelaskan mengenai alat medis
yang terpasang beserta fungsinya, menjelaskan diagnosis, pemeriksaan dan
perencanaan pengelolaan pasien, serta menjelaskan obat apa saja yang
diperoleh.
Disampaikan kepada: () Pasien () Keluarga
( ) Lainnya (sebutkan), ................
( ) Tidak dapat dilakukan karena …………………..
Pelaksanaan
No Jenis Orientasi
Ya Tidak
1. Perawat mengucapkan salam dan memperkenalkan √
diri
2. Perawat mengantar pasien/keluarga pasien ke kamar √
3. Perawat menginformasikan kepada pasien dan √
keluarga tentang:
a. Nama ruang, kelas dan nomor kamar tempat
pasien dirawat
b. Kapasitas ruangan
c. Fasilitas yang ada, fungsi dan cara penggunaan;
seperti sakalar dan lampu ruangan, cara
menyalakan dan mematikan AC, TV, Kipas
angina, tiang infus mobile, meja dan kursi, almari,
tempat sampah, arah mata angin, kamar mandi,
dll.
d. Alat bantu komunikasi (bel, aipon) dan cara
penggunaannya
e. Lokasi atau tempat stase perawat/petugas (Nurse
station)
4. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga cara √
meninggikan dan menurunkan tempat tidur pasien,
cara memasang pengaman tempat tidur pasien dan
cara mengunci roda tempat tidur
5. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang √
lokasi kamar mandi dan fasilitas yang ada di
dalamnya, fungsi pot urinal, pispot, dan pegangan
kamar mandi
6. Perawat memberi informasi mengenai dokter yang √
merawat dan perawat yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan saat itu
7. Perawat menjelaskan kepada pasien mengenai √
maksud, tujuan dan fungsi pemasangan gelang
pasien, pasien akan selalu diidentifikasi dengan
menyebutkan nama dan tanggal lahir (pada saat
melakukan tindakan pengambilan sampel darah,
transfusi darah, melakukan tindakan invasi,
pemberian obat)
Pelaksanaan
No Jenis Orientasi
Ya Tidak
8. Perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga √
pasien bagaimana cara:
a. Memperoleh informasi/edukasi mengenai kondisi
pasien
b. Penunjukan kewenangan penerima informasi
(pelepasan informasi)
c. Memperoleh pelayanan rohani, apabila
membutuhkan
d. Melaporkan kejadian/perubahan kondisi pasien
e. Menyampaikan keluhan berkaitan dengan
pelayanan/sarana yang kurang memuaskan
f. Tata tertib kunjungan pasien (jam besuk)
9. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang √
layanan informasi dan pengaduan di Customer
Service
10. Perawat menjelaskan kepada pasien mengenai jalur √
evakuasi jika terjadi bencana di rumah sakit
11. Perawat mengajarkan kepada keluarga pasien √
mengenai cara cuci tangan melalui 6 langkah
12. Mengucapkan salam dan berpamitan pasien/keluarga √

B. ASESMEN AWAL PASIEN


1. Riwayat Alergi
(√) Tidak
( ) Ya

2. Skrining
a. Skrining Gizi
Deskripsi Skor A Skor B Skor C
Perubahan Berat badan (√) Tidak ( ) Ada, ( ) Ada,
ada Lambat cepat
Asupan makan dan perubahan dalam (√) Tidak ( ) ( )
2 minggu terakhir ada Menurun NGT
Gejala Gastrointestinal minimal 1 (√) Tidak ( ) Ada, ( ) Ada,
gejala: mual/muntah/diare/anoreksia ada Ringan Berat
Faktor pemberat (√) Tidak () Ada, ( ) Ada,
Skor B: Infeksi, DM, Penyakit ada Ringan Berat
jantung kongestif
Skor C: colitis ulseratif, peritonitis,
Deskripsi Skor A Skor B Skor C
kanker, multiple trauma
Penurunan Kapasitas fungsional (√) Tidak ( ) Ada, ( ) Ada,
(gangguan menelan,mengunyah,dll) ada Ringan Berat

SKOR A (Status gizi baik)

Kategori Status Gizi :


A : Status gizi baik
B : Berisiko malnutrisi
C : Malnutrisi berat
b. Skrining Nyeri
Pasien merasa Nyeri : (√) Tidak ( ) Ya

c. Skrining Fungsional

Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri (grooming) √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer √ 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2
orang
2 : Butuh bantuan kecil
Index 0 1 2 3 Keterangan
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan
1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan
orang lain
1 : Membutuhkan bantuan
tapi beberapa hal dilakukan
sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 12 Ketergantungan sedang
Sumber: Dewi, Sofia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta:
Deepublish.
Interpretasi Hasil Barthel Index :
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
3. Asesmen Keperawatan

a. Psikologi dan Sosial Ekonomi


Kondisi pasien : () Baik
( ) Depresi
(√) Khawatir (gelisah)
( ) Sulit / melawan perintah
( ) Berpotensi menyakiti orang lain
Hubungan dengan keluarga : (√) Baik
( ) Tidak Baik
Keinginan khusus : Tidak ada
Hambatan : Tidak ada

b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


Nutrisi
Saat Pengkajian
A (Antropometri) BB : 70 kg
TB : 168 cm
IMT : 24,82 kg/m2 (normal)
B (Biokimia) Pemeriksaan Laboratorium:
-
C (Clinic) Kondisi umum : Lemah, kesadaran
composmentis
GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda umum : Klien mengatakan lemah pada
ekstremitas kiri atas dan kiri
bawah
Kulit : Turgor kulit klien baik,
kembali dengan cepat, kulit
lembab, tidak ada edema,
tidak ada luka, kemerahan,
ruam, dan bintik-bintik pada
kulit
Mata : Mata klien tidak cekung,
mata kanan dan kanan ikterik,
tidak anemis
Mulut : Bibir klien lembab, tidak
kering, mulut bersih, mukosa
mulut baik, tidak ada
sariawan
D (Diet) Klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur,
lauk berupa telur atau daging, tahu, tempe,
serta buah setiap kali makan dengan 1 porsi
habis. Nafsu makan klien stabil. Klien minum
air putih ± 600 cc per hari.

Cairan
Minum : 600 cc
Perasaan haus berlebih : Tidak
Mukosa mulut : Baik, normal
Turgor kulit : Kembali dengan cepat
Edema : Tidak ada
Input Output
Infus : 500 cc BAK : ± 700 cc
Minum : 600 cc BAB : -
makan : 300 cc IWL : (15x70x24)/24 = 1.050
Injeksi cc
Asam Traneksamat: 15 cc
Ranitidine : 4 cc Jumlah : 1750 cc
Manitol : 500 cc

Jumlah : 1919 cc
*BC/24 jam : input-output + 169 cc/24 jam
c. Kebutuhan Eliminasi

Parameter Sebelum Sakit Saat Pengkajian


BAB
Frekuensi Klien BAB 1x sehari Belum BAB
Jumlah ± 100 cc -
Konsistensi Lunak -
Keluhan Tidak ada -
Warna Kuning kecokelatan -
Bau Khas feses -
Darah Tidak ada -
Terakhir BAB 12 Januari 2020 -
BAK
Frekuensi 4x sehari 3x sehari
Jumlah ± 1.000 cc ± 700 cc
Konsistensi Cair Cair
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Warna Kuning Kuning
Bau Khas urin Obat
Darah Tidak ada Tidak ada

d. Kebutuhan Persepsi Sensori dan Kognitif

Persepsi Klien mengatakan saat ini dirinya sakit stroke


dan tekanan darahnya tinggi. Klien
membutuhkan pengobatan serta perawatan agar
lekas sehat kembali.
Sensori Penglihatan : Klien mengatakan
pandangan mata
kanan dan kiri kabur
atau buram. Hasil
Visus kedua mata
1/300
Pendengaran : Baik, klien mampu
mendengar dan
menjawab
pertanyaan dengan
jelas
Penciuman : Baik, klien mampu
membau berbagai
macam bau dengan
baik
Pengecapan : Baik, klien mampu
merasakan rasa
makanan dan
minuman dengan
baik
Perabaan : Baik, klien mampu
membedakan tekstur
suatu benda dan
menilai panas atau
dingin
Kognitif Klien mengatakan merasa kaku pada tangan
kanannya akibat adanya masalah stroke.

e. Kebutuhan Komunikasi dan Informasi

Berbicara : (√ ) Lancar
( ) Tidak, Penyebab pelo karena stroke
Pembicaraan : Koheren
Diorientasi : (√)Tidak
( ) Ya, Disorientasi _____________
Menarik Diri : (√) Tidak ( ) Ya
Apatis : (√) Tidak ( ) Ya

f. Kebutuhan Spiritual

Kegiatan ibadah sehari-hari : Selama sakit pasien beribadah


dengan berdoa dan berdzikir
meminta kesembuhan
Membutuhkan bantuan : (√) Tidak
( ) Ya, dalam bentuk ________

g. Kebutuhan Istirahat
Parameter Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi Ny. R mengatakan Ny. R mengatakan
sebelum sakit tidur lebih sering tertidur
sekitar 7 – 8 jam
sehari
Kualitas Ny. R mengatakan Ny. R mengatakan
sebelum sakit selama sakit dapat
tidurnya nyenyak tidur seperti
biasanya
Gangguan Ny. R mengatakan Ny. R mengatakan
sebelum sakit tidak selama sakit tidak
mengalami terdapat gangguan
gangguan tidur tidur
Obat-obatan Ny. R mengatakan Ny. R tidak
sebelum sakit tidak diberikan obat tidur
mengkonsumsi obat selama di rumah
untuk tidur sakit

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 E4M6V5
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 135/73 mmHg SpO2 : 100 %
Nadi : 76 x/menit TB : 168 cm
RR : 20 x.menit BB : 70 kg
0
Suhu : 36 C
d. Head to Toe
Kepala (Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut)
Inspeksi Kepala : Bentuk normocephali, simetris, kulit kepala
bersih, tidak ada kemerahan, warna rambut sudah
banyak yang berubah
Mata : mata kanan dan kiri pasien simetris tidak ada
lesi disekitar mata, reflex berkedip normal,
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pergerakan
bola mata normal, visus 1/300,
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada
secret, tidak terdapat gangguan pendengaran
Hidung : Simetris, tidak ada sumbatan, lubang hidung
bersih, tidak ada lesi
Mulut : Mukosa mulut baik, bibir tidak simetris,
tidak pucat, tidak sianosis, bibir lembab, tidak ada
sariawan
Palpasi Kepala : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Mata : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Telinga : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Hidung : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Leher
Inspeksi Tidak kaku kuduk, pergerakan dalam batas normal,
Tidak ada kemerahan, tidak ada jejas, tidak terlihat
denyutan vena jugularis, reflex menelan pasien baik,
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, terasa
denyutan vena jugularis

Paru dan Dada


Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak ada deformitas, tidak
terlihat retraksi interkosta, tidak ada kemerahan, tidak
ada jejas, pernafasan regular
Palpasi Taktil fremitus kanan dan kanan sama, ekspansi dada
seimbang antara dekstra dan sinistra, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Suara sonor disemua lapang paru
Auskultasi Suara napas vesikuler, tidak terdengar suara napas
tambahan

Jantung
Inspeksi Tidak terlihat ictus cordis, bentuk dada simetris, tidak
ada deformitas, tidak ada kemerahan maupun jejas
Palpasi Teraba ictus cordis di ICS 5 mid klavikula sinistra,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Suara jantung pekak, batas kiri jantung ICS 2 sternal
kiri, ICS 4 sternal kiri dan batas kanan ICS 2 sterna
kanan dan ICS 4 mid axilla kanan
Auskultasi Terdengar bunyi jantung I dan II reguler, tidak
terdengar bunyi tambahan

Abdomen
Inspeksi Tidak ada kemerahan, warna kulit sama dengan
warna kulit lainnya, tidak terdapat lesi atau jejas
Auskultasi Bising usus 12x
Palpasi Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi terdengar suara timpani

Ekstremitas
Indikator Kanan Kiri
ATAS

Movement Normal lemah


Akral Hangat Hangat
Oedem Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tidak ada Tidak ada
Capilary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5555 4444
Movement Normal Lemah
Akral Hangat Hangat

BAWAH
Oedem Tidak ada Tidak ada

EKSTREMITAS
Nyeri Tidak ada Tidak ada
Capilary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5555 4444

5. Informasi Tambahan dari Pasien


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat stroke. Stroke yang terjadi saat
ini merupakan serangan yang pertama yaitu kelemahan pada ekstremitas
sinistra..

6. Daftar Masalah dan Diagnosis

Daftar Masalah Medis Daftar Masalah Keperawatan

1. Hemiparesis sinistra 1. Risiko ketidakefektifan


perfusi jaringan otak
2. Hambatan mobilitas fisik b.d.
gangguan neuromuskular
3. Risiko jatuh b.d. gangguan
visual dan mobilitas
Diagnosis dan Diagnosis Banding

1. Stroke Hemoragik (SH)

Instruksi Awal Dokter

1. RL 20 tpm
2. Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam
3. Vitamin B1, B6, B12 1 tab/8 jam po
4. Amlodipine 10 mg/24 jam
5. Paracetamol 500 mg/8 jam
6. Asam traneksamat 500 mg/8jam
7. Manitol 125 cc/6 jam
8. Head up 30°
9. Pantau TTV
10. Rawat 1A

C. Asesmen Khusus

1. Tingkat Ketergantungan
No. Indikator Skor 1 Skor 2 Skor 3
1. Kesadaran (√) Sadar ( ) Gelisah ( ) Koma
2. Observasi TTV (√) Tiap 8 ( ) tiap 4 ( ) 2-4 jam
jam jam
3. Respirasi (√ ) Normal () Oksigen ( ) Isap
lendir
4. Kebersihan diri ( ) Mandiri ( ) Dibantu (√) Total
5. Makan ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) NGT /
TPN
6. Minum ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) Infus
7. Pengobatan (√) Oral (√) Injeksi < ( ) Injeksi
3 kali >3 kali
8. Mobilisasi ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) Total
9. Eliminasi ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) Kateter

Total Skor 17 (intermediate care)


Hasil skor dan tingkat ketergantungan :
< 11 : Self care (SC) 16-23: Intermediate care (IC)
11- 15 : Partial care (PC) >24 : Total care (TC)

2. Risiko Jatuh

No. Risiko Skala skor


1. Mempunyai riwayat jatuh, baru atau 3 bulan terakhir
a. Tidak 0 25
b. Ya 25
2. Diagnosis sekunder >1
a. Tidak 0 15
b. Ya 15
3. Ambulasi berjalan
a. Berdrest/dibantu perawat 0
b. Menyangga/tongkat/walker/kursi roda 15 0
c. Mencekeram benda sekitar 30
4. Terpasang IV line/pemberian anti koagulan (heparin)/obat
yang lain yang digunakan mempunyai side effects jatuh
a. Tidak 0 20
b. Ya 20
5. Cara berjalan / berpindah
a. Normal/bedrest/immobilisasi 0
b. Kelelahan atau lemah 10 10
c. Keterbatasan / terganggu 20
6. Status mental
a. Normal / sesuai kemampuan diri 0 0
b. Lupa keterbatasan diri / penurunan kesadaran 15
Total skor 70
Tingkat risiko jatuh skala morse :
Skor 0 – 24 : tidak beresiko
Skor 25 – 44 : risiko rendah
Skor ≥ 45 : risiko tinggi
Keterangan :
Pasien menunjukkan resiko jatuh dengan skor 70 yang berarti risiko
jatuh tinggi

D. Pemeriksaan Medis Neurologis


 Kepala
Bentuk : mesocephal
Nyeri tekan :-
Simetri : dbn
Pulsasi :-
 Leher
Sikap : tengah
Pergerakan : baik
Kaku kuduk :-
 NN. Craniales
N.I Olfactorius Kanan Kiri
Subjektif dbn dbn
Objektif dengan dbn dbn
bahan
N.II Opticus
Tajam penglihatan - -
Lapangan penglihatan - -
Melihat warna - -
Fundus oculi
N.III Occulomotoris
Sela mata 1,5 cm 1,5 cm
Pergerakan Bulbus + +
Strambismus - -
Nystagmus - -
Exophtalmus - -
Pupil besarnya 3 mm 3 mm
Berikutnya O O
Refleks terhadap sinar
* Konvergensi + +
* Konsesual + +
Melihat kembar - -
N.IV Trochlearis
Pergerakan mata + +
(kebawah-keluar)
Sikap bulbus + +
Melihat kembar - -
N.V Abducens
Pergerakan mata ke + +
lateral
Sikap bulbus + +
Melihat kembar - -
N.VI Rigeminus
Mencoba membuka + +
mulut
Mengunyah + +
Menggigit + +
Sensibilitas mata dbn
N.VII Facialis
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi + -
Bersiul - -
Perasaan lidah bag. + +
depan
N.VIII Octavius
Detik arloji dbn dbn
Suara berbisik dbn dbn
Weber
Rinne dbn dbn
Schwabach dbn dbn
Menelan dbn dbn
N.IX dbn dbn
Glossopharyngeus
Perasaan lidah dbn dbn
Bagian belakang dbn dbn
Sensibilitas Pharinx dbn dbn
N.X Vagus
Arcus pharynx
Bicara disartia
Nadi 88x/menit
Oculokardiak
N.XI Accesqrius
Mengangkat bahu + +
Memalingkan kepala + +
N.XII Hypoglossus
Pergerakan lidah dbn
Tremor lidah -
Artikulasi disartia

 Badan dan Anggota Gerak


Badan
Motorik :-
Respirasi : 20 x/menit
Duduk :-
Bentuk columna vertebralis : dbn
Pergerakan columna vertebralis: thoracal abdominal
Refleks Kanan Kiri
Refleks kulit
Perut atas + +
Perut tengah + +
Perut bawah + +
Sensibilitas + +
Sensibilitas taktil dbn dbn
Perasaan nyeri dbn dbn
Perasaan suhu dbn dbn
Perasaan dbn dbn
diskriminasi
Perasaan lokalis dbn dbn

o Anggota gerak atas (lengan)


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Normal Menurun
Kekuatan 5555 4444
Tonus N N
Trofi E E
Sensibilitas
Sensibilitas taktil Dbn dbn
Perasaan nyeri dbn dbn
Perasaan suhu dbn dbn
Perasaan dbn dbn
diskriminasi
Perasaan lokalis dbn dbn
Refleks
Refleks bicepa ++ ++
Refleks tricepa ++ ++
Refleks radius ++ ++
Refleks ulna ++ ++
Refleks Hofman - -
trommer

o Anggota gerak bawah (tungkai)


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Normal Menurun
Kekuatan 5555 4444
Tonus N n
Trofi e e
Sensibilitas
Sensibilitas taktil dbn dbn
Perasaan nyeri dbn dbn
Perasaan suhu dbn dbn
Perasaan dbn dbn
diskriminasi
Perasaan lokalis dbn dbn
Refleks
Refleks Patella +2 +2
Refleks Achiles +2 +2
Refleks Babinski - +
Refleks Chaddock - -
Refleks Rossolim - -
Refleks Mendel - -
Refleks Bechterew - -
Refleks Schaefer - -
Refleks - -
Oppenheim
Klonus paha - -
Klonus khaki - -
Lasegus >70 >70
Kernig >135 >135
 Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
Cara berjalan : Tidak periksa
Ataxia : Tidak periksa
Disdiadokinesia : Tidak periksa
Rebound Phenomen : Tidak periksa
Dismetri : Tidak periksa
 Gerakan-gerakan abnormal
Tremor :-
Athetose :-
Myokio :-
Gerakan Chorea : -
 Alat Vegetatif
Miski (berkemih): normal
Defekasi : dbn
Ereksi :-
 Pemeriksaan Tambahan
Stroke
Skor NIHSS masuk :-
Skor NIHSS keluar :-
Gangguan Fungsi Kognitif
MMSE :-
CDT :-
MbCA tnat :-
Lain-lain (atas indikasi): -

E. Discharge Planning
1. Tahap Pengkajian
Kriteria pasien yang dilakukan perencanan pemulangan (Discharge
Planning) saat assessment awal :
a. Pasien lanjut usia > 60 tahun (x)
b. Pasien dengan gangguan anggota gerak (√)
c. Pasien dengan kebutuhan pelayanan (√)
kesehatan medis / keperawatan yang
berkelanjutan (misalnya penyakit
kronis, pasien dengan rawat luka yang
lama, dll)
d. Pasien yang dinilai akan memerlukan (√ )
bantuan dalam aktifitas sehari-hari di
rumah
Unsur-unsur yang dikaji pada tahap ini yaitu meliputi kebutuhan atas
bantuan beraktivitas, pasien membutuhkan alat bantu gerak, tidak
membutuhkan konsultasi gizi, membutuhkan penanganan nyeri secara
mandiri, dan membutuhkan pengelolaan penyakit berkelanjutan di dokter
keluarga atau dokter praktik.
2. Tahap Perencanaan
Diagnosa Utama : Risiko Ketidakefektifasn Perfusi Jaringan
Otak
Diagnosa Pendukung : - Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan
neuromuskular
- Risiko jatuh b.d. gangguan visual dan
mobilitas
Kebutuhan Pemenuhan Kebutuhan
Bantuan ADL dirumah (√ ) Konsultasi rehabilitasi
( ) Membutuhkan alat bantu gerak
( ) Membutuhkan anggota gerak palsu
( ) Terapi wicara
( ) Lainnya,
Edukasi gizi yang kompleks (√) Konsultasi gizi
( ) Membutuhkan alat bantu makan
khusus
( ) Lainnya,
Penanganan nyeri kronis ( ) Konsultasi Tim Nyeri
( ) Edukasi Obat nyeri
(√) Penanganan nyeri secara mandiri
( ) Lainnya,
Pengelolaan penyakit Tujuan :
berkelanjutan di luar RS Agar pasien dan keluarga mengetahui
mengenai pencegahan stroke sehingga
menghindari stroke berulang.

Kebutuhan lainnya: - Klien dan keluarga diharapkan


memahami nama obat, dosis, waktu
konsumsi, tujuan penggunaan, dan
efek samping obat yang diterima
- Klien dan keluarga diharapkan
mampu menjelaskan tentang
penyakitnya serta bagaimana upaya
untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan
- Klien dan keluarga diharapkan
mampu mengetahui kapan, dimana,
dan kepada siapa harus kontrol
untuk membantu perawatan dan
pengobatannya
- Klien dan keluarga diharapkan
dapat memilih jenis diet yang tepat
sesuai dengan kondisinya
3. Tahap Pelaksanaan
Tanggal/Jam Tindakan Paraf
13 Januari a. Memberikan informasi kepada pasien dan
2020 / 15.45 keluarga tentang sumber-sumber
WIB pelayanan kesehatan
b. Mengedukasi pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala stroke
c. Mengedukasi terkait kepatuhan terhadap
pengobatan baik itu jenis dan indikasi obat
d. Mengedukasi tentang kegunaan alat-alat
medis, perawatan lanjutan, dan diet
e. Mengedukasi mengenai perawatan pada
pasien stroke seperti ROM aktif dan pasif
f. Mengajarkan mengenai gaya hidup dan
perawatan yang baik pada pasien stroke
g. Menjelaskan mengenai diet yang sehat
untuk pasien
16 Januari h. Memastikan instruksi pemindahan ruang
2020/ 12.00 dari dokter
WIB i. Mengkomunikasikan respon pasien dan
keluarga terhadap usulan perencanaan
pulang kepada tim kesehatan lain.
j. Menjelaskan kondisi serta alasan
pemindahan ke ruang rawat inap
k. Memastikan membawa alat medis dan obat
pasien ketika proses transfer
l. Memindahkan pasien dengan
menggunakan bed menuju ruang rawat
inap

4. Tahap Evaluasi
Tanggal/Jam Evaluasi Paraf
13 Januari a. Klien dan keluarga mampu menjelaskan
2020 / 15.45 mengenai penyakit klien
b.Klien dan keluarga mampu menyebutkan
pengobatan dan terapi apa saja yang harus
dilakukan
c. Klien dan keluarga mampu menyebutkan
apa saja tanda-tanda yang harus
diwaspadai dan dilaporkan ke petugas
kesehatan
16 Januari a. Klien dan keluarga siap menerima dan
2020 / 12.00 menjalankan perawatan kesehatan di
ruang rawat inap
F. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak (00201)
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan
Neuromuskular (00085)
3. Risiko Jatuh berhubungan dengan Gangguan Visual dan Mobilitas
(00155)

G. Nursing Care Plan (NCP)

Perencanaan intervensi keperawatan terhadap Ny. R antara lain sebagai


berikut :

1. Pengkajian pada tanggal 13 Januari 2020 diperoleh bahwa klien mengeluh


pusing, klien terlihat gelisah, hasil pengukuran tekanan darah klien 135/73
mmHg, klien mengeluh kelemahan pada ekstremitas kiri atas dan bawah
dengan kekuatan otot ektremitas kiri atas 4444 dan ekstremitas bawah
4444. Klien mengalami gangguan penglihatan buram pada kedua matanya
sehingga muncul diagnosa keperawatan risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak. Perencanaan intervensi dengan Perfusi Jaringan : Serebral
(NOC 0406) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 4 x 24 jam diharapkan masalah risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak pada Ny. R dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien
dalam rentang normal, klien tidak mengalami penurunan kesadaran dan
klien tidak mengeluh pusing. Status Neurologi : Perifer (NOC 0917)
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam
diharapkan sistem saraf perifer klien berfungsi dengan baik dengan kriteria
hasil tidak mengalami kelemahan pada ektremitas sinistra atas dan bawah,
klien dapat menggerakkan ektremitas sinistra atas dan bawah dan adanya
peningkatan kekuatan otot ektremitas sinistra atas dan bawah. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi diagnosa ini yaitu
Manajemen Terapi Trombolik (NIC 4270) diantaranya pantau TTV dan
kesadaran klien setiap 8 jam sekali, posisikan kepala klien head up 30°,
didapatkan ijin tertulis informed consent, diamati tanda-tanda perdarahan,
berikan terapi oksigen yang sesuai dan berikan terapi kolaborasi per oral
amplodipin 10mg/24 jam, vitamin B1 B6 B12 1 tablet/8jam, paracetamol
500 mg/8 jam dan injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam, ranitidine 50
mg/12 jam serta manitor 125 cc/6 jam.
2. Pengkajian pada tanggal 13 Januari 2020 diperoleh bahwa klien mengeluh
lemas pada anggota gerak kiri atas dan bawah dengan kekuatan otot 4444,
klien terlihat mampu melawan gravitasi dan melawan sedikit tahanan pada
ekstremitas kiri. Pengkajian indeks barthel untuk ADL klien didapatkan
hasil skor 12 yang berarti ketergantungan ringan sehingga didapatkan
diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuscular. Perencanaan intervensi dengan Pergerakan
(NOC 0208) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan selama 4 x 24 jam
diharapkan hambatan mobilitas fisik klien dapat teratasi dengan kriteria
hasil klien tidak lagi mengeluh lemah pada ekstremitas kirinya, kekuatan
otot anggota gerak kiri meningkat dari 4 menjadi 5, klien dapat
mempertahankan keseimbangan tubuhnya, klien dapat duduk, berdiri dan
berjalan dengan baik. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (NIC 0224) diantaranya yaitu jelaskan
pada klien dan keluarga manfaat dan tujuan dari ROM, kolaborasi dengan
ahli terapi fisik, ajarkan pasien dan keluarga untuk melakukan ROM pasif
dua kali dalam sehari atau sesuai dengan kondisi klien, dukung klien untuk
berlatih posisi duduk ditempat tidur dan kolaborasi pemberian vitamin B,
B6 B12 1tab/8jam. Positioning (NIC 0840); lakukan ubah posisi setiap 2
jam Bantuan Perawatan Diri (NIC 1800); monitor kemampuan fungsional,
bantu klien melakukan activity daily living (ADL), dorong klien
melakukan ADL sesuai kemampuan.
3. Pengkajian pada tanggal 13 Januari 2020 diperoleh bahwa klien
mengalami kelemahan pada ekstremitas kiri atas dan bawah dengan
kekuatan otot 4444. klien mengatakan padangan mata kanan dan kiri kabur
dengan hasil visus dikedua mata adalah 1/300. Penilaian risiko jatuh klien
yaitu risiko jatuh tinggi dengan skor 70 sehingga diberikan tanda kuning
(risiko jatuh) ditempat tidur, gelang dan rekam medis klien sehingga
muncul diagnosa keperawatan risiko jatuh berhubungan dengan gangguan
visual dan mobilitas. Perencanaan keperawatan dengan Perilaku
Pencegahan Jatuh (NOC 1909) dengan tujuan setelah dilakukan perawatan
selama 4 x 24 jam masalah risiko jatuh pada Ny. R dapat teratasi dengan
kriteria hasil klien tidak mengalami jatuh selama perawatan dirumah sakit,
klien dapat meminta bantuan ketika memerlukan bantuan, terpasang bed
side rails. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini adalah Pencegahan Jatuh (NIC 6490) yaitu sarankan klien
untuk meminta bantuan saat memerlukan bantuan, berikan orientasi
ruangan sekitar kepada klien dan keluarga, tempatkan bel dalam jangkauan
klien, pastikan tempat tidur dalam posisi rendah dan roda terkunci,
pastikan selalu terpasang bed rail di tempat tidur klien, pastikan terpasang
tanda risiko jatuh di gelang, tempat tidur dan rekam medis klien serta
anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi klien.

H. Evaluasi

Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
1. 13 Risiko S: klien mengeluh pusing, klien
Januari ketidakefektifan mengeluh kelemahan pada
2020 perfusi jaringan ekstremitas kiri atas dan bawah.
(21.00) otak Klien mengatakan
penglihatannya buram pada
kedua matanya.
O: Kesadaran composmentis (GCS
15, E4M6V5), TD 135/80 mmHg,
HR 82 x/menit, RR 20 x/menit,
suhu 36.40C, klien terpasang
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
infus RL 20 tpm, amlodipine 10
mg/24 jam, vit B1B6B12 1 tab/8
jam, injeksi ranitidin 50 mg/12
jam, paracetamol 10mg/24jam,
asam traneksamat 500mg/8 jam,
manitor 125 cc/6 jam, klien
kesulitan menggerakkan
ektremitas atas dan kiri bawah,
kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444. Klien tidak
dapat melihat objek dengan jelas
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kesadaran, GCS,
TTV
- Monitor kekuatan otot
- Lakukan head positioning
30°
- Monitor perdarahan
Hambatan S: klien mengeluh kelemahan pada
mobilitas fisik ekstremitas kiri atas dan bawah.
b.d. gangguan O: klien terlihat mampu melawan
neuromuskular gravitasi dan melawan sedikit
tahanan pada ekstremitas kiri,
kekuatan otot ekstremitas kiri
atas 4444 dan bawah 4444,
Pengkajian indeks barthel untuk
ADL klien didapatkan hasil skor
12 (ketergantungan ringan)
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kemampuan
fungsional
- Bantu ADL pasien dan
dorong klien melakukan ADL
sesuai kemampuan
- Lakukan ubah posisi setiap 2
jam
- Monitor ROM aktif dan pasif
- Monitor kekuatan otot
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
- Edukasi pasien dan keluarga
mengenai ROM
Risiko jatuh b.d. S: klien mengeluh kelemahan pada
gangguan visual ekstremitas kiri atas dan bawah,
dan mobilitas klien mengatakan dapat
meminta bantuan perawat
dengan memanggil atau
melambaikan tangan. pasien
memahami mengenai
pentingnya handrail dan
keseimbangan. Klien
mengatakan pandangan mata
kanan dan kiri buram
O: kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444, bed side
rails dan roda tempat tidur
dalam kondisi terkunci, hasil
pengkajian menggunakan fall
morse scale menunjukkan hasil
70 (risiko jatuh tinggi). Klien
tidak dapat melihat objek
dengan jelas
A: Masalah risiko jatuh belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Sediakan bell di dekat tempat
tidur
- Pasang bed side rails
- Tempat tidur posisi rendah
dan roda terkunci
2. 14 Risiko S: klien mengeluh masih pusing,
Januari ketidakefektifan klien mengeluh kelemahan pada
2020 perfusi jaringan ekstremitas kiri atas dan bawah.
(14.00) otak Klien mengatakan
penglihatannya masih buram
pada kedua matanya.
O: Kesadaran composmentis (GCS
15, E4M6V5), TD 130/70 mmHg,
HR 78 x/menit, RR x/menit,
suhu 36.30C, amlodipine 10
mg/24 jam, vit B1B6B12 1 tab/8
jam, injeksi ranitidin 50 mg/12
jam, paracetamol 10mg/24jam,
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
asam traneksamat 500mg/8 jam,
manitor 125 cc/6 jam, klien
masih kesulitan menggerakkan
ektremitas atas dan kiri bawah,
kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kesadaran, GCS,
TTV
- Monitor kekuatan otot
- Lakukan head positioning
30°
- Monitor perdarahan
Hambatan S: klien mengeluh ekstremitas kiri
mobilitas fisik atas dan bawah masih susah
b.d. gangguan digerakkan. Klien mengatakan
neuromuskular sudah dapat melakukan ROM
secara mandiri. Klien
mengatakan ekstremitasnya
terasa rileks setelah dilakukan
ROM
O: klien terlihat mampu melawan
gravitasi dan melawan sedikit
tahanan pada ekstremitas kiri,
kekuatan otot ekstremitas kiri
atas 4444 dan bawah 4444,
Pengkajian indeks barthel untuk
ADL klien didapatkan hasil skor
12 (ketergantungan ringan)
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kemampuan
fungsional
- Bantu ADL pasien dan
dorong klien melakukan ADL
sesuai kemampuan
- Lakukan ubah posisi setiap 2
jam
- Monitor ROM aktif dan pasif
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
- Monitor kekuatan otot
Risiko jatuh b.d. S: klien mengeluh ekstremitas kiri
gangguan visual atas dan bawah masih susah
dan mobilitas digerakkan, klien mengatakan
dapat meminta bantuan perawat
dengan memanggil atau
melambaikan tangan. pasien
memahami mengenai
pentingnya handrail dan
keseimbangan. Klien
mengatakan pandangan mata
kanan dan kiri masih buram
O: kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444, bed side
rails dan roda tempat tidur
dalam kondisi terkunci, hasil
pengkajian menggunakan fall
morse scale menunjukkan hasil
70 (risiko jatuh tinggi). Klien
tidak dapat melihat objek
dengan jelas
A: Masalah risiko jatuh belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Sediakan bell di dekat tempat
tidur
- Pasang bed side rails
- Tempat tidur posisi rendah
dan roda terkunci
3. 15 Risiko S: klien mengatakan sudah tidak
Januari ketidakefektifan pusing, klien mengatakan
2020 perfusi jaringan ekstremitas kiri atas sudah dapat
(14.00) otak digerakkan dengan mudah.
Klien mengatakan
penglihatannya sudah tidak
buram namun belum jelas
O: Kesadaran composmentis (GCS
15, E4M6V5), TD 120/85 mmHg,
HR 88 x/menit, RR x/menit,
suhu 36.40C, amlodipine 10
mg/24 jam, vit B1B6B12 1 tab/8
jam, injeksi ranitidin 50 mg/12
jam, paracetamol 10mg/24jam,
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
asam traneksamat 500mg/8 jam,
manitor 125 cc/6 jam, klien
masih kesulitan menggerakkan
ektremitas atas dan kiri bawah,
kekuatan otot tangan kiri 5555
dan kaki kiri 4444
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kesadaran, GCS,
TTV
- Monitor kekuatan otot
- Lakukan head positioning
30°
- Monitor perdarahan
Hambatan S: klien mengatakan ekstremitas
mobilitas fisik kiri atas sudah dapat digerakkan
b.d. gangguan dengan mudah. Klien
neuromuskular mengatakan sudah dapat
melakukan ROM secara
mandiri. Klien mengatakan
ekstremitasnya terasa rileks
setelah dilakukan ROM
O: kekuatan otot ekstremitas kiri
atas 5555 dan bawah 4444,
Pengkajian indeks barthel untuk
ADL klien didapatkan hasil skor
12 (ketergantungan ringan).
Klien sudah dapat duduk
mandiri
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kemampuan
fungsional
- Bantu ADL pasien dan
dorong klien melakukan ADL
sesuai kemampuan
- Lakukan ubah posisi setiap 2
jam
- Monitor ROM aktif dan pasif
- Monitor kekuatan otot
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
Risiko jatuh b.d. S: klien mengatakan ekstremitas
gangguan visual kiri atas sudah dapat digerakkan
dan mobilitas dengan mudah. Klien
mengatakan penglihatannya
sudah tidak buram namun belum
jelas
O: kekuatan otot tangan kiri 5555
dan kaki kiri 4444, bed side
rails dan roda tempat tidur
dalam kondisi terkunci, hasil
pengkajian menggunakan fall
morse scale menunjukkan hasil
70 (risiko jatuh tinggi). Klien
sudah mulai dapat melihat objek
dengan jelas
A: Masalah risiko jatuh teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Sediakan bell di dekat tempat
tidur
- Pasang bed side rails
- Tempat tidur posisi rendah
dan roda terkunci
4. 16 Risiko S: klien mengatakan sudah tidak
Januari ketidakefektifan pusing, klien mengatakan
2020 perfusi jaringan ekstremitas kirinya sudah tidak
(11.30) otak mengalami kelemahan, klien
mengatakan sudah dapat
menggerakkan ekstremitas
kirinya atas dan bawah
O: keadaan umum baik, kesadaran
composmentis (GCS 15,
E4M6V5), TD 120/90, HR 80
x/menit, RR 18 x/menit, T
36,70C, Klien mampu
menggerakkan persendian
dalam lingkup gerak penuh
(mampu melawan gravitasi,
mampu melawan tahanan
penuh), kekuatan otot tangan
kiri 5555 dan kaki kiri 5555,
hemodinamik klien dalam batas
normal, masa stroke sudah tidak
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
terlihat, hasil pemeriksaan
neurologis baik
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak teratasi
P: hentikan intervensi
Hambatan S: klien mengatakan ekstremitas
mobilitas fisik kirinya sudah tidak mengalami
b.d. gangguan kelemahan, klien mengatakan
neuromuskular dapat menggerakkan ekstremitas
kirinya
O: Klien mampu menggerakkan
persendian dalam lingkup gerak
penuh(mampu melawan
gravitasi, mampu melawan
tahanan penuh), kekuatan otot
tangan kiri 5555 dan kaki kiri
5555, klien dapat duduk secara
mandiri, masa stroke sudah
tidak terlihat, hasil pemeriksaan
neurologis baik
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik teratasi
P: Hentikan Intervensi
Risiko jatuh b.d. S: Klien mengatakan sudah mampu
gangguan visual melihat objek dengan baik, klien
dan mobilitas mengatakan ekstremitas kirinya
sudah tidak mengalami
kelemahan, klien mengatakan
dapat menggerakkan ekstremitas
kirinya
O: Klien mampu menggerakkan
persendian dalam lingkup gerak
penuh(mampu melawan
gravitasi, mampu melawan
tahanan penuh), kekuatan otot
tangan kiri 5555 dan kaki kiri
5555, klien dapat meminta
bantuan saat memerlukan
bantuan, klien mampu melihat
objek dengan baik, hasil
pemeriksaan neurologis baik
A: Masalah risiko jatuh teratasi
P: Hentikan intervensi
IV. ANALISA KELOLAAN

1. Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Pasien


Pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat diwarnai dengan pelayanan
keperawatan oleh tenaga perawat yang dominan dalam jumlah serta bentuk
pelayanan yang 24 jam, 7 hari dalam seminggu secara terus menerus tanpa
henti. Undang-undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 32(3)
menyatakan bahwa upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan melalui keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Peningkatan mutu layanan keperawatan harus diikuti dengan peningkatan
sumber daya manusianya melalui pengembangan tenaga keperawatan (Ernisfi,
2008).
Pada kasus diatas Ny. R mengalami Stroke Hemoragic dimana pasien
membutuhkan tenaga ahli dalam penanganan penyakitnya. Sebagai konsultan
utama dalam penanganan penyakit pasien membutuhkan dokter ahli saraf
dimana dokter dengan kualifikasi spesialis yang memahami mengenai
neurologi yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.
dokter dapat membantu menentukan diagnosa dan pengobatan yang sesuai
serta penjelasan kepada keluarga dan pasien terkait penyakitnya. Pasien juga
membutuhkan tenaga fisioterapi sebagai tenaga ahli dalam memberikan
latihan ROM dan edukasi pada pasien dimana semua bertujuan agar dapat
meningkatkan kekuatan otot klien. Selain itu pasien juga membutuhkan ahli
gizi dimana ahli gizi mengetahui diet yang tepat untuk diberikan kepada klien
sebagai upaya proses penyembuhan klien. Ahli gizi dapat memantau terapi
gizi, asesmen nutrisi dan konseling gizi. Pasien juga membutuhkan apoteker
sebagai tenaga ahli pada bidang farmasi yang dapat memenuhi kebutuhan
farmasi pasien. Pasien juga membutuhkan cleaning service untuk membantu
menjaga lingkungan pasien yang bersih dan tenaga administrasi sebagai
tenaga pengatur pembayaran pasien. Tentunya klien membutuhkan perawat
dalam merawatnya diruangan sebagai peran utama dalam pemberi asuhan
keperawatan pada klien.
 Aspek Kualitas dalam Pengembangan Tenaga Keperawatan
Aspek kualitas dalam pengembangan tenaga keperawatan ditandai dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional sebagai titik sentral
pelayanan keperawatan yang didalamnya tercakup unsur praktek
keperawatan profesional, pengelolaan pelayanan keperawatan secara
profesional dan pengembangan pengetahuan secara terus menerus baik
melalui in service maupun pendidikan formal akademik. Disamping itu
terus dikembangkan ilmu keperawataan klinik melalui penelitian
keperawatan yang berorientasi pada klien (ICN. 1996). Hal ini erat
kaitannya dengan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan,
sebagai manajer, sebagai pendidik dan peneliti, kerena itu pengembangan
tenaga keperawatan di rumah sakit harus didasarkan pada keempat peran
utama perawatan.
 Aspek Kualitas dalam pengorganisasian dan pengelolaan
Pelayanan keperawatan yang bermutu perlu ditunjang dengan sistem
pengorganisasian dan pengelolaan yang mantap mulai dari tingkat
pengelolaan di ruangan sampai pada tingkat pengelolaan seluruh pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Pengelolaan pada tingkat ruangan sedapat
mungkit dikelola oleh sekurang kurangnya lulusan DIII Keperawatan yang
sudah berpengalaman dan telah mendapat sertifikat mengikuti pelatihan
manajemen keperawatan untuk tingkat ruangan, sedangkan pada
pengelolaan tingkat menengah sekurang-kurangnya dikelola oleh lulusan
S1 Keperawatan yang ahli dalam manajemen keperawatan dan pada tingkat
manajer sedapat mungkin dikelola oleh seorang perawat spesialis lulusan
S2 Keperawatan yang ahli dalam manajemen keperawatan.
Pada kasus diatas, Ny. R membutuhkan perawat dengan dalam pemberian
asuhan keperawatan professional. Dalam hal ini, diruangan Ny. R
hendaknya dirawat oleh perawat primer dan perawat asosiate. Perawat
primer berperan dalam menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif, membuat tujuan dan rencana keperawatan,
mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan, dan bertanggungjawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien
masuk sampai keluar rumah sakit sedangkan perawat asosiate berperan
dalam memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang, melaksanakan program medik
dengan penuh tanggungjawab dan memperhatikan keseimbangan
kebutuhan fisik, mental dan spiritual pasien. Hal ini menunjukkan antara
perawat primer dan perawat asosiate mempunyai peran penting dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dalamp proses penyembuhan
pasien. Selain itu diruangan pasien juga dalam tanggungjawab kepala
ruang perawat dimana berperan dalam mengawasi dan mengendalikan
kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat, mengawasi dan menilai
pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan (Marqouis dan
Houston, 2000).

2. Kebutuhan Logistik
Logistik adalah salah satu subsistem di rumah sakit yang memiliki tugas
untuk menyediakan barang dan bahan dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu
yang tepat sesuai kebutuhan dengan harga yang efisien untuk kegiatan
operasional rumah sakit (Djojodibroto, 1997: h.79). Menurut Subagya MS
(1994), logistik merupakan ilmu pengetahuan dan seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
dan pemeliharaan, serta penghapusan material/alat-alat.
a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan
Menurut PMK no.58 tahun 2014, perencanaan kebutuhan merupakan
kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan persediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan untuk mencapai terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan obat dilakukan untuk
menghindari kekosongan dengan menggunakan metode dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi/morbiditas, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan disesuaikan dengan anggaran.Perencanaan biasanya dilakukan bulanan
atau mingguan untuk mengendalikan persediaan dan tempat distribusi.
Pada kasus diatas pasien membutuhkan farmasi yang meliputi obat dan alat
medis seperti spuit, alat kesehatan seperti oral hygiene set dari CSSD dan
bahan medis habis pakai seperti handscoon, alcohol swap dll. Pasien juga
membutuhkan bahan non farmasi seperti baju pasien, linen (sprei, sarung
bantal dan selimut)
b. Fungsi penganggaran
Merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhuan
dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang serta jumlah biaya
dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya (Aditama, 2003). Anggaran biasanya dipakai dalam periode
satu tahun yang berisi ramalan pendapatan yang akan diterima dan
pengeluaran yang terjadi pada tahun mendatang. Pada penganggaran yang
dilakukan yaitu perawat mendapatkan advice dokter dalam pemberian obat
kepada pasien lalu dokter meresepkan obat-obat yang diperlukan sesuai
kebutuhan pasien. Selain itu juga terdapat peresepan barang di CSSD untuk
permintaan seperti oral hygiene set.
Contoh penganggaran obat dari kasus diatas adalah :
No. Nama Obat Jumlah
1. Amlodipine 10 mg/24 jam
2. Vitamin B1 1 tab/8 jam
3. Vitamin B6 1 tab/8 jam
4. Vitamin B12 1 tab/8 jam
5. paracetamol 500 mg/8 jam
6. Ranitidine 50 mg/12 jam
7. Asam Traneksamat 500mg/8 jam
8. Manitol 125cc/6 jam
9. Ringer Lactat 500ml
10. abbocath
11. spuit
12. Selang infus
13. elektroda
c. Fungsi Pengadaan
Merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional
yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kepada
instansi-instansi pelaksana (Aditama, 2003). Menurut PMK tahun 2004
pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan. Proses pengadaan yang baik adalah:
1) Mendapatkan obat dengan benar dengan jumlah yang benar
2) Harga pembelian yang serendah mungkin
3) Kualitas sesuai standar yang dipersyaratkan
4) Pelayanan dan kualitas supplier dapat dipercaya
5) Pengaturan waktu pengiriman (mencegah kekosongan stok)
Pada kasus diatas, setelah dokter meresepkan obat lalu perawat meminta
obat di farmasi dengan melampirkan resep yang ada. Farmasi akan
mendata dan memberikan nota yang berisi bukti permintaan obat dari
farmasi.

d. Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan


Menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004
tentang standar pelayanan farmasi dirumah sakit, penerimaan merupakan
kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai
dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus
diperiksa sesuai dengan spesifikasi pada order pembelian dan dalam
penerimaan tersebut tenaga farmasi harus terlibat. Setelah persediaan
farmasi diterima dan sudah dilakukan pemeriksaan segera disimpan
diruang penyimpanan yang sesuai standar. Saat menerima obat hendaknya
perawat melakukan SOP penerimaan obat seperti mengecek kembali obat
dengan resep dan bukti permintaan. Saat barang datang dari CSSD,
perawat juga mengecek kondisi barang, expired alat dan nota permintaan.
e. Fungsi Penyaluran
Kegiatan distribusi merupakan lanjutan dari proses penyimpanan.
Pendistribusian merupakan pemindahan barang dari tempat penyimpanan
ke tempat pemakai. Pada hal ini, perawat hendaknya membawa barang
menggunakan tas untuk mempermudah membawanya.
f. Fungsi Pemeliharaan
Merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi
teknis, daya guna, dan daya hasil barang inventaris (Aditama,2003).
Pemeliharaan terdiri dari dua katagori yaitu pemeliharaan korektif dan
pemeliharaan preventif. Setelah barang tiba diruang rawat, barang
disimpan diruangan obat dimana ruangan tersebut dilengkapi dengan
almari khusus alat medis seperti oral hygiene set, kateter set, kom, dll.
Selain itu juga disediakan almari khusus pasien dimana didalam almari
tersebut terdapat bilik-bilik. Didalam bilik terdapat wadah untuk
meletakkan obat pasien. bilik-bilik tersebut diberi nama sesuai nama pasien
dan urutan tempat tidur pasien untuk menghindari kesalahan dalam
pemberian obat. Untuk obat dengan penyimpanan khusus dapat disimpan
didalam almari es yang disediakan dengan suhu yang sesuai. Barang non
medis seperti baju pasien dan linen di masukkan di almari linen.
g. Fungsi Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai dikarenakan kedaluarsa, rusak,
mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
perbeklan farmasi kepada pihak yang terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi
yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai standar yang berlaku.
h. Fungsi Pengawasan.
Fungsi ini merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang
mliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan
pengelolaan logistic (Aditama, 2003). Semua kegiatan dalam siklus logistik
harus dilakukan pengawasan mulai dari fungsi perencanaan dan penentuan
kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan,
penyaluran, pemeliharaan, dan penghapusan

3. Sistem Pembayaran
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.
Jaminan kesehatan dibagi menjadi 2 yaitu PBI dan NON PBI. PBI adalah
penerima bantuan iuran yaitu masyarakat yang menerima bantuan dari
pemerintah dimana orang tersebut tergolong kurang mampu sedangkan Non
PBI adalah peserta bukan PBI sebagaimana masyarakat yang membayar
jaminan kesehatannya dengan uang sendiri. Pada kasus diatas, pasien Ny. R
melakukan pembayaran rumah sakit dengan JKN-Non PBI sehingga dapat
diartikan Ny. R pembayarannya tidak tunai melainkan menggunakan kartu
Jaminan Kesehatan Nasional. Dengan menggunakan JKN maka biaya
pengobatan langsung ditagihkan kepada BPJS kesehatan sehingga pasien
tidak perlu mengeluarkan biaya apapun.

4. Sasaran Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan
untuk mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dan tindak lanjut dari insident serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko (Dep Kes RI, 2006). Pada kasus sasaran keselamatan pasien
Ny. R yang dilakukan :
a. Ketepatan identifikasi pasien
Perawat melakukan identifikasi pasien dengan benar saat melakukan
tindakan keperawatan seperti pemberian obat perawat menanyakan
kebenaran nama dan usia pasien dan no RM yang tertera pada
gelang pasien
b. Peningkatan komunikasi efektif
Perawat melakukan kegiatan „READ BACK‟ pada saat menerima
permintaan secara lisan atau menerima intruksi lewat telepon dan
pasang stiker ‟SIGN HERE‟ sebagai pengingat dokter harus tanda
tangan serta perawat menggunakan metode komunikasi yang tepat
yaitu SBAR saat melaporkan keadaan pasien kritis, melaksanakan
serah terima pasien antara shift (hand off) dan melaksanakan serah
terima pasien antar ruangan dengan menggunakan singkatan yang
telah ditentukan oleh manajemen.
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Perawat memberikan delapan benar pemberian obat (benar Instruksi
Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu, Cara,
dan Dokumentasi). Perawat juga memberikan perlakuan khusus
pada obat tertentu.
d. Kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi
Pasien tidak dilakukan prosedur pembedahan
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Perawat selalu menerapkan 6 langkah cuci tangan selama merawat
pasien agar meminimalisir resiko infeksi. Perawat juga memberikan
tanggal pemasangan alat invasive seperti infus dan dc. Selain itu
perawat juga mengajarkan keluarga dan pasien 6 langkah cuci
tangan yang benar.
f. Pengurangan resiko jatuh
Perawat melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko jatuh seperti memasang bedrail dan mengunci roda tempat
tidur. Memposisikan tempat tidur dalam posisi rendah. Meletakkan
bel disamping pasien. mengorientasikan ruangan pada pasien.
mengajarkan pasien meminta bantuan perawat saat membutuhkan
bantuan. Memasang gelang pasien dengan tanda risiko jatuh,
memasang risiko jatuh di bed pasien dan memasang risiko jatuh
pada rekam medis pasien. Berdasarkan kasus, morse fall scale pada
pasien didapat skor 70 dengan interpretasi resiko jatuh tinggi.

5. PPI dalam Pengelolaan Pasien


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan (Permenkes, 2007). Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi adalah untuk membantu mengurangi penyebaran infeksi yang terkait
dengan pelayanan kesehatan, dengan penilaian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi oleh National Infection Control Policies. Pelaksanaan pencegahan
dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan bertujuan untuk
melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan
kesehatan serta masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan
transmisi.

Pada kasus diatas, Ny.R di edukasikan mengenai 6 langkah cuci


tangan dan etika batuk yang benar sebagai pengendalian infeksi. Sedangkan
perawat dalam merawat pasien memperhatikan pengendalian infeksi seperti :
 Perawat melakukan 6 langkah cuci tangan dan waktu yang dianjurkan cuci
tangan
 Perawat menggunakan APD saat melakukan tindakan invasive pada pasien
 Perawat melakukan dekontaminasi peralatan. Peralatan yang telah
digunakan disterilkan kembali di CSSD
 Perawat melakukan pengendalian lingkungan dengan menerapkan
kebersihan air, kebersihan ruangan yang dibersihkan oleh cleaning service
 Perawat melakukan penatalaksanaan linen dengan meletakkan linen
infeksius pada tempat infeksius untuk disterilkan
 Perawat melakukan teknik menyuntik yang aman dan memasukkan jarum
pada safety box yang disediakan
 Perawat menerapkan etika batuk dan bersih yang aman
Daftar Pustaka

Dewi, Sofia Rosma. (2014). Buku ajar keperawatan geriatrik. Yogyakarta:


Deepublish.
Ernisfi. (2008). Perencanaan Pengembangan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
RSUD Kota Depok Tahun 2009 – 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia
Krisnawati, K.M.S, WIjaya, I.P.G., Suarjana, K. (2016). Hubungan Motivasi Dan
Komitmen Kerja Perawat Dengan Penerapan Keselamatan Pasien Di
Ruang Intensif RSUP Sanglah Denpasar. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
M.Bulechek, G. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
Keenam. Singapore: elsevier Global rights
NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
Edisi 11. Jakarta : EGC
Nurutami, Nani. (2009). Gambaran Beban Kerja Staf Logistik Perbekalan
Kesehatan RS Islam Jakarta Cempaka Putih. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing: conceps, pocces
practice. 4th ed. Volume 1. Yulianti D, Ester M, editors. St Louis:
Elsevier.
Sue Moorhead, d. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi
Keenam. Singapore: ElsevierGlobal Rights

Anda mungkin juga menyukai