Oleh :
Annisa Rahma Wijayanti
22020119220123
Nama : Ny. R
No. Rekam Medis : C224xxx
Umur : 57 tahun 11 bulan
Ruang Rawat Inap : Rajawali IA (HCU)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Purwosari, Perbalan G-1, RT 05 RW 05,
Semarang, Jawa Tengah
Pembiayaan Kesehatan : JKN Non PBI
Kelas Ruangan :-
B. Identitas Penanggungjawab Pasien
Nama : Tn. W
Usia : 65 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Hubungan dengan Klien : Suami Ny. R
Bahasa : Jawa dan Indonesia
Alamat : Purwosari, Perbalan G-1, RT 05 RW 05,
Semarang, Jawa Tengah
No. Telepon : 089994xxx
II. RESUME KONDISI PASIEN
Pada hari Senin, tanggal 13 Januari 2020 pukul 05.00 WIB, klien setelah
ibadah sholat subuh tiba-tiba mengeluh pusing dan lemah pada anggita gerak kiri
dan susah untuk digerakkan. Keluarga klien mengatakan klien tidak sadarkan
diri dengan posisi duduk di kasur dengan mulut miring ke kanan dan bicara tidak
jelas. Klien saat itu langsung dibawa ke RS Panti Wilasa Citarum, Semarang.
Pada saat di RS Panti Wilasa dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi dikarenakan
peralatannya lebih lengkap untuk melakukan tindakan kepada klien. Ketika di
IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang saat di kaji klien sadar, klien mengatakan
pandangan mata kanan dan kiri kabur, pusing berputar-putar, lemas, ekstremitas
kiri atas dan bawah terasa lemah, berat untuk diangkat dan rasa kebas pada sisi
kiri.
Pengkajian ulang yang dilakukan di ruangan IA (HCU) setelah orientasi
didapatkan hasil bahwa keadaan umum Ny. R lemas. Kesadaran composmentis
dengan nilai GCS 15 (E4M6V5). Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
pasien didapatkan hasil TD 135/73 mmHg, N 76x/menit, RR 20 x/menit, suhu :
36℃, SpO2 : 100%, dan IMT : 24.82 kg/m 2 (BB : 70 kg dan TB : 168 cm), klien
tidak mempunyai alergi dan klien sudah terpasang gelang identitas sejak klien di
IGD. Pengkajian gizi pada Ny. R menunjukkan kategori A (gizi baik).
Pengkajian eliminasi, klien BAK sebanyak 3 kali dalam sehari (±700cc), klien
belum BAB selama dirawat dan terakhir BAB pada tanggal 12 Januari 2020
pukul 17.00 WIB. Klien mengeluh pusing, klien mengalami kelemahan pada
ekstremitas kiri atas dan bawah (hemiparesis sinistra) dengan kekuatan otot 4.
Pengkajian indeks barthel untuk ADL klien mengalami ketergantungan ringan
dengan skor 12. Klien mengalami gangguan penglihatan buram pada kedua
matanya. Hasil visus pada kedua mata adalah 1/300. Penilaian risiko jatuh klien
yaitu risiko jatuh tinggi dengan skor 70 sehingga diberikan tanda kuning (risiko
jatuh) di tempat tidur, gelang dan rekam medis klien. Klien terpasang infus RL
20 tpm.
Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan terkait dengan kondisi
pasien tersebut, didapatkan masalah keperawatan yang ditegakkan yaitu risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan otak, hambatan mobilitas fisik dan risiko jatuh.
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, perumusan diagnosa didapatkan
pada tanggal 13 Januari 2020 dan dari hasil pengkajian didapatkan data klien
mengeluh pusing, klien terlihat gelisah. Hasil TTV menunjukkan TD 135/73
mmHg, N 76 x/menit, RR 20 x/menit, suhu : 36℃, SpO2 : 100%. Tujuan dan
intervensi yang dilakukan pada Ny. R adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak pada Ny. R dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien dalam rentang
normal, klien tidak mengalami penurunan kesadaran dan klien tidak mengeluh
pusing. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi diagnosa
ini yaitu manajemen terapi trombolik diantaranya pantau TTV dan kesadaran
klien setiap 8 jam sekali, posisikan kepala klien head up 30°, didapatkan ijin
tertulis informed consent , diamati tanda-tanda perdarahan dan berikan terapi
kolaborasi per oral amplodipin 10mg/24 jam, vitamin B1 B6 B12 1 tablet/8jam,
paracetamol 500 mg/8 jam dan injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam,
ranitidine 50 mg/12 jam serta manitor 125 cc/6 jam. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x 24 jam diharapkan klien tidak lagi mengeluh pusing,
TTV klien dan rentang normal dan klien tidak mengalami penurunan kesadaran
sehingga masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak klien teratasi.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
Perumusan diagnosa didapatkan pada tanggal 13 Januari 2020 dan dari hasil
pengkajian didapatkan bahwa klien mengeluh lemas pada anggota gerak kiri atas
dan bawah, kekuatan otot 4, klien terlihat mampu melawan gravitasi dan
melawan sedikit tahanan pada ekstremitas kiri. Intervensi yang dilakukan adalah
terapi latihan : mobilitas sendi dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam, masalah hambatan mobilitas fisik pada Ny. R
dapat teratasi dengan kriteria hasil kekuatan otot anggota gerak kiri meningkat
dari 4 menjadi 5, klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dapat mengatasi diagnosa ini yaitu
jelaskan pada klien dan keluarga manfaat dan tujuan dari ROM, kolaborasi
dengan ahli terapi fisik, ajarkan pasien dan keluarga untuk melakukan ROM
pasif dua kali dalam sehari atau sesuai dengan kondisi klien, dukung klien untuk
berlatih posisi duduk ditempat tidur dan kolaborasi pemberian vitamin B, B6
B12 1tab/8jam. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, klien
tidak lagi mengeluh lemah pada ekstremitas kirinya, kekuatan otot anggota gerak
kanan dan kiri klien adalah 5, klien dapat duduk, berdiri dan berjalan dengan
baik sehingga masalah hambatan mobilitas fisik klien teratasi.
Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan visual dan mobilitas.
Perumusan diagnosa ini didapatkan pada tanggal 13 Januari 2020. Dari hasil
pengkajian didapatkan bahwa klien mengatakan padangan mata kanan dan kiri
kabur dengan hasil visus dikedua mata adalah 1/300. Klien juga mengalami
kelemahan pada ekstremitas kiri atas dan bawah dengan kekuatan otot 4.
Intervensi yang dilakukan adalah pencegahan jatuh dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam masalah risiko jatuh pada
Ny.R dapat teratasi dengan kriteria hasil klien tidak mengalami jatuh selama
perawatan dirumah sakit. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah sarankan klien untuk meminta bantuan, berikan
orientasi ruangan sekitar kepada klien dan keluarga, tempatkan bel dalam
jangkauan klien, pastikan tempat tidur dalam posisi rendah dan roda terkunci,
pastikan selalu terpasang bed rail di tempat tidur klien, pastikan terpasang tanda
risiko jatuh di gelang, tempat tidur dan rekam medis klien serta anjurkan
keluarga untuk selalu mendampingi klien. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4x24 jam, klien tidak jatuh selama perawatan di ruang
Rajawali 1A (HCU), selalu terpasang bed rail di tempat tidur klien sehingga
masalah risiko jatuh klien teratasi.
Pada perawatan hari ke-4 yaitu tanggal 16 Januari 2020, klien sudah
mengalami banyak peningkatan meliputi kekuatan otot pada ekstremitas kiri
Ny.R meningkat dari 4 menjadi 5 (mampu menggerakkan persendian dalam
lingkup gerak penuh, mampu melawan grativasi, mampu melawan dengan
tahanan penuh). Klien tidak merasa pusing, keadaan umum baik, hemodinamik
klien dalam batas normal, klien sudah mampu melihat objek dengan baik, masa
stroke sudah tidak terlihat timbul dan hasil pemeriksaan neurologisnya baik.
Klien sudah memenuhi untuk dilakukan perawatan diruang biasa sehingga klien
diperbolehkan pindah diruangan merak lantai 1 RSUP Dr. Kariadi. Klien pindah
pada tanggal 16 Januari 2020 pukul 12.00 WIB dan mendapatkan terapi obat
vitamin B1 B6 B12 1 tab/8jam per oral.
2. Orientasi Pasien
Ny. R merupakan pasien baru transfer dari IGD. Klien dan keluarga diberi
edukasi dan orientasi pasien rawat inap di Ruang Rajawali 1A (Unit
Stroke). Perawat yang menerima pasien melakukan orientasi berupa
pengenalan petugas ruangan dan perawat penanggung jawab pasien,
pengenalan fasilitas fisik baik untuk pasien maupun keluarga, orientasi
ruangan, pengenalan tata laksana pelayanan di rumah sakit, pemberian
edukasi keselamatan bagi pasien dan kelurga, serta pemberian informasi
mengenai barang milik pasien serta menginformasikan hak dan kewajiban
pasien. Selain itu, klien dan keluarga juga dijelaskan mengenai alat medis
yang terpasang beserta fungsinya, menjelaskan diagnosis, pemeriksaan dan
perencanaan pengelolaan pasien, serta menjelaskan obat apa saja yang
diperoleh.
Disampaikan kepada: () Pasien () Keluarga
( ) Lainnya (sebutkan), ................
( ) Tidak dapat dilakukan karena …………………..
Pelaksanaan
No Jenis Orientasi
Ya Tidak
1. Perawat mengucapkan salam dan memperkenalkan √
diri
2. Perawat mengantar pasien/keluarga pasien ke kamar √
3. Perawat menginformasikan kepada pasien dan √
keluarga tentang:
a. Nama ruang, kelas dan nomor kamar tempat
pasien dirawat
b. Kapasitas ruangan
c. Fasilitas yang ada, fungsi dan cara penggunaan;
seperti sakalar dan lampu ruangan, cara
menyalakan dan mematikan AC, TV, Kipas
angina, tiang infus mobile, meja dan kursi, almari,
tempat sampah, arah mata angin, kamar mandi,
dll.
d. Alat bantu komunikasi (bel, aipon) dan cara
penggunaannya
e. Lokasi atau tempat stase perawat/petugas (Nurse
station)
4. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga cara √
meninggikan dan menurunkan tempat tidur pasien,
cara memasang pengaman tempat tidur pasien dan
cara mengunci roda tempat tidur
5. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang √
lokasi kamar mandi dan fasilitas yang ada di
dalamnya, fungsi pot urinal, pispot, dan pegangan
kamar mandi
6. Perawat memberi informasi mengenai dokter yang √
merawat dan perawat yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan saat itu
7. Perawat menjelaskan kepada pasien mengenai √
maksud, tujuan dan fungsi pemasangan gelang
pasien, pasien akan selalu diidentifikasi dengan
menyebutkan nama dan tanggal lahir (pada saat
melakukan tindakan pengambilan sampel darah,
transfusi darah, melakukan tindakan invasi,
pemberian obat)
Pelaksanaan
No Jenis Orientasi
Ya Tidak
8. Perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga √
pasien bagaimana cara:
a. Memperoleh informasi/edukasi mengenai kondisi
pasien
b. Penunjukan kewenangan penerima informasi
(pelepasan informasi)
c. Memperoleh pelayanan rohani, apabila
membutuhkan
d. Melaporkan kejadian/perubahan kondisi pasien
e. Menyampaikan keluhan berkaitan dengan
pelayanan/sarana yang kurang memuaskan
f. Tata tertib kunjungan pasien (jam besuk)
9. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang √
layanan informasi dan pengaduan di Customer
Service
10. Perawat menjelaskan kepada pasien mengenai jalur √
evakuasi jika terjadi bencana di rumah sakit
11. Perawat mengajarkan kepada keluarga pasien √
mengenai cara cuci tangan melalui 6 langkah
12. Mengucapkan salam dan berpamitan pasien/keluarga √
2. Skrining
a. Skrining Gizi
Deskripsi Skor A Skor B Skor C
Perubahan Berat badan (√) Tidak ( ) Ada, ( ) Ada,
ada Lambat cepat
Asupan makan dan perubahan dalam (√) Tidak ( ) ( )
2 minggu terakhir ada Menurun NGT
Gejala Gastrointestinal minimal 1 (√) Tidak ( ) Ada, ( ) Ada,
gejala: mual/muntah/diare/anoreksia ada Ringan Berat
Faktor pemberat (√) Tidak () Ada, ( ) Ada,
Skor B: Infeksi, DM, Penyakit ada Ringan Berat
jantung kongestif
Skor C: colitis ulseratif, peritonitis,
Deskripsi Skor A Skor B Skor C
kanker, multiple trauma
Penurunan Kapasitas fungsional (√) Tidak ( ) Ada, ( ) Ada,
(gangguan menelan,mengunyah,dll) ada Ringan Berat
c. Skrining Fungsional
Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Perawatan diri (grooming) √ 0 : Tergantung orang lain
1 : Mandiri
Berpakaian (dressing) √ 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) √ 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) √ 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer √ 0 : Tidak mampu
1 : Butuh bantuan alat dan 2
orang
2 : Butuh bantuan kecil
Index 0 1 2 3 Keterangan
3 : Mandiri
Mobilitas √ 0 : Imobile
1 : Menggunakan kursi roda
2 : Berjalan dengan bantuan
1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet √ 0 : Tergantung bantuan
orang lain
1 : Membutuhkan bantuan
tapi beberapa hal dilakukan
sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga √ 0 : Tidak mampu
1 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score 12 Ketergantungan sedang
Sumber: Dewi, Sofia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta:
Deepublish.
Interpretasi Hasil Barthel Index :
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
3. Asesmen Keperawatan
Cairan
Minum : 600 cc
Perasaan haus berlebih : Tidak
Mukosa mulut : Baik, normal
Turgor kulit : Kembali dengan cepat
Edema : Tidak ada
Input Output
Infus : 500 cc BAK : ± 700 cc
Minum : 600 cc BAB : -
makan : 300 cc IWL : (15x70x24)/24 = 1.050
Injeksi cc
Asam Traneksamat: 15 cc
Ranitidine : 4 cc Jumlah : 1750 cc
Manitol : 500 cc
Jumlah : 1919 cc
*BC/24 jam : input-output + 169 cc/24 jam
c. Kebutuhan Eliminasi
Berbicara : (√ ) Lancar
( ) Tidak, Penyebab pelo karena stroke
Pembicaraan : Koheren
Diorientasi : (√)Tidak
( ) Ya, Disorientasi _____________
Menarik Diri : (√) Tidak ( ) Ya
Apatis : (√) Tidak ( ) Ya
f. Kebutuhan Spiritual
g. Kebutuhan Istirahat
Parameter Sebelum Sakit Setelah Sakit
Frekuensi Ny. R mengatakan Ny. R mengatakan
sebelum sakit tidur lebih sering tertidur
sekitar 7 – 8 jam
sehari
Kualitas Ny. R mengatakan Ny. R mengatakan
sebelum sakit selama sakit dapat
tidurnya nyenyak tidur seperti
biasanya
Gangguan Ny. R mengatakan Ny. R mengatakan
sebelum sakit tidak selama sakit tidak
mengalami terdapat gangguan
gangguan tidur tidur
Obat-obatan Ny. R mengatakan Ny. R tidak
sebelum sakit tidak diberikan obat tidur
mengkonsumsi obat selama di rumah
untuk tidur sakit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 E4M6V5
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 135/73 mmHg SpO2 : 100 %
Nadi : 76 x/menit TB : 168 cm
RR : 20 x.menit BB : 70 kg
0
Suhu : 36 C
d. Head to Toe
Kepala (Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut)
Inspeksi Kepala : Bentuk normocephali, simetris, kulit kepala
bersih, tidak ada kemerahan, warna rambut sudah
banyak yang berubah
Mata : mata kanan dan kiri pasien simetris tidak ada
lesi disekitar mata, reflex berkedip normal,
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pergerakan
bola mata normal, visus 1/300,
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada
secret, tidak terdapat gangguan pendengaran
Hidung : Simetris, tidak ada sumbatan, lubang hidung
bersih, tidak ada lesi
Mulut : Mukosa mulut baik, bibir tidak simetris,
tidak pucat, tidak sianosis, bibir lembab, tidak ada
sariawan
Palpasi Kepala : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Mata : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Telinga : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Hidung : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Leher
Inspeksi Tidak kaku kuduk, pergerakan dalam batas normal,
Tidak ada kemerahan, tidak ada jejas, tidak terlihat
denyutan vena jugularis, reflex menelan pasien baik,
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, terasa
denyutan vena jugularis
Jantung
Inspeksi Tidak terlihat ictus cordis, bentuk dada simetris, tidak
ada deformitas, tidak ada kemerahan maupun jejas
Palpasi Teraba ictus cordis di ICS 5 mid klavikula sinistra,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Suara jantung pekak, batas kiri jantung ICS 2 sternal
kiri, ICS 4 sternal kiri dan batas kanan ICS 2 sterna
kanan dan ICS 4 mid axilla kanan
Auskultasi Terdengar bunyi jantung I dan II reguler, tidak
terdengar bunyi tambahan
Abdomen
Inspeksi Tidak ada kemerahan, warna kulit sama dengan
warna kulit lainnya, tidak terdapat lesi atau jejas
Auskultasi Bising usus 12x
Palpasi Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi terdengar suara timpani
Ekstremitas
Indikator Kanan Kiri
ATAS
BAWAH
Oedem Tidak ada Tidak ada
EKSTREMITAS
Nyeri Tidak ada Tidak ada
Capilary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Kekuatan otot 5555 4444
1. RL 20 tpm
2. Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam
3. Vitamin B1, B6, B12 1 tab/8 jam po
4. Amlodipine 10 mg/24 jam
5. Paracetamol 500 mg/8 jam
6. Asam traneksamat 500 mg/8jam
7. Manitol 125 cc/6 jam
8. Head up 30°
9. Pantau TTV
10. Rawat 1A
C. Asesmen Khusus
1. Tingkat Ketergantungan
No. Indikator Skor 1 Skor 2 Skor 3
1. Kesadaran (√) Sadar ( ) Gelisah ( ) Koma
2. Observasi TTV (√) Tiap 8 ( ) tiap 4 ( ) 2-4 jam
jam jam
3. Respirasi (√ ) Normal () Oksigen ( ) Isap
lendir
4. Kebersihan diri ( ) Mandiri ( ) Dibantu (√) Total
5. Makan ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) NGT /
TPN
6. Minum ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) Infus
7. Pengobatan (√) Oral (√) Injeksi < ( ) Injeksi
3 kali >3 kali
8. Mobilisasi ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) Total
9. Eliminasi ( ) Mandiri (√) Dibantu ( ) Kateter
2. Risiko Jatuh
E. Discharge Planning
1. Tahap Pengkajian
Kriteria pasien yang dilakukan perencanan pemulangan (Discharge
Planning) saat assessment awal :
a. Pasien lanjut usia > 60 tahun (x)
b. Pasien dengan gangguan anggota gerak (√)
c. Pasien dengan kebutuhan pelayanan (√)
kesehatan medis / keperawatan yang
berkelanjutan (misalnya penyakit
kronis, pasien dengan rawat luka yang
lama, dll)
d. Pasien yang dinilai akan memerlukan (√ )
bantuan dalam aktifitas sehari-hari di
rumah
Unsur-unsur yang dikaji pada tahap ini yaitu meliputi kebutuhan atas
bantuan beraktivitas, pasien membutuhkan alat bantu gerak, tidak
membutuhkan konsultasi gizi, membutuhkan penanganan nyeri secara
mandiri, dan membutuhkan pengelolaan penyakit berkelanjutan di dokter
keluarga atau dokter praktik.
2. Tahap Perencanaan
Diagnosa Utama : Risiko Ketidakefektifasn Perfusi Jaringan
Otak
Diagnosa Pendukung : - Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan
neuromuskular
- Risiko jatuh b.d. gangguan visual dan
mobilitas
Kebutuhan Pemenuhan Kebutuhan
Bantuan ADL dirumah (√ ) Konsultasi rehabilitasi
( ) Membutuhkan alat bantu gerak
( ) Membutuhkan anggota gerak palsu
( ) Terapi wicara
( ) Lainnya,
Edukasi gizi yang kompleks (√) Konsultasi gizi
( ) Membutuhkan alat bantu makan
khusus
( ) Lainnya,
Penanganan nyeri kronis ( ) Konsultasi Tim Nyeri
( ) Edukasi Obat nyeri
(√) Penanganan nyeri secara mandiri
( ) Lainnya,
Pengelolaan penyakit Tujuan :
berkelanjutan di luar RS Agar pasien dan keluarga mengetahui
mengenai pencegahan stroke sehingga
menghindari stroke berulang.
4. Tahap Evaluasi
Tanggal/Jam Evaluasi Paraf
13 Januari a. Klien dan keluarga mampu menjelaskan
2020 / 15.45 mengenai penyakit klien
b.Klien dan keluarga mampu menyebutkan
pengobatan dan terapi apa saja yang harus
dilakukan
c. Klien dan keluarga mampu menyebutkan
apa saja tanda-tanda yang harus
diwaspadai dan dilaporkan ke petugas
kesehatan
16 Januari a. Klien dan keluarga siap menerima dan
2020 / 12.00 menjalankan perawatan kesehatan di
ruang rawat inap
F. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak (00201)
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan
Neuromuskular (00085)
3. Risiko Jatuh berhubungan dengan Gangguan Visual dan Mobilitas
(00155)
H. Evaluasi
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
1. 13 Risiko S: klien mengeluh pusing, klien
Januari ketidakefektifan mengeluh kelemahan pada
2020 perfusi jaringan ekstremitas kiri atas dan bawah.
(21.00) otak Klien mengatakan
penglihatannya buram pada
kedua matanya.
O: Kesadaran composmentis (GCS
15, E4M6V5), TD 135/80 mmHg,
HR 82 x/menit, RR 20 x/menit,
suhu 36.40C, klien terpasang
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
infus RL 20 tpm, amlodipine 10
mg/24 jam, vit B1B6B12 1 tab/8
jam, injeksi ranitidin 50 mg/12
jam, paracetamol 10mg/24jam,
asam traneksamat 500mg/8 jam,
manitor 125 cc/6 jam, klien
kesulitan menggerakkan
ektremitas atas dan kiri bawah,
kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444. Klien tidak
dapat melihat objek dengan jelas
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kesadaran, GCS,
TTV
- Monitor kekuatan otot
- Lakukan head positioning
30°
- Monitor perdarahan
Hambatan S: klien mengeluh kelemahan pada
mobilitas fisik ekstremitas kiri atas dan bawah.
b.d. gangguan O: klien terlihat mampu melawan
neuromuskular gravitasi dan melawan sedikit
tahanan pada ekstremitas kiri,
kekuatan otot ekstremitas kiri
atas 4444 dan bawah 4444,
Pengkajian indeks barthel untuk
ADL klien didapatkan hasil skor
12 (ketergantungan ringan)
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kemampuan
fungsional
- Bantu ADL pasien dan
dorong klien melakukan ADL
sesuai kemampuan
- Lakukan ubah posisi setiap 2
jam
- Monitor ROM aktif dan pasif
- Monitor kekuatan otot
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
- Edukasi pasien dan keluarga
mengenai ROM
Risiko jatuh b.d. S: klien mengeluh kelemahan pada
gangguan visual ekstremitas kiri atas dan bawah,
dan mobilitas klien mengatakan dapat
meminta bantuan perawat
dengan memanggil atau
melambaikan tangan. pasien
memahami mengenai
pentingnya handrail dan
keseimbangan. Klien
mengatakan pandangan mata
kanan dan kiri buram
O: kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444, bed side
rails dan roda tempat tidur
dalam kondisi terkunci, hasil
pengkajian menggunakan fall
morse scale menunjukkan hasil
70 (risiko jatuh tinggi). Klien
tidak dapat melihat objek
dengan jelas
A: Masalah risiko jatuh belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Sediakan bell di dekat tempat
tidur
- Pasang bed side rails
- Tempat tidur posisi rendah
dan roda terkunci
2. 14 Risiko S: klien mengeluh masih pusing,
Januari ketidakefektifan klien mengeluh kelemahan pada
2020 perfusi jaringan ekstremitas kiri atas dan bawah.
(14.00) otak Klien mengatakan
penglihatannya masih buram
pada kedua matanya.
O: Kesadaran composmentis (GCS
15, E4M6V5), TD 130/70 mmHg,
HR 78 x/menit, RR x/menit,
suhu 36.30C, amlodipine 10
mg/24 jam, vit B1B6B12 1 tab/8
jam, injeksi ranitidin 50 mg/12
jam, paracetamol 10mg/24jam,
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
asam traneksamat 500mg/8 jam,
manitor 125 cc/6 jam, klien
masih kesulitan menggerakkan
ektremitas atas dan kiri bawah,
kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kesadaran, GCS,
TTV
- Monitor kekuatan otot
- Lakukan head positioning
30°
- Monitor perdarahan
Hambatan S: klien mengeluh ekstremitas kiri
mobilitas fisik atas dan bawah masih susah
b.d. gangguan digerakkan. Klien mengatakan
neuromuskular sudah dapat melakukan ROM
secara mandiri. Klien
mengatakan ekstremitasnya
terasa rileks setelah dilakukan
ROM
O: klien terlihat mampu melawan
gravitasi dan melawan sedikit
tahanan pada ekstremitas kiri,
kekuatan otot ekstremitas kiri
atas 4444 dan bawah 4444,
Pengkajian indeks barthel untuk
ADL klien didapatkan hasil skor
12 (ketergantungan ringan)
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kemampuan
fungsional
- Bantu ADL pasien dan
dorong klien melakukan ADL
sesuai kemampuan
- Lakukan ubah posisi setiap 2
jam
- Monitor ROM aktif dan pasif
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
- Monitor kekuatan otot
Risiko jatuh b.d. S: klien mengeluh ekstremitas kiri
gangguan visual atas dan bawah masih susah
dan mobilitas digerakkan, klien mengatakan
dapat meminta bantuan perawat
dengan memanggil atau
melambaikan tangan. pasien
memahami mengenai
pentingnya handrail dan
keseimbangan. Klien
mengatakan pandangan mata
kanan dan kiri masih buram
O: kekuatan otot tangan kiri 4444
dan kaki kiri 4444, bed side
rails dan roda tempat tidur
dalam kondisi terkunci, hasil
pengkajian menggunakan fall
morse scale menunjukkan hasil
70 (risiko jatuh tinggi). Klien
tidak dapat melihat objek
dengan jelas
A: Masalah risiko jatuh belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
- Sediakan bell di dekat tempat
tidur
- Pasang bed side rails
- Tempat tidur posisi rendah
dan roda terkunci
3. 15 Risiko S: klien mengatakan sudah tidak
Januari ketidakefektifan pusing, klien mengatakan
2020 perfusi jaringan ekstremitas kiri atas sudah dapat
(14.00) otak digerakkan dengan mudah.
Klien mengatakan
penglihatannya sudah tidak
buram namun belum jelas
O: Kesadaran composmentis (GCS
15, E4M6V5), TD 120/85 mmHg,
HR 88 x/menit, RR x/menit,
suhu 36.40C, amlodipine 10
mg/24 jam, vit B1B6B12 1 tab/8
jam, injeksi ranitidin 50 mg/12
jam, paracetamol 10mg/24jam,
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
asam traneksamat 500mg/8 jam,
manitor 125 cc/6 jam, klien
masih kesulitan menggerakkan
ektremitas atas dan kiri bawah,
kekuatan otot tangan kiri 5555
dan kaki kiri 4444
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kesadaran, GCS,
TTV
- Monitor kekuatan otot
- Lakukan head positioning
30°
- Monitor perdarahan
Hambatan S: klien mengatakan ekstremitas
mobilitas fisik kiri atas sudah dapat digerakkan
b.d. gangguan dengan mudah. Klien
neuromuskular mengatakan sudah dapat
melakukan ROM secara
mandiri. Klien mengatakan
ekstremitasnya terasa rileks
setelah dilakukan ROM
O: kekuatan otot ekstremitas kiri
atas 5555 dan bawah 4444,
Pengkajian indeks barthel untuk
ADL klien didapatkan hasil skor
12 (ketergantungan ringan).
Klien sudah dapat duduk
mandiri
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Monitor kemampuan
fungsional
- Bantu ADL pasien dan
dorong klien melakukan ADL
sesuai kemampuan
- Lakukan ubah posisi setiap 2
jam
- Monitor ROM aktif dan pasif
- Monitor kekuatan otot
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
Risiko jatuh b.d. S: klien mengatakan ekstremitas
gangguan visual kiri atas sudah dapat digerakkan
dan mobilitas dengan mudah. Klien
mengatakan penglihatannya
sudah tidak buram namun belum
jelas
O: kekuatan otot tangan kiri 5555
dan kaki kiri 4444, bed side
rails dan roda tempat tidur
dalam kondisi terkunci, hasil
pengkajian menggunakan fall
morse scale menunjukkan hasil
70 (risiko jatuh tinggi). Klien
sudah mulai dapat melihat objek
dengan jelas
A: Masalah risiko jatuh teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
- Sediakan bell di dekat tempat
tidur
- Pasang bed side rails
- Tempat tidur posisi rendah
dan roda terkunci
4. 16 Risiko S: klien mengatakan sudah tidak
Januari ketidakefektifan pusing, klien mengatakan
2020 perfusi jaringan ekstremitas kirinya sudah tidak
(11.30) otak mengalami kelemahan, klien
mengatakan sudah dapat
menggerakkan ekstremitas
kirinya atas dan bawah
O: keadaan umum baik, kesadaran
composmentis (GCS 15,
E4M6V5), TD 120/90, HR 80
x/menit, RR 18 x/menit, T
36,70C, Klien mampu
menggerakkan persendian
dalam lingkup gerak penuh
(mampu melawan gravitasi,
mampu melawan tahanan
penuh), kekuatan otot tangan
kiri 5555 dan kaki kiri 5555,
hemodinamik klien dalam batas
normal, masa stroke sudah tidak
Tanggal
Diagnosa
No. / Jam Evaluasi TTD
Keperawatan
(WIB)
terlihat, hasil pemeriksaan
neurologis baik
A: Masalah Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak teratasi
P: hentikan intervensi
Hambatan S: klien mengatakan ekstremitas
mobilitas fisik kirinya sudah tidak mengalami
b.d. gangguan kelemahan, klien mengatakan
neuromuskular dapat menggerakkan ekstremitas
kirinya
O: Klien mampu menggerakkan
persendian dalam lingkup gerak
penuh(mampu melawan
gravitasi, mampu melawan
tahanan penuh), kekuatan otot
tangan kiri 5555 dan kaki kiri
5555, klien dapat duduk secara
mandiri, masa stroke sudah
tidak terlihat, hasil pemeriksaan
neurologis baik
A: Masalah hambatan mobilitas
fisik teratasi
P: Hentikan Intervensi
Risiko jatuh b.d. S: Klien mengatakan sudah mampu
gangguan visual melihat objek dengan baik, klien
dan mobilitas mengatakan ekstremitas kirinya
sudah tidak mengalami
kelemahan, klien mengatakan
dapat menggerakkan ekstremitas
kirinya
O: Klien mampu menggerakkan
persendian dalam lingkup gerak
penuh(mampu melawan
gravitasi, mampu melawan
tahanan penuh), kekuatan otot
tangan kiri 5555 dan kaki kiri
5555, klien dapat meminta
bantuan saat memerlukan
bantuan, klien mampu melihat
objek dengan baik, hasil
pemeriksaan neurologis baik
A: Masalah risiko jatuh teratasi
P: Hentikan intervensi
IV. ANALISA KELOLAAN
2. Kebutuhan Logistik
Logistik adalah salah satu subsistem di rumah sakit yang memiliki tugas
untuk menyediakan barang dan bahan dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu
yang tepat sesuai kebutuhan dengan harga yang efisien untuk kegiatan
operasional rumah sakit (Djojodibroto, 1997: h.79). Menurut Subagya MS
(1994), logistik merupakan ilmu pengetahuan dan seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
dan pemeliharaan, serta penghapusan material/alat-alat.
a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan
Menurut PMK no.58 tahun 2014, perencanaan kebutuhan merupakan
kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan persediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan untuk mencapai terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan obat dilakukan untuk
menghindari kekosongan dengan menggunakan metode dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi/morbiditas, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan disesuaikan dengan anggaran.Perencanaan biasanya dilakukan bulanan
atau mingguan untuk mengendalikan persediaan dan tempat distribusi.
Pada kasus diatas pasien membutuhkan farmasi yang meliputi obat dan alat
medis seperti spuit, alat kesehatan seperti oral hygiene set dari CSSD dan
bahan medis habis pakai seperti handscoon, alcohol swap dll. Pasien juga
membutuhkan bahan non farmasi seperti baju pasien, linen (sprei, sarung
bantal dan selimut)
b. Fungsi penganggaran
Merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhuan
dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang serta jumlah biaya
dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya (Aditama, 2003). Anggaran biasanya dipakai dalam periode
satu tahun yang berisi ramalan pendapatan yang akan diterima dan
pengeluaran yang terjadi pada tahun mendatang. Pada penganggaran yang
dilakukan yaitu perawat mendapatkan advice dokter dalam pemberian obat
kepada pasien lalu dokter meresepkan obat-obat yang diperlukan sesuai
kebutuhan pasien. Selain itu juga terdapat peresepan barang di CSSD untuk
permintaan seperti oral hygiene set.
Contoh penganggaran obat dari kasus diatas adalah :
No. Nama Obat Jumlah
1. Amlodipine 10 mg/24 jam
2. Vitamin B1 1 tab/8 jam
3. Vitamin B6 1 tab/8 jam
4. Vitamin B12 1 tab/8 jam
5. paracetamol 500 mg/8 jam
6. Ranitidine 50 mg/12 jam
7. Asam Traneksamat 500mg/8 jam
8. Manitol 125cc/6 jam
9. Ringer Lactat 500ml
10. abbocath
11. spuit
12. Selang infus
13. elektroda
c. Fungsi Pengadaan
Merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional
yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kepada
instansi-instansi pelaksana (Aditama, 2003). Menurut PMK tahun 2004
pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan. Proses pengadaan yang baik adalah:
1) Mendapatkan obat dengan benar dengan jumlah yang benar
2) Harga pembelian yang serendah mungkin
3) Kualitas sesuai standar yang dipersyaratkan
4) Pelayanan dan kualitas supplier dapat dipercaya
5) Pengaturan waktu pengiriman (mencegah kekosongan stok)
Pada kasus diatas, setelah dokter meresepkan obat lalu perawat meminta
obat di farmasi dengan melampirkan resep yang ada. Farmasi akan
mendata dan memberikan nota yang berisi bukti permintaan obat dari
farmasi.
3. Sistem Pembayaran
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.
Jaminan kesehatan dibagi menjadi 2 yaitu PBI dan NON PBI. PBI adalah
penerima bantuan iuran yaitu masyarakat yang menerima bantuan dari
pemerintah dimana orang tersebut tergolong kurang mampu sedangkan Non
PBI adalah peserta bukan PBI sebagaimana masyarakat yang membayar
jaminan kesehatannya dengan uang sendiri. Pada kasus diatas, pasien Ny. R
melakukan pembayaran rumah sakit dengan JKN-Non PBI sehingga dapat
diartikan Ny. R pembayarannya tidak tunai melainkan menggunakan kartu
Jaminan Kesehatan Nasional. Dengan menggunakan JKN maka biaya
pengobatan langsung ditagihkan kepada BPJS kesehatan sehingga pasien
tidak perlu mengeluarkan biaya apapun.